Anda di halaman 1dari 29

RANGKUMAN MATERI, SOAL DAN PEMBAHASAN

BAB IV
ISOMETRI, ISOMETRI LANGSUNG
DAN ISOMETRI LAWAN
disusun guna melengkapi tugas mata kuliah Geometri Transformasi
Dosen pengampu Bapak Iwan Junaedi

Oleh
Kelompok 3
Rombel 5
1. Jefri Mahendra K 4101409018
2. Budi Santoso 4101409028
3. Fahman Almafazzani 4101409044

JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2012
ISOMETRI, ISOMETRI LANGSUNG
DAN ISOMETRI LAWAN

A. Isometri
Suatu pencerminan atau refleksi pada sebuah garis g adalah suatu transformasi yang
mengawetkan jarak atau juga dinamakan suatu isometri.
Selain mengawetkan jarak antara dua titik, suatu isometri memiliki sifat-sifat berikut :
Teorema 4.1 : sebuah isometri bersifat :
a. memetakan garis menjadi garis
b. mengawetkan besarnya sudut antara dua garis
c. mengawetkan kesejajaran dua garis
Bukti :
a. Andaikan g sebuah garis dan T suatu isometri.
Kita akan membuktikan bahwa T(g)=h adalah suatu garis juga.

B B’

A’
A
h
g

Gambar 4.1

Ambil A g dan B g. Maka A’ = T(A) h, B’=T(B) h ; melalui A’ dan


B’ ada suatu garis, misalnya h’. Akan kita buktikan h=h’.

(i) Bukti h’ h

Ambil X’ h’ . oleh karena bidang kita adalah bidang Euclides, kita


andaikan (A’X’B’), artinya A’X’ + X’B’ = A’B’. Oleh karena T suatu isometri,
jadi suatu transformasi maka ada X sehingga T(X) = X’ dan oleh karena T suatu
isometri maka AX= A’X’. Jadi pula AX + XB = AB. Ini berarti bahwa A, X, B
segaris pada g.

Ini berarti lagi bahwa X’ = T(X) h.

Sehingga h’ h sebab bukti serupa berlaku untuk posisi X ’ dengan


(A’X’B’) atau (A’B’X’).
(ii) Bukti h h’

Ambil lagi Y’ h.

Maka ada Y g sehingga T(Y) = Y’’ dengan Y misalnya (A Y B), artinya Y

g dan AY + YB = AB. Oleh karena T sebuah isometri maka AY= A ’Y’,


YB=Y’B’ , AB= A’B’
Sehingga A’Y’ + Y’B’ = A’B’. Ini berarti bahwa A’, Y’, B’ segaris, yaitu garis
yang melalui A’ dan B’.

Oleh karena h’ satu-satunya garis yang melalui A’ dan B’ maka Y’ h’ .

Jadi, haruslah h h’.


Bukti serupa berlaku untuk keadaan (Y A B) atau (A B Y). Sehingga h= h’.
Jadi kalau g sebuah garis maka h = T(g) adalah sebuah garis.

b. Ambil sebuah ∠ ABC.


Akan ditunjukkan m( ∠ ABC)=m( ∠ A’B’C’)

Gambar 4.2
B
C
(a) (b)
Andaikan A’ = T(A), B’ = T(B), C’ = T(C).
Menurut (a), maka A’B’ merupakan peta dari AB dan B’C’ merupakan peta
dari BC adalah garis lurus. Karena AB dan BC merupakan garis lurus maka
A’B’ dan B’C’ merupakan garis lurus.

Karena ∠ ABC = BA BC maka ∠ A’B’C’ = B’A’ B’C’ .

Perhatikan ABC dan A’B’C’ !


A’B’ = AB, B’C’ = BC, C’A’ = CA. Menurut teorema kekongruenan jika dua
buah segitiga yang memiliki sifat S S S sama maka kedua segitiga tersebut
kongruen.
Sehingga ABC A’B’C’. Jadi, ∠ A’B’C’ = ∠ ABC.

Sehingga suatu isometri mengawetkan besarnya sudut.

c.

a b’
b a’

Gambar 4.3
Kita harus memperlihatkan a’ // b’

Andaikan a’ memotong b’ di sebuah titik P’ jadi P’ a’ dan P b’. Ini


berarti bahwa a memotong b di P, jadi bertentangan dengan yang diketahui
bahwa a//b.
Maka pengandaian a’ memotong b’ salah.
Jadi haruslah a’ // b’.

