14869-Article Text-16895-1-10-20201127
14869-Article Text-16895-1-10-20201127
Abstrak
Mengelola emosi dapat dilakukan dengan pendekatan kognitif dan perilaku.
Pendekatan kognitif menjelaskan bahwa emosi yang dirasakan individu merupakan
hasil dari penilaian terhadap situasi yang dihadapinya. Tujuan penelitian adalah untuk
mengkaji pendekatan regulasi emosi secara kognitif guru dalam menghadapi perilaku
anti sosial anak TK. Metode penelitian ini adalah studi pustaka dengan pendekatan
kualitatif. Secara mendasar, studi pustaka terkait dengan kajian teoritis dan referensi
lain yang berkaitan dengan nilai, budaya, dan norma yang berkembang pada situasi
yang diteliti. Pendekatan regulasi emosi secara kognitif yang dapat dilakukan guru,
antara lain: (1) guru dapat mengajarkan regulasi emosi anak dengan cara menanggapi
emosi dan mengajarkan tentang emosi; (2) guru dapat memberikan bimbingan dalam
kompetensi emosional dengan cara memberikan contoh emosi yang positif dan
negatif, cara menanggapi emosi anak, dan memanifestasikan emosi; (3) guru dapat
berinteraksi dengan anak, sambil mengidentifikasi emosi yang sering muncul pada
diri anak-anak.
Emotional regulation can be done with cognitive and behavioral approaches. The
cognitive approach explains that the emotions felt by individuals are the result of an
assessment of the situation they are facing. The research objective was to describe
and explore the approach to cognitive-emotional regulation of teachers in dealing
with the anti-social behavior of kindergarten children. This research method is a
literature study with a qualitative approach. Basically, the literature study is related
to theoretical studies and other references related to values, culture, and norms that
develop in the situation under study. The role of cognitive-emotional regulation that
teachers can do, includes: (1) teachers can teach children's emotional regulation by
responding to emotions and teaching about emotions; (2) teachers can provide
guidance in emotional competence by giving examples of positive and negative
emotions, how to respond to children's emotions, and manifest emotions; (3) teachers
can interact with children while identifying emotions that often arise in children.
Vol 6 No 1
http://ojs.unpkediri.ac.id/index.php/pinus 120 Tahun 2020
Jurnal PINUS: Jurnal Penelitian Inovasi Pembelajaran, 6 (1), 2020,
Dema Yulianto, Hanggara Budi Utomo, dan Epritha Kurniawati
tersebut membuat guru cemas dan emosi yang mereka alami, dan bagaimana
jengkel saat anak didiknya tidak patuh emosi ini dihayati dan diekspresikan
dan suka mengamuk. Guru (Gross dkk., 2007). Menurut penelitian
mengungkapkan kecemasan dan Fried (2011) menyatakan bahwa emosi
kejengkelan dalam bentuk emosi verbal, memiliki pengaruh yang signifikan pada
dan mengungkapkan dalam bentuk pembelajaran dan karena sekolah adalah
teguran keras pada anak yang suka proses emosional, ada kalanya siswa dan
mengamuk. Merasa cemas sebagai guru guru perlu menerapkan strategi regulasi
dapat terjadi lebih buruk jika guru merasa emosi di dalam kelas.
tidak didukung dan merasa dikucilkan. Mengelola emosi (regulasi emosi)
Sisi yang lain, guru juga merupakan dapat dilakukan dengan pendekatan
individu yang sangat teliti yang memiliki kognitif dan perilaku (Gross, 2002).
dorongan luar biasa untuk membantu Pendekatan kognitif menjelaskan bahwa
orang lain, sehingga memberikan tekanan emosi yang dirasakan individu
yang tidak realistis pada diri mereka merupakan hasil dari penilaian terhadap
sendiri. Kondisi tertekan ini menjadi situasi yang dihadapinya. Individu yang
stressor bagi Guru yang memiliki anak menilai situasi yang dihadapi sebagai
didik yang mengalami perilaku antisosial. sesuatu yang positif akan
Perasaan Guru yang mengeluh, jengkel mengembangkan respons emosi yang
atau marah, dan cemas ini termasuk positif pula, sebaliknya individu yang
dalam kategorisasi emosi negatif. memberikan penilaian negatif terhadap
Individu yang mengalami emosi negatif situasi yang dihadapi akan
akibat situasi dan kondisi yang penuh mengembangkan emosi negatif pula.
