Anda di halaman 1dari 12

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

APENDISITIS

KELOMPOK 1

1. Andi Tentri Bali C1120001


2. Ita Anggriansari C1120007
3. Lutfiyah C1120010
4. Mulyono C1120013
5. Sita Aulina C1120020

PRODI SARJANA KEPERAWATAN DAN


PROFESI NERS STIKES BHAMADA SLAWI
2021
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN APENDISITIS

DEFINISI
Apendisitis merupakan peradangan pada apendik periformis.
Apendik periformis merupakan saluran kecil dengan diameter kurang lebih
sebesar pensil dengan panjang 2 - 6 inci. Lokasi apendik pada daerah illiaka
kanan, di bawah katup iliacecal, tepatnya pada dinding abdomen di bawah
titik Mc Burney.

ETIOLOGI
 Ulserasi pada mukosa
 Obstruksi pada colon oleh fecalit (faeses yang keras)
 Pemberian barium
 Berbagai macam penyakit cacing
 Tumor
 Striktur karena fibrosis pada dinding usus

MANIFESTASI KLINIK

Apendisitis memiliki gejala kombinasi yang khas, yang terdiri dari : Mual,
muntah dan nyeri yang hebat di perut kanan bagian bawah. Nyeri bisa secara
mendadak dimulai di perut sebelah atas atau di sekitar pusar, lalu timbul mual
dan muntah. Setelah beberapa jam, rasa mual hilang dan nyeri berpindah ke
perut kanan bagian bawah. Jika dokter menekan daerah ini, penderita
merasakan nyeri tumpul dan jika penekanan ini dilepaskan, nyeri bisa
bertambah tajam. Demam bisa mencapai 37,8-38,8° Celsius.
Pada bayi dan anak-anak, nyerinya bersifat menyeluruh, di semua bagian
perut. Pada orang tua dan wanita hamil, nyerinya tidak terlalu berat dan di
daerah ini nyeri tumpulnya tidak terlalu terasa. Bila usus buntu pecah, nyeri
dan demam bisa menjadi berat. Infeksi yang bertambah buruk bisa
menyebabkan syok. (Anonim, Apendisitis, 2007)

PATOFISIOLOGI

Apendiks terinflamasi dan mengalami edema sebagai akibat terlipat atau


tersumbat kemungkinan oleh fekolit (massa keras dari faeces) atau benda
asing. Proses inflamasi meningkatkan tekanan intraluminal, menimbulkan
nyeri abdomen atas atau menyebar hebat secara progresif, dalam beberapa
jam terlokalisasi dalam kuadran kanan bawah dari abdomen. Akhirnya
apendiks yang terinflamasi berisi pus.
Peradangan (akut) dapat menyebabkan peritonitis. Peritonitis merupakan
komplikasi yang sangat serius. Infeksi kronis dapat terjadi pada apendik,
tetapi hal ini tidak selalu menimbulkan nyeri di daerah abdomen.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Untuk menegakkan diagnosa pada apendisitis didasarkan atas anamnese
ditambah dengan pemeriksaan laboratorium serta pemeriksaan penunjang
lainnya. Gejala apendisitis ditegakkan dengan anamnese, ada 4 hal yang
penting adalah: Nyeri mula-mula di epigastrium (nyeri viseral) yang beberapa
waktu kemudian menjalar ke perut kanan bawah. Muntah oleh karena nyeri
viseral. Panas (karena kuman yang menetap di dinding usus).
Gejala lain adalah badan lemah dan kurang nafsu makan, penderita nampak
sakit, menghindarkan pergerakan, di perut terasa nyeri.
 pemeriksaan yang lain lokalisasi.

Jika sudah terjadi perforasi, nyeri akan terjadi pada seluruh perut,
tetapi paling terasa nyeri pada daerah titik Mc. Burney. Jika sudah
infiltrat, lokal infeksi juga terjadi jika orang dapat menahan sakit, dan
kita akan merasakan seperti ada tumor di titik Mc. Burney.
 test rektal
Pada pemeriksaan rektal toucher akan teraba benjolan dan penderita
merasa nyeri pada daerah prolitotomi.
Pemeriksaan laboratorium Leukosit meningkat sebagai respon
fisiologis untuk melindungi tubuh terhadap mikroorganisme yang
menyerang.
Pada apendisitis akut dan perforasi akan terjadi lekositosis yang lebih
tinggi lagi. Hb (hemoglobin) nampak normal. Laju endap darah
(LED) meningkat pada keadaan apendisitis infiltrat. Urine rutin
penting untuk melihat apa ada infeksi pada ginjal. Pemeriksaan
radiologi Pada foto tidak dapat menolong untuk menegakkan diagnosa
apendisitis akut, kecuali bila terjadi peritonitis, tapi kadang kala dapat
ditemukan gambaran sebagai berikut: Adanya sedikit fluid level
disebabkan karena adanya udara dan cairan. Kadang ada fecolit
(sumbatan). Pada keadaan perforasi ditemukan adanya udara bebas
dalam diafragma.

