BAB I
PENDAHULUAN
terhadap stabilitas ekonomi adalah angkatan kerja yang tidak siap untuk menghadapi
tantangan-tantangan maupun perubahan-perubahan yang terjadi disekelilingnya. SDM
yang tidak mempunyai kesanggupan menghadapi tuntutan-tuntutan globalisasi
menganggap pekerjaan sebagai beban. Pada dasarnya, sumber daya manusia adalah
suatu sumber daya yang sangat dibutuhkan oleh suatu organisasi. Sebab, sumber daya
manusia adalah sumber yang berperan aktif terhadap jalannya suatu organisasi dan
proses pengambil keputusan.
Seorang karyawan yang memiliki beban kerja yang tinggi maka akan
berdampak pada kinerjanya, yang pada akhirnya berimbas kepada hasil kerja yang
diberikan kepada perusahaan. Setiap pekerjaan yang dilakukan dapat memberikan
dampak mental, fisik dan sosial sehingga memberikan beban tersendiri bagi seseorang
yang menjalaninya. Dalam setiap perusahaan ataupun organisasi, masing-masing
individu dapat memberikan reaksi yang berbeda terhadap beban kerja yang
diperolehnya. Beberapa karyawan dapat mengatasi jauh lebih baik sementara yang
lain dapat menderita dan merusak konsentrasinya dalam bekerja. Sebuah penelitian
terdahulu mengenai hal ini menjelaskan bahwa stres juga dapat berdampak negatif
terhadap kinerja dikarenakan tekanan yang diakibatkan oleh beban kerja yang
diterima oleh karyawan dalam menjalankan tugasnya (Bashir,2010).
Masalah seberapa besar pengaruh stres kerja yang dialami individu tersebut
semua itu tergantung terhadap bagaimana individu itu menanganinya. Hal ini sesuai
dengan yang dikemukakan oleh Spears dalam Dhania (2010) yang mendefinisikan
stres kerja sebagai reaksi seseorang terhadap tekanan yang berlebihan atau tuntutan di
tempat kerja yang bersifat merugikan. Stres juga biasa diartikan sebagai tekanan,
ketegangan atau gangguan yang tidak menyenangkan yang berasal dari luar diri
seseorang. Stres adalah proses yang menilai suatu peristiwa sebagai sesuatu yang
mengancam, menantang, membahayakan dan individu merespon peristiwa itu pada
level fisiologis, emosional, kognitif dan perilaku.
Selain pembahasan dari beban kerja, stres kerja disini juga akan membahas
tentang motivasi karena motivasi sangat penting bagi kelangsungan kinerja karyawan.
Motivasi adalah suatu kekuatan penggerak dalam perilaku individu baik yang akan
menentukan arah maupun daya tahan setiap perilaku manusia yang di dalamnya
tergantung pula unsur – unsur emosional yang bersangkutan (Trimo,2010 ). Setiap
3
kegiatan yang dilakukan oleh seseorang didorong oleh suatu kekuasaan dalam diri
orang tersebut, kekuatan pendorong inilah yang disebut motivasi. Motivasi karyawan
dalam suatu organisasi dapat dianggap sederhana dan ada pula menjadi masalah yang
kompleks, karena pada dasarnya manusia mudah untuk dimotivasi dengan
memberikan apa yang menjadi keinginannya. Masalah motivasi dapat menjadi sulit
dalam menentukan imbalan dimana apa yang dianggap penting bagi seseorang karena
sesuatu yang penting bagi seseorang belum tentu penting bagi orang lain. Bila
seseorang termotivasi, ia akan berusaha berbuat sekuat tenaga untuk mewujudkan apa
yang diinginkannya. Namun belum tentu upaya yang keras itu akan menghasilkan
produktivitas yang diharapkan, apabila tidak disalurkan dalam arah yang dikehendaki
organisasi perusahaan.
Setiap organisasi ataupun perusahaan pasti akan selalu meningkatkan kinerja
karyawan maupun anggotanya. Wirawan (2009) menjelaskan bahwa kinerja pada
dasarnya adalah singkatan dari kinetika energi kerja atau bisa disebut performan
dalam bahasa Inggris. Kinerja adalah sesuatu yang dihasilkan oleh pekerjaan yang
dilakukan dalam kurun waktu tertentu. Hampir di semua perusahaan mempunyai
tujuan yaitu memaksimalkan keuntungan dan nilai bagi perusahaan, dan juga untuk
meningkatkan kesejahteraan pemilik dan karyawan.
Karyawan atau pegawai merupakan unsur terpenting dalam menentukan maju
mundurnya perusahaan. Untuk mencapai tujuan perusahaan diperlukan karyawan
yang sesuai dengan persyaratan dalam perusahaan, dan juga harus mampu
menjalankan tugas-tugas yang telah ditentukan oleh perusahaan. Kemampuan
karyawan tercermin dari kinerja yaitu kinerja yang optimal. Kinerja karyawan tersebut
merupakan salah satu modal bagi perusahaan untuk mencapai tujuannya. Berdasarkan
uraian yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dalam penulisan skripsi ini penulis
sangat tertarik mengangkat judul “Analisis Pengaruh Beban Kerja, Stres Kerja,
Dan Motivasi Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT Indonesia OPPO
Electronics, Jakarta
2. Sebuah perusahaan yang tidak mengelola sumber daya dengan baik, maka tidak
akan mudah dalam mencapai tujuan dari perusahaan.
3. Keberhasilan suatu organisasi maupun perusahaan sangat dipengaruhi juga oleh
kinerja dari masing masing individu karyawan ataupun anggotanya.
4. Pengaruh beban kerja terhadap kinerja karyawan.
5. Pengaruh stres kerja terhadap kinerja karyawan.
6. Pengaruh motivasi terhadap kinerja karyawan.
7. Pengaruh beban kerja, stres kerja, dan motivasi secara bersama sama terhadap
kinerja karyawan.
para pembaca dalam hal pengetahuan tentang beban kerja , stres kerja, dan
motivasi terhadap kinerja karyawan.
