Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata kuliah Pengantar Hukum Indonesia

Dosen pengampu : Aina Sufya Fuaida, M.H.

Disusun Oleh:

1. Via Oktaviana 33030200007


2. Ahmad Roja’i 33030200008
3. Bela Adrianifari 33030200012

PROGRAN STUDI HUKUM TATA NEGARA


FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahhirabbil’alamin, Puji Syukur kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala


Atas segala rahmat dan hidayah-Nya. Shalawat serta salam senantiasa tercurah pada
junjungan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam yang selalu kita nantikan syafa’atnya di
akhir kelak nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik
fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis berhasil menyelesaikan pembuatan makalah,
sebagai tugas dari mata kuliah Pengantar Hukum Indonesia dengan judul “ ”.

Tentunya makalah ini masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan, untuk itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk makalah ini agar lebih baik.
Demikian dari kami jika terdapat kesalahan penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Salatiga, 18 Maret 2021

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................................2

DAFTAR ISI..................................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................4

B. Rumusan Masalah...........................................................................................................4

BAB II............................................................................................................................................6

A. Pengertian Hukum Administrasi Negara.......................................................................6

C. Objek Hukum administrasi negara................................................................................9

D. Bentuk-bentuk Perbuatan Pemerintah........................................................................10

E. Peradilan Administrasi Negara....................................................................................14

BAB III.........................................................................................................................................18

PENUTUP....................................................................................................................................18

A. Kesimpulan.....................................................................................................................18

B. Saran...............................................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................19
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia adalah negara hukum, hal ini telah dijelaskan di dalam pasal 1 ayat
(3) Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 yang menyebutkan : Negara Indonesia adalah
negara hukum, hal ini menjelaskan pada penjelasan UUD 1945 bahwa Indonesia
berdasar atas hukum (rechtstaat) dan tidak berdasar atas kekuasaan semata
(machtstaat). Negara tidak boleh melakukan aktivitasnya atas dasar kekuasaan belaka,
tetatpi harus berdasar pada hukum.1
Negara Indonesia adalah negara hukum yang bertujuan mewujudkan tata
kehidupan negara dan bangsa yang sejahtera, aman tenteram, serta tertib. 2 Dalam
usaha mewujudkan tujuan tersebut di atas, sesuai dengan sistem pemerintahan negara
yang dianut dalam UUD 1945, melalui aparaturnya. Pemerintah harus berperan aktif
dan positif. Negara merupakan organisasi tertinggi diantara satu atau beberapa
kelompok masyarakat yang mempunyai cita-cita untuk bersatu hidup di dalam daerah
tertentu, dan mempunyai pemerintahan yang berdaulat.3
Sebagai konsekuensi negara hukum, segala sikap tindak administrasi negara
tidak administrasi negara tidak boleh bertentangan dengan hukum.4 Hukum yang
mengatur hubungan antara pemerintah dengan Warga Negara atau Hukum Perdata,
tergantung sikap dan kedudukan pemerintah dalam melakukan tindakan hukum.
Pemerintah memiliki dua kedudukan hukum yaitu sebagai wakil dari badan hukum
publik (publiek rechtpersoon, publik legal entity) dan sebagai pejabat (ambtsdrager)
dari jabatan pemerintah.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Hukum Administrasi Negara?
2. Sebutkan dan jelaskan Sumber-sumber Hukum Administrasi Negara!
3. Apa itu Objek Hukum Administrasi Negara?

1
C.S.T Kansil, Hukum Tata Negara Republik Indonesia, Bina Aksara, Jakarta, 1986. Hal. 86
2
Sudikno Mertokusumo, Bab-bab tentang Penemuan Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung 1993. Hal. 140
3
M. Mahfud M D, Dasar dan struktur Ketatanegaraan Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta, 2000, hal. 24
4
Van Apeldoorn, Inleiding tot de Studie ven het Nederlandse Recht,W E J Tjeenk Willink, Zwolle, 1966,
hal.9
4. Apa saja Bentuk-bentuk Perbuatan Pemerintah terhadap Hukum Administasi
Negara?
5. Apa yang dimaksud dengan Peradilan Administrasi Negara?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Hukum Administrasi Negara
2. Mempelajari Apa saja Sumber-Sumber Hukum Administrasi Negara
3. Mengetahui Objek dari Hukum Administrasi Negara
4. Mempelajari Bentuk-bentuk Perbuatan Pemerintah terhadap Hukum Administrasi
Negara
5. Untuk mengetahui apa itu Peradilan Administrasi Negara
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Hukum Administrasi Negara


Pengertian hukum administrasi di dalam kepustakaan negeri Belanda terdapat dua istilah,
yaitu bestuursrecht dan administratief recht, dengan kata dasar “administratie” dan
“bestuur”. Terdapat dua istilah ini, para pakar administrasi negara berbeda pendapat dalam
menerjemahkannya dengan istilah tata usaha, tata usaha pemerintah, tata pemerintahan, tata
usaha negara dan ada yang menerjemahkannya dengan administrasi saja, sedangkan kata
“bestuur” diterjemahkan secara seragam dengan pemerintahan.5

