Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
SKRIPSI
Oleh
WINDY RUSWANA
NIM : 141000018
Oleh
WINDY RUSWANA
NIM :141000018
ANAK DI
adalah benar karya saya sendiri dan tidak melakukan penjiplakan atau
pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang
berlaku dalam masyarakat kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini
dan disebut dalam daftar pustaka. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung
risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan
adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim
Windy Ruswana
i
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Telah diuji dan dipertahankan
iii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Abstrak
iv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Abstract
Maternal and child health (MCH) is one of the service efforts at the basis of
health center. The general objective of this MCH program is to improve the
level of maternal and child health and reduce mortality of the mother and baby.
For this reason, management of maternal and child health programs is needed
and this aims to improve the health of mothers and children as high as possible.
In this study, the focus of the research was on 3 MCH program activities,
including antenatal care, screening HIV, and the class of pregnant women. In
the working area of the Polonia Health Center it was found that there were still
pregnant women who didn’t participate in the MCH program activities.
Therefore, in this study will be known the implementation of maternal and child
health programs at the Polonia Health Center in Medan. This research is
descriptive in nature using a qualitative research design that aims to obtain a
comprehensive and complete picture of the implementation of maternal and
child health programs at the Polonia Health Center in Medan. Data collection
was carried out by in-depth interviews with 7 informants and using secondary
data from the health center.
The results showed that the implementation of maternal and child health program
activities was not maximal because the number and quality of health workers
were still lacking, facilities and infrastructure were incomplete such as the
absence of tools for screening HIV, and quality of health workers were still
lacking, facilities and infrastructure were incomplete, and community
participation followed is relatively low. Based on the results of the study it is
hoped that it will further improve the quality of health workers and the addition
of 2 staff, complement facilities and infrastructure. The researcher also
suggested improving communications with the community, so that the
community would participate more in the activities of maternal and child health
programs.
v
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Kata Pengantar
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan anugerah berlimpah yang telah diberikan sehingga penulis dapat
TAHUN 2018”. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat
kritik dan saran dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini penulis
Sumatera Utara.
4. Dr. Asfriyati, S.K.M., M.Kes., selaku Dosen Penguji I saya yang telah
vi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
5. Puteri Citra Cinta Asyura Nasution, S.K.M., M.P.H., selaku Dosen Penguji
10. Teruntuk para sahabat - sahabat Rara, Cici, Tari, Putri, Wani, Farra, Mita,
Ririn, Dinda, Opit dan semua pihak yang telah banyak membantu dan
vii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak
dalam rangka penyempurnaan skripsi. Akhir kata penulis berharap skripsi ini
Penulis
viii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Daftar Isi
Halaman
Halaman Penyataan Keaslian Skripsi i
Halaman Pengesahan ii
Abstrak iv
Abstract v
Kata Pengantar vi
Daftar Isi ix
Daftar Tabel xi
Daftar Gambar xii
Daftar Lampiran xiii
Daftar Istilah xiv
Riwayat Hidup xv
Pendahuluan 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 7
Tujuan Penelitian 7
Tujuan Umum 7
Tujuan Khusus 7
Manfaat Penelitian 8
Tinjauan Pustaka 9
Puskesmas 9
Pengertian Puskesmas 9
Tujuan Puskesmas 9
Visi Puskesmas 9
Misi Puskesmas 10
Tenaga Kesehatan 11
Pendanaan di Puskesmas 12
Program Kesehatan Ibu dan Anak 12
Petugas KIA 12
Pemantau Wilayah Setempat KIA 12
Pengelolaan PWS KIA 14
Kegiatan Program KIA 15
Pelayanan Antenatal 15
Penyuluhan Kesehatan 16
Skrining HIV 17
Kelas Ibu Hamil 21
Manajemen Puskesmas 22
Kerangka Pikir 29
Metode Penelitian 30
Jenis Penelitian 30
ix
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lokasi dan Waktu Penelitian 30
Informan Penelitian 30
Definisi Konsep 31
Metode Pengumpulan Data 32
Teknik Pengumpulan Data 32
Instrumen Penelitian 32
Metode Pengukuran 32
Triangulasi 32
Metode Analisis Data 33
Daftar Pustaka 59
Daftar Lampiran
x
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Daftar
Tabel
No Judul Halaman
4 Karakteristik Informan 38
xi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Daftar
Gambar
No Judul Halaman
xii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Daftar
Lampiran
1 Pedoman Wawancara 62
2 Tabel Observasi 69
6 Dokumentasi Penelitian 75
xiii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Daftar
Istilah
xiv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Riwayat
Hidup
Medan pada tanggal 02 Oktober 1996. Penulis beragama Islam, anak pertama
dari dua bersaudara dari pasangan Ayahanda Ir. Ruston dan Ibunda Nurmiati
Windy Ruswana
xv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1
Pendahuluan
Latar Belakang
masyarakat yang rendah, antara lain ditandai dengan angka kematian ibu dan
bayi yang tinggi serta masih banyak indikator pelayanan kesehatan ibu dan anak
Kesehatan ibu dan anak (KIA) merupakan salah satu upaya pelayanan
dasar yang ada di puskesmas. Tujuan umum program KIA ini adalah
kematian ibu dan bayi. Untuk itu diperlukan pengelolaan program kesehatan
ibu dan anak yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan ibu dan anak
menurunkan AKI.