BAB II
LANDASAN TEORI
sistematis untuk memahami mengapa dan bagaimana manusia bekerja sama untuk
mencapai tujuan dan membuat sistem kerja sama ini lebih bermanfaat bagi
kemanusiaan”. Pendapat lain dikemukakan oleh Skinner dan Ivancevich dalam
Anoraga (2011:149-150) menyampaikan “Management will be defind as the
application of planning, organizing, staffing, directing, and controlling functions in
the most efficient manner possible to accomplish objectives (Manajemen dapat
didefinisikan sebagai penggunaan perencanaan, pengorganisasian, pengerjaan,
pengarahan, dan fungsi pengendalian dalam cara yang paling efesien tujuan-tujuan)”.
4. Machines (Mesin-Mesin)
Mesin mulai memegang peranan penting dalam proses produksi setelah terjadiya
revolusi industri dengan ditemukannya mesin uap sehingga banyak pekerjaan
manusia yang digantikan oleh mesin. Perkembangan teknologi yang begitu pesat,
menyebabkan penggunaan mesin semakin menonjol. Hal ini karena banyaknya
mesin-mesin baru yang ditemukan para ahli sehingga memungkinkan
peningkatan dalam produksi.
5. Methods (Tata kerja)
Metode kerja sangat dibutuhkan agar mekanisme kerja berjalan efektif dan
efesien. Metode kerja yang sesuai dengan kebutuhan organisasi, baik yang
menyangkut proses produksi maupun administrasi tidak terjadi begitu saja
melainkan memerlukan waktu yang lama. Bahkan sering terjadi, untuk
memperoleh metode kerja yang sesuai dengan kebutuhan organisasi, pimpinan
perusahaan meminta bantuan ahli. Hal ini dilakukan karena pencipta metode
kerja, mekanis kerja, serta produser kerja sangat besar manfaatnya.
6. Market (Pasar)
Pasar merupakan tempat kita memasarkan produk yang telah diprosuksi. Pasar
sangat dibutuhkan dalam suatu perusahaan. Pasar itu berupa masyarakat
(pelanggan) itu sendiri. Tanpa adanya pasar suatu perusahaan akan mengalami
kebangkrutan. Jadi perusahaan seharusnya memikirkan manajemen pasar
(pemasaran) dengan baik. Dengan manajemen pasar (pemasaran) yang baik juga
didukung oleh pasar yang tepat distribusi produk dapat berjalan dengan lancar
dan sesuai dengan apa yang diharapkan.
berbagai rencana alternatif sebelum memutuskan karena ini adalah langkah awal
yang bisa berpengaruh secara total dalam perusahaan ke depannya. Fungsi-fungsi
manajemen yang lain tidak akan bisa berjalan dengan baik tanpa adanya
perencanaan yang matang.
2. Organizing (Pengorganisasian)
Pengorganisasian adalah pengaturan sumber daya manusia dan sumber daya fisik
yang dimiliki agar bisa menjalankan rencana-rencana yang sudah diputuskan
untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Fungsi pengorganisasian
mengelompokkan semua orang, alat, tugas, dan wewenang yang ada dijadikan
satu kesatuan yang kemudian digerakkan melaksanakan apa yang sudah
direncanakan sebelumnya. Pengorganisasian bisa memudahkan manajer untuk
mengawasi dan menentukan orang-orang yang dibutuhkan dalam menjalankan
tugas yang telah dibagi-bagi.
3. Actuating (Pengarahan)
Pengarahan merupakan usaha mengerakkan anggota-anggota kelompok
sedemikian rupa hingga mereka berkeinginan dan berusaha untuk mencapai
sasaran perusahaan dan sasaran anggota-anggota perusahaan tersebut, oleh karena
para anggota itu juga ingin mencapai sasaran-sasaran tersebut.
4. Controlling (Pengendalian)
Pengendalian adalah upaya untuk menilai suatu kinerja yang berpatokan kepada
standar yang telah dibuat, juga melakukan perbaikan apabila memang
dibutuhkan. Bentuk pengawasan yang baik adalah pengawasan yang sesuai
dengan kebutuhan sifat atau karakter dari perusahaan, sebuah pengawasan yang
baik dilakukan dengan tidak menelan banyak biaya dan bisa menjamin adanya
kegiatan perbaikan. Untuk itu, perusahaan perlu menyiapkan langkah tata pola
dan rencana perusahaan sebelum pengawasan dilaksanakan.
penelitian ini diukur atau dideteksi dengan denyut nadi. Dimana pengukurannya
dihitung dengan satuan (denyut/menit ) arteria radialif dipergelangan tangan, sebab
disini paling praktis dan mudah.
Kemudian menurut Meshkati dalam Tarwaka (2015) beban kerja dapat
didefinisikan sebagai suatu perbedaan antara kapasitas atau kemampuan pekerja
dengan tuntutan pekerjaan yang harus dihadapi. Menurut Hart dan Staveland dalam
Tarwaka (2015) bahwa beban kerja merupakan suatu yang muncul dari interaksi
antara tuntunan tugas-tugas, lingkungan kerja dimana digunakan sebagai tempat kerja,
keterampilan, perilaku dan persepsi dan pekerja. Beban kerja kadang-kadang juga
dapat didefinisikan secara operasional pada berbagai faktor seperti tuntutan tugas atau
upaya-upaya yang dilakukan untuk melakukan pekerjaan.
Berdasarkan yang dikemukakannya beberapa definisi di atas, maka dapat
disimpulkan beban kerja merupakan sejauh mana kapasitas individu pekerja
dibutuhkan dalam menyelesaikan tugas yang diberikan kepadanya, yang dapat
diindikasikan dari jumlah pekerjaan yang harus dilakukan, waktu/batasan waktu yang
dimiliki oleh pekerja dalam menyelesaikan tugasnya, serta pandangan subjektif
individu tersebut sendiri mengenai pekerjaan yang diberikan kepadanya.
c. Lingkungan kerja
Lingkungan kerja ini dapat memberikan beban tambahan yang meliputi,
lingkungan kerja fisik, lingkungan kerja kimiawi, lingkungan kerja biologis
dan lingkungan kerja psikologis.
