Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
ABSTRAK
Citra perempuan sebagai wujud gambaran untuk memperlihatkan
prilaku yang menunjukkan perwajahan dan ciri khas perempuan dalam kehidupan sehari-
hari. perempuan adalah sosok yang mempunyai dua sisi, yaitu perempuan dilihat dari
keindahan dan perempuan dianggap lemah. akibat pandangan yang mengatakan bahwa
perempuan itu lemah maka menimbulkan perbedaan gender antara laki-laki dan
perempuan yang mengakibatkan kaum perempuan mengalami ketidakadilan gender baik
di dalam masyarakat maupun di dalam keluarga. Berdasarkan hal tersebut maka
permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana citra perempuan dalam menghadapi
ketidakadilan gender dalam novel Perempuan Bersampur Merah karya Intan Andaru
(tinjauan feminisme).Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan Citra Perempuan
dalam menghadapi ketidakadilan gender dalam novel Perempuan Bersampur Merah karya
Intan Andaru (Tinjauan Feminisme). Metode penelitian yang digunakan adalah metode
Deskriptif. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik baca
dan teknik catat. Hasil Penelitian menunjukan bahwa terdapat dua perempuan yang
mengalami ketidakadilan gender Streotipe, kekerasan seksual dan Subordinasi dilihat dari
aspek fisik dan dua perempuan mengalami ketidakadilan gender Streotipe terlihat dari
aspek psikis dan satu perempuan mengalami ketuidakadilan gender kekerasan fisik dan
beban kerja dosemtik dilihat dari aspek sosial.
1
Sastra dianggap suatu karya seni yang imajinatif, fiktif, dan inovatif. Menurut
[ CITATION Dwi12 \p 1 \l 1057 ] secara etimologis sastra atau sastera berasal dari
bahasa sanskerta yang terdiri dari kata Cas atau Sas dan –tra. Cas dalam bentuk
kata kerja yang diturunkan memiliki arti mengarahkan, mengajar, memberikan
suatu petunjuk ataupun instruksi. Akhiran –tra menunjukan satu saran atau alat.
Sastra secara harfiah berarti alat untuk mengajar, buku petunjuk buku instruksi
atau pengajaran. Istilah susastra sendiri pada dasarnya berasal dari awalan su yang
memiliki arti “indah, baik” sehingga susastra dibandingkan atau disejajarkan
dengan belles-letters. Oleh karena itu sastra disebut suatu karya seni yang
melahirkan suatu keindahan yang berupa pengalaman, pemikiran, dan perasaan
yang dituangkan dalam suatu karya sastra melalui bahasa yang digunakan.
Karya sastra adalah hasil imajinasi pengarang yang berupa ungkapan pikiran
dan perasaan yang dituangkan dalam suatu karya untuk menghayati kejadian-
kejadian yang ada disekitarnya. Menurut Yanti [ CITATION 15 \p 3 \l 1057 ] Karya
sastra merupakan struktur dialogis dalam rangka membentuk sistem komunikasi
antara masyarakat, karya, dan pembaca. baik sebagai temuan pengarang maupun
pemahaman pembaca adalah sebuah imajinasi dan kreativitas. meskipun
demikian, imajinasi dan kreativitas bukan khayalan seperti dibayangkan oleh
masyarakat pada umunya. Kehidupan dalam karya sastra mirip dengan kehidupan
nyata karena karya sastra merupakan cerminan kehidupan lingkungan sekitar
masyarakat.
Novel adalah cerita rekaan yang menggambarkan perjalanan hidup tokoh
utamanya dengan berbagai masalah suka maupun duka, yang diwarnai rasa cinta,
masalah sosial, masalah ketuhanan, kematian dan rasa cemas [ CITATION Nur15 \p 3
\l 1057 ]. Novel sebagai karya sastra yang menyajikan hasil pemikiran melalui
wujud penggambaran pengalaman konkret manusia dalam bentuk cerita yang
cukup panjang berupa kisah kehidupan seseorang yang dituangkan dalam bentuk
tulisan yang membentuk suatu karya yang menarik dengan demikian hubungan
novel dengan karya sastra memuat beragam gambaran kehidupan manusia, dan
tidak jarang pula karya sastra yang dihasilkan banyak menampilkan citra atau
gambaran perempuan di dalamnya. Hal ini memberikan pengetahuan bahwa sosok
perempuan mewarnai khazanah kesusastraan Indonesia khususnya novel.