Menurut pendapat para ahli:

a. L.J Van Apeldoorn: “Segala keseluruhan aturan yang harus diperhatikan oleh setiap
pendukung kekuasaan yang diserahi tugas pemerintahan tersebut.”6
b. Prajudi Atmosudirjo : “Hukum yang mengenai operasi dan pengendalian dari
kekuasaan-kekuasaan administrasi atau pengawasan tehadap penguasa-penguasa
administrasi.”
c. Bachsan Mustofa : “suatu gabungan jabatan-jabatan yang dibentuk dan disusun
secara bertingkat sertakan tugas dalam melakukan sebagian pekerjaan pemerintahan
dalam arti luas yang tidak diserahkan pada badan-badan pembuat undang-undang
dan badan kehakiman.”7

Hukum Administrasi Negara (bahasa inggris: administrative law) adalah sebuah cabang
dari Ilmu hukum yang mempelajari mengenai tindakan-tindakan dalam menyelenggarakan
sebuah negara. Hukum ini juga dikenal sebagai hukum tata usaha negara atau hukum tata
pemerintahan.

Ditinjau secara umum, hukum administrasi merupakan instrumen yuridis bagi penguasa
untuk secara aktif terlibat dengan masyarakat dan pada sisi lain hukum administrasi
merupakan hukum yang memungkinkan anggota masyarakat mempengaruhi penguasa dan
memberikan perlindungan terhadap penguasa.
5
Philipus M. Hadjon, 1993, et.al., Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta,hal. 6
6
Utomo, Tri Widodo W. (2005-01-28). “Tinjauan kritis tentang pemerintahan dan kewenangan
pemerintah menurut hukum administrasi negara” Unisia. 28 (55) : 28-43
7
Mulyana, Aji (2017-12-30). “Resensi Buku (Book Review) Sonny Dewi Judiasih, Susilowati Suparto Dajaan,
dan Deviana Yuanitasari, Aspek Hukum Sewa Rahim Dalam Perspektif Hukum Indonesia, Bandung: Refika
Aditama, 2016”. Jurnal hukum mimbar justitia. 3 (2) :249
Hukum Administrasi Negara adalah seperangkat peraturan yang memungkinkan
administrasi negara menjalankan fungsinya, sekaligus melindungi warga terhadap sikap
8
tindak administrasi negara, dan melindungi administrasi negara itu sendiri. Hukum
administrasi negara adalah bagian dari hukum publik dan dan diturunkan dari hukum tata
negara. Hukum administrasi negara berkembang sejak awal abad ke-20 seiring dengan
beralihnya peran negara dari “penjaga malam” menjadi negara kesehatan yang diatur oleh
banyak lembaga dengan kewenangan masing-masing.

B. Sumber-sumber Hukum Administrasi Negara

Sumber hukum adalah segala sesuatu yang menimbulkan aturan dan di tentukan aturan
hukum itu. Pada umumnya , sumber hukum adalah segala sesuatu yang dapat menimbulkan
aturan hukum serta tempat ditemukan aturan hukum.

Sumber hukum dikenal dua macam yaitu

1. Sumber hukum materiil

Sumber hukum adalah segala sesuatu yang dapatmenimbulkan aturan hukum serta tempat
diketemukannya aturan hukum. Sumber hukum itu bisa dilihat dari bentuknya. Dengan
demikian ada dua macam sumber hukum. Sumber hukum materil dan sumber hukum formil.
Sumber hukum materil meliputi faktor-faktor yang ikut mempengaruhi materi (isi) dan
atguran-aturan hukum. Hukum formil adalah berbagai bentuk aturan hukum yang ada9,
berikut yang mempengaruhi sumber hukum materiil ini

a) Sumber Hukum Historis (Rechtsbron in Historischezin)