2. Beban Kerja Oleh Karena Faktor Internal
Faktor internal beban kerja adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh akibat
adanya reaksi dari beban kerja eksternal yang berpotensi sebagai stres, meliputi:
a. Faktor somatis (kondisi kesehatan).
b. Faktor psikis (kepercayaan dan keinginan).
Selanjutnya menurut Hart dan staveland dalam Tarwaka (2015), menjelaskan bahwa
tiga faktor utama yang menentukan beban kerja adalah tuntutan tugas, usaha dan
performasi sebagai:
1. Faktor Tuntutan Tugas ( Task Demands)
Argumentasi berkaitan dengan faktor ini adalah bahwa beban kerja dapat
ditentukan dari analisis tugas-tugas yang dilakukan oleh pekerja bagaimana pun
perbedaan-perbedaan secara individu harus selalu diperhitungkan.
2. Usaha Atau Tenaga (Effort)
Jumlah dikeluarkan pada suatu pekerjaan mungkin merupakan suatu bentuk
instuitif secara alamiah berada beban kerja bagaimanapun juga, sejak terjadinya
peningkatan tuntutan tugas, secara individu mungkin tidak dapat meningkatkan
tingak effort.
3. Performansi
Sebagian besar setuju tentang beban kerja mempunyai perhatian dengan tingkat
performansi yang akan dicapai. Bagaimana pun juga, pengukuran performansi
sendirian tidaklah akan dapat menyajikan suatu matrik beban kerja yang lengkap.
yang secara obyektif adalah berbahaya. Stres juga diartikan sebagai tekanan,
ketegangan atau ganguan yang tidak menyenangkan yang berasal dari luar diri
seseorang. Menurut Luthan dalam Manurung (2011:8) “Stres kerja adalah suatu
tanggapan dalam menyesuaikan diri yang dipengaruhi oleh perbedaan individu dan
proses psikologis, sebagai konsekuensi dari tindakan lingkungan situasi atau peristiwa
yang terlalu banyak mengadakan tuntutan psikologis dan fisik seseorang”
Sedangkan menurut Hasibuan (2013:204) “stres kerja adalah suatu kondisi
ketegangan yang mempengaruhi emosi proses berpikir, dan kondisi seseorang.
Kemudian menurut Gibson, dkk. (2011:399) “Sres kerja adalah suatu tanggapan
penyesuain, diperantarai oleh perbedaan-perbedaan individu dan atau proses-proses
psikologis, akibat dari setiap tindakan, situasi atau peristiwa yang menetapkan
permintaan psikologi dan atau fisik berlebihan kepada seseorang. Menurut Soewondo
dalam Suatno dan Priansa (2011:255) “Stres kerja adalah suatu kondisi dimana
terdapat satu atau beberapa faktor di tempat kerja yang berinteraksi dengan pekerja
sehingga menganggu kondisi psikologis dan perilaku. Stres kerja akan muncul bila
terdapat kesenjangan antara kemampuan individu dengan tuntutan-tuntutan dari
pekerjaanya. Berdasarkan uraian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa stres
kerja adalah kondisi ketidakseimbangan secara psikologis yang dialami karyawan
dalam menjalani pekerjaanya, yang diindikasikan oleh bentuk emosi dan tingkah laku
yang lain dari biasanya.
a. Role Demands
Peraturan dan tuntutan dalam pekerjaan yang tidak jelas dalam suatu
organisasi akan mempengaruhi peranan seseorang karyawan untuk
memberikan hasil akhir yang ingin dicapai bersama dalam suatu organisasi
tersebut.
b. Interpersonal Demands
Hukuman komunikasi yang tidak jelas antara karyawan satu dengan yang
lain dan kurangnya dukungan sosial dari rekan-rekan kerja akan
menyebabkan komunikasi yang tidak sehat sehingga akan menimbulkan
stres.
c. Organizational Structure
Struktur organisasi menentukan tingkat diferensiasi (pembeda) dalam
individu, tingkat aturan serta pengaturan dan dimana keputusan diambil.
Aturan yang terlalu berlebihan di dalam perusahaan dan kurangnya
partisipasi dalam pengambilan keputusan yang berdampak pada seorang
karyawan merupakan sumber potensial dari stres.
d. Organizational Leadership
Berkaitan dengan peran yang akan dilakukan oleh seorang pemimpin di
dalam suatu perusahaan. Pemimpin yang menciptakan suatu budaya yang
dicirikan dengan suatu ketegangan, rasa takut dan kecemasan akan
membangun tekanan yang tidak realistis untuk berprestasi dalam jangka
pendek, memaksakan pengawasan yang lebih ketat dan secara rutin
memecat karyawan yang tidak dapat mengikuti.
3. Faktor Individu
a. Masalah Keluarga
Hubungan pribadi dengan keluarga yang kurang baik akan menimbulkan
akibat pada pekerjaan yang akan dilakukan karena masalah keluarga ini
akan terbawa pada pekerjaan seseorang di kantor.
b. Masalah Ekonomi
Hal ini tergantung dari bagaimana seseorang dapat menghasilkan
penghasilan yang cukup bagi kebutuhannya dan keluarganya serta dapat
21
c. Karakteristik Pribadi
Watak dasar alami yang dimiliki seseorang berbeda-berbeda sehingga untuk
setiap gejala stres yang timbul pada tiap-tiap pekerjaan harus diatur dengan
benar sesuai dengan watak dan kepribadiannya masing-masing.
