Anda di halaman 1dari 41

Tugas Mata Kuliah : Metode Penelitian

Tentang

HUBUNGAN PENERAPAN KELUARGA SADAR GIZI DENGAN


STATUS GIZI BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
ANTANG PERUMNAS KECAMATAN MANGGALA

Oleh :
Syamsinar Rasyid
NIM : 200104014

PASCA SARJANA
UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR Skripsi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Data dari seluruh dunia menurut WHO (2014), terdapat

proporsi anak dibawah lima tahun dengan keadaan kurang gizi

mengalami penurunan angka persentase 10% yang terjadi antara

tahun 1990 sampai 2015, yaitu dari 25% menjadi 15%. Di Afrika,

terdapat penurunan yang relatif kecil, yaitu dari 23% pada tahun

1990 menjadi 17% pada tahun 2013. Pada periode yang sama,

di Asia terjadi penurunan dari 32% menjadi 18%, dan di Amerika

Latin dan Caribbean turun dari 8% menjadi 3%. Ini berarti angka

proporsi di Asia dan Amerika Latin juga Caribbean sudah hampir

mendekati angka yang ditargetkan oleh Millenium Development

Goals (MDG’s), sementara di Afrika hanya turun sedikit saja,

pencapaiannya hanya setengah dari angka target penurunan.

Hasil Riskesdas tahun 2015 diketahui bahwa prevalensi

balita gizi buruk dan kurang secara nasional sebesar 5,7% dan

13,9%. Angka ini mengalami peningkatan dibandingkan hasil

Risksdes 2010 dengan prevalensi balita gizi buruk dan kurang

sebesar 4,9% dan 13,0%.


Prevalensi Balita Gizi Buruk di Provinsi Sulawesi Selatan

pada tahun 2015, berdasarkan hasil Pemantauan Status Gizi

(PSG) yang dilakukan di Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi

Selatan

sebesar 5,1% dan telah mencapai angka yang ditargetkan (5,2%).


1
Angka ini mengalami Penurunan bila dibandingkan dengan hasil

Riskesdas tahun 2013 yaitu sebesar 6,6%. Di tahun 2015,

berdasakan hasil PSG di Kabupaten/Kota se-Sulawesi Selatan

Prevalensi Balita Gizi Kurang sebesar 17,1%. Meskipun capaian

kinerja ini belum mencapai target yang ditetapkan (18,4%) namun

angka ini sudah menurun secara signifikan dibandingkan dengan

tahun sebelumnya walaupun masih perlu ditingkatkan upaya-upaya

yang lebih optimal dalam meningkatkan status gizi masyarakat

khususnya pada kelompok balita.

Persentase capaian Prevalensi Balita Gizi Kurang di

Kecamatan Manggala sebanyak 49 kasus atau sebesar 16,3%.

(Dinkes Provinsi Sulawesi Selatan 2015). Cakupan hasil

penimbangan/pemantauan pertumbuhan balita di Kecamatan

Manggala mencapai 61,5%, cakupan Vitamin A mencapai 91,0%,

cakupan ASI ekslusif mencapai 67,1%, untuk cakupan garam

Beryodium mencapai 99,6%. (Capaian Kinerja Bidang BINKESMAS

2015).

Berdasarkan data skunder Puskesmas Antang tahun 2015

status gizi anak berdasarkan berat badan per umur terdapat gizi
buruk sebanyak 4 kasus (1,9%), gizi kurang sebanyak 13 kasus

(6,24%), dan gizi lebih sebanyak 5 kasus (2,42%). Sedangkan

untuk status gizi anak berdasarkan tinggi badan per umur terdapat

anak dengan status pendek sebanyak kasus (1,92%), dan pendek

19 kasus (9,15%).

Berdasarkan hasil Riskesdas 2015 kecendrungan proporsi

penduduk > 10 tahun kurang makan sayur dan buah di provinsi

Sulawesi Selatan mencapai 95%, persentase proses mulai

menyusu pada anak umur 0-23 bulan sebanyak < 1 jam

(44,9%), 1-6 jam

(26%), 7-3 jam (3,7%), 24-47 jam (10,2%) dan > 48 jam (15,1%).

Selanjutnya kecendrungan cakupan pemberian kapsul vitamin A

pada anak 6-59 bulan di Sulawaesi Selatan sebesar 60,0%,

sedangkan kecendrungan frekuensi pertumbuahan balita > empat

kali enam bulan terakhir di Provinsi Sulawesi Selatan 25% dan

provorsi rumah tangga yang mengonsumsi garam berdasarkan

kandungan Yodium sesuai hasil tes cepat di Provinsi Sulawesi

Selatan yaitu cukup (65,6%), kurang (18,7%) dan tidak ada (15,8%)

Berdasarkan penilaian prilaku Keluarga Sadar Gizi

(KADARZI) di Puskesmas Antang dapat di nyatakan bahwa

keluarga yang menimbang berat badan secara teratur sebanyak

322 rumah tangga, pemberian ASI 70 rumah tangga, makan

beraneka ragam 290 rumah tangga, konsumsi garam Beryodium

389 rumah tangga


dan pemberian suplemen gizi (viamin A) sebanyak 298 rumah

tangga.

B. Rumusan Masalah

a. Rumusan Masalah Umum

Apakah ada Hubungan Penerapan Keluarga Sadar Gizi

dengan Status Gizi Balita di wilayah kerja Puskesmas Antang

perumnas Kecematan Manggala?

b. Rumusan Masalah Khusus

1. Apakah penimbangan berat badan berhubungan dengan

status gizi balita di wilayah kerja Puskesmas Antang

perumnas Kecematan Manggala?

2. Apakah pemberian ASI eksklusif berhubungan dengan status

gizi balita di wilayah kerja Puskesmas Antang perumnas

Kecematan Manggala?

3. Apakah penggunaan garam beryodium berhubungan dengan

status gizi balita di wilayah kerja Puskesmas Antang

perumnas Kecematan Manggala?

4. Apakah mengkonsumsi aneka ragam makanan berhubungan

dengan status gizi balita di wilayah kerja Puskesmas Antang

perumnas Kecematan Manggala?


5. Apakah pemberian suplemen gizi berhubungan dengan

status gizi balita di wilayah kerja Puskesmas Antang

perumnas Kecematan Manggala?

C. Tujuan Penelitian

a. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui

Hubungan Penerapan Keluarga Sadar Gizi dengan Status Gizi

Balita di wilayah kerja Puskesmas Antang Perumnas Kecamtan

Manggala Kota Makassar

b. Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui hubungan penimbangan berat badan

dengan status gizi balita di wilayah kerja Puskesmas Antang

perumnas Kecematan Manggala?

2. Untuk mengetahui hubungan pemberian ASI eksklusif di

wilayah dengan status gizi balita di wilayah kerja Puskesmas

Antang perumnas Kecematan Manggala?

3. Untuk mengetahui hubungan penggunaan garam beryodium di

dengan status gizi balita wilayah kerja Puskesmas Antang

perumnas Kecematan Manggala?


4. Untuk mengetahui hubungan mengkonsumsi aneka ragam

dengan status gizi balita di wilayah kerja Puskesmas Antang

perumnas Kecematan Manggala?

D. Untuk mengetahui hubungan pemberian suplemen gizi dengan

status gizi balita di wilayah kerja Puskesmas Antang perumnas

Kecematan Manggala?

E. Manfaat

1. Bagi Masyarakat

Manfaat hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah

wawasan mengenai masalah kesehatan bagi masyarakat

khususnya ibu-ibu tentang pentingnya penanganan yang tepat

agar balita tidak menderita gizi buruk.

2. Petugas Gizi Puskesmas

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan

masukan bagi pengelola program gizi khususnya sebagai bahan

pertimbangan dalam perencanaan program penanggulangan

gizi buruk.

3. Bagi Institusi

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan

masukan untuk acuan dimasa yang akan datang oleh institusi

pendidikan dan sebagai bahan bacaan bagi perpustakaan

yang dapat dimanfaatkan oleh mahasiswa


4. Bagi Peneliti

Hasil peelitian ini dapat digunakan sebagai bahan

frekuensi untuk memperkaya ilmu dalam pengajaran kampus


23

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Keluarga Sadar Gizi

1. Pengertian Keluarga Sadar Gizi (KADARZI)

Keluaraga Sadar Gizi (KADARZI) dapat di definisikan sebagai

keluarga yang seluruh anggota keluarganya melakukan prilaku gizi

seimbang,mampu mengenali, mencegah dan mengatasi masalah

gizi setiap anggotanya. Suatu keluarga disebut keluarga sadar gizi

apabila telah berperilaku gizi yang baik secara terus menerus.

(Permenkes RI Nomor 23 Tahun 2014). Perilaku sadar gizi yang

diharapkan terwujud minimal adalah :

a. Menimbang berat badan secara teratur

b. Memberikan Air Susu Ibu (ASI) saja kepada bayi sejak lahir

sampai umur enam bulan (ASI eksklusif)

c. Makan beraneka ragam

d. Menggunakan garam beryodium

e. Minum suplemen gizi sesuai anjuran

Penilaian status Kadarzi vdidasarkan pada lima indikator

utama yaitu menimbang berat badan secara teratur, memberikan ASI

eksklusif selama 6 bulan pertama, makan beraneka ragam,

menggunakan garam beryodium, dan minum suplemen gizi.

Penerapan keluarga sadar gizi belum dilakukan secara sempurna

oleh
seluruh keluarga sehingga masih menimbulkan masalah tentang

status gizi balita (Supariasa, Bakri, & Fajar, 2013).

Strategi yang di lakukan untuk mencapai sasaran keluarga

sadar gizi (KADARZI) yaitu:

a. Meningkatkan fungsi dan peran posyandu sebagai wahana

masyarakat dalam memantau dan mencegah secara dini

gangguan pertumbuhan balita.

b. Menyelenggarakan pendidikan/promosi gizi secara sistematis

melalui advokasi, sosialisasi, Komunikasi Informasi Edukasi (KIE)

dan pendampingan keluarga.

c. Menggalang kerjasama dengan lintas sektor dan kemitraan

dengan swasta dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) serta

pihak lainnya dalam mobilisasi sumber daya untuk penyediaan

pangan rumah tangga, peningkatan daya beli keluarga dan

perbaikan asuhan gizi. Mengupayakan terpenuhinya kebutuhan

suplementasi gizi terutama zat gizi mikro dan MP-ASI bagi balita

d. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas puskesmas

dan jaringannya dalam pengelolaan dan tatalaksana pelayanan

gizi. Mengupayakan dukungan sarana dan prasarana pelayanan

untuk meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan gizi di

puskesmas dan jaringannya.

e. Mengoptimalkan surveilans berbasis masyarakat melalui

pemantauan wilayah setempat gizi, sistem kewaspadaan dini


kejadian luar biasagizi buruk dan sistem kewaspadaan pangan dan

gizi.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi keluarga sadar gizi

a. Tingkat Pendidikan

Pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang

penting dalam tumbuh kembang anak, karena dengan pendidikan

yang baik maka orang tua dapat menerima segala informasi dari

luar terutama tentang cara pengasuhan anak yang baik,

bagaimana menjaga kesehatan anaknya, pendidikannya dan

sebagainya (Ratnasari Riyayanti,2015).

b. Status Pekerjaan

Salah satu penyebab terjadinya gizi kurang adalah karena

status pekerjaan ibu sehingga ibu yang bekerja di luar rumah

cenderung menelantarkan pola makan keluarganya sehingga

mengakibatkan menurunnya keadaan gizi keluarga, hal ini akan

berakibat pada keadaan status gizi anggota keluarga terutama

anak-anaknya (Nazaruddin, 2015).

Usia bayi sampai anak umur 5 tahun merupakan usia

penting, karena pada masa tersebut anak belum dapat mencukupi

kebutuhannya sendiri dan tergantung pada pengasuh. Nafsu

makan anak tidak saja dipengaruhi oleh rasa lapar, melainkan

pula emosi. Anak yang merasakan tidak mendapat kasih sayang

ibunya dapat kehilangan nafsu makan dan akan terganggu


pertumbuhannya. Ibu/ pengasuh harus tahu mengenai anak dan

perasaannya terhadap makanan

c. Pendapatan Keluarga

Pendapatan merupakan faktor yang terpenting

menentukan kualitas dan kuantitas hidangan keluarga. Semakin

tinggi penghasilan, semakin besar pula persentase dari

penghasilan tersebut untuk membeli buah, sayur dan beberapa

jenis bahan makanan lainnya (Nazaruddin, 2013)

Pendapatan merupakan faktor yang paling penting

menentukan kuantitas dan kualitas makanan. Perubahan

pendapatan secara langsung dapat mempengaruhi perubahan

konsumsi pangan keluarga. Meningkatnya pendapatan berarti

memperbesar peluang untuk membeli pangan dengan kualitas

dan kuantitas yang lebih baik. Sebaliknya penurunan pendapatan

akan menyebabkan penurunan dalam kuantitas dan kualitas

pangan yang dibeli

d. Pengetahuan Gizi Ibu

Pengetahuan adalah hasil tahu dan terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.

Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia yaitu: indra

penglihatan, pendengaran, penciuman, perasaan dan perabaan.

Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan

telinga (Ratnasari Riyayawati, 2015).


Pentingnya pengetahuan gizi terhadap konsumsi didasari

atas tiga kenyataan yaitu:

1) status gizi yang cukup adalah penting untuk kesehatan dan

kesejahteraan

2) setiap orang hanya akan cukup gizi yang diperlukan jika

makanan yang dimakan mampu menyediakan zat gizi yang

diperlukan untuk pertumbuhan tubuh yang optimal, pemeliharaan

dan energy

3) ilmu gizimemberikan fakta-fakta yang perlu sehingga penduduk

dapat belajar menggunakan pangan dengan baik bagi perbaikan

gizi

Pengetahuan ibu tentang gizi dan kesehatan mempunyai

hubungan yang erat dengan pendididkan yang tinggi akan

memungkinkan balitanya mendapatkan kesempatan untuk

tumbuh dan berkembang dengan baik. Membesarkan anak sehat

tidak cukup dengan naluri kasih sayang belaka, namun seorang

ibu perlu pengetahuan serta kemampuan dalam mengasuh anak.

e. Keaktifan Kader

Faktor-faktor yang mempengarui kadarzi adalah tingkat

pendidikan, status pekerjaan, pendapatan keluarga, pengetahuan

gizi ibu, pelayanan kesehatan, sarana dan prasarana, serta

keaktifan kader misalnya sosialisasi.Sosialisasi dalam penelitian

ini adalah pendampingan keluarga menuju kadarzi.

Pendampingan keluarga kadarzi adalah proses mendorong,

menyemangati,
membimbing dan memberikan kemudahan oleh kader pendamping

kepada keluarga guna mengatasi masalah gizi yang dialami.

Tugas kader dalam penyelenggaraan posyandu adalah:

1) Memberi tahu hari dan jam buka posyandu kepada para ibu

pengguna posyandu (ibu hamil, ibu yang mempunyai bayi, dan

balita serta ibu usia subur) sebelum hari buka posyandu.

2) Menyiapkan peralatan untuk penyelenggaraan posyandu

sebelum posyandu dimulai seperti timbangan, buku catatan,

KMS, dan lainnya.

3) Melakukan pendaftaran bayi, balita, ibu hamil, dan ibu usia

subur yang hadir di Posyandu.

4) Melakukan penimbangan bayi dan balita.

5) Mencatat hasil penimbangan dalam KMS.

6) Melakukan penyuluhan kelompok kepada ibu-ibu dimeja IV

denbgan isi penyuluhan sesuai dengan permasalahan yang

dihadapi.

7) Melakukan penyuluhan kelompok kepada ibu-ibu sebelum di

meja I (satu) atau setelah meja V (kalau diperlukan).

8) Menyiapkan dan membagikan makanan tambahan untuk bayi

dan balita.

9) Melakukan kunjungan rumah.

3. Pembinaan Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi)

Pendampingan keluarga sadar gizi adalah melakukan

berbagai upaya untuk meningkatkan kemampuan keluarga agar

terwujud keluarga yang sadar gizi.Upaya meningkatkan


kemampuan keluarga itu dilakukan dengan penyuluhan, demo,

diskusi, dan pelatihan.

4. Tujuan Pembinaan Keluarga sadar Gizi (Kadarzi)

Tujuan pembinaan keluarga sadar gizi (Kadarzi) adalah:

a. Menimbang balita ke posyandu secara berkala.

b. Mampu mengenali tanda-tanda sederhana keadaan kelainan

gizi (gizi kurang dan gizi lebih)

c. Mampu menerapkan susunan hidangan yang baik dan benar,

sesuai dengan Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS).

d. Mampu mencegah dan mengatasi kejadian, atau mencari

rujukan manakala terjadi kelainan gizi didalam keluarga.

e. Menghasilkan makanan melalui pekarangan.

B. Tinjauan Umum Tentang Status Gizi Balita

Status gizi merupakan salah satu faktor yang menentukan

kualitas tumbuh kembang seseorang yang pada akhirnya berpengaruh

terhadap sumber daya manusia (SDM) status gizi masyarakat sering di

gambarkan dengan besaran masalah gizi pada kelompok anak

balita.Kegiatan pemantauan balita gizi kurang merupakan kegiatan

penting untuk kewaspadaan gizi sehingga dapat di ketahui dengan

cepat kasus yang terjadi di masyarakat.

Balita adalah anak yang berumur 0-59 bulan, pada masa ini di

tandai dengan proses pertumbuhan dan perkembangan yang sangat

pesat. di sertai dengan perubahan yang memerlukan zat-zat gizi yang

jumlanya lebih banyak dengan kualitas tinggi. akan tetapi balita

termasuk kelompok rawan gizi yang mudah menderita kelainan gizi

karena kekurangan makanan yang di butuhkan (Ayu Putri Ariani, 2014)

Status gizi balita adalah status kesehatan balita yang dihasilkan

oleh keseimbangan antara kebutuhan dan masukan zat gizi. Status gizi
dapat di ukur melalui pengukuran berat badan, panjang badan atau

tinggi badan, lingkar lengan dan tebal lengan dibawah kulit. Penilaian

status gizi dapat menggunakan Antropometri (Supariasa, 2014).

Kekurangan gizi pada balita dapat menyebabkan terganggunya

pertumbuhan fisik dan perkembangan mental serta kecerdasan, bahkan

dapat menjadi penyebab kematia. Dampak kekurangan gizi bersifat

permanen yang tidak dapat di perbaiki walaupun pada usia berikutnya

1. Klasifikasi Status Gizi

a. Gizi lebih

Gizi lebih adalah keadaan tidak sehat diman seseorang

mengkonsumsi energi lebih banyak dari pada yang di perlukan

tubuh untuk jangka waktu yang panjang.Kegemukan (obesitas)

merupakan tanda pertama yang di lihat dari keadaan gizi lebih.

Status gizi seseorang merupakan gambaran apa yang di

konsumsi dalam jangka waktu yang cukup lama. Keadaan gizi

dapat berupa gizi kurang maupun gizi lebih.Malnutrisi adalah

suatu kelainan yang di sebabkan oleh kekurangan dan kelebihan

secara relative dan absolute.

b. Gisi Normal

Gizi normal atau gizi seimbang adalah dimana asupan gizi

seseorang seimbang dengan kebutuhan gizi atau anjuran asupan

makanan yang sesuai kebutuhan gizi seseorang atau kelompok

orang untuk hidup sehat, cerdas, dan produktif, berdasarkan

pedoman umum gizi seimbang.

c. Gizi Kurang

Merupakan keadaan tidak sehat yang timbul karena tidak

cukup makan sehingga menyebabkan konsumsi energy dan

protein kurang selam waktu tertentu.Berta badan menurun adalah


tanda utama dari gizi kurang.

Gizi kurang pada anak di sebut GPT (gizi kurang tenaga dan

protein).Gizi kurang pada anak sehingga menjadi kurang dan

pertumbuhannya terhambat terjadi karena kurang zat sumber

tenaga dan kurang protein (zat pembangun) di peroleh dari

makanan anak dalam membangun badannya yang tumbuh pesat.

2. Penilaian Status Gizi

a. Penilaian Status Gizi Secara Langsung

1) Antropometri

Menurut bahasa, antropometri adalah ukuran tubuh.

Antropometri banyak digunakan untuk mengukur status gizi

anak. Hal ini karena prosedur yang digunakan sangat

sederhana dan aman, relatif tidak membutuhkan tenaga ahli,

menghasilkan data yang tepat dan akurat serta dapat

mendeteksi atau menggambarkan riwayat gizi dimasa lampau.

Parameter yang sering digunakan yaitu umur, berat badan , dan

tinggi ( Nungki Fidiantono, Tedy setiadi, 2013)

Antropometri digunakan untuk mengukur status gizi dari

berbagai ketidak seimbangan antara asupan energi dan protein

yang terlihat dari pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan

tumbuk seperti lemak, otot dan jumlah air tubuh (Ayu Putri

Ariani 2014).

Menurut (Rindra Putra Prastya dan Farid Nurhayati,

2013). Beberapa keunggulan dan kelemahan antropometri,

sebagai berikut :
a) Keunggulan Antropometri

(1) Prosedurnya sederhana, amam dan dapat dilakukan dalam

jumlah sampel yang besar

(2) Relatif tidak membutuhkan tenaga ahli, dilakukan oleh tenga

yang sudah dilatih dalam waktu singkat sudah dapat

melakukan pengukuran antropometri

(3) Alat murah, mudah dibawa, tahan lama, dapat dipesan dan

dibuat di daerah setempat

(4) Dapat mendeteksi atau menggambarkan riwayat gizi dimasa

lampau

(5) Umumnya dapat mengidentifikasi status gizi sedang, kurang

dan gizi

b) Kelemahan Antropometri

(1) tidak sensitive

(2) Metode ini dapat mendeteksi status gizi dalam waktu yang

singkat

(3) Faktor diluar gizi (penyakit, genetik, dan penurunan

penggunaan energi) dapat menurunkan spesifikasi dan

sensitifitas pengukuran antropometri

(4) Kesalahan yang terjadi saat pengukuran dapat mempengarui

presisi, akurasi, dan validitas dalam pengukuran

antropometri gizi

Beberapa indeks antropometri yang sering digunakan

sebagai dasar penilaian status gizi yaitu:


1. Berat Badan Menurut Umur (BB/U)

Berat badan adalah salah satu parameter yang meberikan

gambaran massa tubuh dan antropometri yang sangat labil,

berdasarkan karakteristik tersebut maka indeks berat badan

menurut umur digunakan sebagai salah satu cara pengukuran

status gizi seseorang saat itu. Pada keadaan normal, barat

badan berkembang mengikuti pertambahan umur (Eris

Risnwati,2014).

2. Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)

Tinggi badan merupakan antropometri yang

menggambarkan keadaan pertumbuhan. Pertumbuhan tinggi

badan tidak seperti barat badan, relative kurang sensitive

terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu yang

pendek.Maka indeks ini menggambarkan status gizi masa

lalu.Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan

pertambahan umur.

3. Berat Badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB)

Berat badan memiliki hubungan linier dengan tinggi badan

dalam keadaan normal, perkembangan berat badan akan searah

dengan pertumbuhan tinggi badan dengan kecepatan tertentu

(Adisty, 2012)

Salah satu standar pengukuran yang di gunakan di

Indonesia dalam menetapkan kategori status gizi (cut-off point)

berdasarkan hasil kesepakatan gizi adalah sebagai berikut :


1. Indikator Pengukuran BB/U

Lebih : >2 SD baku WHO-NCHS

Baik : -2 SD s/d 2 SD

Kurang : -3 SD s/d < -2 SD

Buruk : <-3 SD

2. Indikator Pengukuran TB/U

Tinggi : > 2 SD

Normal : -2SD s/d 2 SD

Pendek : - 3 SD s/d < -2 SD

Sangat pendek : < -3 SD

3. Indikator Pengukuran BB/TB

Gemuk : >2 SD baku WHO-NCHS

Normal :-2 SD s/d 2 SD

Kurus : - 3 SD s/d < -2 SD

Sangat kurus : <-3 SD

2) Klinis

Pemariksaan klinis adalah metode yang didasarkan atas

perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan

ketidakcukupan zat gizi.Hal ini dapat dilihat di jaringan epitel

seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau pada organ-

organ yang dekat dengan permukaan tubuh seprti kelenjar tiroid

(Ayu Putri Ariani, 2014).

2). Biokimia
Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan

spesimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada

berbagai macam jaringan tubuh, antara lain: darah, urin, tinja,

dan hati. Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa

kemungkinan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi

(Ayu Putri Ariani, 2014).

3) Biofisik

Metode dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya

jaringan) dan melihat peruhan struktur dalam jaringan.Umumnya

digunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja

epidemic. Cara yang digunakan adalah tes adaptasi gelap (Ayu

Putri Ariani, 2014).

b. Penilaian Status Gizi Secara tidak Langsung

1) Survei Konsumsi Makanan

Metode dengan penentuan status gizi secara tidak langsung

dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi, untuk

memberikan gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi pada

masyarakat, keluarga dan individu (Ayu Putri Ariani, 2014).

2) Statistik Vital

Metode ini menganalisis data statistik kesehatan seperti

angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dankematian


akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan

dengan gizi. Penggunaannya di pertimbangkan sebagai bagian

dari indikator langsung pengukuran status gizi masyarakat (Ayu

Putri Ariani, 2014).

3) Faktor Ekologi

Malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil

interaksi beberapa faktor fisik, biologis dan lingkungan budaya.

Jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung dari keadaan

ekologi seperti iklim. Pengukurn faktor ekologi dipandang sangat

penting untuk mengetahui penyebab malnutrisi pada suatu

masyarakat sebagai dasar untuk melakukan program intervensi

gizi (Ayu Putri Ariani, 2014).

C. Hubungan Penerapan Keluarga Sadar Gizi Dengan Status Gizi

Balita

Faktor yang menyebabkan kurang gizi pada balita menurut

UNICEF meliputi beberapa tahapan yaitu penyebab langsung, tidak

langsung, pokok masalah dan akar masalah. Faktor penyebab kurang

gizi dijelaskan sebagai berikut :

1. Penyebab langsung yaitu asupan makanan dan penyakit infeksi.

2. Penyebab tidak langsung yaitu ketahanan pangan di keluarga, pola

pengasuhan anak, serta pelayanan kesehatan dan kesehatan

lingkungan.

3. Pokok masalahya itu berupa kurangnya pemberdayaan wanita dan

keluarga, kurang pemanfaatan sumberdaya masyarakat sehingga

mempengaruhi kurangnya pendidikan, pengetahuan dan


keterampilan

4. Keempat, akar masalah adalah terjadinya krisis ekonomi, politik dan

sosial.

Pemeliharaan gizi anak sangat menentukan pertumbuhan

fisiknya. Selain itu organ jaringan tubuh baru dapat berfungsi

sempurna bila mendapat makanan yang cukup dan bergizi

seimbang. Tingkat kesehatan yang buruk yang diakibatkan kurang

baiknya pola asuh gizi dan kesehatan di rumah, secara langsung

maupun tidak langsung berdampak pada status gizi anak. Pola asuh

Gizi dan Kesehatan yang dapat diterapkan dalam tingkat rumah

tangga salah satunya adalah keluarga sadar gizi (Kadarzi).

Target yang ingin dicapai pemerintah yang tertuang dalam

RPJM bidang kesehatan 2010-2014 yaitu menurunkan prevalensi

kekurangan gizi (gizi kurang dan gizi buruk) dari 25.8% menjadi

18.4% dan menurunkan prevalensi anak balita yang pendek dari

36.8% menjadi 25.0% (Surjani, 2013).

D. Tinjaun Umum Tentang Variabel Yang Di Teliti

1. Penimbangan Berat Badan Balita Secara Teratur

Pemantauan pertumbuhan balita sangat penting di lakukan

untuk mengetahui adanya gangguan pertumbuhan secara dini.

Artinya ketika orang tua mengetahui anaknya tidak naik berat

badannya, maka akan dapat melakukan upaya penanganan secara

tepat, sehingga tidak sempat menyebabkan gizi kurang. Untuk

mengetahui pertumbuhan tersebut penimbangan belita setiap bulan

sangat di perlukan. Penimbangan balita dapat dilakukan di berbagai

tempat seperti Posyandu, Puskesmas, Polides atau sarana

pelayanan kesehatan yang lain ( Kemenkes RI 2013 )

2. Keluarga Memberikan ASI Eksklusif


ASI merupakan makanan pertama bayi yang memiliki

peran penting dalam tumbuh kembang anak, karna sangat besar

untuk jangka panjang. Pemberian ASI saja segera setelah bayi

lahir sampai umur 6 bulan tanpa makanan atau cairan lain termasuk

air putih, kecuali obat dan vitamin disebut ASI eksklusif (Istiyani

dan Rusliyanti, 2013)

Bayi sejak lahir hingga usia 6 bulan hanya diberikan ASI

saja, karena ASI merupakan makanan bayi yang palingsempurna,

bersih dan sehat.ASI saja cukup untukmemenuhi kebutuhan bayi

sampai usia 6 bulan untuk tumbuh kembang normal. ASI juga praktis

dan murah serta dapat meningkatkan kekebalan tubuh bayi, pun

bias menjalin hubungan kasih sayang antara ibu dan bayi.

(Nurfauziah 2016)

Air Susu Ibu (ASI) mampu memenuhi gizi bayi untuk tumbuh

kembang dan menjadi sehat sampai ia berumur 6 bulan. Kolostrum,

yakni ASI yang keluar pada hari-hari pertama, agar diberikan kepada

bayi. Setelah bayi berumur 6 bulan, ASI saja tidak mampu lagi

memenuhi kebutuhan gizi bayi. Oleh karena itu, setelah lewat umur 6

bulan, bayi perlu mendapat Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-

ASI). MP-ASI diberikan kepada bayi secara bertahap sesuai dengan

pertambahan umur, pertumbuhan badan, dan perkembangan

kecerdasannya. Walaupun demikian, pemberian ASI tetap

dilanjutkan sampai anak berumur 24 bulan. Manfaatnya adalah untuk

membantu tumbuh kembang anak, mempertahankan dan

meningkatkan daya tahan tubuh anak terhadap penyakit infeksi,

serta mengakrabkan jalinan kasih saying ibu dan anaknya secara

timbale balik. Meningat betapa besarnya manfaat ASI dalam proses

tumbuh kembang anak, maka setiap ibu diharapkan mampu


menyediakan ASI yang cukup untuk anaknya, baik jumlah maupun

mutunya. Oleh karena itu, secara khusus setiap ibu perlu

memperhatikan jumlah dan mutu gizi makannya selama hamil dan

menyusui.

3. Keluarga Hanya Menggunakan Garam Beryodium untuk Memasak

Makanannya

Garam beryodium yang dikonsumsi setiap hari bermanfaat

untuk mencegah timbulnya gangguan Akibat Kekurangan Yodium

(GAKY). Kekurangan yodium dapat menyebabkan penyakit gondok.

Pada umumnya wanita dan anak perempuan mempunyai

kecendrungan lebih mudah kena penyakit gondok daripada laki-laki.