Akibat : salah satu akibat dari sifat (b) Teorema 1.3 ialah bahwa apabila a

b maka T(a) T(b) dengan T sebuah isometri.


Bukti:

Dipunyai a b akan ditunjukkan T(a) T(b)

Andaikan T(a) T(b) maka terapat sudut antara T(a) dengan T(b) yang tidak
sama dengan 90o. Karena isometri mengawetkan besarnya sudut antara dua
garis maka sudut yang dibentuk oleh a dan b tidak sama dengan 90 o. Hal ini

kontradiksi dengan a b. Jadi pengandaian harus dibatalkan.

Artinya T(a) T(b).

Jadi apabila a b maka T(a) T(b) dengan T sebuah isometri.


Contoh: Diketahui garis g { (x,y) | y = -x } dan garis h { (x,y) | y = 2x
– 3}.
Apabila Mg adalah refleksi pada garis g tentukanlah persamaan garis h’= Mg(h).
Jawab :
Oleh karena Mg sebuah refleksi pada g jadi suatu isometri, maka menurut
teorema 4.1, h’ adalah sebuah garis.

h
g
h’
O
X
X
X
X X

Garis h’ akan melalui titik potong antara h dan g misalnya R, sebab Mg(R) = R.
g : y = -x, h : y = 2x – 3, misalkan R(x,y). Dengan mensubsitusikan g ke dalam
h diperoleh:
y=2x-3
⇔ -x=2 x−3
⇔−3 x=−3
⇔ x=1
Karena y = -x, jadi y = -x. Jelas bahwa R = (1,-1); h’ akan pula melalui Q ’ =
(0,-3/2). Persamaan garis h’ adalah
y− y 1 x−x1 y−(−1) x−1
= ⇔ =
y 2− y 1 x2 −x 1 3 0−1
−(−1)
2
y +1 x−1
⇔ =
1 −1

2
1
⇔ y +1= ( x−1 )
2
1 3
⇔ y− x + =0
2 2
⇔2 y−x +3=0
⇔ x−2 y−3=0
Dengan demikian persamaan h’ adalah : h’ = { (x,y) | x-2y-3 = 0 }
B. Isometri langsung dan isometri lawan
Perhatikan gambar 4.9 a ini. Anda melihat suatu transformasi T yang
memetakan segitiga ABC pada segitiga A1 B1 C1 misalnya sebuah
pencerminan pada garis g.

C
C B

B
A A
g
Gambar 4.9a
Tampak bahwa apabila pada segitiga ABC, urutan kelilingGambar
adalah4.9b
A B

C adalah berlawanan dengan putaran jarum jam maka pada petanya, yaitu

segitiga A1 B1 C1, urutan kelilingnya A1 B1 C1 adalah sesuai denagn


putaran jarum jam. Pada gambar 4.9b Anda lihat juga suatu isometri, yaitu
suatu rotasi (putaran)mengelilingi sebuah titik O.
Kelak akan dibicarakan lebih mendalam tentang rotasi ini.
Di sini dikemukakan sekedar sebagai contoh. Kalau pada segitiga ABC urutan