KOMPLIKASI
Perforasi
1* Peritonitis
2* Dehidrasi
3* Sepsis
4* Elektrolit darah tidak seimbang
5* Pneumoni

PENATALAKSANAAN
Pembedahan diindikasikan bila diagnosa apendisitis telah ditegakkan.
Antibiotik dan cairan IV diberikan sampai pembedahan dilakukan. analgesik
dapat diberikan setelah diagnosa ditegakkan. Apendektomi (pembedahan
untuk mengangkat apendiks) dilakukan sesegera mungkin untuk menurunkan
resiko perforasi.
Apendektomi dapat dilakukan dibawah anastesi umum atau spinal dengan
insisi abdomen bawah atau dengan laparoskopi, yang merupakan metode
terbaru yang sangat efektif. Konsep Asuhan Keperawatan Sebelum operasi
dilakukan klien perlu dipersiapkan secara fisik maupun psikis, disamping itu
juga klien perlu diberikan pengetahuan tentang peristiwa yang akan dialami
setelah dioperasi dan diberikan latihan-latihan fisik (pernafasan dalam,
gerakan kaki dan duduk) untuk digunakan dalam periode post operatif. Hal
ini penting oleh karena banyak klien merasa cemas atau khawatir bila akan
dioperasi dan juga terhadap penerimaan anastesi.

PHATWAYS
Masa / tinja / benda asing

Obstruksi lumen apendiks

Peradangan

sekresi, mukus tidak Pembengkakan jaringan


dapat keluar limpoid

Peregangan apendik

Tekanan intra luminal 
suplai darah terganggu

Hipoksia

Nyeri
Akut ---- Ulserasi + invasi Kronis ---- Nekrose +
bakteri perporasi
apendik dapat terjadi oleh adanya ulserasi dinding mukosa atau
obstruksi lumen (biasanya oleh fecolif/faeses yang keras). Penyumbatan
pengeluaran sekret mukus mengakibatkan perlengketan, infeksi dan
terhambatnya aliran darah. Dari keadaan hipoksia menyebabkan gangren atau
dapat terjadi ruptur dalam waktu 24-36 jam. Bila proses ini berlangsung
terus-menerus organ disekitar dinding apendik terjadi perlengketan dan akan
menjadi abses (kronik). Apabila proses infeksi sangat cepat

PENCEGAHAN
Pencegahan pada apendisitis yaitu dengan menurunkan resiko obstruksi atau
peradangan pada lumen apendik. Pola eliminasi klien harus dikaji, sebab
obstruksi oleh fecalit dapat terjadi karena tidak adekuatnya diit serat, diit
tinggi serat.
Perawatan dan pengobatan penyakit cacing juga meminimalkan resiko.
Pengenalan yang cepat terhadap gejala dan tanda apendiksitis meminimalkan
resiko terjadinya gangren, perforasi, dan peritonitis.
PENGKAJIAN
Riwayat:
Data yang dikumpulkan perawat dari klien dengan kemungkinan apendisitis
meliputi : umur, jenis kelamin, riwayat pembedahan, dan riwayat medik
lainnya, pemberian barium baik lewat mulut/rektal, riwayat diit terutama
makanan yang berserat.

Pengkajian
a. Data Subyektif
Sebelum operasi
6* Nyeri daerah pusar menjalar ke daerah perut kanan bawah
7* mual, muntah, kembung
8* Tidak nafsu makan, demam
9* Tungkai kanan tidak dapat diluruskan
10* Diare atau konstipasi
Sesudah operasi
11* Nyeri daerah operasi
12* Lemas
13* Haus
14* Mual, kembung
15* Pusing