2.1.5. Motivasi
Menurut Pamela dan Oloko (2015) motivasi adalah kunci dari organisasi yang sukses
untuk menjaga kelangsungan pekerjaan dalam organisasi dengan cara dan bantuan
22
yang kuat untuk bertahan hidup. Kemudian Chukwuma dan Obiefuna (2014) motivasi
kerja adalah proses membangkitkan perilaku, mempertahankan kemajuan perilaku,
dan menyalurkan perilaku tindakan yang spesifik. Dengan demikian, motif
(kebutuhan, keinginan) mendorong karyawan untuk bertindak. Sedangkan menurut
Steers dan Portert dalam Miftahun dan Sugianto (2010) menyatakan bahwa motivasi
kerja adalah suatu usaha yang dapat menimbulkan suatu perilaku, mengarahkan
perilaku, dan memelihara serta mempertahankan perilaku yang sesuai dengan
lingkungan kerja dalam organisasi.
Menurut Samsudin (2010:281) “Mengemukakan bahwa motivasi adalah proses
mempengaruhi atau mendorong dari luar terhadap seseorang atau kelompok kerja agar
mereka mau melaksanakan sesuatu yang telah ditetapkan”. Kemudian menurut
Sutrisno (2013:109) “Mengemukakan motivasi adalah faktor yang mendorong
seseorang untuk melakukan suatu aktivitas tertentu, motivasi sering kali diartikan pula
sebagai faktor pendorong perilaku seseorang”. Sedangkan menurut Hasibuan
(2011:146) “Motivasi adalah hal yang menyebabkan, menyalurkan dan perilaku
manusia, supaya mau bekerja giat dan antusias mencapai hasil yang optimal.”
Berdasarkan beberapa pendapat yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa
motivasi adalah suatu proses dimana kebutuhan mendorong seseorang untuk
melakukan serangkaian yang mengarah tercapainya tujuan tertentu dan tujuan
organisasi dan untuk memenuhi beberapa kebutuhan. Kuat lemahnya motivasi kerja
seseorang tenaga kerja ikut menentukan besar kecilnya prestasi.
kerja. Jadi faktor pemelihara tidak menciptakan kepuasan kerja akan tetapi dapat
mencegah terjadinya ketidakpuasan kerja.
Fredik Hezberg, dkk. dalam Wirawan (2013) juga mengemukakan faktor lain
mengenai motivasi yaitu:
1. Supervise
2. Hubungan interpersonal
3. Kondisi kerja fisikal
4. Gaji
5. Kebijakan dan praktik perusahaan
6. Genetif dan sekuritas pekerjaan
Motivasi terbentuk dari sikap seorang pegawai dalam menghadapi situasi kerja.
Motivasi merupakan kondisi yang menggerakkan diri pegawai yang terarah untuk
mencapai tujuan organisasi.
2. Pengharapan
Dengan memperhatikan bidang tersebut diharapkan bisa meningkatkan kinerja
karyawan. Karyawan yang memiliki kinerja tinggi mengharapkan pengakuan
dalam bentuk berbagai pengharapan yang diterimanya dari organisasi. Untuk
mempertinggi motivasi dan kinerja, mereka yang tampil mengesankan dalam
bekerja harus didedikasikan sedemikian rupa sehingga penghargaan memang
jatuh pada tangan yang memang berhak.
3. Komunikasi
Para manajer bertanggung jawab untuk mengevaluasi kinerja para karyawan dan
secara akurat mengkomunikasikan penilaian yang dilakukannya. Untuk dapat
melakukan secara akurat, para manajer harus mengetahui kekurangan dan
masalah apa saja yang dihadapi para karyawan dan bagaimana mengatasinya.
karyawan pada Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Makasar. Stres kerja
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kinerja karyawan pada Bank Syariah
Mandiri Kantor Cabang Makasar. Berdasarkan hasil analisis regresi diperoleh nilai
koefisien pengaruh dari setiap variabel penelitian.Variabel penelitian dengan nilai
koefisien pengaruh yang paling besar adalah kepemimpinan jadi, variabel yang
dominan berpengaruh terhadap kinerja karyawan adalah kepemimpinan.
Menurut Adityawarman (2015) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh
Beban Kerja terhadap Kinerja Karyawan PT Bank Rakyat Indonesia (persero) Tbk
Cabang Krekot. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh beban
kerja terhadap kinerja karyawan PT Bank Rakyat Indonesia (persero) Tbk Cabang
Krekot. Data diperoleh dari 127 responden, uji chi square digunakan untuk
mengetahui sikap responden terhadap variabel beban kerja dan kinerja berdasarkan
faktor demografik. Hasil analisis dari penelitian ini diperoleh beberapa simpulan, yaitu
ada perbedaan sikap mengenai beban kerja dan kinerja berdasarkan jenis kelamin
yaitu pada tantangan organisasi. Ada perbedaan sikap mengenai beban kerja dan
kinerja berdasarkan masa kerja yaitu pada tuntutan kerja, tuntutan peran, dan
tantangan individu. Ada perbedaan sikap mengenai beban kerja dan kinerja
berdasarkan tempat tinggal yaitu pada tantangan individu dan tantangan psikologi.
Korelasi beban kerja dengan kinerja kerja menunjukkan bahwa korelasi yang tertinggi
adalah antara tuntutan peran dan variabel dengan variabel organisasi dan korelasi yang
terendah adalah antara tuntutan kerja dengan variabel organisasi. Beban kerja
berpengaruh positif dan signifikan secara langsung terhadap kinerja karyawan PT
Bank Rakyat Indonesia (persero) Tbk Cabang Krekot.
belahan dunia. Oppo adalah penyedia layanan elektronik dan teknologi global yang
membawakan perangkat elektronik seluler terbaru dan tercanggih di lebih dari 20
negara, termasuk Amerika Serikat, China, Australia dan negara-negara lain di Eropa,
Asia Tenggara, Asia Selatan, Timur Tengah dan Afrika. Oppo berusaha memberikan
pengalaman menggunakan ponsel terbaik melalui desain yang cermat dan teknologi
yang cerdas. Oppo berusaha keras mengejar teknologi terkini, standar kualitas
perangkat lunak tertinggi, dan mewujudkan pengalaman pengguna yang terbaik. Kami
merancang, memproduksi, dan mempromosikan produk kami sendiri supaya
pelanggan bisa mendapatkan produk yang paling andal dan canggih dari awal sampai
akhir.