keliling A B C adalah berlawanan arah maka pada petanya yaitu pada


segitiga A2 B2 C2 urutan keliling A2 B2 C2 tetap berlawanan dengan
putaran jarum jam.
Untuk membahas lebih lanjut fenomena isometri di atas, kita perkenalkan
konsep orientasi tiga titik yang tak segaris. Andaikan (P1, P2, P3) ganda tiga
titik yang tak segaris. Maka melalui P1, P2, dan P3 ada tepat satu lingkaran l.
kita dapat mengelilingi l berawal misalnya dari P 1 kemudian sampai P2, P3 dan
akhirnya kembali ke P1.
Apabila arah keliling ini sesuai dengan putaran jarum jam, maka dikatakan
bahwa ganda tiga titik (P1, P2, P3) memiliki orientasi yang sesuai dengan
putaran jarum jam (atau orientasi yang negatif). Apabila arah keliling itu
berlawanan dengan arah putaran jarum jam, maka dikatakan bahwa ganda tiga
titik (P1, P2, P3) memiliki orientasi yang berlawanan dengan putaran jarum jam
(atau orientasi yang positif). Jadi pada gambar 4.9a, (A,B,C) memiliki
orientasi positif sedangkan (A 1 B1 C1) memiliki orientasi yang negatif. Pada
gambar 4.9b, orientasi (ABC) adalah positif dan orientasi (A2 B2 C2) tetap
positif.
Jadi pencerminan pada gambar 4.9a mengubah orientasi sedangkan putaran
pada gambar 4.9b mengawetkan orientasi.
Definisi:
1. Suatu transformasi T mengawetkan suatu orientasi apabila untuk setiap
tiga titik tak segaris (P1, P2, P3) orientasinya sama dengan ganda (P1’, P2’,
P3’) dengan P1’ = T(P1), P2’ = T(P1), P3’ = T(P3).
2. Suatu transformasi T membalik suatu orientasi apabila untuk setiap tiga
titik tak segaris (P1, P2, P3) orientasinya tidak sama dengan orientasi peta-
petanya (P1’, P2’, P3’) dengan P1’ = T(P1), P2’ = T(P1), P3’ = T(P3).
Definisi:
Suatu transformasi dinamakan langsung apabila transformasi itu
mengawetkan orientasi; suatu transformasi dinamakan transformasi lawan
apabila transfomasi itu mengubah orientasi. Salah satu sifat penting dalam
geometri transformasi kita adalah:
Teorema 4.2 : Setiap refleksi pada garis adalah isometri lawan.
Teorema ini tanpa bukti.
Tidak setiap isometri adalah isometri lawan. Anda dapat melihat pada gambar
4.9b. di situ isometri kita (yaitu rotasi pada titik O) adalah sebuah isometri
langsung. Oleh karena itu dapat kita kemukakan teorema berikut, tanpa bukti
yaitu :
Teorema 4.3 : Setiap isometri adalah sebuah isometri langsung atau sebuah
isometri lawan.
C. Penyelesaian Soal
Soal Halaman 42
1. Diketahui garis g dan h seperti dapat dilihat pada ganbar. Dengan menggunakan jangka
dan penggaris lukislah garis g’=Mh(g) dengan Mh sebuah pencerminan pada garis h.
Jawab:

2. Diketahui garis-garis s, t, u dan titik A,B seperti dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
T adalah sebuah isometric dengan B=T(A) dan u=T(s). kalau t s, lukislah t’=T(t).
Jawab:

s
A

3. Diketahui garis t, lingkaran l dengan pusat D dan segitiga ABC seperti pada gambar.

a)Lukislah Mt(

b) hubungan apakah antara dan Mt( ?


c) lukislah Mt(l)
Jawab:
a)
B

C
t
A

b) Perhatikan ΔABC dan ΔA’B’C’


Karena A’=Mt(A) ⇒ OA’=OA
B’=Mt(B) ⇒ OB’=OB
C’=Mt(C) ⇒ OC’=OC
Diperoleh m( ∠ ABC)= m( ∠ A’B’C’)
AB=OA+OB=OA’+OB’=A’B’
m( ∠ BAC)= m( ∠ B’ A’C’).
Berdasarkan teorema, (Sd S Sd) maka ΔABC ¿ ΔA’B’C’

c)

4. Diketahui garis t.
a) Lukislah sebuah ΔABCsehingga Mt(ΔABC)= ΔABC (artinya: oleh Mt, ΔABC dan
hasil refleksi pada t berimpit)
b) Lukislah sebuah lingkaran yang berimpit dengan petanya oleh Mt.
c) Lukislah sebuah segi empat yang berimpit dengan petanya oleh Mt.
Jawab:
a) b) c)

t t
t

5. Diketahui garis g = {(x,y) |x + 2y = 1} dan h = {(x,y) |x = -1}.


Tulislah sebuah persamaan garis g’ = Mh(g).

Y
Jawab:
g’

C
1
2 X
A’(-3,0) D A(1,0)

h:x = -1

Karena Mh sebuah refleksi pada h, maka merupakan isometri.