b. Data Obyektif
Sebelum operasi
16* Nyeri tekan di titik Mc. Berney
17* Spasme otot
18* Takhikardi, takipnea
19* Pucat, gelisah
20* Bising usus berkurang atau tidak ada
21* Demam 38 - 38,5  C
Sesudah operasi
22* Terdapat luka operasi di kuadran kanan bawah abdomen
23* Terpasang infus
24* Terdapat drain/pipa lambung
25* Bising usus berkurang
26* Selaput mukosa mulut kering
. Pemeriksaan Laboratorium
27* Leukosit : 10.000 - 18.000 / mm3
28* Netrofil meningkat 75 %
29* WBC yang meningkat sampai 20.000 mungkin indikasi
terjadinya perforasi (jumlah sel darah merah)

d. Data Pemeriksaan Diagnostik


30* Radiologi : Foto colon yang memungkinkan adanya fecalit
pada katup.
31* Barium enema : apendiks terisi barium hanya sebagian
Diagnosa Keperawatan
No DIAGNOSA TUJUAN / RENCANA TINDAKAN
KEPERAWATAN KRITERIA
1 Nyeri abdomen berhu- Nyeri berkurang.  Kaji tanda vital
bungan dengan Kriteria :  Kaji keluhan nyeri, tentukan
obstruksi dan Klien mengungkapkan lokasi, jenis dan intensitas
peradangan apen-diks. ra-sa sakit berkurang. nye-ri. Ukur dengan skala 1-
Subyektif : Wajah dan posisi tubuh 10.
 Nyeri daerah pusar tampak rilaks  Jelaskan penyebab rasa
menjalar kedaerah sakit, cara mengurangi.
perut kanan bawah.  Beri posisi ½ duduk untuk
 Tungkai kanan me-ngurangi penyebaran
tidak dapat infeksi pada abdomen.
diluruskan.  Ajarkan tehnik relaksasi.
 Kompres es pada daerah
Obyektif : sakit untuk mengurangi
 Nyeri tekan di titik nyeri.
Mc Burney.  Anjurkan klien untuk tidur
pada posisi nyaman (miring
dengan menekuk lutut
kanan).
 Puasa makan minum apabila
akan dilakukan tindakan.
 Ciptakan lingkungan yang
tenang.
 Laksanakan program medik.
 Pantau efek terapeutik dan
non terapeutik dari
pemberian analgetik.

2 Resiko kekurangan vo Cairan dan elektrolit  Observasi tanda vital suhu,


lume cairan da-lam keadaan nadi, tekanan darah, perna-
berhubung an dengan seimbang. pasan tiap 4 jam.
mual, mun- tah, Kriteria :  Observsi cairan yang keluar
anoreksia dan diare. Turgor kulit baik. dan yang masuk.
Cairan yang keluar dan  Jauhkan makanan/bau-bauan
masuk seimbang. yang merangsang mual atau
muntah.
 Kolaborasi pemberian infus
dan pipa lambung.
3 Kurang pengetahuan Setelah diberikan penje-  Jelaskan prosedur persiapan
ten tang prosedur lasan klien memahami operasi.
persiapan dan sesudah tentang prosedur  pemasangan infus.
operasi. persiap-an dan sesudah  puasa makan & minum
Subyektif operasi sebelumnya 6 - 8 jam.
Klien / keluarga ber-  cukur daerah operasi.
tanya tentang prosedur Kriteria  Jelaskan situasi dikamar
persiapan dan sesudah Klien kooperatif dengan bedah.
operasi tindakan persiapan
 Jelaskan aktivitas yang perlu
Obyektif operasi maupun
dilakukan setelah operasi.
Klien tidak kooperatif sesudah operasi.
 Latihan batuk efektif.
terhadap tindakan per- Klien
 mobilisasi dini secara
siapan operasi. mendemonstrasikan
pasif dan aktif bertahap.
latihan yang diberikan.
4 Kerusakan integritas Luka insisi sembuh  Pantau luka pembedahan
ku-lit berhubungan tanpa ada tanda infeksi. dari tanda-tanda
dengan luka peradangan : de-mam,
pembedahan. kemerahan, bengkak dan
cairan yang keluar, warna
jum-lah dan karakteristik.
 Rawat luka secara steril.
 Beri makanan berkualitas
atau dukungan klien untuk
makan. Makanan mencukupi
untuk mempercepat proses
penyembuhan.
 Beri antibiotika sesuai
program medik.
DAFTAR PUSTAKA :

Carpenito,Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan.EGC. Jakarta.

Doengoes, M.E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. EGC. Jakarta.

Rothrock,Jane C. 2000. Perencanaan Asuhan Keperawatan Perioperatif. EGC. Jakarta.

Sjamsuhidajat. R & Jong,Wim de.1997. Buku Ajar Ilmu Bedah. Ed. Revisi. EGC. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai