Anda di halaman 1dari 5

BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar belakang Masalah

Di dalam kehidupan sehari-hari setiap individu tidak pernah lepas dari


keadaan untuk saling membutuhkan, bekerja sama, bersimpati, saling berbagi satu
sama lain, dan hal ini dapat terlihat melalui perilaku menolong. Perilaku
menolong kepada orang lain dalam ilmu psikologi disebut dengan perilaku
prososial. Perilaku prososial sudah dimulai sejak masa kanak-kanak hingga orang
dewasa dan tak terbatas masa untuk menerapkannya selama hidup individu.
Perilaku prososial merupakan sebagai perilaku sukarela yang dimaksudkan untuk
manfaat lain. Perilaku ini terdiri dari tindakan-tindakan yang menguntungkan
orang lain atau masyarakat secara keseluruhan seperti membantu, berbagi,
menyumbangkan, kooperasi, dan relawan. Perilaku prososial tidak memiliki
keuntungan yang jelas bagi individu yang melakukannya, melainkan hanya
perasaan puas, bangga, dan bahagia yang dirasakan oleh individu yang melakukan
tindakan tersebut (Husamah, 2015).
Perilaku prososial merupakan hal yang positif dan dapat memberi manfaat
bagi setiap lapisan masyarakat, khususnya mahasiswa. Mahasiswa sebagai calon
intelektual muda yang sedang mengalami proses belajar dituntut oleh masyarakat
untuk memiliki tanggung jawab dalam bertingkah laku sesuai dengan norma
masyarakat dalam berperilaku seperti saling menolong, berbagi dan bekerja sama.
Perilaku prososial ini dapat memberi manfaat bagi mahasiswa untuk
menerapkannya di kehidupan sehari-hari terutama ketika berada di lingkungan
kampus, mereka dapat bekerja sama dengan mahasiswa yang lain, berbagi materi
kuliah, kesedian untuk saling berbagi mengenai perasaan yang sedang dirasakan
oleh teman-temannya dikampus, saling mendukung dalam menghadapi suatu
kesulitan, dan menjadi proses pendewasaan dalam berinteraksi dengan
lingkungannya. Namun demikian perilaku prososial tersebut belum berkembang
di kalangan mahasiswa secara maksimal. Hasil penelitian Perwitasari (2007)
menunjukkan bahwa tingkat perilaku prososial mahasiswa pada universitas “x” di

1
2

malang berada pada tingkat sedang sebesar 41,9% dari 138 mahasiswa dan tidak
satupun yang tergolong tinggi. Hal ini juga sejalan berdasarkan hasil pengamatan
peneliti dengan beberapa mahasiswa yang berada di lingkungan kampus
Gunadarma, yang menunjukkan bahwa sebagian dari mereka memiliki sikap
prososial yang kurang. Salah satu contohnya ketika ada seseorang berjalan di
tengan koridor yang ramai lalu menjatuhkan beberapa tumpukan buku
ditangannya, para mahasiswa yang melihat kejadian tersebut lebih memilih diam
dan menontonnya. Mereka beranggapan sama seperti orang-orang yang
menyaksikan kecelakaan di jalan. Mereka merasa seseorang di tengah koridor itu
mampu mengurus masalahnya sendiri tanpa bantuan orang lain. Fenomena
menurunnya perilaku prososial juga terjadi ketika pada mata kuliah statistik,
peneliti melihat seorang mahasiswa yang mengacuhkan temannya yang secara
langsung meminta tolong kepadanya. Hasil pengamatan ini menunjukkan
beberapa mahasiswa mau memberi pertolongan hanya kepada teman-temannya
yang dianggap dekat saja, sedangkan kepada teman-temannya yang tidak begitu
dekat tampak cuek. Dari kejadian ini dapat dilihat bahwa mahasiswa masih saja
menunjukan kurangnya kepedulian terhadap kesulitan yang dialami oleh orang
lain di lingkungannya. Hal ini dapat disebabkan karena individu mempertimbang
dahulu untung dan ruginya apabila ia membantu. Seperti dalam penelitiannya,
Sears (2003) menemukan bahwa beberapa orang tetap memberikan bantuan
kepada orang lain meskipun kondisi situasional menghambat usaha pemberian
bantuan tersebut, sedangkan yang lain tidak memberikan bantuan sama sekali
meskipun berada dalam kondisi baik. Sebagian orang akan membantu tetapi
terkadang individu mempertimbangkan dahulu untung ruginya bagi dirinya
apabila ia membantu. Manusia sebagai makhluk sosial, seharusnya bukan hanya
mengedepankan ego akan tetapi juga memperhatikan kebutuhan dan kepentingan
orang lain.
Mahasiswa merupakan cikal-bakal masyarakat di masa yang akan datang,
sehingga jika sejak kuliah mereka terbiasa dengan perilaku prososial maka mereka
dapat mencegah konflik sosial yang ada dilingkungannya. Sebaliknya pun begitu,
jika mahasiswa terbiasa dengan perilaku yang tidak prososial atau bahkan anti
3

sosial, tidak mengherankan bila setelah lulus nanti mereka cenderung akan mudah
mengutamakan sikap individualistik, melakukan pengabaian terhadap sesama,
atau bahkan melakukan tindakan kekerasan, kriminalitas dan perilaku antisosial
yang lainnya. Perilaku prososial merupakan hal yang penting bagi mahasiswa
untuk menyiapkan diri dalam proses menjalani kehidupan sosialnya karena dalam
kehidupan manusia perilaku prososial sebagai bentuk perilaku positif yang
memberikan manfaat guna menjalin hubungan kemanusiaan yang harmonis, dan
mempunyai kontribusi mengurangi perilaku anti-sosial (Eisenberg & Mussen,
1989). Diterapkannya perilaku prososial tersebut, dapat menunjukkan suasana
ketergantungan di antara mahasiswa dan adanya kesadaran bahwa dalam
memenuhi kebutuhan hidup, tidak ada individu yang dapat melakukannya sendiri
tanpa bantuan orang lain.