Jadi, menurut teorema ”sebuah isometri memetakan garis menjadi garis”, dan Mh(g)
= g’, maka g’ adalah sebuah garis.
Titik A(1,0) merupakan titik potong antara garis g dan sumbu X.
Titik C merupakan titik potong antara garis g dan h.
Jadi C ∈ g dan C ∈ h.
Karena C ∈ h maka Mh(C) = C
Jadi g’ akan melalui titik C, dan g’ akan melalui A’ = Mh(A)
 Koordinat titik C
g ≡ x + 2y = 1  x + 2y – 1 = 0,
h ≡ x = -1
substitusikan x = -1 ke persamaan garis g ≡ x + 2y = 1, diperoleh:
-1 + 2y – 1 = 0  2y =2  y = 1
Jadi C(-1,1)
 Kordinat A’ = Mh(A)
Titik D(-1,0) adalah titik potong h dengan sumbu X.
AD = xA – xD = 1- (-1) = 2
Karena isometri maka D A’ = AD = 2
Jadi, AA’ = AD + DA’ = 2 + 2 = 4
Misal titik A’(x’,y’)
Absis titik A’ adalah 1 - 4 = -3
Diperoleh x’ = -3 dan y’ = y = 0
Jadi, A’(-3,0)
Jadi, g’ melalui titik C(-1,1) dan A’(-3,0)
y− y 1 x−x 1 y−1 x−(−1)
= ⇔ =
Persamaan garis g’: y 2− y1 x 2 −x1 0−1 −3−(−1)
y−1 x +1

−1 = −2
x +1
⇔ y−1 = 2
1 1
x+ +1
⇔y = 2 2
1 3
x+
⇔y = 2 2
⇔ x−2 y +3=0
Jadi, g’ = {(x,y) | x - 2y + 3 = 0}
6. Diketahui garis g = {(x,y) |3x - y + 4= 0} dan h = {(x,y) |y = 2}.
Tulislah persamaan garis g’ = Mh(g).
Y
Jawab: g

A(0,4)

D h
C
A’(0,0)
X
Karena Mh sebuah refleksi pada h, maka merupakan isometri.
Jadi, menurut teorema ”sebuah isometri memetakan garis menjadi garis”, dan Mh(g)
= g’, maka g’ adalah sebuah garis.
Titik A(4,0) merupakan titik potong antara garis g dan sumbu Y.
Titik C merupakan titik potong antara garis g dan h.
Jadi C ∈ g dan C ∈ h.
Karena C ∈ h maka Mh(C) = C
Jadi g’ akan melalui titik C, dan g’ akan melalui A’ = Mh(A)
 Koordinat titik C
g ≡ 3x - y + 4= 0, h ≡ y = 2
substitusikan y = 2 ke persamaan garis g ≡ 3x - y + 4= 0, diperoleh:
2

3x – 2 + 4= 0  3x = -2  x = 3
2

Jadi C( 3 ,2)
 Koordinat A’ = Mh(A)
Titik D(0,2) adalah titik potong h dengan sumbu Y.
AD = yA – yD = 4-2 = 2
Karena isometri maka D A’ = AD = 2
Jadi, AA’ = AD + DA’ = 2 + 2 = 4
Misal titik A’(x’,y’)
Ordinat titik A’ adalah 4 - 4 = 0
Diperoleh y’ = 0 dan x’ = x = 0
Jadi, A’(0,0)
2

Jadi, g’ melalui titik C( 3 ,2) dan A’(0,0)
2
x−(− )
3
y− y 1 x−x 1 =
y−2 2
= ⇔ 0−(− )
Persamaan garis g’: y2− y1 x 2 −x1 0−2 3
2
x+
3
y−2 2

−2 = 3
3
( x+1 )
⇔ y−2 = -2 2
⇔ y = -3x -2 +2
⇔ y = -3x
⇔3 x+ y=0
Jadi, g’ = {(x,y) | 3 x+ y=0 }
7. Diketahui garis-garis g = {(x,y) | y = 0}, h = {(x,y) |y = x}, dan k = {(x,y) |x = 2}.
Tulislah persaman garis-garis berikut;
a). Mg(h) b). Mh(g)
c). Mg(k) d). Mh(k)

jawab:
a).
Y
h: y=x

A’

h’: y=-x

Karena Mg sebuah refleksi pada g maka merupakan isometri.


Menurut teorema, “ Sebuah isometri memetakan garis menjadi garis ”, dan M g(h) =
h’, maka h’ adalah sebuah garis.
Titik O(0,0) merupakan titik potong antara garis g dan h.
Jadi, O ∈ g dan O ∈ h.
Karena O ∈ g maka Mg(O) = O
Jadi h’ akan melalui titik O(0,0)
Ambil sebarang titik di h, misal A(1,1), maka h’ juga akan melalui A’ = Mg(A).
Mg
A(x,y) → A’(x,-y) , g = {(x,y) | y = 0}
Mg
Jadi, A(1,1) → A’(1,-1)
Jadi, garis h’ melalui titik O(0,0) dan A’(1,-1)
Persamaan garis h’:
y− y 1 x−x 1 y−0 x−0
= ⇔ =
y2− y1 x 2 −x1 −1−0 1−0 ⇔ y=−x
Jadi, h’ = {(x,y) | y = -x}.
b). Y

h: y=x

C’(0,1)
X g:y=0
C(1,0)

Karena Mh sebuah refleksi pada h maka merupakan isometri.