menunjukkan peningkatan AKI yang signifikan yaitu menjadi 359 kematian ibu
per 100.000 kelahiran hidup. AKI kembali menujukkan penurunan menjadi 305
kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup dan menunjukkan AKB sebesar 22,23
per 1.000 kelahiran hidup, yang artinya sudah mencapai target MDG 2015
sebesar 23 per 1.000 kelahiran hidup berdasarkan hasil Survei Penduduk Antar
Jumlah kematian ibu di Kota Medan (2016) sebanyak 3 jiwa dari 47.541
kelahiran hidup, dengan Angka Kematian Ibu (AKI) dilaporkan sebesar 6 per
100.000 kelahiran hidup, artinya dari 100.000 kelahiran hidup 6 ibu meninggal
saat kehamilan, persalinan atau nifas. Sedangkan Angka Kematian Bayi (AKB)
0,1 bayi mati per 1000 kelahiran hidup pada tahun tersebut. Jumlah kematian
bayi sebanyak 9 bayi dari 47.541 kelahiran hidup. AKI dan AKB di kota Medan
dikarenakan pelayanan kesehatan ibu dan anak di kota medan yang semakin
dengan lebih
mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan
puskesmas terdiri atas tenaga kesehatan dan tenaga non kesehatan dihitung
Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) selalu menjadi fokus utama
dalam pelayanan kesehatan terutama bagi Puskesmas. Kesehatan ibu, bayi, dan
balita menjadi hal yang penting untuk diperhatikan karena ibu, bayi dan balita
termasuk dalam penduduk yang rentan terhadap penyakit. Selain itu, Angka
Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB), dan Angka Kematian
program yang dilaksanakan untuk meningkatkan kesehatan ibu dan anak dalam
oleh bidan atau tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan (90%),
cakupan pelayanan nifas (90%), cakupan ibu hamil dengan resiko tinggi yang
(90%), cakupan bayi berat lahir rendah / BBLR yang ditangani (100%).
harus
di fasilitas kesehatan (Kementrian Kesehatan RI, 2010). Persalinan di fasilitas
mencapai 55.949 jiwa. Di wilayah kerja Puskemas Polonia terdapat 1087 orang
ibu hamil, 1037 ibu bersalin, 979 orang bayi, dan 3970 orang anak balita. Dari
pada kunjungan pertama (K-1). Demikian juga dengan K-4 646 orang
(59,42%), pertolongan persalinan oleh bidan atau tenaga kesehatan 684 orang
(62,92%), ibu hamil dengan resiko tinggi yang dirujuk 13 orang, kunjungan
neonatus 646 orang (65,98%), kunjungan bayi (80,2%), dan bayi berat lahir
Fokus penelitian yaitu pada 3 kegiatan. Kegiatan dalam program KIA tersebut
antara lain; Pelayanan Antenal, Skrining HIV, dan Kelas Ibu Hamil.