Mengingat banyaknya isu yang terjadi di dalam masyarakat mengenai
perempuan yang mengalami patriarki atau kesetaraan gender muncul sebuah
gerakan di Indonesia mengenai feminisme. Feminisme adalah sebuah kesadaran
tentang adanya ketidakadilan yang sistematis bagi perempuan di seluruh dunia.
Sesuai kamus oxford yang memasukkan kata feminisme yang diberi arti
“pandangan dan prinsip-prinsip untuk memperluas pengakuan hak-hak
perempuan”. Menurut Nancy F. Cott [ CITATION Pro15 \p 131-132 \l 1057 ] ,
pengertian feminisme mengandung dua arti yang sangat penting yaitu kesadaran
dan perjuangan sehingga dalam prosesnya menjadi sebuah ideologi atau gerakan
(movement).
2
Humm [ CITATION Wiy12 \p 10 \l 1057 ] menyatakan “Feminisme
menggabungkan doktrin persamaan hak bagi perempuan yang menjadi gerakan
terorganisasi untuk mencapai hak asasi perempuan, dengan sebuah ideologi
transformasi sosial yang bertujuan untuk menciptakan dunia bagi perempuan”.
diantara berbagai aliran-aliran feminisme, yang cukup menonjol adalah feminisme
marxis, feminisme radikal, feminisme sosial, feminisme liberal, feminisme
psikoanalisis, feminisme ekstiensisalis, feminisme postmodern dan feminisme
ekofeminisme Tong [ CITATION Wiy12 \p 152 \l 1057 ] Dari beberapa pendapat yang
telah diuraikan dapat disimpulkan bahwa feminisme adalah suatu gerakan
perjuangan perempuan yang menuntut persamaan sepenuhnya antara kaum
perempuan dan laki-laki untuk mengubah keadaan tanpa mengubah kodrat sebagai
perempuan.
Perempuan selalu menjadi objek dan menarik untuk dibicarakan karena
perempuan adalah keindahan dan perempuan dianggap lemah. dengan demikian,
dapat dikatakan bahwa karya sastra memiliki daya pikat terhadap permasalahan
perempuan. dalam berbagai permasalahan tersebut bisa dilihat bagaimana citra
seorang perempuan dalam menghadapi persoalan hidup baik di dalam keluarga
maupun di dalam masyarakat. Citra artinya rupa, gambaran dapat berupa
gambaran yang dimiliki orang banyak mengenai pribadi atau kesan mental
(bayangan) visual yang ditimbulkan oleh sebuah kata, frase, atau kalimat, dan
merupakan unsur dasar khas dalam karya prosa dan puisi [ CITATION Pri21 \p 45 \l
1057 ] sedangkan perempuan selalu dihubungkan dengan kehalusan, kelembutan,
keindahan, dan kecantikan.
Citra perempuan merujuk pada gambaran tingkah laku perempuan yang
menunjukkan suatu sifat atau wajah dan ciri khas perempuan dalam kehidupan
sehari-hari. Menurut Aprilya [ CITATION 16 \p 6 \l 1057 ] , citra perempuan adalah
gambaran atau wujud tingkah laku yang terdapat pada perempuan sebagai jati diri
atau watak seseorang. Citra yang tergambar dari pribadi seseorang dari berbagai
aspek yaitu pribadi, keluarga, dan masyarakat. Sedangkan Citra perempuan dibagi
menjadi tiga bagian yaitu 1)citra perempuan dilihat dari aspek fisik ,2) citra
perempuan dilihat dari aspek psikis 3) Citra perempuan dilihat dari Aspek Sosial,
citra perempuan dalam aspek sosial disederhanakan dalam dua peran yaitu, peran
perempuan dalam keluarga dan peran perempuan dalam masyarakat
Citra perempuan juga dapat dilihat dari banyak karya sastra salah satunya
sastra prosa dalam novel Perempuan Bersampur Merah yang ditulis oleh Intan
Andaru, novel ini banyak memberikan gambaran-gambaran tentang citra
perempuan dalam menghadapi ketidakadilan gender yang mendorong perempuan
untuk berjuang dalam kehidupannya. Ketidakadilan gender merupakan sistem dan
struktur di mana baik kaum laki-laki dan perempuan menjadi korban dari sistem
tersebut. untuk memahami bagaimana perbedaan gender menyebabkan
ketidakadilan gender, dapat dilihat melalui berbagai manifestasi ketidakadilan
yang ada. Ketidakadilan gender termanifestasikan dalam berbagai bentuk
ketidakadilan diantaranya: marginalisasi (pemiskinan ekonomi), subordinasi,
3
pelabelan negatif, kekerasan (violence), dan beban kerja dosmetik (Fakih, 2013,
hal, 12).
