Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
TOILET
TRAINING
Disusun oleh:
JHON A INABUY
NIM: 1278 02717
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpah rahmat dan karuia-
Nyalah hingga kami dapat menyelesaikan makalah mata kuliah keperawatan anak yang
berjudul “TOILET TRAINING” tepat pada waktunya
Dalam penulisan makalah ini kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari kata sempurna, oleh karena itu kritik dan saran sangat kami harapkan dari
pembaca. Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Sekian dan
terima kasih.
BAB I
PENDAHULUAN
Toilet training merupakan salah satu tugas dari perkembangan anak pada usia
toddler Pada tahapan usia 1–3 tahun atau yang disebut dengan usia toddler, kemampuan
sfingter uretra yang berfungsi untuk mengontrol rasa ingin defekasi dan rasa ingin
semakin mampu mengontrol rasa ingin berkemih dan rasa ingin defekasi. Walaupun
demikian, satu anak ke anak yang lainnya mempunyai kemampuan yang berbeda dalam
pencapaian kemampuan tersebut. Hal tersebut bergantung kepada beberapa faktor yaitu
baik faktor fisik maupun faktor psikologis. Kemampuan anak untuk buang air besar
(BAB) biasanya lebih awal sebelum kemampuan buang air kecil (BAK) karena
keteraturan yang lebih besar, sensasi yang lebih kuat untuk BAB daripada BAK, dan
”masa usia dini merupakan periode emas bagi perkembangan anak dimana 50%
perkembangan kecerdasan terjadi pada usia 0–4 tahun tahun, 30% berikutnya hingga
usia 8 tahun. Periode emas sekaligus merupakan periode kritis bagi anak dimana
perkembangan pada periode berikutnya hingga masa dewasanya”. Pada masa usia dini
0-4 tahun seorang anak penting untuk dididik, dibina dan diarahkan karena pada masa
tersebut dimulainya perkembangan kecerdasan sehingga jika kurang perhatian orang tua
dapat terjadi
lambatnya perkembangan kecerdasan anak dan dapat berpengaruh pada kualitas anak di
kemudian hari. Salah satu menu pembelajaran anak usia 4-5 tahun di Taman Kanak-
Kanak adalah pelaksnaan toilet training (latihan toilet). Menu pembelajaran pelaksanaan
toilet training sangat penting bagi anak usia dini agar mereka dapat mengenal
mengatakan, pelaksanaan latihan toilet telah berubah dari waktu ke waktu. Ibu-ibu
dimasa lalu didorong untuk mengajarkan latihan toilet sedini mungkin. Di masa lalu,
tidak jarang bayi yang baru belajar duduk sudah ditempatkan di atas toilet mini atau
anak membiasakan dirinya menggunakan toilet di rumah sehingga para orang tua dapat
Toilet training merupakan suatu proses pengajaran untuk kontrol buang air besar
dan buang air kecil secara benar dan teratur. Biasanya kontrol buang air kecil (BAK)
lebih dahulu dipelajari oleh anak kemudian kontrol buang air besar (BAB) (Hidayat,
2005). Peran orang tua di sini membaca kesiapan seorang anak dalam toilet training ini.
Pada kenyataannya, ada orang tua yang tidak membiasakan anaknya untuk BAK atau
BAB pada tempatnya bahkan kadang memaksakan untuk pelatihan ini saat anak belum
siap.
Demikian juga dengan kesiapan psikologis yaitu setiap anak membutuhkan
suasana yang nyaman dan aman agar anak mampu mengontrol dan konsentrasi dalam
merangsang untuk BAB atau BAK. Persiapan intelektual juga dapat membantu anak
dalam proses BAB atau BAK. Kesiapan tersebut akan menjadikan diri anak selalu
mempunyai kemandirian dalam mengontrol khususnya dalam hal BAB atau BAK
(Hidayat, 2005).
Kebiasaan dalam mengontrol buang air besar dan buang air kecil akan
menimbulkan hal-hal yang buruk pada anak dimasa mendatang. Dapat menyebabkan
anak tidak disiplin, manja, dan yang terpenting adalah dimana nanti pada saatnya anak
akan mengalami masalah psikologis. Anak akan merasa berbeda dan tidak dapat
mengontrol buang air besar dan buang air kecil (Ayi, 2012 ; dikutip oleh Kartini, 2013).