Perilaku prososial dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya adalah


jenis kelamin dan usia. Hal ini ditemukan dalam beberapa penelitian tentang
perilaku prososial antara mahasiswa yang berjenis kelamin laki-laki dan
perempuan dengan hasil yang berbeda-beda. Berdasarkan penelitian Renata dan
Parmitasari (2016), terdapat perbedaan yang signifikan antara mahasiswa laki-laki
dan perempuan, yaitu perilaku prososial perempuan lebih tinggi dari pada
perilaku prososial mahasiswa laki-laki. Zahn- Waxler dan Smith (dalam
Retraningsih, 2005) mengatakan, beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak
perempuan lebih banyak menunjukkan perilaku prososial dan empati terhadap
orang lain, dibandingkan laki-laki. Studi meta-analisis yang dilakukan oleh
Eisenberg & Fabes (1998) menyebutkan bahwa terdapat stereotipe yang
berkembang di masyarakat yang menunjukkan perempuan lebih prososial dari
pada laki-laki. Perempuan dipandang lebih menunjukkan perilaku prososialnya
melalui perasaan-perasaan dan bentuk perhatian kepada orang lain, sedangkan
laki-laki lebih menunjukkan perilaku prososialnya dalam bentuk nyata menolong
secara langsung (Eisenberg & Mussen, 1989). Peneliti empiris telah menemukan
bahwa perbedaan gender dalam empati umumnya menunjukkan bahwa wanita
memiliki tingkat yang lebih tinggi daripada pria (Batson. Dan Shaw, 1991)
4

Perbedaan perilaku prososial antara perempuan dan laki-laki akan terus


berkembang dan akan meningkat seiring dengan bertambah usia, hal ini didukung
dengan semakin berkembang pula kematangan sosial dan tanggung jawab
sosialnya. Perilaku sosial ketika usia muda merupakan prediktor terhadap perilaku
saat dewasa. Penelitian Hamalaimen dan Pulkkinen (2001) melaporkan bahwa
seseorang yang ketika usia muda perilaku prososialnya tinggi, terbukti ketika
usianya dewasa jarang melakukan kejahatan yang menyebabkan dimasukan
penjara. Seseorang yang ketika usia muda perilaku prososialnya rendah, terbukti
ketika dewasa banyak melakukan perilaku kriminal dan agresivitasnya tinggi.
Retnaningsih (2005) menemukan bahwa usia mempengaruhi perilaku menolong
seseorang. Menurutnya, perbedaan usia perkembangan akan menghasilkan sikap
menolong yang berbeda. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Alfiabi (2014)
yang menemukan bahwa usia memiliki hubungan yang signifikan dengan perilaku
prososial di antara 294 mahasiswa sarjana. Pada usia yang semakin dewasa ini,
mahasiswa diharapkan telah mencapai kematangan moral. Sehingga dapat
menghindari berbagai perilaku negatif, dan juga dapat memotivasi untuk
berperilaku positif seperti dapat bekerjasama, empati, peduli, toleransi, termasuk
berperilaku prososial.
Berdasarkan penjabaran mengenai perilaku prososial beserta didukung
oleh peneliti sebelumnya, maka peneliti ingin melihat penjabaran mengenai
perilaku prososial pada mahasiswa gunadarma dilihat berdasarkan jenis kelamin,
usia dan jurusan.

B. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara empiris gambaran
mengenai perilaku prososial pada mahasiswa Gunadarma.
5

C. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap
khasanah ilmu pengetahuan, khususnya di bidang Psikologi Sosial, tentang
perilaku prososial pada mahasiswa. Selain itu penelitian ini dapat
memberikan tambahan data secara empiris yang teruji secara ilmiah
tentang perilaku prososial pada mahasiswa Gunadarma dilihat dari jenis
kelamin, usia, dan jurusan.

2. Manfaat Praktis
a. Untuk Subjek
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat serta informasi
dan wawasan yang lebih luas berkaitan dengan perilaku prososial. Peneliti
berharap dengan adanya penelitian ini dapat membantu mahasiswa untuk
mengenal sejauh mana perilaku prososial dapat berkontribusi terhadap
kehidupan mahasiswa, terutama dalam mencegah terjadinya konflik
sosial. Serta dengan adanya penelitian ini mahasiswa dapat meningkatkan
kesediaannya untuk memberikan bantuan langsung kepada orang lain yang
sedang membutuhkan pertolongan tanpa melihat latar belakang orang
tersebut.

b. Untuk penelitian selanjutnya


Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan bahan informasi
tambahan, dan menjadi acuan untuk mengembangkan penelitian
selanjutnya yang berkaitan dengan perilaku prososial pada mahasiswa,
dengan mengunakan metode yang berbeda seperti eksperimen atau
meneliti dengan variabel lain, serta diharapkan peneliti selanjutnya dapat
memperkaya data demografis.

Anda mungkin juga menyukai