Sejarah, yaitu undang-undang/ peraturan-peraturan masa lalu yang dianggap baik
dapat dijadikan bahan untuk membuat undang-undang dan dapat diberlakukan sebagai
hukum positif.
b) Sumber Hukum Sosiologis (Rechtsbron in Sociologischezin)
Yaitu seluruh masyarakat dan lembaga-lembaga yang ada didalam masyarakat.
Kegiatan kegiatan yang terjadi didalam masyarakat dapat dijadikan bahan untuk
membuat hukum dengan kata lain sesuai dengan perasaan hukum masyarakat
misalnya keadaan dan pandangan masyarakat dalam social, ekonomi, budaya, agama
dan psikologis.
c) Sumber Hukum Filosofi s (Rechtsbron in Filosofi schezin)
8
Sjachran Basah, Perlindungan Hukum Terhadap Sikap-Tindak Administrasi Negara Op, Cit, hal. 4
9
Ridwan H.R. Hukum Administrasi Negara Edisi Revisi: 2002
Dari segi filsafat ada dua masalah penting yang dapat menjadi sumber hukum
yaitu:
Ukuran untuk menentukan bahwa sesuatu itu bersifat adil, serta; Faktor yang
mendorong seorang mau tunduk pada hukum.
2. Sumber hukum Formal
Sumber hukum dalam arti formal, merupakan sumber-sumber hukum dalam arti
formal diperhitungkan terutama bentuk tempat hukum itu dibuat menjadi positif oleh
instansi Pemerintahan yang berwenang. Dalam arti,bentuk wadah suatu badan
pemerintahan tententu dapat meciptakan badan hukum. Sumber Hukum (formal) di
Indonesia, diatur dalam MPRS No.XX/MPR/1966, yang terdiri dari10;
1. UUD 1945, Tap MPR,
2. UU dan PP sebagai Pengganti UU (Perpu), PP;
3. Keppres, Inpres, Permen, beserta Instruksi Mentri dan Surat Mentri.
Sumber hukum formil (kenbron) adalah sumber hukum yang berasal dari
aturan-aturan hukum yang sudah mempunyai bentuk sebagai pernyataan berlakunya
hukum (pembenar bentuk pernyataan bahwa sumber hukum materill dinyatakan
berlaku) atau bentuk di mana kita dapat menemukan hukum positif. Sumber hukum
formil Hukum Administrasi Negara,yaitu:
1. Undang-undang (hukum administrasi yang tertulis;

Undang-undang di sini identik dengan hukum tertutlis (ius scripta) sebagai


lawan dari hukum yang tidak tertulis (ius non scripta). Pengertian hukum tertulis sama
sekali tidak dilihat dari wujudnya yang ditulis dengan alat tulis. dengan perkataan lain
istilah tertulis tidak dapat kita artikan secara harfiah, namun istilah tertulis di sini
dimaksudkan sebagai dirumuskan secara tertulis oleh pembentukan hukum khusus
(speciali rechtsvormende organen).

2. Kebiasaan/ Praktek administrasi negara

Sumber Hukum Kebiasaan, dasarnya adalah: Pasal 27 Undang-undang No. 14


tahun 1970 tentang Pokokpokok Kekuasaan Kehakiman Jo Undang-Undang No. 48
Tahun 2009, di Indonesia mengatur bahwa: hakim sebagai penegak hukum dan
keadilan wajib menggali, mengikuti dan memahami nilai-nilai yang hidup
dalammasyarakat.Dalam penjelasan otentik pasal di atas dikemukakan bahwa dalam

10
Dr. H. Muhamad Rakhmat., SH., MH., Hukum Administrasi Negara: 2014
masyarakat yang masih mengenal hukum yang tidak tertulis serta berada dalam masa
pergolakan dan peralihan, hakim merupakan perumus dan penggali nilai-nilai hukum
yang hidup dikalangan rakyat. Untuk itu ia harus terjun ke tengahtengah
masyarakatnya untuk mengenal, merasakan dan mampu menyelami perasaan hukum
dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat. Dengan demikian hakim dapat
memberikan putusan yang sesuai dengan hukum dan rasa keadilan masyarakat.

3. Traktat

Perjanjian Internasional atau traktat juga merupakan salah satu sumber hukum
dalam arti formal. Dikatakan demikian oleh karena treaty (traktrat) itu harus
memenuhi persyaratan formal tertentu agar dapat diterima sebagai treaty atau
perjanjian internasional.

4. Yursprudensi

Yaitu keputusan hukum yang sudah mempunyai kekuatan hukum yang tetap
dapat menjadi sumber hukum administrasi Negara,Terutama Keputusan Hakim
Peradilan Tata Usaha Negara.

5. Doktrin

Pendapat para ahli terutama teori-teori yang baru mengenai pelaksanaan


hukum administrasi Negara dapat dijadikan sumber hukum administrasi Negara.
Pendapar para ahli yang merupakan hasil pemikiran dan penulisan diterima oleh
masyarakat dan dijadikan dasar bagi untuk membuatkebijakan-kebijakan bagi
administrasi negara.

C. Objek Hukum administrasi negara


Pengertian obyek adalah pokok permasalahan yang akan dibicarakan. Dengan
pengertian tersebut, yang dimaksud obyek hukum administrasi negara adalah pokok
permasalahan yang akan dibicarakan dalam hukum administrasi negara. Berangkat
dari pendapat Prof. Djokosutono, S.H., bahwa hukum administrasi negara adalah
hukum yang mengatur hubungan hukum antara jabatan-jabatan dalam negara dan para
warga masyarakat, maka dapat disimpulkan bahwa obyek hukum administrasi negara
adalah pemegang jabatan dalam negara itu atau alat-alat perlengkapan negara dan
warga masyarakat.
Pendapat lain mengatakan bahwa sebenarnya obyek hukum administrasi
adalah sama dengan obyek hukum tata negara, yaitu negara (pendapat Soehino, S.H.).
pendapat demikian dilandasi alasan bahwa hukum administrasi negara dan hukum tata
negara sama-sama mengatur negara. Namun, kedua hukum tersebut berbeda, yaitu
hukum administrasi negara mengatur negara dalam keadaan bergerak sedangkan
hukum tata negara dalam keadaan diam. Maksud dari istilah ”negara dalam keadaan
bergerak” adalah nahwa negara tersebut dalam keadaan hidup. Hal ini berarti bahwa
jabatan-jabatan atau alat-alat perlengkapan negara yang ada pada negara telah
melaksanakan tugasnya sesuai dengan dengan fungsinya masing-masing.