Novel Perempuan Bersampur Merah karya Intan Andaru dijadikan sebagai
objek penelitian. Hal ini dilatarbelakangi keinginan peneliti untuk mengetahui
Bagaimana citra perempuan dilihat dari tiga aspek yaitu aspek fisik, psikis dan
sosial dalam menghadapi ketidakadilan gender baik di dalam keluarga ataupun di
dalam masyarakat. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui citra perempuan dilihat
dari aspek fisik, psikis, dan sosial dalam menghadapai berbagai ketidakadilan
gender, di dalam novel Perempuan Bersampur Merah ini juga banyak
menggambarkan atau melukiskan perempuan yang kuat, mandiri, dan juga
perempuan yang mengalami ketidakberdayaan, perasaan hancur dalam
menghadapi sebuah ketidakadilan gender.Novel ini juga sangat menarik karena
novel yang berjudul Perempuan Bersampur Merah karya Intan Andaru
mendapatkan apresiasi dari Sujiwo Teju seorang Budayawan menuliskan
testimoni mengenai novel.
METODE
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
deskriptif kualitatif. Menurut Nawawi (dalam Siswantoro, 2010, hal, 56) metode
deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki
dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek atau objek penelitian
(novel, drama, cerita pendek, puisi) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta
yang tampak atau sebagaimana adanya. Peneliti menggunakan metode deskriptif
kualitatif dalam menggambarkan keadaan sebenarnya yaitu mendeskripsikan
bentuk citra perempuan dalam menghadapi ketidakadilan gender yang di temukan
dalam novel Perempuan Bersampur Merah. dengan metode ini data yang telah
terkumpul didentifikasi, dianalisis, dan dideskripsikan, kemudian
diintreprestasikan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Tujuan penelitian ini yaitu mendeskripsikan citra perempuan dalam
menghadapi ketidakadilan gender pada novel Perempuan Bersampur Merah karya
Intan Andaru dengan menggunakan tinjauan feminisme. Sumber data dalam
penelitian ini menggunakan sumber data primer, sumber data primer adalah data
utama yaitu data yang di seleksi atau diperoleh langsung dari sumbernya tanpa
perantara [ CITATION Sis701 \p 70 \l 1057 ] . Sumber data primer dalam penelitian ini
adalah novel Perempuan Bersampur Merah karya Intan Andaru yang diterbitkan
oleh PT Gamedia Pustaka Utama Cetakan pertama, 2019 berisi 207 halaman
ukuran 20 cm dengan cover Perempuan Bersampur Merah. Teknik yang
digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini teknik baca dan catat.
dengan menggunakan pendekatan feminisme kajian sastra yang mengutamakan
pusat perhatian analisisnya pada perempuan.
Teknik analisis dilakukan dengan pemaparan dalam bentuk deskriptif terhadap
masing-masing data secara fungsional dan relasional [ CITATION Sis56 \p 81 \l
1057 ] Teknik analisis data yang digunakan dalam menganalisis data pada novel
Perempuan Bersampur Merah karya Intan Andaru adalah teknik deskriptif.
Teknik analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan atau mendeskripsikan
citra perempuan dalam menghadapi ketidakadilan gender, peneliti melakukan
4
pencatatan, pengamatan ,dan menetapkan. dengan hal tersebut, peneliti melakukan
teknik pengumpulan data dan menganalisis data dengan langkah-langkah sebagai
berikut.(1)Membaca novel Perempuan Bersampur Merah karya Intan Andaru
secara keseluruhan dan berulang-ulang, (2)Mencari dan menggaris bawahi bagian-
bagian yang berkenaan dengan citra perempuan dalam menghadapi ketidakadilan
gender yang yang dilihat dari tiga aspek yaitu fisik, psikis dan sosial dalam novel
Perempuan Bersampur Merah.(3)Menganalisis citra perempuan dalam
menghadapi ketidakadilan gender yang dilihat dari tiga aspek yaitu fisik, psikis
dan sosial dalam novel tersebut. (4)Mendeskripsikan citra perempuan dalam
menghadapi ketidakadilan gender yang dilihat dari tiga aspek yaitu fisik, psikis
dan sosial dalam novel tersebut.
5
laki-laki yang memandang akan mulai mempunyai gairah dan nafsu untuk
memilikinya.