Menurut (Pambudi, 2006) faktor yang mendukung praktik latihan toilet training yaitu
terjatuh atau kecelakaan dalam melakukan toilet training. Penggunaan pispot dapat
dilakukan pada anak usia toodler sebagai sarana untuk melatih toilet training yang akan
Terdapat banyak faktor yang berperan aktif pada anak dalam melakukan toilet
training yaitu tingkat pendidikan ibu, sosial dan budaya,struktur tingkat pendapatan
keluarga, usia anak, metode yang digunakan, tempat, jenis toilet, pengetahuan,
psikologis anak, status, dan gender. Toilet training perlu dilakukan oleh anak selama
anak berada dalam periode optimal yaitu untuk menghindari efek jangka panjang
Dampak yang paling umum terjadi dalam kegagalan toilet training diantaranya
adalah adanya perlakuan atau aturan yang ketat dari orangtua kepada anaknya dapat
mengganggu kepribadian anak dan cenderung bersikap keras kepala bahkan kikir,
seperti orangtua sering memarahi anak pada saat BAB atau BAK atau bahkan melarang
BAB atau BAK saat bepergian. Selain itu, apabila orangtua juga santai dalam
memberikan aturan dalam toilet training, maka anak dapat mengalami kepribadian
ekspresif, seperti anak menjadi lebih tega, cenderung ceroboh, suka membuat gara-gara,
beberapa masalah yang dialami anak yaitu seperti sembelit, menolak toileting, disfungsi
berkemih, infeksi saluran kemih, dan enuresis (Hooman, Safaii, Valavi, & Amini-
Alavijeh, 2013).
mengenai toileting training, dan pelaksanaan toileting yang baik dan benar pada anak,
merupakan suatu domain penting yang perlu orangtua ketahui. Domain tersebut dapat
perilaku yang terjadipada anak sangat ditentukan oleh kualitasdari sumber stimulus.
Untuk membentukjenis respon atau perilaku perlu diciptakansuatu kondisi yang disebut
E. Untuk mengetahui Apa saja hal yang perlu di perhatikan selama toilet training!
PEMBAHASAN
A. Toilet Training
(BAB) dan buang air kecil (BAK) secara benar dan teratur
bijaksana bila anak pada usia kurang dari 15 bulan dilatih karena
adaptasi. Anak juga perlu dilatih untuk duduk di toilet meskipun dengan
secara rutin kepada anak ketika anak terlihat ingin buang air.
Anak dibiarkan duduk di toilet pada waktu – waktu tertentu setiap hari,
terutama 20 menit setelah bangun tidur dan seusai makan, ini bertujuan
yang normal. Anak apabila berhasil melakukan toilet training maka orang
kesiapan anak, persiapan dan perencanaan serta toilet training itu sendiri:
Salah satu pertanyaan utama tentang toilet training adalah kapan waktu
yang tepat bagi orang tua untuk melatih toilet training. Sebenarnya
tidak patokan umur anak yang tepat dan baku untuk toilet training
karena setiap anak mempunyai perbedaan dalam hal fisik dan proses
biologisnya. Orang tua harus mengetahui kapan waktu yang tepat bagi
anak untuk dilatih buang air dengan benar. Para ahli menganjurkan
untuk melihat beberapa tanda kesiapan anak itu sendiri, anak harus
Bukan orang tua yang menentukan kapan anak harus memulai proses
toilet training, hal ini untuk mencegah terjadinya beberapa hal yang
tidak diinginkan seperti pemaksaan dari orang tua atau anak trauma
melihat toilet.