tekanan mempunyai kesempatan yang Berdasarkan penelitian yang dilakukan
lebih besar dalam merasakan manfaat (Gross, 2002) individu yang memilih
dari penggunaan strategi regulasi emosi strategi antecedent-focused mempunyai
(Burgess, 2006). Menurut Sutton dan fungsi interpersonal dan kesejahteraan
Wheatley (2003) bahwa emosi guru yang lebih baik. Pada proses response-
berpengaruh dengan kognisi siswa, focused berlangsung usaha untuk
motivasi, dan perilaku. menekan ekspresi emosi (suppression),
Menurut Gross (1998) bahwa dimana strategi tersebut efektif untuk
terdapat pengaruh regulasi, antara lain: menurunkan ekspresi emosi negative
coping, mood regulation (pengaturan tetapi memberikan efek samping yaitu
mood), Defenses (pertahanan), dan menekan ekspresi positif dan tidak
emotion regulation (Regulasi Emosi). membantu mengurangi pengalaman
Dalam regulasi emosi terdiri atas bagian- negative. Proses ini membutuhkan usaha
bagian regulasi emosi, antara lain: yang lebih untuk mengatur ekspresi
kepribadian, klinis, kesehatan, biologi, emosi (Gross, 2002).
kognitif, perkembangan, dan sosial Tujuan penelitian yang ingin
(Gross, 1998). Regulasi emosi adalah dikaji oleh peneliti adalah untuk
usaha individu untuk mempengaruhi mendeskripsikan dan mengeksplorasi
Vol 6 No 1
http://ojs.unpkediri.ac.id/index.php/pinus 121 Tahun 2020
Jurnal PINUS: Jurnal Penelitian Inovasi Pembelajaran, 6 (1), 2020,
Dema Yulianto, Hanggara Budi Utomo, dan Epritha Kurniawati
pendekatan regulasi emosi secara kognitif 1994). Menurut Gross (1998) regulasi
guru dalam menghadapi perilaku anti emosi terjadi bagaimana pengaruh
sosial anak TK. Peneliti juga individu terhadap emosi yang dimiliki,
menghubungkan dengan sejarah teori dan ketika memiliki emosi, dan bagaimana
penelitian regulasi emosi secara kognitif individu mengalami dan
sebagai dasar dalam melakukan mengekspresikan emosi. Studi ini
pendekatan regulasi emosi. mengambil perspektif evolusioner dan
ciri emosi dalam hal kecenderungan
METODE respon. Regulasi emosi didefinisikan dan
Metode penelitian ini adalah studi dibedakan dari mengatasi, pengaturan
pustaka dengan pendekatan kualitatif. atau regulasi mood, pertahanan, dan
Secara mendasar, studi pustaka pengaruh regulasi. Dalam disiplin
merupakan metode pengumpulan data psikologi yang semakin khusus, bidang
yang terkait dengan kajian teoretis dan regulasi emosi melintasi batas-batas
referensi lain yang berkaitan dengan nilai, tradisional dan memberikan kesamaan.
budaya, dan norma yang berkembang Menurut model proses regulasi
pada situasi yang diteliti. Studi pustaka emosi, emosi dapat diatur di lima titik
sangat penting dalam melakukan dalam proses generatif emosi: (a)
penelitian dan tidak terlepas dari literatur- pemilihan situasi, (b) modifikasi situasi,
literatur ilmiah (Sugiyono, 2017). Jenis (c) penyebaran perhatian, (d) perubahan
studi pustaka yang dilakukan dalam kognisi, dan (e) modulasi respons.
penelitian ini adalah studi pustaka teknik Bidang regulasi emosi menjanjikan
simak dan catat, dengan prosedur wawasan baru ke dalam pertanyaan kuno
mengumpulkan data dengan cara tentang bagaimana orang mengelola
menggunakan buku elektronik, jurnal emosi mereka. Dalam regulasi emosi
ilmiah, dan literatur ilmiah lainnya, terdiri atas bagian-bagian regulasi emosi,
kemudian mencatat dengan cara antara lain: kepribadian, klinis,
mengutip pendapat para ahli untuk kesehatan, biologi, kognitif,
memperkuat landasan teori penelitian. perkembangan, dan sosial (Gross, 1998).
Dimensi regulasi emosi secara kognitif
HASIL menurut Garnefski dkk.,(2001), antara
Penelusuran hasil studi pustaka lain: self-blame, acceptance, rumination,
seperti kajian yang dilakukan Gross dkk., positive refocusing, refocus on planning,
(2007) dengan fokus percobaan regulasi positive reappraisal, putting into
dan aspek perilaku emosi dapat perspective, catastrophizing, blaming
menurunkan emosi negatif, seperti: others.