Sejak didirikan di tahun 2004, Oppo telah berusaha membawakan ideologi ini
kepada para penggunanya di seluruh dunia. Setelah berhasil memasuki pasar ponsel di
tahun 2008, Oppo mulai membentangkan sayapnya memasuki pasar internasional di
tahun 2010 dan membuka bisnis global untuk pertama kalinya pada bulan April 2010
di Thailand. Saat ini, OPPO sudah hadir di 21 pasar di seluruh dunia. Smartphone
Oppo bisa dibilang sebagai produk yang cukup sukses dalam membuat sejarah
keberhasilan dan tercatat sebagai produsen ponsel asal China yang menjadi terlaris
kedua di Indonesia. Dan tentunya, hal itu bisa dilihat dari keyakinan perusahaan saat
pertama kali menghadirkan produknya di Tanah Air yang berbeda dari para
kompetitornya. Dimana saat pasar mulai diramaikan dengan ponsel murah dan desain
copy paste dari produsen global, Smartphone Oppo justru hadir berseberangan sebagai
strateginya. 2013 adalah tahun dimana kiprah pertama kali smartphone Oppo di
Indonesia dan bila dihitung hingga saat ini, sudah ada 3,5 tahun perusahaan
berkompetisi. Meski termasuk sebagai pemain muda di industri smartphone Ada
sekira 37 produk dari beragam kategori kelas dihadirkan sang produsen, baik itu untuk
kelas menengah hingga tingkatan kelas pengguna atas. Sejarah smartphone Oppo
dimulai dengan tidak mengikuti tren pasar yang disesaki oleh ponsel asal China dan
notabene bisa dibilang terlalu mainstream. Harga murah dengan desian copy paste,
serta spesifikasi sekadarnya banyak diadopsi para pemain ponsel. Oppo tidak
mengawali dengan hal tersebut, perusahaan yakin bahwa seri pertama yang
dikenalkan dengan nama seri Oppo Find 5 akan lebih dikenal dibanding
kompetitornya yang bermain dengan strategi sama.
32
Nyali besar Oppo untuk bersaing di 2014 dengan Lenovo, Huawei, ZTE, dan
Xiaomi dibuktikan dengan baik oleh perusahaan. Pasalnya, di tahun ini dimana para
pesaing menggelontorkan smartphone untuk segmen menengah bawah yang berarti
hadir dengan harga murah, namun justru Oppo mengawalinya dengan menghadirkan
seri premium yang bisa terlihat dari harganya yang tinggi. Oppo N1 adalah seri yang
mengawali 2014 dengan harga yang tinggi dibanding kompetitornya, seri ini
dibanderol dengan harga IDR7 juta memiliki kamera putar 180 derajat. Dan tentunya,
meski tidak bisa dibilang sebagai pelopor smartphone selfie, tapi produk ini menjadi
produk terbaik dimasanya untuk urusan pengambilan foto diri sendiri tersebut. Seperti
pada tahun sebelumnya, 2015 juga diawali dengan produk yang memiliki spesifikasi
tinggi. Tidak jauh berbeda dengan seri sebelumnya yang dihadirkan perusahaan, Oppo
Mirror 3 adalah produk yang datang pada awal 2015 dengan spesifikasi yang tidak
bisa dipandang sebelah mata. Seri ini dibanderol dengan harga IDR3 jutaan.
1.1.2 Logo
Gambar 1.1
Logo Smartphone Oppo
33
BEBAN KERJA
(X1) H1
H3
MOTIVASI
H4
(X3)
2.5. HIPOTESA
34
Hipotesa 1
Ho1 : diduga tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara beban kerja terhadap
kinerja karyawan
Ha1 : diduga terdapat pengaruh yang signifikan antara beban kerja terhadap kinerja
karyawan
Hipotesa 2
Ho2 : diduga tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara stres kerja terhadap
kinerja karyawan
Ha2 : diduga terdapat pengaruh yang signifikan antara stres kerja terhadap kinerja
karyawan
Hipotesa 3
Ho3 : diduga tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara motivasi terhadap
kinerja karyawan
Ha3 : diduga terdapat pengaruh yang signifikan antara motivasi terhadap kinerja
karyawan
Hipotesa 4
Ho4 : diduga tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara beban kerja, stres
kerja, dan motivasi terhadap kinerja karyawan
Ha4 : diduga terdapat pengaruh yang signifikan antara beban kerja, stres kerja, dan
motivasi terhadap kinerja karyawan
35
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.3. POPULASI
Penentuan populasi harus dimulai dengan penentuan secara jelas mengenai populasi
yang menjadi sasaran penelitian. Menurut Sugiyono (2015:80) “Populasi adalah
wilayah generalisasi yang terdiri atas objek dan subjek yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Populasi yang akan diteliti
harus didefinisikan dengan jelas sebelum penelitian dilakukan. Populasi yang menjadi
sasaran penelitian disebut dengan populasi sasaran yaitu populasi yang akan menjadi
cakupan kesimpulan penelitian. Jadi apabila dalam sebuah hasil penelitian dikeluarkan
sebuah kesimpulan, maka menurut etika penelitian kesimpulan tersebut hanya berlaku
untuk populasi sasaran yang telah ditentukan. Populasi dalam penelitian ini adalah
karywan pada PT Indonesia OPPO Electronics. Dalam penelitian ini, penulis
melakukan penelitian terhadap karyawan sales Handphone OPPO di Central Business
Dictrict (CBD) Ciledug yang berjumlah 40 karyawan.
3.3.2. SAMPEL
Menurut Sugiono (2015:81) “Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi tersebut, sampel digunakan apabila peniliti tidak mampu
menggunakan semua anggota populasi sebagai subyek penelitian”. Apabila populasi
besar dan peneliti tidak mempelajari semua yang ada pada populasi karena
keterbatasan dana, tenaga dan waktu maka peneliti dapat menggunakan sampel yang
diambil dari populasi itu. Anggota populasi yang diambil sebagai sampel harus
mampu mewakili seluruh anggota populasi sehingga menghasilkan kesimpulan
penelitian yang valid. Teknik yang digunakan untuk pengambilan sampel tersebut
adalah dengan sampling jenuh yaitu teknik penentuan sampel bila semua anggota
populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi
relatif kecil. Istilah lain sampel jenuh adalah sensus, dimana semua anggota populasi
dijadikan sampel. Data tersebut diperoleh dari penyebaran kuesioner secara langsung
melalui survei. Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah 40 karyawan.