Ketidakadilan Gender Kekerasan Seksual (Violence)
Kekerasan seksual dalam bentuk pemerkosaan terhadap perempuan, termasuk
pemerkosaan di luar perkawinan. Pemerkosaan terjadi jika seseorang melakukan
pemaksaan untuk mendapatkan pelayanan seksual tanpa kerelaan yang
bersangkutan. ketidakrelaan ini seringkali tidak bisa terekspresikan disebabkan
oleh berbagai faktor misalnya ketakutan, malu, keterpaksaan baik ekonomi, sosial,
maupun kultural, tidak ada pilihan lain.bisa dilihat seorang pengarang melukiskan
kisah pahit yang dialami Nena dalam menghadapi ketidakadilan gender kekerasan
seksual berupa pemerkosaam yaitu keterpaksaan karena Nena terlalu mengagumi
sosok laki-laki yang terkenal baik yang membuat Nena jatuh hati sehingga Nena
akan melakukan apapun untuk laki-laki yang ia cintai dilihat pada kutipan berikut:
“Rupanya hampir tiap mak Rebyak tidak ada di rumah, mbak Nena
selalu ditemani pacarnya di Sanggar. dan itu adalah awal dari
kejadian-kejadian aneh pada mbak Nena mulai terlihat.
Beberapa hari lalu, aku mendapatinya bicara lama sekali dengan
Mas Yudi di pinggir jalan. mereka berdua seperti bertengkar hebat.
hari-hari berikutnya, selalu sibuk mengaitkan korset di perutnya
bahkan ketika ia tidak ada tanggapan menari. ia juga tak sesehat
biasanya, ia sering mual dan mengeluh pusing [ CITATION Int19 \p
117 \l 1057 ].”
Berdasarkan kutipan di atas dapat dilihat bahwa Nena mengalami
ketidakadilan gender kekerasan seksual seperti pemerkosaan karena ia begitu
mencintai kekasihnya dan tidak ingin kehilangan Mas Yudi.
Dalam kutipan lain juga terlihat bahwa Nena terlihat gelisah akibat dari
kehamilan di luar nikah. karena hari demi hari banyak perubahan pada Nena
sampai-sampai ia bertengkar hebat dengan kekasihnya. dapat dilihat pada kutipan
berikut:
“ketika menuruni undak-undakkan rumah, mata kami sempat
berpapasan, dapat kulihat jelas matanya merah dan basah. ‘mbak
kenapa?’ mbak Nena mengusap matanya, ia menggeleng seolah bilang
padaku tak ada masalah. aku tidak percaya dan aku mendesaknya
bercerita, siang itu kami duduk di depan pagar rumah mak Rebyak.
Sambil menata napasnya yang tersengal-sengal, ia bercerita padaku
bahwa ia telat menstruasi empat bulan. Aku masih belum mengerti
bagaimana bisa telat menstruasi mampu membuatnya sekacau ini.
setelah ia bilang bahwa sudah membeli alat untuk megecek kencing
sendiri dengan hasil yang menunjukkan bahwa ia hamil [ CITATION
Int19 \p 117-118 \l 1057 ]
Pada kutipan lain juga bisa dilihat bahwa Nena tidak hanya mengalami
keterpaksaan melakukan hubungan seksual tetapi ia juga di tuduh kekasihnya
dihamili laki-laki lain dan memilih pergi meninggalkan Nena karena laki-laki
tersebut tidak mau bertanggung jawab atas kehamilannya, bisa dilihat pada
kutipan berikut:
“setelah aku memberi tahunya bahwa aku hamil, yudi ndak ada
kabarnya. Ia ndak mau tau tentang aku dan kehamilanku, dan ia malah
6
menuduhku dihamili lelaki lain, mau lapor polisipun ndak mungkin
malah aku mempermalukan keluargaku [ CITATION Int19 \p 119 \l 1057
]
7
“ karena kehamilannya itu, keluarganya marah besar. Bapaknya hanya
memberi dua pilihan untuk mbak Nena mau minum jamu dan pijat ke
dukun untuk menggugurkan kandungannya atau pergi dari rumah.
Mbak Nena yang sudah merasa berdosa hanya terdiam dan tak ingin
menambahnya. Mbak Nena memilih meninggalkan Rumah, mbak Nena
juga dikeluarkan dari sekolah sebab guru-guru telah mendengar berita
kehamillannya [ CITATION Int19 \p 118 \l 1057 ].”
8
Berdasarkan kutipan di atas tokoh “Ibu” dicitrakan oleh pengarang sebagai
perempuan yang kuat dan tidak pernah mengeluh dalam menghadapi
ketidakadilan gender streotIpe yaitu akibat tradisi di masyarakat mengenai
penyakit kiriman dalam kepercayaan yang masih sangat longgar, yang berakibat
pada perempuan yang sudah menikah dan memiliki anak harus kehilangan suami
bahkan ayah untuk anaknya.
3. Citra Perempuan Sebagai Istri dilihat dari Aspek Sosial dalam
Menghadapi Ketidakadilan Gender Beban Kerja Dosmetik (Barden) di
dalam Keluarga
Istri Pak Ngadino
Istri pak ngadino dicitrakan sebagai istri sekaligus seorang ibu yang
mempunyai dua anak perempuan, istri yang harus mengurus pekerjaan rumah dan
juga harus mencari nafkah untuk kehidupannya bersama anak dan suami.
Suaminya yang bernama “Ngadino” adalah laki-laki yang tidak mempunyai
pekerjaan ia hanya makan tidur di rumah karena itu Ngadino menyuruh istrinya
untuk bekerja keluar Negeri sebagai TKW sedangkan Pak Ngadino hidup enak
tanpa beban di kampung karena setiap bulan Pak Ngadino dapa kiriman uang dari
sang istri, kepergian sang Istri keluar Negri rupanya dimanfaatkan Pak Ngadino
untuk menikah sirih dengan perempuan lain. Istri yang begitu percaya kepada
suami yang begitu patuh da melakukan pekerjaan apapun untuk kelangsungan
hidup rumah tangga malah dikhianati, bisa dilihat pada kutipan berikut:
“entah apa yang dilakukan pak Ngadino di luar sana, sebab tiap siag hari
ia sellau tak ada. Kabarnya ia punya istri yang dinikahinya secara sirih,
seorang penjual rujak lontong yag tinggal di dekat bukit. Konon pada
siang hari ia selalu memui istrinya itu kemudian sore harinya, ia juga
belum kembali kerumah. Kata orang ia pergi ke istri sirihnya yang lain,
seorang janda yang tak lain adalah tetangganya sendiri yang bahkan
rumah mereka haya dipisahkan oleh satu rumah tak berpenghuni. Yang ia
lakukan sehari-hari hanya begitu, ia tidak bekerja, tapi uag selalu datang
tiap bulannya. Dan keadem-ayemannya itu yang kemudian mengilhami
penduduk kempungku untuk mengikuti jejaknya yaitu meyuruh istrinya
pergi ke luar Negeri menjadi TKW. Istri pak Ngadino sudah lama bekerja
di Saudi Arabia untuk menjadi TKW [ CITATION Int19 \p 31 \l 1057 ] “.
9
Ternyata tidak sampai disini, tokoh Perempuan yang dicitrakan sebagai istri
sekaligus ibu oleh pengarang mengalami ketidakadilan gender beban kerja
dosmetik tetapi juga mengalami kekerasan fisik akibat dari perbuatan suaminya
yang tidak mempunyai rasa taggungjawab untuk kedua anak dan istrinya sehingga
istri pak Ngadino harus menanggung banyak beban kehidupan.setelah istri pak
Ngadino pulang dari luar negeri kekerasan fisik itu terjadi bisa dilihat pada
kutipan berikut:
“Suatu hari, ketika istrinya pulang para tetangga pernah mendengar
pecahan piring, gelas, belangga, atau entah apa itu, disusul jeritan yang
amat kuat hingga para tetangga mengintip dibalik pintu masing-masing.
Kedua anak perempuan mereka yang masih SMP berhamburan keluar
rumah sambil menangis. Di rumahnya suara ribut suara ribut semakin
keras, sedangkan tetangga haya mengintip dan tidak melakukan apa-apa.
Kejadian itu berlalu setengah jam lamanya kemudian suasana tenang
kembali, tetanggaku memang seringnya begitu mengabaikan orang-orang
yang membutuhkan pertolongan macam istri pak Ngadino yang sering
kena pukul [ CITATION Int19 \p 32 \l 1057 ]”.
10
karena Istrinya tau bahwa Pak Ngadino telah menghianati ia dengan perempuan
lain, Pak Ngadino tidak menerima tuduhan itu kemudian ia memukuli istrinya.
PEMBAHASAN
Citra perempuan adalah wujud gambaran mental spritual untuk
memperlihatkan bahwa apa yang dipandang sebagai prilaku yang menunjukkan
perwajahan dan ciri khas perempuan dalam kehidupan sehari-hari. dan bagaimana
aspek fisik dan psikis diasosiasikan dengan nilai-nilai yang berlaku di dalam
masyarakat. hubungan perempuan di dalam masyarakat dimulai dari hubungannya
dengan orang-seseorang, antar orang, sampai ke hubungan dengan masyarakat
umum. dan dibalik citra perempuan yang terdiri dari tiga aspek terdapat beberapa
ketidakadilan gender diantaranya; marginalisasi (pemiskinan ekonomi),
subordinasi, stereotipe (pelabelan negatif), kekerasan (Violence), dan Beban kerja
dosmetik (barden).Citra perempuan dalam novel Perempuan Bersampur Merah
karya Intan Andaru terdapat tiga aspek yaitu fisik, psikis, dan sosial dalam
menghadapi berbagai ketidakadilan gender seperti streotipe, subordinasi,
kekerasan seksual, beban kerja dosmetik, dan kekerasan fisik. Hasil analisis jika
dikaitkan dengan teori (Tinjauan Feminisme) terdapat hasil yang sesuai dengan
yang diteliti karna feminisme merujuk pada “ilmu Perempuan” yang bertujuan
mensetarakan hak antara laki-laki dan perempuan tanpa mengubah kodrat
perempuan.
Dari hasil penelitian di atas juga terdapat keterkaitan antara peneliti dengan
kajian terdahulu yang relevan. Pada peneliti ini peneliti menemukan citra
perempuan dilihat dari tiga aspek yaitu fisik, psikis, dan sosial dalam menghadapi
ketidakadilan gender dalam novel Perempuan Bersampur Merah karya Intan
Andaru menggunakan (tinjauan feminisme). Perbedaan peneliti dengan kajian
terdahulu yag relevan pada salah satu jurnal yaitu terletak pada judul saja bahwa
kajian terdahulu yang relevan mengambil Perjuangan Perempuan dalam
Mendobrak Ketidakadilan gender dan juga terletak pada sumber data. Pada
peneliti kajian terdahulu yang relevan berupa cerita rakyat ‘’Pan
Brengkak’’,’’Diah Ratna Kaeshi’’ dan Novel Tempurung peneliti tersebut
mendapatkan simpulan mengenai bentuk Perjuangan yang dilakukan perempuan
dalam menghadapi ketidakadilan gender salah satunya perlawanan terhadap
dominasi laki-laki, sistem perjodohan dan tradisi foedal dan tidak menggunakan
(tinjauan feminisme).
Citra perempuan ditinjau dari segi fisik dapat berupa penggambaran fisik
tokoh oleh pengarang, berupa jenis kelamin, keadaan tubuh, ciri muka dan
sebagainya yang berhubungan dengan fisik tokoh[ CITATION Mul69 \p 9 \l 1057 ] ,
menjelaskan bahwa wujud fisik secara lahiriah meliputi kecantikan, postur tubuh,
penampilan, keindahan dan sebagainya. dalam menghadapi ketidakadilan gender
pelabelan negatif, subordinasi, dan kekerasan seksual (pemerkosaan). Citra
perempuan ditinjau dari segi fisik dapat berupa penggambaran fisik tokoh oleh
pengarang, berupa jenis kelamin, keadaan tubuh, ciri muka dan sebagainya yang
berhubungan dengan fisik tokoh. bahwa citra perempuan ditinjau dari aspek fisik,
yaitu gambaran tentang perempuan yang dilihat berdasarkan ciri-ciri fisik atau
11
lahiriah seperti, usia, jenis kelamin, keadaan tubuh, dan ciri muka. misalnya
perempuan saat anak-anak berpostur tubuh yang mungil, berkulit sawo matang,
rambut tipis tergerai dan pada saat ia tumbuh menjadi perempuan dewasa, ia akan
mengalami banyak perubahan misalnya keadaan postur tubuh yang semula mungil
menjadi besar atau gemuk dan yang semula berkulit sawo matang kini menjadi
berkulit putih, dan sebagainya.