marah, sedih, dan cemas. Selain itu,
dalam hubungan antara regulasi emosi PEMBAHASAN
dan aspek yang mempengaruhinya, Anak yang memasuki taman
sebenarnya regulasi emosi merupakan kanak-kanak mulai dituntut mengatasi
bagian dari pengaruh regulasi (Westen, ketergantungan pada orang tua atau
Vol 6 No 1
http://ojs.unpkediri.ac.id/index.php/pinus 122 Tahun 2020
Jurnal PINUS: Jurnal Penelitian Inovasi Pembelajaran, 6 (1), 2020,
Dema Yulianto, Hanggara Budi Utomo, dan Epritha Kurniawati
Vol 6 No 1
http://ojs.unpkediri.ac.id/index.php/pinus 123 Tahun 2020
Jurnal PINUS: Jurnal Penelitian Inovasi Pembelajaran, 6 (1), 2020,
Dema Yulianto, Hanggara Budi Utomo, dan Epritha Kurniawati
tiga sekolah negeri yang berbeda dengan untuk efektivitas mengajar dan untuk
cara siswa mengisi kuesioner selama jam mengetahui apakah sesuai dengan
sekolah dibawah pengawasan guru dan gambaran emosi ideal dari seorang guru.
dua mahasiswa psikologi. Teknik analisis Guru menggunakan berbagai strategi
menggunakan The CERQ Symptom regulasi emosi untuk membantu mereka
Check List (SCL Derogatis). Hasil dalam mengatur emosi. Berbeda hal
penelitian menunjukkan bahwa strategi dengan Graziano dkk., (2007) yang
coping kognitif atau regulasi emosi meneliti keterampilan regulasi emosi
secara kognitif ditemukan memainkan dengan keberhasilan akademik anak.
peran penting dalam hubungan antara Anak-anak dengan keterampilan regulasi
pengalaman peristiwa kehidupan negatif emosi yang lebih baik lebih mungkin
dan pelaporan gejala depresi dan untuk mendapatkan skor yang lebih
kecemasan. Hasil tersebut senada dengan tinggi untuk keberhasilan akademis atau
kajian Gross (2002) yang meneliti produktivitas di dalam kelas; anak-anak
tentang keterkaitan regulasi emosi dengan keterampilan regulasi emosi yang
dengan afektif, kognitif, dan konsekuensi lebih baik diperoleh skor yang lebih
sosial. Salah satu tantangan besar tinggi pada ukuran standar matematika
kehidupan adalah berhasil mengatur dan keterampilan membaca awal; anak-
emosi. Penelitian tersebut menemukan anak dengan keterampilan regulasi emosi
bahwa dimensi penilaian kembali lebih yang lebih baik memiliki masalah
efektif daripada penekanan. Penilaian perilaku lebih sedikit dan memiliki
kembali menurunkan pengalaman emosi hubungan yang lebih baik dengan para
dan ekspresi perilaku, dan tidak guru; dan anak-anak dengan keterampilan
berdampak pada memori. Sebaliknya, regulasi emosi yang baik, memungkinkan
penekanan menurunkan ekspresi interaksi guru anak menjadi lebih positif.
perilaku, namun gagal untuk mengurangi Guru dapat mengajarkan regulasi
pengalaman emosi, dan benar-benar emosi anak dengan cara menanggapi
mengganggu memori. Penekanan juga emosi dan mengajarkan tentang emosi.
meningkatkan fisiologis menanggapi Guru memberikan bimbingan dalam
untuk penekan dan mitra sosial individu. kompetensi emosional dengan cara
Menurut Sutton dan Wheatley memodelkan emosi, menanggapi emosi
(2003) yang meneliti berkaitan dengan anak, dan mengajarkan tentang emosi.
multi komponen dari emosi (positif atau Balzarotti dkk., (2016) meneliti strategi
negatif) guru berpengaruh dengan kognisi regulasi emosi kognitif yang ternyata
siswa, motivasi, dan perilaku. Penelitian efektif dalam mempromosikan
Sutton (2004)membahas dua pertanyaan, kesejahteraan individu. Hasil penelitian
yaitu: apa tujuan guru melakukan regulasi menunjukkan bahwa penilaian yang
emosional mereka sendiri, dan strategi positif dan fokus pada perencanaan
apa yang guru gunakan untuk mengatur berhubungan positif dengan subjektif dan
emosi mereka sendiri. Guru percaya kesejahteraan psikologis. Hasil ini juga
bahwa mengatur emosi mereka bertujuan menunjukkan bahwa strategi regulasi
Vol 6 No 1
http://ojs.unpkediri.ac.id/index.php/pinus 124 Tahun 2020
Jurnal PINUS: Jurnal Penelitian Inovasi Pembelajaran, 6 (1), 2020,
Dema Yulianto, Hanggara Budi Utomo, dan Epritha Kurniawati
Vol 6 No 1
http://ojs.unpkediri.ac.id/index.php/pinus 125 Tahun 2020
Jurnal PINUS: Jurnal Penelitian Inovasi Pembelajaran, 6 (1), 2020,
Dema Yulianto, Hanggara Budi Utomo, dan Epritha Kurniawati
Vol 6 No 1
http://ojs.unpkediri.ac.id/index.php/pinus 126 Tahun 2020