37
Menurut sugiyono (2016:38) “Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu
yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga
diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulan”.
1. Variabel Bebas (Independent Variable)
Variabel ini sering disebut sebgai variabel stimulus, predictor, atau variabel
bebas. Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi
sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat. Sebagai variabel bebas
dalam penelitian ini adalah beban kerja (X1), stres kerja (X2) dan motivasi (X3)
2. Variabel Terikat (Dependent Variable)
Variabel terikat sering disebut variabel output, kriteria atau variabel terikat
dimana variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi
akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini
adalah kinerja karyawan (Y). Berikut adalah tabel dari definisi operasional
variabel:
Tabel 3.1
Definisi Operasional Variabel
mempunyai skala. Dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan untuk mengukur
nilai variabel adalah skala likert. Menurut Sugiyono (2016:93) “Skala likert
digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok
orang tentang fenomena sosial. Dalam penelitian, fenomena sosial ini telah ditetapkan
secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut variabel penelitian. Dengan
skala likert maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel
yang dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat
berupa pernyataan atau pertanyaan”. Jawaban setiap item instrumen yang
menggunakan skala likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat
negatif, yang dapat berupa kata-kata seperti pada tabel 3.2 berikut:
Tabel 3.2
Skor Atas Jawaban Kuesioner
2. Uji Reliabilitas
Menurut Sugiyono (2015:122) “Hasil penelitian reliabel, bila terdapat kesamaan
data dalam waktu yang berbeda. Kalau dalam objek kemarin berwarna merah,
maka sekarang dan besok tetap berwarna merah”. Instrumen yang reliabel belum
tentu valid, reliabilitas instrumen merupakan syarat untuk pengujian validitas
43
instrumen. Oleh karena itu, walaupun instrumen yang valid umumnya pasti
reliabel, tetapi pengujian reliabilitas instrumen perlu dilakukan.
Sementara menurut Priyatno (2013:30) “Suatu alat pengukur dikatakan reliabel
bila alat itu dalam mengukur suatu gejala pada waktu yang berlainan senantiasa
menunjukkan hasil yang sama”. Metode uji reliabilitas yang sering digunakan
adalah Cronbach’s Alpha.
Tabel 3.3
Tingkat Hubungan Reliabilitas
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil kuesioner yang diberikan kepada
responden, kemudian dilakukan pengujian terhadap kuesioner untuk mengukur
tingkat kebaikan kuesioner, maka dapat dilakukan analisis validitas dan
reliabilitas. Validitas menunjukkan sejauh mana relevansi pertanyaan terhadap
apa yang ditanyakan atau apa yang ingin diukur dalam penelitian.
2. Uji Heteroskedastisitas
Uji Hereroskedastisitas menurut Priyatno (2013:60) adalah suatu keadaan
dimana varians dan kesalahan penggangu tidak konstan untuk semua variabel
bebas. Ada beberapa metode yang bisa digunakan untuk uji heteroskedastisitas
yaitu Sperman’s Rbo testing, glejser testing dan grafik regresi. Dalam penelitian
ini penulis menggunakan metode grafik, yaitu dengan melihat pola titik-titik
pada scatterplot regresi. Dasar analisis:
a. Jika pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang
teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka
mengindikasikan telah terjadi Heteroskedastisitas.
b. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan dibawah
angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi Heteroskedastisitas.
3. Uji Multikolinearitas
Menurut Wijaya dalam Sarjono dkk. (2011:70) “Uji multikolinearitas bertujuan
untuk mengetahui hubungan diantara variabel bebas memiliki masalah
multikolinearitas (gejala multikolinearitas) atau tidak. Multikolinearitas adalah
45
korelasi yang sangat tinggi atau sangat rendah yang terjadi pada hubungan
diantara variabel bebas. Disamping itu, menurut Ghozali (2011:105) “Uji
multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan
adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen.” Jika variabel
independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal.
Variabel ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama
variabel independen sama dengan nol. Jika ditemukan adanya
multikolinearitas, maka koefisien regresi variabel tidak tentu ada kesalahan
menjadi tidak terhingga. Salah satu metode untuk mendiagnosa adanya
multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance dan VIF (variance-inflating
factor). Tolerence mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih
yang tidak dijelaskan oleh variabel lainnya. Nilai tolerance yang rendah sama
dengan nilai VIF yang tinggi, karena VIF = 1/tolerance. Jika tolerance kurang
dari 0,1 atau sama dengan VIF < 10, itu menunjukkan adanya
multikolinearitas.
Dimana:
46
Tabel 3.4
Interval Koefisien Korelasi (R)
47
Langkah-langkah pengujiannya:
1. Dalam penelitian ini, hipotesis yang digunakan adalah:
a. Ho : Variabel-variabel bebas beban kerja (X1), stres kerja (X2) dan motivasi
(X3) tidak mempunyai pengaruh yang signifikan secara bersama-sama
terhadap variabel terikatnya yaitu kinerja karyawan (Y).
49
b. Ha : Variabel-variabel bebas yaitu beban kerja (X1), stres kerja (X2) dan
motivasi (X3) mempunyai pengaruh yang signifikan secara bersama-sama
terhadap variabel terikatnya yaitu kinerja karyawan (Y).
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1. ANALISIS
50
Proses analisis data sangat bergantung pada jenis data yang dikumpulkan, rumusan
masalah atau pertanyaan penelitian, hipotesis penelitian, serta tujuan penelitian.