Masa paling peka terhadap kekurangan yodium pada waktu usia

meningkat dewasa (Merryana,2013)

Garam mengandung natrium.Kelebihan konsumsi natrium

dapat memicu timbulnya penyakit tekanan darah tinggi. Tekanan

darah tinggi merupakan pencetus terjadinya stroke, yaitu pecahnya

pembuluh darah otak. Stroke merupakan penyebab kematian pada

orang dewasa di atas 40 tahun. Sedangkan penyakit darah tinggi

membawa resiko timbulnya penyakit jantung pada kelompok orang

dewasa. Karena itu dianjurkan untuk mengkonsumsi garam tidak

lebih dari 6 gram atau satu sendok di setiap harinya

Pada umumnya, garam beryodium sudah tersedia di

pasaran.Kader pendamping menjelaskan pentingnya zat yodium

untuk mencegah dan menanggulangi GAKY, serta menganjurkan

agar keluarga menggunakan hanya garam beryodium dalam

hidangan sehari-hari. Dijelaskan juga cara mengenali garam

beryodium dari kemasan dan mereknya. Lakukan pemeriksaan

garam yang ada di rumah apakah beryodium atau tidak dengan


menggunakan iodinatest atau tes amilum. (Permenkes RI Nomor 23

Tahun 2014)
4. Keluarga Mengkonsumsi Aneka Ragam Makanan

Selama ini tidak ada satu pun jenis makanan yang

mengandung lengkap semua zat gizi,yang mampu membuat

seseorang untuk hidup sehat, tumbuh kembang dan produktif. Oleh

karena itu, setiap orang perlu mengkonsumsi aneka ragam makanan

kecuali bayi umur 0 sampai 6 bulan yang cukup sehat hanya dengan

memperoleh ASI (Air Susu Ibu) saja.

Mengkonsumsi makanan yang beraneka ragam akan

menjamin terpenuhinya kecukupan sumber zat tenaga, zat

pembangun dan zat pengatur. Keanekaragaman makanan dalam

hidangan sehari–hari yang dikonsumsi, minimal harus berasal dari

satu jenis makanan sumber zat tenaga, satu jenis makanan sumber

zat pembangun dan satu jenis makanan sumber zat pengatur.

Penganekaragaman pangan merupakan salah satu pilar utama

dalam upaya penurunan masalah pangan dan gizi. Hal tersebut

menunjukkan bahwa penganekaragaman makanan konsumsi

pangan bagi penduduk merupakan aspek penting bagi perwujudan

sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas. Salah satu

penyebab masih cukup tingginya masalah gizi kurang pada balita,

adalah karena kualitas makanan sebagian besar masyarakat

Indonesia terutama pada anak balita masih belum bergizi–seimbang.

(Aditianti, Sri Prihatni & Hermina 2016). Di dalam makanan ada 5

kelompok zat gizi yaitu:


1) Energi dan Karbohidrat

Energi sangat diperlukan tubuh agar tubuh dapat melakukan

berbagai aktivitas kehidupan.Kecukupan energi adalah sejumlah

energi dari makanan untuk mengimbangi energi yang digunakan

bagi perorangan dengan ukuran komposisi tubuh serta kegiatan

jasmani yang dapat menjamin kesehatan dalam jangka

panjang.Bahan makanan penghasil utama energi adalah bahan

makanan pokok. Karbohidrat sebagai sumber energi utama bagi

otak dan susunan saraf otak,memberi volume pada isi usus dan

melancarkan gerak peristaltik usus sehingga memudahkan

pembuangan feces,simpanan energi dalam hati dan otot dalam

bentuk glikogen yang mudah dimobilisasi (Departemen Gizi dan

Kesehatan Masyarakat 2014)

Energi diperlukan tubuh untuk kelangsungan proses di

dalam tubuh seperti proses peredaran dan sirkulasi darah, denyut

jantung, pernafasan, pencernaan, untuk bergerak atau melakukan

pekerjaan fisik. Energi berasal dari pembakaran karbohidrat,

protein, dan lemak, oleh karena itu agar energi tercukupi perlu

mengkonsumsi makanan yang cukup dan seimbang

2) Protein

Protein adalah zat pembangun yang merupakan komponen

penting dalam siklus kehidupan manusia. Protein digunakan


sebagai zat pembangun tubuh untuk mencerna makanan serta

kelangsungan proses normal dalam tubuh. Sumber zat protein

kacang-kacangan dan hasil olahannya, telur, teri, ikan segar,

daging, hati, udang, susu, dan sebagainya perlu di tambahkan

dalam menu makanan sebagai zat tambah darah untuk mencegah

dan mengatasi anemia (Merryana, 2015)

Protein diperoleh dari makanan yang berasal dari tumbuh

tumbuhan (protein nabati) dan makanan dari hewan (protein

hewani). Fungsi protein bagi tubuh antara lain membangun sel

yang rusak, membentuk zat-zat pengatur seperti enzim dan

hormon, dan membentuk zat inti energi. Makanan yang termasuk

dalam protein nabati adalah kacang-kacangan, buncis, kapri, tahu,

susu kedelai. Makanan yang termasuk protein hewani adalah

daging, ikan, kerang, telur.

Biasakan mengonsumsi lauk pauk yang mengandung protein

tinggi Lauk pauk terdiri dari pangan sumber protein hewani dan

pangan sumber protein nabati. Kelompok pangan lauk pauk

sumber protein hewani meliputi daging ruminansia (daging sapi,

daging kambing, daging rusa dll), daging unggas (daging ayam,

daging bebek dll), ikan termasuk seafood, telur dan susu serta

hasil olahnya. Kelompok Pangan lauk pauk sumber protein

nabati meliputi kacang-kacangan dan hasil olahnya seperti


kedele, tahu, tempe, kacang hijau, kacang tanah, kacang merah,

kacang hitam, kacang tolo dan lain-lain. (kemenkes RI 2014)

3) Lemak

Lemak merupakan komponen struktural dar semua sel-sel

tubuh yang di butuhkan untuk fungsi fisiologis tubuh (Angelia

Priskalina Fridawanti, 2016).