Berdasarkan hasil penelitian ini, citra perempuan dilihat dari aspek fisik yang
terdapat di dalam novel Perempuan Bersampur Merah tersebut terdapat dua tokoh
yang menggambarkan aspek fisik yaitu Sari dan Nena. peneliti menemukan ke
dua tokoh yang terdapat di dalam novel tersebut merupakan hasil dari analisis
yang tergambar di dalam novel tersebut. dengan demikian kedua tokoh tersebut
tergambar cukup jelas dengan menggunakan Ilmu Perempuan (Feminisme),
bagaimana tokoh perempuan digambarkan melalui wujud fisik perempuan. dibalik
keindahan fisik dari tokoh yang digambarkan secara menarik yaitu sebagai
perempuan yang cantik dan mempunyai rambut panjang hitam dan betis mulus
dan jenjang serta postur tubuh yang indah mengundang gairah dan hawa nafsu
bagi kaum laki-laki yang mengakibatkan perempuan mengalami ketidakadilan
gender kekerasan seksual seperti pemerkosaan.Salah satunya Nena adalah seorang
penari gandrung, ia terkenal sangat cantik di desa itu bahkan ia mempunyai ciri-
ciri fisik dan postur tubuh yang begitu indah yang siapa saja melihatnya akan
terpesona akibat dari pancaran seribu cahaya kecantikan yang dimiliki Nena.
tetapi ia tidak pernah menunjukkan perwajahan aslinya, walaupun ia seorang
penari gandrung ia selalu terlihat berpakaian sopan bahkan ia hanya selalu berada
di Sanggar untuk mengajarkan tari-tari tradisional kepada murid gurunya yaitu
Mak Rebyak seorang pemilik Sanggar. Nena terkernal perempuan yang sangat
ramah dan baik, baginya keindahan postur tubuh yag dimiliki Nena adalah sebagai
wujud fisik secara lahiriah yang diciptakan tuhan untuknya tetapi kaum laki-laki
menganggap bahwa keindahan postur tubuh Nena adalah suatu keindahan seorang
penari gandrung yang membuat ia harus mengalami ketidakadilan gender.
Jadi, kecantikan bahkan postur tubuh yang dimiliki seorang perempuan yang
dilihat dari aspek fisik tidak sebagai faktor penyebab ketidakadilan gender.
Ketidakadilan gender yang dialami perempuan juga dari berbagai penyebab faktor
lain seperti akibat tradisi, perekonomian, dan anggapan tidak penting bagi kaum
perempuan.
Citra perempuan di lihat dari Aspek Psikis, perempuan sebagai makhluk
individu, selain terbentuk dari aspek fisik juga terbangun oleh aspek psikis,
ditinjau dari aspek psikisnya perempuan juga makhluk psikologis makhluk
berpikir, berperasaan, dan beraspirasi. Aspek psikis perempuan tidak dapat
dipisahkan dari apa yang disebut feminitas, prinsip feminitas disebut sebagai
sesuatu yang merupakan kecenderungan yang ada dalam diri perempuan
[ CITATION Adib \p 192 \l 1057 ] .dalam menghadapi ketidakadilan gender Pelabelan
Negatif.
Berdasarkan hasil penelitian, citra perempuan yang dilihat dari aspek psikis
yang terdapat di dalam novel Perempuan Bersampur Merah karya Intan Andaru
tersebut terdapat dua tokoh yaitu Ibu. Peneliti menemukan tokoh Ibu yang
12
terdapat dalam novel tersebut merupakan tokoh yang digambarkan oleh pengarang
yang mengalami ketidakadilan gender yang menimbulkan suatu perasaan atau
gejolak emosi dalam diri tokoh yang digambarkan dalam setiap adegan cerita
dalam novel tersebut. dengan demikian, tokoh tersebut dianalisis sesuai teori
tentang ilmu perempuan (Feminisme) bagaimana rasa atau perasaan perempuan
yang digambarkan oleh pengarang dalam menghadapi ketidakadilan gender. Citra
psikis juga saling berhubungan dengan psikologi kepribadian tokoh dalam sebuah
novel. perempuan dikenal sebagai makhluk individu,selain terbentuk dari aspek
fisik juga terbangun oleh aspek psikis, ditinjau dari aspek psikisnya perempuan
juga makhluk psikologis makhluk berpikir, berperasaan, beraspirasi dengan
gejolak kekuatan emosi.