Analisis data dilakukan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian atau
menguji hipotesis-hipotesis penelitian. Sedangkan pemilihan metode statistik yang
tepat merupakan hal yang sangat penting yang harus dipahami peneliti agar
kesimpulan mengenai pertanyaan penelitian ataupun hipotesis penelitian tidak keliru.
Apabila data yang terkumpul berupa angka atau data kuantitatif, maka dianalisis
secara kuantitatif, metode analisis dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif. Pada
penelitian kali ini, membahas tentang uji yang dilakukan seperti Uji Validitas, Uji
Reliabilitas, Uji Asumsi Klasik, Analisis Regresi Berganda, Uji Koefisien Korelasi,
Uji Koefisien Determinasi dan Uji Hipotesa.
4.2. PEMBAHASAN
4.2.1. UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS
Pengujian validitas dilakukan untuk melihat apakah item-item pertanyaan yang
diajukan dapat mendekati suatu kebenaran atau dapat mengukur variabel yang hendak
diukur. Dimana dengan mencari korelasi dari setiap indikator terhadap skor totalnya
dengan menggunakan rumus teknik korelasi “Product Moment” dengan bantuan
software SPSS versi 23. Adapun dasar pengambilan keputusan uji validitas adalah
dengan membandingkan p-value dengan level of significant yang digunakan yaitu
sebesar 5%. Jika significance kurang dari alpha 0,05 maka item pernyataan valid,
demikian pula sebaliknya jika significance lebih besar dari alpha 0,05 maka item
pernyataan tidak valid. Pengujian validitas juga dapat dilihat dengan membandingkan
nilai r hitung dengan r tabel untuk degree of freedom (df) = n -2 dengan tingkat kesalahan
(alpha) = 5% atau 0,05. Jika nilai r hitung lebih besar daripada nilai rtabel maka dapat
dikatakan item pernyataan tersebut valid dan sebaliknya.
Uji reliabilitas digunakan untuk melihat apakah terdapat kesesuaian jawaban
responden dengan pertanyaan yang diajukan. Uji reliabilitas dari setiap konstruk
dalam penelitian ini menggunakan metode Cronbach’s Alpha dengan bantuan
software SPSS versi 23. Menurut Priyatno (2013:30) “Cronbach’s coefficient alpha
yang cukup dapat diterima (acceptable) adalah yang bernilai antara 0,60-0,80 atau
lebih”.
51
Tabel 4.1.
Hasil Uji Validitas Beban Kerja (X1)
Berdasarkan tabel 4.1, dapat diketahui bahwa nilai r hitung dari seluruh pernyataan
lebih besar dari nilai rtabel (0,3120) sehingga dapat disimpulkan bahwa semua item
pernyataan tersebut valid.
Tabel 4.2.
Hasil Uji Reliabilitas Beban Kerja (X1)
52
Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa nilai Cronbach’s Alpha sebesar
0,689 > 0,600 sehingga item-item pernyataan dari variabel beban kerja (X 1) adalah
reliabel.
Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa nilai r hitung dari seluruh pernyataan lebih
besar dari nilai rtabel (0,3120) sehingga dapat disimpulkan bahwa semua item
pernyataan tersebut valid
Tabel 4.4.
Hasil Uji Reliabilitas Stres Kerja (X2)
53
Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa nilai Cronbach’s Alpha sebesar
0,770 > 0,600 sehingga item-item pernyataan dari variabel stress kerja adalah reliabel.
Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui bahwa nilai rhitung dari seluruh pernyataan lebih
besar dari nilai rtabel (0,3120) sehingga dapat disimpulkan bahwa semua item
pernyataan tersebut valid
Tabel 4.6.
Hasil Uji Reliabilitas Motivasi (X3)
54
Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0,807 >
0,600 sehingga item-item pernyataan dari variabel motivasi (X3) adalah reliabel.
Tabel 4.7.
Hasil Uji Validitas Kinerja Karyawan (Y)
Berdasarkan tabel 4.7 dapat diketahui bahwa nilai rhitung dari seluruh pernyataan lebih
besar dari nilai rtabel (0,3120) sehingga dapat disimpulkan bahwa semua item
pernyataan tersebut valid
Tabel 4.8.
Hasil Uji Reliabilitas Kinerja Karyawan (Y)
55
Berdasarakan tabel 4.8 diketahui bahwa nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0,895 > 0,600
sehingga item-item pernyataan dari variabel kinerja karyawan adalah reliabel.
Gambar 4.1.
Hasil Uji Normalitas
56
Berdasarkan hasil pengujian normalitas sebaran data mengikuti garis diagonal dan
searah maka data dikatakan telah terdistribusi dengan normal.
Tabel 4.9.
Uji One Sample Kolmogorov Smirnov
57
Dari output tabel di atas diketahui bahwa nilai signifikansi (Asym.Sig. 2-tailed)
sebesar 0,606, karena signifikansi lebih dari 0,05 maka residual terdistribusi dengan
normal.
Tabel 4.10.
Hasil Pengujian Multikolinearitas
58
Dari tabel 4.10 di atas dapat diketahui nilai Variance Inflation Factor (VIF)
tidak ada yang lebih dari 10, maka dapat dikatakan bahwa model variabel-variabel
tersebut tidak terjadi multikolinieritas.
1. Jika pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang
teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan
telah terjadi Heteroskedastisitas.
2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan dibawah
angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi Heteroskedastisitas.
Gambar 4.2.
59
Tabel 4.11.
Hasil Output Analisis Regresi Linier Berganda
60
Apabila dari hasil output tersebut dimasukkan dalam bentuk persamaan regresi
berganda adalah sebagai berikut:
Dimana :
Y = Variabel terikat (Kinerja Karyawan)
a = Nilai Konstanta
b1, b2, b3, = Koefisien Regresi
X1, X2, X3, = Variabel bebas (beban kerja, stres kerja dan motivasi)
e = Error
Jika dilihat dari persamaan regresi di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Nilai konstan sebesar -5,405 artinya jika beban kerja, stres kerja dan motivasi
bernilai konstan (tetap) maka kinerja karyawan sebesar 5,405 pengaruh
tersebut signifikan pada tingkat kesalahan sebesar 5% (0,05).