Istilah ”negara dalam keadaan diam” berarti bahwa negara itu belum hidup
sebagaimana mestinya. Hal ini berarti bahwa alat-alat perlengkapan negara yang ada
belum menjalankan fungsinya. Dari penjelasan diatas dapat diketahui tentang
perbedaan antara hukum administrasi negara dan hukum tata negara.

Obyek HAN Khusus adalah peraturan-peraturan hukum yang berhubungan


dengan bidang tertentu dari kebijaksanaan penguasa. Contoh : Hukum Tata Ruang,
IMB dll. Obyek HAN Umum adalah peraturan-peraturan hukum yang tidak terikat
pada suatu bidang tertentu dari kebijaksanaan penguasa. Contoh : Asas-asas umum
pemerintahan yang baik, dll. Dari lapangan hukum administrasi khusus itulah
kemudian dicari elemen-elemen umum yaitu elemen yang terdapat dalam tiap
lapangan khusus tersebut. Elemen yang demikian itulah kemudian membentuk hukum
administrasi umum.11

D. Bentuk-bentuk Perbuatan Pemerintah


Bermacam-macam perbuatan administrasi negara

Perbuatan administrasi negara dapat digolongkan menjadi 2 kategori yaitu : kategori


perbuatan hukum (rechtshandelingen) dan kategori perbuatan yang bukan perbuatan hukum
atau perbuatan tanpa akibat yang diatur oleh hukum (geen rechts tapi hanya feitelijke
handelingen).

Berdasarkan sistemnya hukum itu dibagi dalam dua golongan yaitu : privat dan publik.
Pernuatan hukum publik ada 2 macam yaitu :

11
Dr. I Nyoman Gede Remaja,SH.,MH, Hukum Administrasi Negara,Bali : 2017
1. Perbuatan hukum publik yang bersegi satu (eenzijdige publiekrechtelijke handeling).
Jadi menurut mereka tidak ada perjanjian (overeenkomst) yang diatur oleh hukum
publik, perjanjian itu suatu perbuatan bersegi dua karena diadakan oleh 2 kehendak.
Maka dari itu perjanjian dalam hukum publik tidak ada.karena dalam hubungan yang
diatur oleh hukum publik hanya satu pihak saja yang secara sukarela dapat
menentukan kehendaknya yaitu kehendak pemerintah.

Perbuatan Hukum disebut juga “Beschiking” dalam bahasa indonesia sering dipakai
istilah “ketetapan”. Tujuannya menyeleanggrakan hubungan-hubungan dalam lingkungan alat
negara (staatsorgaan) yang membuat ketetapan-ketetapan intern, maupun menyelanggarakan
hubungan-hubungan antara alat negara yang membuatnya dengan seorang partikelir atau
badan privat atau antara dua atau lebih alat negara ketetapan ekstern.

2. Perbuatan hukum publik yang bersegi dua ( tweezijdige publiekrechtelijke handeling).


Tokoh-tokohnya : Van der Pot, Van Praag, Kranenburg-Vegting, Wiarda, Donner,
yang menerima adanya perbuatan hukum publik bersegi 2, perjanjian menurut hukum
publik. Contohna perjanjian kerja jangka pendek (korteverband contract).

Syarat-syarat yang harus dipenuhi agar ketetapan adalah ketetapan sah


(voorwaarde voor de rechtsgeldigheld der beschikking)

Ketetapan dibagi dalam dua macam yaitu :

1. ketetapan sah (rechtsgeldige beschikking)

2. ketetapan tidak sah (niet-rechtsgeldige beschikking). Ketetapan yang tidak sah dapat
berupa:

 ketetapan yang batal karena hukum (nietig van rechtswege) merupakan akibat sesuatu
perbuatan, untuk sebagiannya atau untuk seluruhnya bagi hukum dianggap tidak
ada/dihapuskan tanpa diperlukan suatu keputusan hakim atau keputusan suatu badan
pemerintah lain yang berkompeten untuk menyatakan batalnya sebagian atau seluruh
akibat itu.
 ketetapan yang batal (nietig, juga : batal absolut,absoluut nietig), merupakan suatu
akibat suatu perbuatan yang oleh hakim dibatalkan karena mengandung kekurangan.
 ketetapan yang dapat dibatalkan (vernietigbaar),meruapakan bagi hukum perbuatan
yang dilakukan dan akibatnya dianggap ada sampai waktu pembatalan oleh hakim atau
oleh suatu badan pemerintah lain yang berwenang,pembatalan itu diadakan karena
perbuatan tersebut mengandung kekurangan.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi agar ketetapan adalah ketetapan yang sah Donner
mengemukakan bahwa kekurangan dalam ketetapan dapat mengakibatkan bahwa :
1. ketetapan itu harus dianggap batal sama sekali
2. berlakunya ketetapan itu dapat digugat dalam bandingan (beroep), pembatalan oleh
jabatan (ambthasalve vernietiging) karena bertentangan dengan undang-undang,
penarikan kembali ( interekking) oleh kekuasaan yang berwenang (competent)
mengeluarkan ketetapan tersebut.
3. dalam hal ketetapan tersebut sebelum dapat berlaku memerlukan persetujuan
(peneguhan) suatu badan kenegaraan yang lebih tinggi, maka persetujuan itu tidak
diberi
4. ketetapan diberi suatu tujuan lain daripada tujuan permulaannya (konversi,conversie)
Prof.Van der Pot menyebut4 syarat yang harus dipenuhi agar ketetapan dapat berlaku
sebagai ketetapan sah yaitu :