yang perlu diperhatikan hal – hal sebagai berikut gunakan istilah yang
besar (BAB) / buang air kecil (BAK) misalnya poopoo untuk buang air
pada usia ini anak cepat meniru tingkah laku orang tua. Orang tua
merasa risih bila memakai celana yang basah dan kotor. Meminta pada
ingin buang air kecil (BAK) atau buang air besar (BAB) dan bila anak
Orang tua bisa menunjukkan dan menekankan bahwa pada anak kecil
memakai popok dan pada anak besar memakai celana dalam. Orang
tua juga bisa membacakan cerita tentang cara yang benar dan tepat
Orang tua harus melakukan sesuai dan jenis kelamin anak ( ayah
dengan anak laki – laki dan ibu dengan anak perempuan). Orang tua
Pispot ini digunakan untuk melatih anak sebelum ia bisa dan terbiasa
dewasa, ada kemungkinan anak akan takut karena lebar dan terlalu
tinggi untuk anak atau tidak merasa nyaman. Pispot disesuai dengan
Suatu proses panjang dan tidak mudah seperti toilet training ini,
sistem reward yang tepat. Anak juga bisa melihat sendiri kalau dirinya
bisa melakukan kemajuan dan bisa mengerjakan apa yang sudah terjadi
tuntutan untuknya sehingga hal ini akan menambah rasa mandiri dan
percaya dirinya. Orang tua bisa memilih metode peluk cinta serta
Ketika orang tua sudah melakukan 2 langkah di atas maka bisa masuk
Orang tua bisa menyusun jadwal dengan mudah ketika orang tua tahu
dengan tepat kapan anaknya biasa buang air besar (BAB) atau buang
air kecil ( BAK). Orang tua bisa memilih waktu selama 4 kali dalam
sehari untuk melatih anak yaitu pagi, siang, sore dan malam bila orang
tua tidak mengetahui jadwal yang pasti BAK ( buang air kecil ) atau
Orang tua sebaiknya tidak memupuk impian bahwa anak akan segera
menguasai dan terbiasa untuk duduk di pispot dan buang air disitu.
Misalnya anak hari ini pukul 09.00 pagi anak buang air kecil (BAK) di
pispotnya pada pukul 08.30 atau bila orang tua melihat bahwa
beberapa jam setelah buang air kecil (BAK) yang terakhir anak tetap
kering, bawalah dia ke pispot untuk buang air kecil (BAK). Hal yang
terpenting adalah orang tua harus menjadi pihak yang pro aktif
langsung mengatakan pada orang tua ketika dia ingin buang air besar
d. Buatlah bagan untuk anak supaya dia bisa melihat sejauh mana
kemajuan yang bisa dicapainya dengan stiker yang lucu dan warna –
yang dia buat dan orang tua bisa mengatakan padanya orang tua
bangga dengan usaha yang telah dilakukan anak (Dr Sears, 2006).
ini agar anak beradaptasi terlebih dahulu dan orang tua dapat
apabila anak ingin buang air dan menggunakan istilah seperti poopoo
untuk buang air besar ( BAB) dan peepee untuk buang air kecil ( BAK),
bila anak berhasil melakukan buang air dengan benar berikan pujian pada
anak.
yaitu:
a. Minat.
mengambil operminat orang lain itu dan juga pola perilaku mereka.
b. Pengalaman
(Notoatmodjo, 2003).
c. Lingkungan
Menurut Imam (2003) hal yang penting perlu diperhatikan dalam toilet
training adalah
a. Berikan penghargaan
Anak bila berhasil menahan buang air besar atau buang air kecil,
Orang tua jangan marah bila anak belum bisa menahan kencing atau
Orang tua perlu menjelaskan kepada anak bahwa apada umur dia
sekarang sudah harus dapat buang air di tempatnya dengan benar dan
pelatihan buang air dapat berjalan dengan baik dan lancar tanpa ada
penghargaan atau reward pada anak bila anak dapat menahan kencing dan
berhasil melakukan buang air dengan benar. Orang tua juga tidak perlu
marah bila anak belum berhasil melakukan buang air dengan benar karena
pada umur 2 tahun anak belum mampu mengontrol kandung kemih dan
sfingter ani yang dengan baik, wajar bila anak masih enkopresis
agar anak paham apa yang akan orang tua lakukan pada dia dan
training.
adanya perlakuan atau aturan yang ketat bagi orang tua kepada anaknya
retentive di mana anak cenderung bersikap keras kepala bahkan kikir. Hal
ini dapat dilakukan oleh orang tua apabila sering memarahi anak pada saat
buang air besar atau kecil atau melarang anak saat bepergian. Bila orang
tua santai dalam memberikan aturan dalam toilet training maka anak akan
plastisitas yang tinggi dalam proses tumbuh kembang, maka usia satu
plastisitas yang tinggi adalah pertumbuhan sel otak cepat dalam waktu
pada usia tersebut ini harus memdapatkan perhatian yang serius dalam arti
﴾ Hartanto, 2006﴿.