2. Koefisien regresi variabel beban kerja sebesar -0,257 menunjukkan bahwa
pengaruh beban kerja adalah negatif. Berdasarkan nilai koefisien regresi
tersebut dapat disimpulkan, jika beban kerja mengalami peningkatan atau
penurunan sebesar 1 maka kinerja karyawan akan mengalami peningkatan atau
penurunan sebesar 0,257 satuan dengan asumsi variabel bebas lainnya bernilai
tetap.
61
3. Koefisien regresi stres kerja sebesar 0,493 menunjukkan bahwa pengaruh stres
kerja adalah positif. Berdasarkan nilai koefisien regresi tersebut dapat
disimpulkan, jika stres kerja mengalami peningkatan atau penurunan sebesar 1
maka kinerja karyawan akan mengalami peningkatan atau penurunan sebesar
0,493 satuan dengan asumsi variabel bebas lainnya bernilai tetap.
4. Koefisien regresi motivasi sebesar 0,857 menunjukkan bahwa pengaruh
motivasi adalah positif. Berdasarkan nilai koefisien regresi tersebut dapat
disimpulkan jika motivasi mengalami peningkatan atau penurunan sebesar 1
maka kinerja karyawan akan mengalami peningkatan atau penurunan sebesar
0,857 satuan dengan asumsi variabel bebas lainnya bernilai tetap.
Tabel 4.12.
Hasil Output Uji Analis R dan R2
Pada tabel 4.12. di atas besarnya korelasi (R) sebesar 0,661 yang berarti terdapat
korelasi/hubungan yang kuat antara variabel bebas yang terdiri dari beban kerja, stres
kerja dan motivasi secara bersama-sama dengan variabel terikat yakni kinerja
karyawan. Besarnya adjusted coeficient of determination (Adjusted R2) sebesar 0,390
atau 39,0% yang berarti variabel bebas yang terdiri dari beban kerja, stres kerja dan
motivasi secara bersama-sama dapat memberikan kontribusi pengaruh sebesar 0,390
atau 39,0% kepada kinerja karyawan sedangkan sisanya 0,61 atau 61% dapat
diterangkan oleh faktor lain yang tidak dimasukkan ke dalam model.
62
Tabel 4.13.
Hasil Output Analisis Regresi Uji t
Karena nilai thitung < ttabel (-1,112 < 2,022) dengan nilai sig (0,273 > 0,05) maka Ho
diterima dan Ha ditolak , artinya bahwa beban kerja (X 2) secara parsial tidak
berpengaruh terhadap kinerja karyawan (Y).
1. Apabila Fhitung ≤ Ftabel, maka Ho diterima yang berarti tidak ada pengaruh
signifikan masing-masing variabel beban kerja (X1), stres kerja (X2) dan motivasi
(X3) terhadap kinerja karyawan (Y).
2. Apabila Fhitung ≥ Ftabel, maka Ho ditolak yang berarti ada pengaruh signifikan
masing-masing variabel beban kerja (X1), stres kerja (X2) dan motivasi (X3)
terhadap kinerja karyawan (Y).
Tabel 4.14.
Hasil Output Analisis Regresi Uji F
5.1. SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut:
1. Variabel beban kerja secara parsial tidak berpengaruh terhadap kinerja karyawan
dimana diketahui setelah dilakukan uji t, nilai thitung < ttabel yaitu -1,112 < 2,022
dengan nilai sig (0,273 > 0,05) maka Ho diterima dan Ha ditolak , artinya bahwa
beban kerja (X2) secara parsial tidak berpengaruh terhadap kinerja karyawan (Y).
2. Variabel stres kerja secara parsial berpengaruh dan signifikan terhadap kinerja
karyawan dimana diketahui setelah dilakukan uji t, nilai thitung > ttabel yaitu 2,770 >
2,004 dengan nilai sig (0,009 < 0,05) maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya
bahwa stres kerja (X2) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kinerja
karyawan (Y).
4. Berdasarkan hasil analisa uji F, diketahui nilai F hitung > Ftabel yaitu 9,322 > 2,87
maka Ho ditolak dan Ha diterima yang artinya beban kerja, stres kerja dan
motivasi secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan.
Sementara itu besarnya korelasi (R) sebesar 0,661 atau 66,1% yang berarti
terdapat korelasi/hubungan yang kuat antara variabel bebas yang terdiri dari
beban kerja, stres kerja dan motivasi secara bersama-sama dengan variabel terikat
yakni kinerja karyawan. Kemudian dari hasil perhitungan koefisien determinasi
(R2) dapat disimpulkan bahwa variabel-variabel bebas dalam penelitian ini
memiliki nilai Adjusted R Square sebesar 0,390 atau 39,0% yang berarti variabel
bebas yang terdiri dari beban kerja, stres kerja dan motivasi secara bersama-sama
dapat memberikan kontribusi pengaruh sebesar 39,0% kepada kinerja karyawan
sedangkan sisanya sebesar 0,61 atau 61% dipengaruhi faktor lain yang tidak
dimasukan dalam penelitian ini.
66
5.2. SARAN
Setelah melakukan penelitian, pembahasan dan merumuskan kesimpulan dari hasil
penelitian ini, maka penulis memberikan beberapa saran yang berkaitan dengan
penelitian yang telah dilakukan untuk dijadikan masukkan dan bahan pertimbangan
yang berguna bagi pihak-pihak yang berkepentingan, antara lain sebagai berikut:
1. Pada variabel beban kerja tidak berpengaruh terhadap kinerja karyawan, akan
tetapi perusahaan perlu memperhatikan beban kerja setiap karyawan agar tidak
menimbulkan stres dan menjadi berpengaruh terhadap kinerja karyawan.
4. Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu,
penulis memberikan saran kepada peneliti selanjutnya agar lebih fokus dan
aplikatif dengan menambah jumlah objek penelitian maupun memperpanjang dan
mendetailkan data serta dapat menambah referensi tentang materi ini.