1. ketetapan harus dibuat oleh alat (orgaan) yang berwenang (bevoegd) membuatnya.
2. karena ketetapan itu suatu pernyataan kehendak (wilsverklaring) maka pembentukan
kehendak itu tidak boleh memuat kekurangan yuridis (geen juridische gebreken in de
wilsvorming)
3. ketetapan harus diberi bentuk (vorm) yang ditetapkan dalam peraturan yang menjadi
dasarnya dan pembuatannya harus  juga memperhatikan cara (procedure) membuat
ketetapan itu, bilamana cara itu ditetapkan dengan tegas dalam peraturan dasar
tersebut.
4. isi dan tujuan ketetapan harus sesuai dengan isi dan tujuan peraturan dasar.
Dalam pembentukan kehendak dari alat negara yang mengeluarkan suatu ketetapan, tidak
boleh ada kekurangan yuridis ,kekurangan yuridis dalam pembentukan kehendak alat negara
yang mengeluarkan suatu ketetapandapat disebabkan oleh karena :

 salah kira (dwaling) berarti bilamana seseorang (subjek hukum) menghendaki


suatu dan membuat suatu pernyataan yang sesuai dengan kehendak itu tapi
kehendak tersebut didasrkan atas suatu bayangan (voorstelling) (tentang suatu hal)
yang salah
 paksaan (dwang)
 tipuan (bedrog)
Ketetapan harus diberi bentuk yajg ditetapkan dalam UU yang menjadi dasarnya dan
pembuatnya harus memperhatikan peraturan-peraturan mengenai cara pembuatannya.

Bentuk ketetapan itu ada 2 macam :

a. Ketetapan dikeluarkan secara lisan (mondelinge beschikking)


b. Ketetapan dikeluarkan secara tertulis (schriftelijke atau geschreven beschikking)

Secara umum ada 2 hal mengapa ketetapan dikeluarkan secara lisan:

1. Dalam hal yang tidak membawa akibat kekal dan yang tidak begitu penting bagi
administrasi negara, sehingga tidak diperlukan suatu ketetapan tertulis.
2. Dalam hal bilamana oleh yang mengeluarkan suatu ketetapan dikehendaki suatu
akibat yang timbul dengan segera.
Masing-masing ketetapan hanya jika dianggap perlu menurut peraturan untuk
ditempatkan dalam suatu berita warta pemerintah atau dalam surat kabar yang terkenal agar
isinya dapat dibaca oleh yang bersangkutan. Ketetapan yang berbentuk UU diundangkan
dalam lembaran negara, ketetapan yang dibuat penguasa pemerintah pusat yang lain
diberitahukan dalam berita negara. Ketetapan yang isi dan tujuannya tidak sesuai dengan isi
dan tujuan dari peraturan yang menjadi dasar ketetapan itu. Syarat ini adalah suatu jenis yang
harus dipenuhi dalam negara hukum. Syarat legalitet ini adalah salah satu tiang negara
hukum. Oleh Kranenburg-Vegting menyebut 4 macam hal suatu alat negara memberi kepada
ketetapan suatu isi yang menurut peraturan yang bersangkutan sebenarnya tiak dapat diberi
kepada ketetapan itu :

 Suatu alat negara membuat ketetapan, tetapi peristiwa hukum atas peristiwa yang
bukan peristiwa hukum yang menurut peraturan yang bersangkutan harus ada agar
ketetapan itu dapat dibuat, sekali-kali tidak ada. Dalam hal demikian, alasan untuk
membuat ketetapan itu sebenarnya tidak ada.
 Suatu alat negara membuat ketetapan, tetapi peristiwa yang disebut dalam ketetapan
itu dan yang menurut peraturan yang bersangkutan adalah benar, sebetulnya alasan-
alasan bagi pembuatan suatu ketetapan lain dari yang telah dibuat. Dalam hal
demikian suatu alasan salah.
 Suatu alat negara membuat ketetapan yang menurut peraturan yang bersangkutan
adalah benar, tetapi peristiwa-peristiwa yang disebut sebetulnya tidak dapat menjadi
alasannya. Dalam hal demikian dibuat suatu ketetapan berdasarkan alasan-alasan
yang tidak dapat dipakai.
 Suatu alat negara membuat ketetapan, tetapi alat negara itu tidak mempergunakan
kekuasaannya secara resmi sesuai dengan tujuannya yang telah diberi oleh
peraturan yang bersangkutan kepada kekuasaan itu. Dlam hal demikian alat negara
yang membbuat ketetapan, mempergunakan kekuasaannya secara tidak sesuai
dengan tujuan kekuasaannya itu, dan salah menggunakan kekuasaan itu diberi nama
istimewa dari bahasa perancis yaitu “detournement de douvoir”.
Macam ketetapan
Ada beberapa macam golongan, yaitu :