Menurut teorema, “ Sebuah isometri memetakan garis menjadi garis ”, dan M h(g) =
g’, maka g’ adalah sebuah garis.
Titik O(0,0) merupakan titik potong antara garis g dan h.
Jadi, O ∈ g dan O ∈ h.
Karena O ∈ h maka Mh(O) = O
Jadi g’ akan melalui titik O(0,0)
Ambil sebarang titik di g, misal C(1,0), maka g’ juga akan melalui C’ = Mh(g).
Mg
C(x,y) → C’(y,x)
Mg
Jadi, C(1,0) → C’(0,1)
Jadi, garis g’ melalui titik O(0,0) dan C’(0,1)
Persamaan garis g’:
y− y 1 x−x 1 y−0 x−0
= ⇔ =
y 2− y 1 x 2 −x1 1−0 0−0 ⇔ x=0
Jadi, g’ = {(x,y) | x = 0}.

c).
Y k: y=2

1
2
X:g
P(2,0)

Karena Mg sebuah refleksi pada g maka merupakan isometri.


Menurut teorema, “ Sebuah isometri memetakan garis menjadi garis ”, dan M g(k) =
k’, maka k’ adalah sebuah garis.
Titik P(2,0) merupakan titik potong antara garis g dan k.
Jadi, P ∈ g dan P ∈ k.
Karena P ∈ g maka Mg(P) = P, maka k’ akan melalui titik P(2,0)
1
Ambil sebarang titik di k, misal B(2, 2 ), maka k’ juga akan melalui B’ = Mg(B).
Mg
B(x,y) → B’(x’,y’) = B’(x,-y)
1 Mg 1
Jadi, B(2, 2 ) → B’(2,- 2 )
1
Jadi, garis k’ melalui titik P(2,0) dan B’(2,- 2 )
Jadi, k’ = k = {(x,y) | x = 2}.
d). Y k h

B’(0,2) A(2,2)

B(2,0) X
g
Karena Mh sebuah refleksi pada h maka merupakan isometri.
Menurut teorema, “ Sebuah isometri memetakan garis menjadi garis ”, dan M h(k) =
k’ , maka k’ adalah sebuah garis.
Titik A(2,2) merupakan titik potong antara garis h dan k.
Jadi, A ∈ h dan A ∈ k.
Karena A ∈ h maka Mh(A) = A
Jadi k’ akan melalui titik A(2,2)
Ambil sebarang titik di k, misal B(2,0), karena h: y = x maka Mh(B) = (0,2) = B’.
Jadi k’ melalui A dan B’
Persamaan garis k’:
y− y 1 x−x 1 y−2 x−0
= ⇔ =
y2− y1 x 2 −x1 2−2 2−0 ⇔ y=2
Jadi, g’ = {(x,y) | y=2}.
8. Jika g = {(x,y) | y = x} dan h = {(x,y) |y = 3 – 2x}, tentukan persamaan garis Mg(h).
Jawab:
Y

B(0,3) g: y=x

3
A
2 B’(3,0)
X
3
2

Karena Mg sebuah refleksi pada h maka merupakan isometri.


Menurut teorema, “ Sebuah isometri memetakan garis menjadi garis ”, dan
Mg(h)=h’, maka h’ adalah sebuah garis.
Titik A merupakan titik potong antara garis g dan h.
Jadi, A ∈ g dan A ∈ h.
Karena A ∈ g maka Mg(A) = A
Jadi h’ akan melalui titik A
3
Ambil titik B(0,3) dan C( 2 ,0) karena g: y = x maka Mg(B) = B’ dan Mg(C)=C’.
Jadi h’ melalui B’ dan C’
Persamaan garis h’:
y− y 1 x−x 1 y −0
= ⇔
y 2− y 1 x 2 −x1 3 x−3
−0 =
2 0−3
3 9
⇔−3 y= x−
2 2
⇔−6 y=3 x−9
⇔3 x+6 y−9=0
Jadi, h’ = {(x,y) | 3 x+6 y−9=0 }.

