Anda di halaman 1dari 9

HAFIDZ MAULANA ZULKARNAIN_TUGAS TERSTRUKTUR (TT) 2

Petemak melaporkan sapinya mengalami kesulitan melahirkan, setelah dilakukan observasi


diketahui sebagaimana gambar­gambar berikut :
1. Sebutkan kedudukan fetus tersebut.
2. Apa hambatannya sehingga fetus tersebut tidak dapat dilahirkan oleh induknya?
3. Lakukan pertolongan pada kasus tersebut.
Distokia 2.1.

Kedudukan: situs longitudinal anterior, posisi dorsosakral, habitus fleksi kepala fetus ke pubis
induk
Hambatan: kepala fetus vs pubis induk
Pertolongan:
1. Fiksasi kedua kaki depan fetus
2. Tangan masuk pervaginal membawa tali
3. Retropulsi frontalis fetus, traksi mandibular
4. Fiksasi kepala fetus
5. Diagnosis hidup mati, tarik paksa.
Distokia 2.2.
Kedudukan: situs longitudinal anterior, posisi dorsosakral, habitus ekstensi kaki belakang fetus
Hambatan: tarsal fetus vs pubis induk
Pertolongan:
1. Fiksasi kedua kaki depan fetus dan kepala
2. Retropulsi frontalis fetus bersamaan dengan retropulsi salah satu metatarsal
3. Retropulsi metatarsal yang satunya lagi
4. Diagnosis hidup mati, tarik paksa.
Distokia 2.3.

Kedudukan: situs longitudinal anterior, posisi dorsosakral, habitus fleksi leher fetus ke ilium
dekster induk
Hambatan: leher fetus vs pubis induk
Pertolongan:
1. Fiksasi kedua kaki depan fetus
2. Retropulsi leher fetus dan fiksasi leher
3. Secara bersamaan retropulsi leher dan traksi tali yang digunakan untuk fiksasi leher
sampai frontalis fetus di ilium dekster
4. Retropulsi frontalis fetus lalu traksi mandibula
5. Fiksasi kepala fetus
6. Diagnosis hidup mati, tarik paksa.
Transfer Embrio 2.1.
1. Apa perbedaan dan persamaan antara gertak birahi dengan sinkronisasi birahi? Sebutkan
preparat hormon dan jelaskan mekanisme kerja masing-masing.
Gertak birahi dan sinkronisasi birahi sama-sama menggunakan hormon pelisis CL yaitu
PGF2a untuk menimbulkan birahi 2-3 hari setelah fase luteal. Bedanya cuman pada
gertak birahi yang ditreatment adalah satu hewan, biasanya dengan satu kali PGF2a,
sedangkan pada sinkronisasi birahi yang ditreatment adalah beberapa hewan untuk
menyamakan fase birahi, menggunakan satu kali atau dua kali PGF2a. Selain itu gertak
birahi juga dilakukan pada masalah reproduksi, sehingga bukan hanya PGF2a yang
dipakai namun memakai hormon lain juga misalnya LH/hCG untuk lisis cystic folikel,
kemudian baru PGF2a, atau GnRH plus FSH untuk hipofungsi ovarium, selain perbaikan
pakan.
2. Mengapa untuk sinkronisasi birahi kadang diperlukan pola dua kali perlakuan, jelaskan
menkanisme endokrinologisnya.
Karena yang dapat dilakukan PGF2a adalah melisiskan CL yang sudah cukup umur (kira-
kira diatas 5 hari setelah estrus berakhir) sehingga apabila sapi memiliki CL terlalu muda
atau bukan lagi fase luteal, PGF2a tidak efektif sehingga harus memastikan dulu semua
sapi telah memasuki fase luteal dengan CL cukup umur di hari ke-11 pasca estrus dengan
PGF2a pertama, baru pada hari ke-11 itu dipakai PGF2a untuk semua sapi agar semuanya
estrus pada 2-3 hari pasca treatment.
3. Apa gunanya sinkronisasi birahi ditinjau dari tujuan :
a. Inseminasi Buatan
Harapannya waktu bunting bersamaan dan lahir bersamaan sehingga umur anak sama,
manajemen pakan per fase pertumbuhan lebih baik dan untuk peternakan skala besar
birahi bersamaan akan mempermudah peternak memprediksi siklus estrus dan
melakukan IB.
b. Transfer Embrio
Keberhasilan implantasi dan kebuntingan embrio segar adalah 60-70 persen,
menurun 10% pada embrio beku, dan juga menurun pada embrio terlalu muda (fase
5-1) dan terlalu tua (fase 9), oleh karena itu donor dan resipien mestinya dilakukan
sinkronisasi birahi agar ketika terjadi transfer embrio pada 7 hari (6-9 hari) pasca IB,
dan ditransfer pada hari itu juga sehingga kualitas embrio terjaga dan persentase
keberhasilan lebih baik.
4. Sebutkan dan uraikan teknis aplikasi PGF2a baik pada hewan besar maupun ruminansia
kecil.
Intramuskuler dilakukan sebelum adanya penelitian tentang intrauterin dan submukosa
vulva, lokasi injeksinya adalah pada daerah berdaging umumnya gluteal. Intrauterin
lokasinya adalah di dalam uterus dengan bantuan gun IB atau kateter (ruminan kecil), ini
dilakukan sebelum adanya penelitian tentang injeksi PGF2a di submukosa vulva, sediaan
akan diserap melalui mukosa uterus yang memiliki banyak saluran pembuluh darah
kapiler. Submukosa vulva adalah metode terbaru yang memanfaatkan arteri uterina
media dan interaksi vena-arteri sehingga PGF2a yang diinjeksi di submukosa vulva akan
balik ke ovarium mempengaruhi CL dan melisiskannya. Bisa juga melalui aplikasi
intraovari, namun menurut saya tidak perlu karena tiga opsi sebelumnya lebih aman.
5. Apabila untuk persiapan transfer embrio aplikasi PGF2a apa yang paling tepat dan apa
keuntungannya.
Menurut saya sebagai calon dokter hewan dan kemudian dokter hewan muda, yang akan
saya gunakan adalah aplikasi melalui submukosa vulva. Memperhitungkan kemungkinan
luka karena kurang terampilnya saya saat intrauterin dan juga banyaknya sapi pada
sinkronisasi birahi, serta dua kali treatment, saya rasa aplikasi ini sangat aman. Namun
jika saya sudah cukup kompeten, saya akan memilih aplikasi melalui intrauterin karena
reaksi obat lebih cepat sehingga dosis bisa lebih kecil dan efek lebih akurat.
Kasus Transfer Embrio 2.2.
Apabila Anda hendak melaksanakan transfer embrio pada sapi perah menggunakan embrio segar
pada hari ke-7 setelah birahi, yaitu pada tanggal 31 Agustus 2021. Superovulasi menggunakan
PMSG dan hCG, sinkronisasi birahi menggunakan PGF2a pola dua kali penyuntikan.
a. Buatlah jadwal perlakuan pada donor dan resipien.
b. Jelaskan dan peragakan teknik flushing hari ke-7 setelah 1B pada donor
Teknik flushing tanpa pernbedahan pada Metode dan Teknik TE (Utama et al, 2020):
1. Masukkan sapi betina yang telah disuperovulasi ke dalam stal (kandang jepit). Lakukan
epidural anestesi melalul interspace antara vertebrae sacralis terakhir - vertebrae coccigealis
pertama atau pada interspace antara vertebrae coccigealis I dan 2. Anestesi epidural
bertujuan untuk
a. merelaksasikan otot-otot polos rektum dan organ reproduksi, sehingga sapi tidak defekasi
dan urinasi selama flushing.
b. mematirasakan sementara organ reproduksi sehingga sapi tenang dan tidak merejan
selama proses flushing.
2. Lakukan eksplorasi rektal untuk :
a. membersihkan rektum dari feses.
b. Mengidentifikasi dan mencatat jumlah CL pada ovarium kanan dan kiri untuk
memprediksi jumlah embrio hasil flushing.
3. Asisten mencuci pangkal ekor, anus dan vulva sapi dengan air, disabun, dikeringkan dan
didesinfeksi. Selanjutnya ekor difiksasi.
4. Tangan operator dengan glove baru masuk lagi ke dalam rektum, tangan yang lain
memasukkan cervix dilatator untuk membuka serviks.
5. Apabila lendir serviks masih banyak ke luar dari vulva (biasanya terjadi apabila superovulasi
menggunakan hormon PMSC), dapat dihilangkan dengan cara dihisap menggunakan alat
penghilang lendir serviks atau plastic sheath
a. Masukkan AI gun dengan plastic sheath-nya ke dalam serviks.
b. Lepaskan AI gun sehingga tinggal plastic sheath yang ada dalam saluran reproduksi.
c. Potong dan buang pangkal plastic sheath yang pecah, kemudian dengan menggunakan
alat suntik 20 ml hisap lendir serviks sambil pelan­pelan plastic sheath ditarik keluar.
6. Asisten mempersiapkan Foley catheter, dipasang stilet gun agar Foley catheter dapat lurus
dan kaku supaya dapat dimasukkan ke dalam organ reproduksi sapi betina.
7. Operator memasukkan Foley catheter ke dalam uterus melewati vulva, vagina, serviks,
kornua uteri, kemudian arahkan ke salah satu kornua (kiri/kanan) yang mengandung korpus
luteum lebih banyak terlebih dahulu.
8. Apabila posisinya sudah tepat yaitu segera setelah septa intercornualis, asisten memasukkan
20-25 ml udara ke dalam Foley catheter menggunakan alat suntik untuk menggelembungkan
baton. Fungsi balon tersebut adalah untuk menjadi pembatas (membendung) komua uteri
agar cairan flushing tidak tumpah ke bagian uterus yang lain.
9. Apabila posisi dan volume balon Foley catheter sudah tepat, stilet dilepas dapat dilepas.
10. Pasang connector T/Y pada lubang di pangkal Foley catheter dan sambungkan dengan
selang silikon sebagai selang inflow dan outflow bagi cairan flushing (Gambar 1).
11. Masing-masing selang inflow maupun selang outflow diklem. Selang inflow dihubungkan
dengan media flushing yang siap dimasukkan, sedangkan selang outflow dihubungkan
dengan botol penampung (Lihat Gambar 1).