1. Ketetapan positif dan ketetapan negatif. Suatu ketetapan yang untuk yang dikenainya
menimbulkan hak atau/dan kewajiban adalah suatu ketetapan positif. Suatu ketetapan
yang baru membatalkan ketetapan yang lama adalah suatu ketetapan positif, karena
disini suatu keadaan hukum yang lama diganti dengan yang baru. Suatu ketetapan
yang negatif tidak mengadakan perubahan dalam suatu keadaan hukum tertentu yang
telah ada. Maka suatu ketetapan yang negatif adalah tiap penolakan atas suatu
permohonan untuk mengubah suatu keadaan hukum tertentu yang telah ada.
2. Ketetapan deklaratur dan ketetapan konstitutif. Oleh prins dikemukakan bahwa ada
peraturan yang tidak memerlukan suatu ketetapan agar dapat menyelesaikan suatu
soal yang konkrit. Peraturan semacam itu langsungmenyelesaikan tiap-tiap soal
konkrit, dan AN tidak beraksi. Ketetapan deklaratur yaitu suatu ketetapan yang hanya
menyatakan bahwa yang bersangkutan dapat diberi haknya karena termasuk golongan
ketetapan yang menyatakan hukum. ketetapan konstitutif yaitu membuat hukum.
3. Ketetapan kilat dan ketetapan tetap. Oleh prinsip disebut 4 macam ketetapan kilat :
 Suatu ketetapan yang bermaksud mengubah redaksi suatu ketetapan yang
lama.
 Suatu ketetapan yang negatif. Ketetapan semacam ini hanya memuat suatu
keputusan yangbermaksud tidak mengadakan sesuatu, dan ketetapan semacam
ini bukan halangan bagi AN untuk pada kemudian hari masih juga bertindak,
bila mana keadaan atau pendapat AN itu telah berubah.
 Suatu menarik kembali atau suatu pembatalan. Seperti suatu ketetapan yang
negatif, maka ketetapan semacam ini pun tidak membawa suatu hasil yang
positif, dan suatu ketetapan semacam ini pun bukan halangan bagi AN untuk
mengadakan suatu ketetapan lain yang sama engan ketetapan yang menarik
kembali atau yang dibatalkan itu.
 Suatu pernyataan pelaksanaan.
4. Dispensasi, ijin, lisensi, dan konsesi

Prof. Van der pot mendefinisikan dispensasi ialah keputusan AN yang membebaskan
suatu perbuatan dari kekuasaan suatu peraturan yang menolak perbuatan itu. Bila pembuat
peraturan tidak umumnya melarang suatu perbuatan, tetapi masih juga memperkenankanya
asal saja diadakan secara yang ditentukan untuk masing-masing hal konkrit, maka keputusan
AN yang memperkenankan perbuatan tersebut bersifat ijin. Kadang pembuat peraturan
beranggapan bahwa suatu perbuatan yang penting bagi umum, sebaik-baiknya dapat diadakan
oleh suatu subyek hukum pertikelir, tetapi dengan turut campur dari phak pemerintah. Suatu
keputusan AN yang memperkenankan yang bersangkutan mengadakan perbuatan tersebut,
memuat suatu konsensi. Lisensi digunakan untuk menyatakan suatu perusahaan satu macam
ijin istimewa.

E. Peradilan Administrasi Negara


Eksistensi Peradilan Administrasi dalam Sistem Negara Hukum Indonesia

Karakteristik negara hukum rechtsstaat adanya peradilan administrasi untuk


menyelesaikan perselisihan sebagaimana yang dikemukakan pertama kali oleh Friedrich
Julius Stahl pada abad ke-19. Adanya suatu peradilan administrasi untuk mengontrol perilaku
sewenang-wenang yang dilakukan oleh negara.12

Dalam konsep Nomokrasi Islam disebutkan bahwa salah satu prinsipnya adalah
adanya peradilan yang bebas. Hal ini menunjukkan bahwasanya secara tersirat juga mengakui
adanya lembaga peradilan khusus, yaitu peradilan administrasi dalam rangka mengadili,
memeriksa, dan memutus suatu perkara. Sebagaimana Al – Qur’an menye-butkan yang
artinya “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak

12
Hasan Zaini.Z, Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia, Bandung: Alumni, 1974, hlm. 9
menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya
kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-
baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha Melihat” (QS.
An-Nisaa ayat 58). Kemudian Rasulullah SAW bersabda “bila seorang hakim
mengupayakan hukum (dengan jujur) dan keputusannya benar, maka dia akan memperoleh
dua pahala. Tetapi bila keputusannya salah maka dia akan memperoleh satu pahala” (HR.
Al-Bukhari).