Berdasarkan hasil wawancara terhadap ibu hamil yang ada diwilayah kerja
puskesmas polonia didapatkan bahwa masih ada ibu hamil yang melakukan
pemeriksaan kehamilan pada saat terjadi keluhan saja dan tidak mengetahui
standart kunjungan pelayanan ANC yang benar. Sebagian ibu hamil tidak mau
melakukan skrining HIV dengan alasan takut dan masih kurangnya informasi
puskesmas yang masih kurang dengan tidak adanya ruangan untuk kelas ibu
hamil sehingga kelas ibu hamil dilakukan di rumah kader wilayah kerja
puskesmas polonia.
kesehatan ibu hamil dan sebagian masyarakat tidak mengetahui adanya kelas
ibu hamil. Oleh karena itu, perlu dilakukan sosialisasi dan pendampingan yang
ibu dan anak masih belum ada. Pemangku kepentingan masih belum memiliki
kepahaman dan kepatuhan yang baik terhadap program kesehatan ibu dan anak
kesehatan ibu dan anak dari dinas kesehatan kepada pemangku kepentingan.
Komitmen dukungan sumber daya, pengadaan sarana dan prasarana oleh dinas
berupa penyuluhan, jarak rumah ibu hamil dengan puskesmas yang tergolong
skrining HIV/AIDS selama masa kehamilannya, adanya ibu hamil yang bekerja
Polonia Medan.
Perumusan Masalah
polonia?
Tujuan Penelitian
Medan
Puskesmas
Republik Indonesia nomor 75 tahun 2014 Pasal 2 yang mana tujuan tersebut
masyarakat,
pemetaan, teknologi tepat guna dan keterpaduan dan kesinambungan
di wilayah kerjanya.
dan masyarakat.
UKP lintas program dan lintas sector serta melaksanakan Sistem Rujukan
2014).
Tenaga kesehatan. Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang
mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau
manusia Puskesmas terdiri atas tenaga kesehatan dan tenaga non kesehatan.
Jenis dan jumlah tenaga kesehatan dan tenaga non kesehatan dihitung
kerja.
b. Dokter gigi;
c. Perawat;
d. Bidan;
i. Tenaga kefarmasian.
RI No 75, 2014).
c. Sumber-sumber lain yang sah dan tidak mengikat (Kemenkes RI, 2014)
kesehatan yang dimaksud dengan tenaga kesehatan adalah setiap orang yang
yang memiliki pengetahuan dan ketrampilan dalam bidang KIA seperti bidan
desa.
PWS KIA adalah alat manajemen untuk melakukan pemantauan program KIA
di suatu wilayah kerja secara terus menerus, agar dapat dilakukan tindak lanjut
yang cepat dan tepat. Program KIA yang dimaksud meliputi pelayanan ibu
hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu dengan komplikasi kebidanan, keluarga
berencana, bayi
baru lahir, bayi baru lahir dengan komplikasi, bayi, dan balita. Kegiatan PWS
KIA terdiri dari pengumpulan, pengolahan, analisis dan interpretasi data serta
ibu dan anak adalah dengan melaksanakan PWS KIA (Kemenkes, 2010).
yang ditetapkan.
fasilitas kesehatan.
fasilitas kesehatan.
didalamnya. Fokus kegiatan program KIA dalam penelitian ini antara lain.
yang diberikan oleh tenaga kesehatan untuk ibu selama masa kehamilannya,
laboratorium rutin dan khusus, serta intervensi umum dan khusus (sesuai risiko
a. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan dengan alat timbangan
dan mikrotois.
e. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin dengan alat stetostop.
i. Tatalaksana kasus.
hemoglobin, protein urine dan gula darah puasa. Pemeriksaan khusus dilakukan
standar tersebut.
perlindungan kepada ibu hamil, berupa deteksi dini faktor risiko, pencegahan
secara keseluruhan ingin hidup sehat, tahu bagaimana caranya dan melakukan
apa yang bisa dilakukan secara perorangan maupun secara kelompok dan
perilaku sehat dan lingkungan sehat, serta berperan aktif dalam upaya
a. Kelompok umum
b. Kelompok khusus
penyakit yang belum tampak melalui suatu tes atau pemeriksaan atau prosedur
lain yang dapat dengan cepat memisahkan antara orang yang mungkin
risiko tinggi.
dari penyakit.