Anak pada masa ini bersifat egosentris yaitu mempunyai sifat keakuan
pertumbuhan jasmani yang pesat oleh karena itu mereka sangat lincah.
penyalur tenaga. Anak usia ini secara mental mempunyai jangka perhatian
yang singkat, suka meniru oleh karena itu jika ada kesempatan gunakanlah
perhatian mereka dengan sebaik – baiknya. Segi emosional anak usia ini
mudah merasa gembira da mudah merasa tersinggung, kadang – kadang
mereka suka melawan dan sulit diatur. Kembangkanlah kasih sayang dan
anti sosial. Wajar bagi mereka untuk merasa senang bermain sendiri dari
untuk belajar mandiri, maka hal ini dapat menimbulkan rasa malu
anak. Pada masa ini anak perlu dibimbing dengan akrab, penuh
kebingungan.
2. Fase anal
Menurut teori Sigmund Freud pada fase ini sudah waktunya anak
dilatih untuk buang air atau toilet training ﴾pelatihan buang air
pada tempatnya ﴿. Anak juga dapat menunjukkan beberapa bagian
Anak usia toddler ﴾ 1 - 3 tahun﴿ yang berada pada fase anal yang
mengeluarkan feses atau buang air besar timbul rasa lega, nyaman
Hal yang perlu diperhatikan dalam fase anal yaitu anak mulai
umur 2 tahun adalah latihan buang air ﴾ toilet training﴿ agar anak
Menurut teori Piaget pada fase anak perlu dibimbing dengan akrab,
﴾ Nuryanti, 2008﴿.
C. Kemampuan Anak Usia 18 – 36 Bulan
rumah serta sekeliling rumah, anak dapat menyusun 2 atau 3 balok, dapat
atau pasir, mulai belajar mengontrol buang air besar dan buang air kecil,
menaruh minat kepada apa yang dikerjakan oleh orang yang lebih besar
dan memperlihatkan minat kepada apa yang dilakukan anak lain dan
Anak – anak yang telah mampu melakukan toilet training dapat dilihat
jam, anak buang air kecil dalam jumlah yang banyak, anak sudah
menunjukkan keinginan untuk buang air besar dan buang air kecil dan waktu
untuk buang air besar dan kecil sudah dapat diperkirakan dan teratur.
Kemampuan fisik dalam melakukan toilet training yaitu anak dapat duduk
atau jongkok tenang kurang lebih 2 – 5 menit, anak dapat berjalan dengan
baik, anak sudah dapat menaikkan dan menurunkan celananya sendiri, anak
merasakan tidak nyaman bila mengenakan popok sekali pakai yang basah
kamar mandi, anak dapat memberitahu bila ingin buang air besar atau kecil,
atau mengikuti orang tua atau saudaranya dan anak tidak menolak dan dapat
bahasa sendiri seperti peepee untuk buang air kecil dan poopoo untuk buang
air besar dan anak dapat mengerti reaksi tubuhnya bila ia ingin buang air kecil
atau besar dan dapat memberitahukan bila ingin buang air ( Nadira, 2006).