Gambar 1. Posisi Foley catheter dalam uterus


12. Klem selang inflow dibuka, cairan flushing masuk ke dalam kornua uteri. Apabila volume
cairan yang masuk dirasa cukup dengan perabaan per rektal, maka klem inflow ditutup.
13. Massage atau goyang komua uteri beberapa kali ke atas agar cairan flushing lancar keluar
dari kornua uteri masuk ke botol penampung.
14. Lakukan langkah 12 dan 13 dua kali lagi untuk memastikan seluruh embrio dalam kornua
uteri terbilas masuk ke dalam botol penampung.
15. Buang udara dari balon pada Foley catheter menggunakan alat suntik melalui saluran udara
dipangkal Foley catheter, kemudian lepaskan/tarik Foley catheter keluar dari organ
reproduksi sapi. Flushing pada satu kornua uteri selesai.
16. Lakukan pada kornua uteri yang lain.

Gambar 2. Struktur peralatan flushing embrio tanpa pembedahan pada Sapi


Media Flushing
Media yang digunakan untuk flushing adalah Dulbecco's Phosphate Buffered Saline (D-PBS)
yang disuplementasi dengan 1-10% serum atau 0,3-0,4% bovine serum albumin (BSA).
Kandungan D-PBS adalah NaCl, KCl, Na2HPO4, CaCl2 dan MgCl2 6H2O.
Kasus Kebuntingan 2.1.
Peternak melaporkan bahwa kudanya yang sedang bunting mengalami kasus sebagai berikut:
1. Sebutkan nama kasus tersebut.
Ventral Rupture
2. Lakukan pertolongan pada kasus tersebut. (https://www.equine-reproduction.com/articles
/rupture.shtml)
Singkatnya pertolongan yang dilakukan adalah induksi kelahiran atau abortus (pada masa
awal kebuntingan), lalu kemudian ventral rupture diperbaiki melalui tindakan operasi
tergantung penyebabnya.
Pertolongan pertama adalah dengan menstabilkan kondisi induk. Awalnya membatasi gerak
induk dengan menempatkan di daerah/ruangan yang sesuai. Amati tanda-tanda kehilangan darah,
konstipasi, protein loss, dan perkembangan kondisi yang menyebabkan ketidaknyamanan. Obat
antiinflamasi digunakan untuk menghilangkan ketidaknyamanan. Dalam kasus ini kuda tampak
lordosis karena ketidakmampuan menopang isi perut, sehingga dapat digunakan perban di sekitar
abdomen yang berfungsi sebagai penopang perut. Perban harus memiliki bantalan yang cukup
untuk mencegah nekrosis akibat tekanan di punggung. Pakan laksatif yang membantu defekasi
dan tinggi konsentrat membantu mengurangi isi perut dan mengurangi pengejanan (tekanan pada
abdomen) akibat defekasi. Jika terjadi kebuntuan saluran pencernaan, tindakan operasi mungkin
diperlukan. Dalam banyak kasus terapi supportif tidak banyak berpengaruh dan mungkin harus
dilakukan induksi kelahiran (atau bahkan aborsi pada awal kebuntingan). Bantuan kebidanan saat
melahirkan penting karena besar kemungkinan induk kesulitan untuk memunculkan tekanan
abdomen yang cukup untuk melahirkan fetus. Jika fetus sudah cukup dewasa, anak yang lahir
umumnya bertumbuhkembang dengan baik. Edema pada induk biasanya cepat menghilang
setelah kelahiran dan induk dapat menyusu dengan normal. Disarankan pengecekan antibodi
pada anak pada umur 36 jam karena edema induk dapat mempengaruhi intake kolostrum.
Penambahan kolostrum atau plasma untuk anak mungkin diperlukan. Pada situasi dimana induk
dan anak berproses dengan baik pasca kesembuhan, induk sangat tidak disarankan untuk
dikawinkan karena masalah yang sama sangat mungkin terulang. Ketika itu, jika peraturan
memperbolehkan, transfer embrio dapat dilakukan. Operasi untuk memperbaiki ventral hernia
yang kecil mungkin dapat dilakukan menggunakan operasi penutupan luka primer (primary
closure) atau menggunakan mesh (mesh herniorraphy). Sayangnya, rebreeding tetap tidak
disarankan karena kebuntingan ulang dapat memperparah kondisi. Jika terlanjur bunting kembali,
kebuntingan harus selalu dipantau. Operasi seharusnya tidak dilakukan sampai beberapa minggu
pasca kelahiran, hal ini dilakukan agar secara natural edema dapat menghilang dan terjadi
fibrosis pada cincin lubang hernia (hernial ring). Jika ventral hernia bersifat parsial, kesembuhan
dapat terjadi dengan cepat. Sedangkan pada kasus ventral rupture karena ruptur pada tendon
prepubic, operasi tidak mungkin dilakukan dan rekomendasinya adalah eutanasi.

Anda mungkin juga menyukai