Peradilan administrasi dipandang sebagai peradilan khusus, dalam arti peradilan yang
hanya diberi kewenangan menyelesaikan sengketa yang muncul di bidang administrasi dan
kepegawaian atau sengketa yang terjadi antara pejabat administrasi dengan seseorang atau
badan hukum perdata sebagai akibat dikeluarkannya atau tidak dikeluarkannya keputusan.13

Menurut S. F. Marbun, bahwa tujuan pembentukan PTUN adalah untuk memberikan


perlindungan terhadap semua warga negara yang merasa haknya dirugikan, sekalipun hal itu
dilakukan oleh alat negara sendiri. Di samping itu, untuk menjaga keseimbangan antara
kepentingan umum dengan kepentingan perseorangan agar berjalan selaras dan rasa keadilan
dalam masyarakat terpelihara serta dapat ditingkatkan yang sekaligus merupakan public
service negara terhadap warganya.14

Menurut Prajudi Atmosudirdjo tujuan dibentuknya peradilan administrasi negara


(PTUN) adalah untuk melindungi warga masyarakat yang kepentingan hukumnya seringkali
tertindih atau terjepit dengan semakin luasnya campur tangan penguasa ke dalam kehidupan
masyarakat. Melalui PTUN masyarakat dapat menggugat penguasa dan mendapatkan
tindakan korektif dari PTUN.15

Sedangkan menurut Sjachran Basah, mengemukakan bahwa tujuan peradilan


administrasi negara (PTUN) ialah memberikan jaminan pengayoman hukum, tidak hanya
untuk rakyat semata-mata melainkan juga bagi administrasi negara dalam arti menjaga dan
memelihara keseimbangan kepentingan masyarakat dengan kepentingan individu. Untuk
administasi negara akan terjaga ketertiban, ketentraman dan keamanan dalam melaksanakan

13
Ridwan HR, Tiga Dimensi Hukum Administrasi dan Peradilan Administrasi, Yogyakarta: FH UII Press,
2009, hlm. 146
14
SF Marbun, Peradilan Tata Usaha Negara, Yogyakarta: Liberty, 1988, hlm. 17
15
Prajudi Atmosudirjo, Hukum Administrasi Negara, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1981, hlm.
tugas-tugasnya demi terwujudnya pemerintahan yang kuat, bersih, dan berwibawa dalam
negara hukum berdasarkan Pancasila.16

Negara Indonesia merupakan negara hukum sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 1


ayat (3) UUD Tahun 1945 yang berbunyi bahwa Negara Indonesia adalah negara hukum.
Sebagai negara hukum, maka perwujudannya adalah adanya kekuasaan kehakiman yang
dijalankan oleh setiap lembaga peradilan. Sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 24 UUD
Tahun 1945 yang berbunyi sebagai berikut:

1. Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk


menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan.
2. Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan
peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum,
lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan
peradilan tata usaha negara, dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi.
3. Badan-badan lain yang fungsinya berkaitan dengan kekuasaan kehakiman
diatur dalam undang-undang.

Peradilan Administrasi yang terdapat dalam sistem negara hukum Indonesia disebut
Peradilan Tata Usaha Negara (PTUN). Pembentukan PTUN tersebut memiliki landasan
hukum antara lain:

1. UUD Tahun 1945


2. UU No. 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara
3. UU No. 9 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas UU No. 5 Tahun 1986
tentang Peradilan Tata Usaha Negara
4. UU No. 51 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas UU No. 5 Tahun 1986
tentang Peradilan Tata Usaha Negara.

Menurut penulis, bahwasanya eksistensi keberadaan PTUN di Negara Indonesia


sebagai bentuk peradilan administrasi yang secara khusus bertujuan untuk menyelesaikan
perselisihan atau sengketa dibidang Tata Usaha Negara (TUN) antara warga negara dengan
pejabat TUN. Dalam Pasal 1 Angka (8) UU No. 51 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua
Atas UU No. 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara berbunyi bahwa Badan atau
Pejabat Tata Usaha Negara adalah badan atau pejabat yang melaksanakan urusan
16
Sjachran Basah, Eksistensi dan Tolak Ukur Badan Peradilan Administrasi di Indonesia, Bandung: Alumni,
1989, hlm. 3-4
pemerintahan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pada angka (9)
berbunyi bahwa Keputusan Tata Usaha Negara adalah suatu penetapan tertulis yang
dikeluarkan oleh badan atau pejabat tata usaha negara yang berisi tindakan hukum tata usaha
negara yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang bersifat konkret,
individual, dan final, yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum
perdata. Kemudian angka (10) yang berbunyi bahwa Sengketa Tata Usaha Negara adalah
sengketa yang timbul dalam bidang tata usaha negara antara orang atau badan hukum perdata
dengan badan atau pejabat tata usaha negara, baik di pusat maupun di daerah, sebagai akibat
dikeluarkannya keputusan tata usaha negara termasuk sengketa kepegawaian berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Oleh karena itu, obyek sengketa yang diperkarakan dalam PTUN adalah Keputusan
Tata Usaha (KTUN) yang dikeluarkan oleh pejabat TUN yang pada dasarnya dianggap
merugikan atau menimbulkan ketidakadilan kepada masyarakat, baik secara individual
maupun badan hukum perdata.
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Hukum Administrasi Negara adalah seperangkat peraturan yang memungkinkan
administrasi negara menjalankan fungsinya, sekaligus melindungi warga terhadap sikap
tindak administrasi negara, dan melindungi administrasi negara itu sendiri. Hukum
administrasi negara adalah bagian dari hukum publik dan dan diturunkan dari hukum tata
negara.