9. Jika g = {(x,y) | y = -x} dan h = {(x,y) |3y = x + 3}, selidikilah apakah A(-2,-4) terletak
pada garis h’ = Mg(h). Y
Jawab:

B’(0,3)
h: 3y=x+3
D
C(0,1)
B(-3,0) X
C’

g: y=-x

Karena Mg sebuah refleksi pada h maka merupakan isometri.


Menurut teorema, “ Sebuah isometri memetakan garis menjadi garis ”, dan
Mg(h)=h’ , maka h’ adalah sebuah garis.
Titik D merupakan titik potong antara garis g dan h.
Jadi, D ∈ g dan D ∈ h.
Karena D ∈ g maka Mg(D) = D
Jadi h’ akan melalui titik D
Ambil titik B(-3,0) dan C(0,1) karena g: y = - x maka Mg(B) = B’ dan Mg(C)=C’.
Jadi h’ melalui B’ dan C’

Persamaan garis h’:


y− y 1 x−x 1 y−0 x−(−1)
= ⇔ =
y 2− y 1 x 2 −x1 3−0 0−(−1) ⇔ y=( x+1)3 ⇔ y=3 x +3
Jadi, h’ = {(x,y) | y=3 x +3 }
Akan diselidiki apakah A(-2,-4) terletak pada garis h’ = Mg(h)
Substitusikan A(-2,-4) pada h’: y = 3x + 3
Maka h’ : -4 = 3(-2) + 3
-4 = -3 ( pernyataan yang salah)
Diperoleh A(-2,-4) tidak memenuhi persamaan h’: y = 3x + 3, artinya A(-2,-4)
tidak terletak pada garis h’ = Mg(h)

2 2
10. Diketahui lingkaran l= {( x , y ) : ( x−2 ) + ( y−3 ) =4 }
T sebuah isometri yang memetakan titik A(2,3) pada A’(1,-7). Tentukan persamaan
himpunan T(l). Apakah peta l juga lingkaran?
Jawab:
2 2
l = {( x , y ) : ( x−2 ) + ( y−3 ) =4 }
A’=T(A) dengan A(2,3) dan A’(1,-7).
L adalah lingkaran dengan pusat (2,3) dan jari-jari=2.
Karena A adalah pusat lingkaran l, maka A’=(1,-7) adalah pusat lingkaran l’=T(l).

Sehingga T(l)=l’= {( x , y ) : ( x−1 )2 + ( y +7 )2=4 }


Peta l yaitu l’ adalah lingkaran karena isometri T mengawetkan besarnya sudut
yaitu 360o.
11. Diketahui lima garis g, g’, h, h’, dan k sehingga g’=M k(g), dan h’=Mk(h). Apabila
g’//h’ buktikan bahwa g//h.
Jawab:
Dipunyai g’//h’.
Adt g//h
Andaikan g tidak sejajar h, maka menurut teorema, bahwa isometri M k
mengawetkan kesejajaran 2 garis, diperoleh g’ tidak sejajar dengan h.
Padahal dipunyai g’//h’, maka pengandaian harus dibatalkan.
artinya, g//h.
12. Diketahui garis-garis g, h, dan h’ sehingga h’=Mg(h). Apakah ungkapan-ungkapan di
bawah ini benar?
a. Jika h’//h, maka h//g.
b. Jika h’=h maka h=g.

c. Jika h’ ¿ h={A}, maka A g.


Jawab:
h’ g h
a. Benar

b. Benar h’
g
h

c. Benar
A

h
h'
g

13. Buktikan sifat berikut: Apabila g h maka M h(g)=g. Apakah ini berarti bahwa

apabila P g maka Mh(P)=P?


Jawab:
Dipunyai g h.
Adt Mh(g)=g.
Karena Mh mengawetkan besarnya dua sudut yaitu sudut antara g dan h sebesar 90 o,
maka sudut antara g’ dan h juga 90o. Sehingga g’ merupakan pelurus g. Jadi, g’
berimpit dengan g sehingga Mh(g)=g.

Kasus I. P g, P h maka Mh(P)=P. P P’ g


h

Kasus II. P g, P ∉ h. Karena Mh isometri maka OP=OP’. Diperoleh P=P’.Jadi,

Mh(P) ¿ P. P P’ g
h

15. Jika g = {(x,y) | y = 2x + 3} dan h = {(x,y) |y = 2x + 1}, tentukan persamaan garis


h’ = Mg(h).

Jawab:
Y
h’
g
E
h
D(0,3)

B(0,1)
F X
1

2

Karena Mg sebuah refleksi pada h maka merupakan isometri.