E. Praktik
1. Pengertian Praktik
sendiri dipengaruhi oleh keyakinan akan hasil dari tindakan yang telah
a. Persepsi ﴾ perception﴿
﴾BAB) dan buang air kecil ﴾BAK) dengan benar pada anak mulai dari
Misalnya jika anak biasa buang air kecil setelah bangun tidur pada
pukul 7 pagi maka ibu langsung mengajak anak untuk buang air kecil
ke WC.
d. Adaptasi ﴾ adaptation﴿
beberapa jam, hari atau bulan yang lalu ﴾ recall) . Pengukuran juga dapat
kegiatan responden.
a. Praktik Lisan
anak dengan kata – kata sebelum atau sesudah buang air kecil dan
besar. Cara ini merupakan hal biasa yang dilakukan pada orang tua
akan tetapi apabila kita perhatikan bahwa teknik lisan ini mempunyai
nilai yang cukup besar dalam memberikan rangsangan untuk buang air
kecil (BAK) atau buang air besar (BAB) dimana dengan lisan ini
anak mampu dengan baik dalam melaksanakan buang air kecil (BAK)
Usaha melatih anak dalam melakukan buang air besar dengan cara
meniru untuk buang air besar atau memberikan contoh. Cara ini juga
(BAK) dan buang air besar (BAB) atau membiasakan buang air kecil
(BAK) dan besar secara benar. Teknik memberi contoh ini dapat
kelamin yang sama atau saudaranya yang sedang buang air ( Hidayat,
2008).
Selain dapat menggunakan metode praktik yang diatas ibu juga dapat
anak dapat melakukan dengan baik. Metode ini efektif untuk anak –
anak yang memiliki jadwal buang air besar (BAB) atau buang air kecil
a. Pengetahuan
Orang tua perlu tahu acara mengajarkan toilet training dari tahap
orang lain atau objek lain. Sikap terhadap nilai-nilai kesehatan tidak
Sikap juga perlu dalam latihan buang air. Sikap dibagi menjadi 2:
1) Sikap tegas
inkonsisten.
2) Sikap kompromi
ketat dan tidak. Selain itu wajib menumbuhkan dalam diri anak
2001).
yang sangat mempengaruhi dalam toilet training selain itu sikap orang tua
juga sangat mempengaruhi seperti sikap orang tua yang tegas akan
kompromi juga diperlukan akan tetapi tidak semua aktivitas karena bila
orang tua terlalu ketat dalam melakukan toilet training anak bersikap
menolak.
training yaitu
WC atau kakus sebaiknya aman dan nyaman serta lantai tidak licin
toilet training.
b. Komunikasi
Sampaikan pada anak bahwa saat ini anak sudah siap untuk mulai
belajar latihan buang air besar dan buang air kecil. Komunikasikan
semua proses latihan buang air besar dan buang air kecil agar anak
paham seperti sebelum buang air kecil atau buang air besar membuka
agar alat kelamin tetap bersih. Sampaikan pada anak bila sudah bisa
melakukan dengan baik dan berilah pujia, tetapi jika belum bisa jangan
mengejek anak.
Ayah atau kakak laki – laki memberi contoh buang air besar atau
buang air kecil pada anak laki – laki atau adik laki – lakinya.
Ibu atau kakak perempuan memberi contoh buang air besar atau kecil
yang menjadi pendorong dalam praktik toilet training adalah orang tua dan
saudara terdekat, ini disebabkan anak pada usia 18 - 36 bulan lebih cepat
3.1 KESIMPULAN
Toilet training pada anak merupakan suatu usaha untuk melatih anak agar mampu
mengontrol dalam melakukan buang air kecil dan buang air besar. Dalam melakukan
latihan buang air kecil dan besar pada anak membutuhkan persiapan baik secara fisik,
psikologis, maupun secara intelektual, melalui persiapan tersebut di harapkan anak mampu
mengontrol buang air besar atau kecil sendiri. Pada toilet training selain melatih anak
dalam mengontrol BAB dan BAK juga dapat bermanfaat dalam berpendidikan seks sebab
saat anak melakukan kegiatan tersebut disitu anak akan mempelajari anatomi tubuhnya
sendiri serta fungsinya.
Teknik yang digunakan bisa melalui maupun modelling. Terdapat beberapa hal yang
perlu diperhatikan selama toilet training, diantaranya: hindari pemakaian popok sekali
pakai dimana anak akan merasa aman, ajari anak mengucapkan kata-kata yang
berhubungan dengan BAB dan BAK.
DAFTAR PUSTAKA