Sumber hukum adalah segala sesuatu yang menimbulkan aturan dan di tentukan aturan
hukum itu. Pada umumnya , sumber hukum adalah segala sesuatu yang dapat menimbulkan
aturan hukum serta tempat ditemukan aturan hukum.
Pengertian obyek adalah pokok permasalahan yang akan dibicarakan. Dengan pengertian
tersebut, yang dimaksud obyek hukum administrasi negara adalah pokok permasalahan yang
akan dibicarakan dalam hukum administrasi negara. Berangkat dari pendapat Prof.
Djokosutono, S.H., bahwa hukum administrasi negara adalah hukum yang mengatur
hubungan hukum antara jabatan-jabatan dalam negara dan para warga masyarakat, maka
dapat disimpulkan bahwa obyek hukum administrasi negara adalah pemegang jabatan dalam
negara itu atau alat-alat perlengkapan negara dan warga masyarakat.
Perbuatan administrasi negara dapat digolongkan menjadi 2 kategori yaitu : kategori
perbuatan hukum (rechtshandelingen) dan kategori perbuatan yang bukan perbuatan hukum
atau perbuatan tanpa akibat yang diatur oleh hukum (geen rechts tapi hanya feitelijke
handelingen).
Peradilan administrasi dipandang sebagai peradilan khusus, dalam arti peradilan yang
hanya diberi kewenangan menyelesaikan sengketa yang muncul di bidang administrasi dan
kepegawaian atau sengketa yang terjadi antara pejabat administrasi dengan seseorang atau
badan hukum perdata sebagai akibat dikeluarkannya atau tidak dikeluarkannya keputusan

B. Saran
Demikian dari makalah yang kami buat dan kami sampaikan, kami menyadari bahwa
makalah kami jauh dari kata sempurna. Maka dari itu kami membutuhkan kritik dan
sarannya untuk memperbaiki dan membangun makalah kami untuk menjadi lebih baik.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah ilmu bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA

C.S.T Kansil, Hukum Tata Negara Republik Indonesia, Bina Aksara, Jakarta, 1986.

Sudikno Mertokusumo, Bab-bab tentang Penemuan Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung
1993.

M. Mahfud M D, Dasar dan struktur Ketatanegaraan Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta,


2000,

Van Apeldoorn, Inleiding tot de Studie ven het Nederlandse Recht,W E J Tjeenk Willink,
Zwolle, 1966,

Philipus M. Hadjon, 1993, et.al., Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, Gadjah


Mada University Press, Yogyakarta

Utomo, Tri Widodo W. (2005-01-28). “Tinjauan kritis tentang pemerintahan dan


kewenangan pemerintah menurut hukum administrasi negara”

Mulyana, Aji . “Resensi Buku (Book Review) Sonny Dewi Judiasih, Susilowati Suparto
Dajaan, dan Deviana Yuanitasari, Aspek Hukum Sewa Rahim Dalam Perspektif Hukum
Indonesia, Bandung: Refika Aditama, 2016”. Jurnal hukum mimbar justitia.

Sjachran Basah, Perlindungan Hukum Terhadap Sikap-Tindak Administrasi Negara Op,


Cit, hal. 4

Ridwan H.R. Hukum Administrasi Negara Edisi Revisi: 2002

Dr. H. Muhamad Rakhmat., SH., MH., Hukum Administrasi Negara: 2014

Dr. I Nyoman Gede Remaja,SH.,MH, Hukum Administrasi Negara,Bali : 2017

Hasan Zaini.Z, Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia, Bandung: Alumni, 1974,

Ridwan HR, Tiga Dimensi Hukum Administrasi dan Peradilan Administrasi, Yogyakarta:
FH UII Press, 2009,

SF Marbun, Peradilan Tata Usaha Negara, Yogyakarta: Liberty, 1988,

Prajudi Atmosudirjo, Hukum Administrasi Negara, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1981


Sjachran Basah, Eksistensi dan Tolak Ukur Badan Peradilan Administrasi di Indonesia,
Bandung: Alumni, 1989

Anda mungkin juga menyukai