Lemak yang terdapat di dalam makanan, berguna

untukmeningkatkan jumlah energi, membantu penyerapan vitamin

A, D, E dan K serta menambah lezatnya hidangan. Konsumsi

lemak dan minyak dalam hidangan sehari-hari dianjurkan tidak

lebih dari 25% kebutuhan energi, jika mengonsumsi lemak secara

berlebihan akan mengakibatkan berkurangnya konsumsi makanan

lain. Hal ini disebabkan karena lemak berada didalam sistem

pencernaan relatif lebih lama dibandingkan dengan protein dan

karbohidrat, sehingga lemak menimbulkan rasa kenyangyang

lebih lama (Kemenkes RI, 2014)

4) Vitamin dan Mineral

Vitamin dan mineral merupakan nutrisi atau zat yang

sangat berperan penting bagi tubuh dan merupakan salah satu

indikator penentu kesehatan pada tubuh manusia. Vitamin adalah

suatu zat senyawa kompleks yang sangat dibutuhkan oleh tubuh

yang sangat berperan penting untuk membantu pengaturan atau

proses kegiatan pada tubuh manusia sedangkan mineral


merupakan mikronutrien yang berfungsi untuk proses

pertumbuhan, pengaturan, dan perbaikan fungsi tubuh(Ause

Labellapansa dan Alex Timur Boyz, 2016).

Bahan makanan penyuplai vitamin larut air adalah buah-

buahan dan sayuran. Pemanasan pada kelompok sayuran saat

pengolahan berisiko merusak struktur vitamin, sedangkan buah-

buahan hampir seluruh jenisnya tidak memerlukan pemanasan

jika ingin dikonsumsi (Sirajuddin,2014)

Vitamin dibedakan menjadi 2 yakni vitamin yang larut dalam

air (vitamin B dan C) dan vitamin yang larut dalam lemak (vitamin

A, D, E, K). Fungsi masing-masing vitamin ini antara lain:

a) Vitamin A berfungsi bagi pertumbuhan sel-sel epitel, sebagai

pengatur kepekaan rangsang sinar pada saraf dan mata.

Vitamin A banyak terdapat pada wortel, sayuran berwarna,

susu, mentega, telur. Kekurangan vitamin A dapat

menyebabkan kebutaan.

b) Vitamin B1 berfungsi untuk metabolisme karbohidrat,

keseimbangan air dalam tubuh, dan membantu penyerapan zat

lemak oleh usus. Kekurangan vitamin B1 dapat menyebabkan

penyakit beri-beri.

c) Vitamin B2 berfungsi dalam pemindahan rangsang sinar ke

saraf mata dan berfungsi dalam proses oksidasi dalam sel-sel.

Vitamin
B6 berfungsi dalam pembuatan sel-sel darah dan dalam proses

pertumbuhan serta pekerjaan urat saraf

d) Vitamin C berfungsi sebagai aktivator macam-macam fermen

perombak protein dan lemak, oksidasi dan dehidrasi dalam sel,

penting dalam pembentukan trombosit. Makanan yang

mengandung vitamin C antara lain jambu, jeruk, buah-buahan

yang masam, sawi hijau, kembang kol, bayam.

e) Vitamin D berfungsi mengatur kadar kapur dan fosfor,

memperbesar penyerapan kapur dari usus, dan mempengaruhi

kerja kelenjar endokrin. Kekurangan vitamin D dapat

menyebabkan tungkai melengkung (bow legs).

f) Vitamin E berfungsi mencegah perdarahan bagi wanita hamil

serta mencegah keguguran dan diperlukan pada saat sel

sedang membelah. Makanan yang mengandung vitamin E

adalah kecambah (taoge).

g) Vitamin K berfungsi dalam pembentukan protombin yang berarti

penting dalam proses pembekuan darah

5. Konsumsi Suplemen Gizi sesuai Anjuran

Bayi umur 6-11 bulan perlu mendapatkan dan minum 1

kapsul vitamin A dosis tinggi 100.000 SI (kapsul biru) setiap bulan

Februari atau Agustus. Balita 12-59 bulan perlu mendapatkan dan

minum kapsul vitamin A dosis tinggi 200.000 SI (kapsul merah)

setiap bulan Februari dan Agustus, dapat diperoleh di Posyandu

atau Puskesmas
untuk mencegah dan menanggulangi kekurangan vitamin A.

(Permenkes RI Nomor 23 Tahun 2014)

Pada bayi dan balita kapsul vitamin A berguna untuk

kesehatan mata, terutama pada proses penglihatan dimana vitamin

A berperan dalam membantu proses adaptasi dari tempat yang

terang ke tempat yang gelap. Kekurangan vitamin A mengakibatkan

kelainan dalam penglihatan karena terjadinya proses metaplasi sel-

sel epitel, sehingga kelenjar-kelenjar tidak memprosuksi cairan

yang dapat menyebabkan terjadinya kekeringan pada mata, yang

disebut xerosis konjutiva. Bila kondisi ini terus berlanjut akan

terbentuk bercak bitot (bitot spot) dan berujung pada kebutaan.


BAB III

KERANGKA KONSEP PENELITIAN

A. Kerangka Teori

Berdasarkan tinjauan pustaka diatas, maka dapat di

gambarkan kerangka teori sebagai berikut:

Penyebab Langsung
1. Asupan Makanan
2. Penyakit Infeksi Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi
1. Tingkat
KADARZI
pendidikan
(contoh penerapan 2. Status pekerjaan
dari pola asuh) 3. Pendapatan
Penyebab Tidak Langsung
keluarga
1. Pola Asuh
4. Pengetauan gizi
2. Kebiasaan Pangan ibu
Keluaraga 5. Keaktifan kader
3. Pelayanan Kesehatan
4. Kurang Pendidikan
5. Kesehatan Lingkungan

Status Gizi Balita

Gambar 1.KerangkaTeori
B. Kerangka Konsep

Keluarga sadar gizi 33


(KADARZI)

Menimbang berat badan secara teratur


Memberikan Asi kepada bayi sejak lahir
umur 6 bulan (ASI EKSKLUSIF)
Menggunakan garam beryodium
Makan beraneka ragam Status Giz iBalita
Minum suplemen gizi sesuai anjuran

Asupan makan
Penyakit Infeksi
Ketahanan pangan keluarga
Pelayanan kesehatan
Kurang pendidikan
Kesehatan lingkungan

Keterangan:

= Variabel yang di teliti

= Variabel yang tidak di teliti

Gambar 2.Kerangka Konsep


C. Dasar Pemikiran Variabel Penelitian

1. Menimbang Berat Badan Balita Secara teratur

Untuk mengetahui pertumbuhan tersebut penimbangan

belita setiap bulan sangat di perlukan. Penimbangan balita dapat

dilakukan di berbagai tempat seperti Posyandu, Puskesmas,

Polides atau sarana pelayanan kesehatan yang lain

2. Keluarga Memberikan ASI Eksklusif

Air SusuIbu (ASI) mampu memenuhi gizi bayi untuk

tumbuh kembang dan menjadi sehat sampai ia berumur 6 bulan.