Menurut teorema, “ Sebuah isometri memetakan garis menjadi garis ”, dan M g(h) =
h’ , maka h’ adalah sebuah garis.
1
Titik A(- 2 ,0 ) merupakan titik potong antara garis h dengan sumbu X.
Titik B(0,1) merupakan titik potong antara garis h dengan sumbu Y.
3
Titik C(- 2 ,0 ) merupakan titik potong antara garis g dengan sumbu X.
Titik D(0,3) merupakan titik potong antara garis h dengan sumbu Y.

Sehingga AC =1, BD =1
5
Diperoleh h’ memotong sumbu X di titik F(- 2 ,0)
h’ memotong sumbu Y di titik E(0,5)
Persamaan garis h’ melalui F dan E sehingga persamaan g’:
5
x−(− )
2
y− y 1 x−x 1 y−0 =
5 5 5
= ⇔ 0−(− ) ⇔ y=5 ( x+ )
y 2− y 1 x 2 −x1 5−0 2 2 2
⇔5 y=10 x+25
⇔ y−2 x−5=0
Jadi, h’ = {(x,y) | y−2 x−5=0 }
16. Suatu transformasi T ditentukan oleh T(P)=(x+1,2y) untuk semua P(x,y).
a. Jika A(0,3) dan B(1,-1) tentukan A’=T(A) dan B’=T(B). Tentukan pula

persamaan AB
⃗ dan A 'B'
⃗ .

b. Apabila C(c,d) AB
⃗ selidiki apakah C’=T(C) AB

c. Apabila D’(e,f) AB
⃗ selidiki apakah D AB
⃗ dengan D’=T(D).
d. Menurut teorema, disebutkan bahwa jika transformasi T suatu isometric maka
peta sebuah garis adalah suatu garis. Apakah kebalikannya benar?
Jawab:
T(P)=(x+1,2y) ∀ P(x,y)
a. A(0,3), B(1,-1)
A’=T(A)=(0+1,2x3)=(1,6)
B’=T(B)=(1+1,2x(-1))=(2,-2)
y− y 1 x−x 1
AB ⇒
⃗ =
y 2− y 1 x 2 −x1
y −(−1) x−1
⇔ =
3−(−1) 0−1
y +1 x−1
⇔ =
4 −1
⇔− y−1 =4 x−4
⇔ y +4 x−3=0
y− y 1 x−x 1
A 'B' ⇒
⃗ =
y2− y 1 x 2 −x 1
y −(−2) x−2
⇔ =
6−(−2 ) 1−2
y +2 x−2
⇔ =
8 −1
⇔− y−2 =8 x−16
⇔ y +8 x−14=0

b. C(c,d) AB

Akan diselidiki C’=T(C) A 'B'


Karena A’=T(A), B’=T(B), maka A 'B'


⃗ merupakan peta dari AB
⃗ .

Sehingga jika C AB
⃗ maka C’=T(C) A 'B'

c.D’(e,f) AB
⃗ diselidiki apakah D AB
⃗ dengan D’=T(D).

Karena A 'B'
⃗ merupakan peta AB
⃗ maka jika D’ AB
⃗ pasti D AB
⃗ .
d. Dipunyai h’ adalah garis.
Akan ditunjukkan h adalah garis dengan h’=T(h).
Andaikan h bukan garis maka h’=T(h) bukan garis.
Padahal dipunyai h’ garis.
Maka pengandaian harus dibatalkan. Artinya, h suatu garis .
Jadi, jika h’ garis maka h juga garis dengan h’=T(H).

18. Ada berapa refleksi garis dengan sifat berikut:


a. Sebuah segitiga sama kaki direfleksi pada dirinya sendiri?
b. Sebuah persegi panjang direfleksi pada dirinya sendiri?
c. Sebuah segiempat beraturan direfleksi pada dirinya sendiri?
Jawab:
a. 1 refleksi

b. 2 refleksi
c. 4 refleksi
Tugas :
1. Pada gambar 4.10, ada tiga titik tidak segaris, yaitu P, Q, R; T dan S adalah
P’’
isometri-isometri dengan P’ = T(P), R’ = T(R) sedangkan P’’ = S(P), Q’’ = S(Q), R’’
= S(R). Termasuk golongan manakah T dan S itu? P’’
R’
Q
P’
P’’
Q’’
R
P Q’
Jawab :
R’
P’’
Q
P’
P’’
Q’’
R
P
Q’
Jadi :
T merupakan isometri lawan dan S merupakan isometri langsung.
2. Isometri T memetakan A pada X; B pada Y dan C pada Z. apabila T sebuah
isometri lawan tentukan titik Z. A