Dari citra psikis ini dapat tergambar dari kekuatan emosional yang dimiliki
oleh perempuan dalam sebuah cerita.di dalam novel Perempuan Bersampur
Merah juga terdapat tokoh yang di gambarkan dari aspek psikis dan dari aspek
psikis tersebut bisa dilihat bagaimana seorang perempuan menghadapi
ketidakadilan gender seperti perempuan yang berperan sebagai Ibu, ibu disini
sangat menarik perhatian bagi pembaca seakan pembaca ikut merasakan apa yang
dirasakan oleh tokoh “Ibu” dengan cerita yang menarik pengarang melukiskan
seorang perempuan yang kuat dalam menghadapi ketidakadilan gender Streotipe
yaitu merugikan kaum perempuan akibat dari tradisi mengenai kepercayaan yang
masih sangat longgar tentang “penyakit kiriman” dan mengakibatkan seorang
perempuan yang sudah menikah dan memiliki anak harus kehilangan sosok
seorang suami. Suami yang bertugas untuk melengkapi kebutuhan kehidupan
seorang istri dan anak harus kehilangan nyawa akibat dibunuh dan dibantai karna
dituduh sebagai dukun santet yang belum tentu ada kebenaranya. Setelah
kehilangan suaminyya tokoh ibu berperan ganda, ia tidak hanya seorang ibu tetapi
sekaligus menjadi seorang ayah bagi anaknya untuk mencari nafkah agar bisa
bertahan hidup.
Citra Perempuan dilihat dari Aspek Sosial dalam menghadapi ketidakadilan
gender Beban kerja dosmetik dan kekerasan fisik. Menurut Oppong dan Church
[ CITATION Sug21 \p 121 \l 1057 ] , menyatakan bahwa terdapat tujuh peranan yang
dimainkan perempuan sebagian lebih berorientasi pada keluarga, sebagian lagi
berorientasi pada masyarakat. Ketujuh peran itu adalah (1) sebagai orang tua, (2)
sebagai istri, (3) sebagai anak, (4) di dalam rumah tangga (5) di dalam kerabat (6)
di dalam komunitas dan (7) di dalam suatu pekerjaan. dalam keluarga perempuan
berperan sebagai istri dan berperan sebagai anggota keluarga masing-masing.
Peran juga mendatangkan sikap konsekuensi, sikap sosial satu dengan lainnya
yang saling berhubungan.
Berdasarkan hasil penelitian, citra perempuan yang dilihat dari aspek sosial
yang terdapat di dalam novel Perempuan Bersampur Merah karya Intan Andaru
tersebut terdapat tokoh yang berperan sebagai Istri yaitu yang bernama Istri Pak
Ngadino. peneliti menemukan tokoh yang berperan sebagai Istri sekaligus seorang
Ibu yang terdapat dalam novel tersebut merupakan tokoh yang digambarkan oleh
pengarang sebagai perempuan yang sudah menikah, berumah tangga dan
13
mempunyai seorang anak. dengan demikian, tokoh tersebut dianalisis sesuai teori
tentang ilmu perempuan (Feminisme) bagaimana citra perempuan sebagai Istri
sekaligus Ibu di dalam keluarga dalam menghadapi ketidakadilan gender beban
kerja dosmetik dan kekerasan fisik Seperti peran sebagai Istri pak Ngadino.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulka bahwa
penelitian yang berjudul “Citra Perempuan dalam menghadapi ketidakadilan
gender dalam novel Perempuan Bersampur Merah karya Intan Andaru (tinjauan
feminisme)”, peneliti menemukan dua perempuan yaitu Nena dan Sari yang
dilihat dari aspek fisik dalam menghadapi ketidakadilan gender Streotipe,
suordinasi, dan kekerasan seksual, dua perempuan yaitu Sari dan Ibu yang dilihat
dari aspek psikis dalam menghadapi ketidakadilan gender Streotipe, dan satu
perempuan yaitu Istri Pak Ngadino yang dilihat dari aspek sosial dalam
menghadapi ketidakadilan gender Beban kerja dosmetik, dan kekerasana fisik.
REFERENSI (DAFTAR PUSTAKA)
Aprilya, W. 2016. Citra perempuan dalam novel surga yang tak dirindukan karya
Asma Nadia dan kaitanya dengan pembelajaran sastra di Sma . Jurnal , 6.
Muliana, D. 2016. Citra Perempuan Dalam Novel Tragedi Gadis Paris Van Java
Karya Ganu Van Dort . Jurnal Humanika .
Nurna. 2015. Ketidakadilan gender dalam novel geni jora karya abidah el khalieqy
. Jurnal humanika .
Sugihastuti. 2003. Feminisme dan Sastra menguak Citra perempuan dalam Layar
Terkembang. Bandung: Katarsis.
14
Yanti, Citra Salda.2015. Religiositas Islam dalam novel Ratu yang Bersujud karya
Amrizal Mochmad Mahdavi. Jurnal Humanika No. 15. Vol. 03 ISSN
1979-8296.
Wiyatmi, 2012. Kritik Sastra Feminisme Teori dan Aplikasinya dalam Sastra
Indonesia. Yogyakarta. Ombak (Anggota IKAPI).
15