Walaupun demikian, pemberian ASI tetap dilanjutkan sampai

anak berumur 24 bulan. Manfaatnya adalah untuk membantu

tumbuh kembang anak mempertahankan dan meningkatkan

daya tahan tubuh anak terhadap penyakit infeksi, serta

mengakrabkan jalinan kasih sayang ibu dan anaknya secara

timbal balik.

3. Keluarga Hanya Menggunakan Garam Beryodium

Garam beryodium yang dikonsumsi setiap hari bermanfaat

untuk mencegah timbulnya gangguan akibat kekurangan yodium

(GAKY). Garam mengandung natrium. Kelebihan konsumsi

natrium dapat memicu timbulnya penyakit tekanan darah

tinggi.Tekanan darah tinggi merupakan pencetus terjadinya

stroke, yaitu pecahnya pembuluh darah otak. Stroke merupakan

penyebab kematian pada orang dewasa di atas 40 tahun

4. Keluarga Menkonsumsi Aneka Ragam Makanan

Makanan yang beranekaragam dijamin dapat

memberikan manfaat yang besar terhadap kesehatan. Sebab


zat gizi tertentu, yang tidak terkandung dalam satu jenis bahan

makanan,akan dilengkapi oleh zat gizi serupa dari bahan

makanan yang lain. Demikian juga sebaliknya, masing-masing

bahan makanan dalam susunan aneka ragam menu seimbang

akan saling melengkapi. Kesimpulannya, makan hidangan yang

beraneka ragam dapat menjamin terpenuhinya kecukupan

sumber zat tenaga, zat pembangun, dan zat pengatur bagi

kebutuhan gizi seseorang.

5. Konsumsi Suplemen Gizi Sesuai Anjuran

Konsumsi suplemen gizi yang dianjurkan oleh

Departemen Kesehatan RI (2007) yaitu kapsul vitamin A dosis

tinggi (kapsul biru untuk bayi usia 6-11 bulan, kapsul merah

untuk balita usia 12 - 59 bulan).

D. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

1. Status Gizi Balita

Definisi Operasional

Status gizi balita yang di maksud dalam penelitian ini

adalah keadaan gizi anakbalita yang dinilai melalui penilaian

antropometri yaitu berat badan terhadap BB/U, kategori status

berdasarkan standar persen median World Health Organisasion

(WHO) pada pengukuran BB/U.

Kriteria Objektif

Gizi Kurang : Jika status gizi balita - 3, SD s/d < -2 SD


Gizi Baik : Jika status gizi balita < - 2 SD s/d 2 SD

baku WHO NCHS

2. Menimbang Berat Badan Secara Teratur

Definisi Operasional

Adalah penimbangan bayi dan balita secara teratur yaitu 1

kali dalam 1 bulan dan di lakukan dari umur 0 bulan sampai 5

tahun dan hasil penimbangan tercatat di kartu KMS.

Kriteria Objektif

TidakTeratur : Apabila anak balita tidak secara teratur

ditimbang 1 kali dalam 1 bulan

Teratur : Apabila anak balita secara teratur

ditimbang 1 kali dalam sebulan

3. Memberikan ASI Eksklusif

Definisi Operasional

Memberikan ASI ekslusif yang di maksud dalam penelitian

ini Adalah ibu yang memberikan ASI Eksklusif kepada balita

sejak lahir sampai usia 6 bulan

KriteriaObjekif

Tidak Sesuai : Apabiila ibu memberikan ASI Eksklusif

kepada Balita< 6 bulan


Sesuai : Apabiila ibu memberikan ASI Eksklusif

kepada Balita selama 6 bulan

4. Menggunakan Garam Beryodium

Definisi Operasional

Menggunakan garam beryodium yang di maksud dalam

penelitian ini adalah keluarga yang menggunakan garam

beryodium (garam yang berubah menjadi ungu) untuk memasak

Kriteria Objektif

Tidak Menggunakan : Apabila keluarga tidak menggunakan

garam beryodium dalam memasak

Menggunakan : Apabila keluarga menggunakan

garam

beryodium dalam memasak

5. Makan Beraneka Ragam

Definisi Operasional

Makan beraneka ragam yang di maksud dalam penelitian

ini adalah balita mengonsumsi makanan pokok, sayur, lauk pauk

dan buah setiap hari.

Kriteria Objektif

Tidak mengkonsumsi : Apabila tidak makan sayur, lauk pauk

dan buah setiap hari

Mengkonsumsi : Apabila makan sayur, lauk pauk dan

buah setiap hari

6. Minum Suplemen Gizi Sesuai Anjuran

Definisi Operasional
Minum suplemen gizi sesuai anjuran yang di maksud

dalam penelitian ini adalah memberikan asupan gizi berupa

kapsul vitamin A warna biru untuk bayi usia 6-11 bulan pada

bulan Februari atau Agustus, dan kapsul vitamin A warna merah

untuk balita usia 12-59 bulan pada bulan Februari danAgustus.

Kriteria Objektif

Tidak Sesuai Anjuran : Apabila tidak mendapat kapsul vitamin

A warna biru/merah

Sesuai Anjuran : Apabiila mendapat kapsul vitamin

A warna biru untuk bayi usia 6-11 bulan

pada bulan Februari atau Agustus, dan

kapsul vitamin A warna merah untuk

balita usia 12-59 bulan pada bulan

Februari dan Agustus

E. Hipotesis Penelitian

Hipotesis nol (Ho) yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini

yaitu sebagai berikut :

1. Tidak ada Hubungan penimbangan berat badan dengan Status

Gizi Balita

2. Tidak ada hubungan pemberian ASI ekslusif dengan status gizi

balita

3. Tidak ada hubungan menggunakan garam beryodium dengan

status gizi balita

4. Tidak ada hubungan mengkonsumsi aneka ragam makanan

dengan status gizi balita

5. Tidak ada hubungan pemberian suplemen gizi dengan status gizi

balita
Sedangkan Hipotesis alternatif (Ha) yang dapat dirumuskan

dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut :

1. Ada Hubungan penimbangan berat badan dengan status gizi

balita

2. Ada hubungan pemberian ASI ekslusif dengan status gizi balita

3. Ada hubungan menggunakan garam beryodium dengan status

gizi balita

4. Ada hubungan mengkonsumsi aneka ragam makanan denga n

status gizi balita

5. Ada hubungan pemberian suplemen gizi dengan status gizi balita

Anda mungkin juga menyukai