C
B

Z Y
3. Sebuah isometri S memetakan D pada W, E pada Z dan F pada U. Apabila S
sebuah isometri langsung, tentukan U.
Jawab:
D Z

E W
4. Diketahui sebuah titik A dan dua transformasi T dan S yang didefinisikan sebagai
berikut: T(A)=A, S(A)=A. Jika P ¿ A, T(P)=P’ dan S(P)=P’’. P’ adalah titik

tengah ruas garis AP sedangkan A titik tengah PP'' . Termasuk golongan


manakah masing-masing trnsformasi S dan T itu?
Jawab:
T(A)=A, S(A), jika P ¿ A ⇒ T(P)=P’,S(P)=P”
Ilustrasi:

P” A P’ P

Dari gambar diperoleh S isometri berlawanan karena PA=−⃗


⃗ PA} } {¿¿
Dan T isometri langsung karena PA=⃗
⃗ P' A
5. Tentukan koordinat-koordinat titik P pada sumbu X sehingga ∠ APO =∠ BPX .
Diketahui bahwa A=(0,3) dan B=(6,5).
Jawab:

APOBPX
A=(0,3) dan B=(6,5).

B
A

α β
xA 6-x

6. Sebuah sinar mamancar dari titik A(6,4) dan diarahkan ke titik P(2,2) pada
sebuah cermin yang digambar sebagai garis g = {(x,y) |y = x}. Ada sebuah garis h
= {(x,y) |x = -1}. Sinar yang dipantulkan memotong garis h pada sebuah titik Z.
Tentukan koordinat- koordinat titik Z.
Jawab:
y  y1 x  x1

Y
g; y=x
A’
y 2  y1 x 2  x1
A(6,4)
P(2,2) y6 x4
 
X
26 24
  2( y  6)  4( x  4)
Z
  2 y  12  4 x  16
h: x=-1
 2 y  4x  4  0
7. Diketahui garis-garis g dan h dan titik-titik P dan R.
Diketahui bila bahwa P’=Mg(P), P”=Mh(P’), R’=Mg(R), dan R”=Mh(R).
a. Lukislah P’ dan R”
b. Bandingkan jarak PR dan P”R”
Jawab:

P h

Karena PR = P’R’ (isometri mengawetkan jarak)


Maka jarak P’ dengan h = jarak P’’ dengan h
Jarak R’ dengan h = jarak R’’ dengan h
Jadi jarak P’R’ = jarak P’’R’’
Karena jarak PR = jarak P’R’ dan jarak P’R’ = jarak P’’R’’, maka jarak PR = jarak
P’’R’’.
8. Diketahui bahwa T dan S adalah padanan- padanan sehingga untuk semua titik P
berlaku T(P) = P’ dan S(P’) = P’’.
W adalah sebuah fungsi yang didefinisikan untuk semua P sebagai W(P) = P’’.
Apakah W suatu transformasi?.
Jawab:
W suatu fungsi sehingga ∀ titik P ∃ P” ∈ S ∋ W(P) = P”.
 Ditunjukkan W surjektif
Pikirkan sebarang titik A(x,y)
T S
Jelas A(x,y) → A’(x’,y’) → A”(x”,y”), atau
W
A(x,y) → A”(x”,y”)
Jadi, ∀ titik A ∃ A” ∈ S ∋ W(P) = P”.
Jadi, W surjektif.
 Ditunjukkan W injektif
Pikirkan sebarang titik B(x,y) dan C dengan B≠C.
W
Jelas B → B” = W(B)
W
C → C” = W(C) , dengan W(B) ≠ W(C)
Jadi, ∀ titik B dan C dengan B ≠ C berlaku W(B) ≠ W(C).
Jadi, W injektif.
Jadi, karena W surjektif dan injektif maka W merupakan transformasi.
10. Diketahui sebuah garis g dan titik A, A’ dan B sehingga Mg(A) = A’ dan garis
¿−− ¿
AB // g. Dengan menggunakan suatu penggaris saja tentukan titik B’ = Mg(B)
Jawab:
A B
g
A’ B’
DAFTAR PUSTAKA

Rawuh. 1994. Geometri Transformasi. Bandung: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan


DIKTI P3MTK.

Anda mungkin juga menyukai