Bentuk pelaksanaan skrining HIV. Adapun bentuk pelaksanaan
3. Ditujukan untuk suatu penyakit tertentu atau sekaligus pada beberapa penyakit.
Dalam skrining HIV/AIDS ini terdapat tiga kriteria untuk penilaian yang
harus dipenuhi, yaitu; validitas, reliabilitas dan yield. Dari kriteria validitas
adalah untuk memberikan indikasi siapa yang menderita HIV dan siapa yang
tidak.
benar-benar sakit dan mana yang tidak (true positive). Spesivisitas adalah
kemampuan dari alat skrining tersebut untuk memberikan hasil yang sama pada
penggunaan lebih dari satu kali dalam keadaan yang sama. Sedangkan yield
adalah jumlah kasus yang dahulu tidak diketahui dan sekarang diketahui.
pencegahan
HIV. Konseling pra-test dapat dilakukan secara individu maupun kelompok.
langsung dengan konseling pasca test untuk yang HIV positif maupun HIV
negative.
Diindikasikan pada pasien dengan tanda dan gejala yang sejalan dengan
setuju untuk dilakukan pemeriksaan HIV atau tidak. Untuk keadaan dimana
pasien tidak dalam posisi memberikan persetujuan, seperti pasien psikiatrik atau
pasien yang tidak sadar, pemeriksaan dapat dilakukan bila hasilnya bermanfaat
bagi pasien.
konseling.
penyakit menular seksual (PMS) di klinik umum atau khusus infeksi menular
mencegah transmisi dari ibu ke bayi, dijumpai di klinik umum atau puskesmas
di daerah dengan prevalens HIV yang tinggi dan tersedia obat antiretroviral,
pemberian dukungan medis serta psikososial bagi pasien yang hasil tesnya
positif HIV. Pada pemeriksaan jenis ini, juga dilakukan konseling sebelum
pemeriksaan, hanya saja tidak penuh seperti pada pemeriksaan jenis VCT di
atas. Informasi minimal yang harus diketahui pasien pada saat melakukan
Selain itu tenaga medis juga dapat menawarkan pemeriksaan HIV kepada
transmisi HIV dari ibu ke bayi. Konseling pada situasi ini harus diperbanyak
agar bisa sedikit ”memaksa” ibu untuk mengikuti program PMTCM. Meski
demikian, dalam semua kondisi tersebut, pasien tetap memiliki hak untuk
menolak.
dan penyakit yang dapat ditransmisikan lewat darah bagi semua darah yang
ditujukan
untuk transfusi atau pengolahan produk darah lainnya. Skrining wajib
pemindahan cairan atau jaringan tubuh, seperti inseminasi buatan, graft kornea,
Kelas ibu hamil. Kelas Ibu Hamil adalah kelompok belajar ibu-ibu
hamil akan belajar bersama, diskusi dan tukar pengalaman tentang kesehatan
Ibu dan anak (KIA) secara menyeluruh dan sistimatis serta dapat dilaksanakan
Buku KIA, Flip chart (lembar balik), Pedoman Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil,
Pegangan Fasilitator Kelas Ibu Hamil dan Buku senam Ibu Hamil (Kemenkes,
2011).
Sasaran kelas ibu hamil. Peserta kelas ibu hamil berdasarkan buku
panduan kelas ibu hamil (Kemenkes, 2011) sebaiknya ibu hamil pada umur
kehamilan 4 s/d 36 minggu, karena pada umur kehamilan ini kondisi ibu sudah
kuat, tidak takut terjadi keguguran, efektif untuk melakukan senam hamil.
Jumlah
peserta kelas ibu hamilmaksimal sebanyak 10 orang setiap kelas.
Manajemen Puskesmas
fungsi organisasi, bentuk kerja sama manusia yang ada di dalam organisasi
Penilaian).
1. P1 (Perencanaan) Puskesmas
tahunan puskesmas dibedakan atas dua macam. Pertama, rencana tahunan upaya
nasional maupun daerah, sesuai dengan masalah sebagai hasil dari kajian data
dan informasi yang tersedia di puskesmas. Usulan ini disusun dalam bentuk
matriks (Gant Chart) yang berisikan rincian kegiatan, tujuan, sasaran, besaran
kegiatan (volume), waktu, lokasi serta perkiraan kebutuhan biaya untuk setiap
kegiatan.
pokok puskesmas yang telah ada, atau upaya inovasi yang dikembangkan
dan pencatatan dan pelaporan tidak termasuk pilihan karena ketiga upaya ini
berikut:
pengembangan dapat pula memilih upaya yang bersifat inovatif yang tidak
tercantum dalam daftar upaya kesehatan puskesmas yang telah ada, melainkan
kemampuan puskesmas.
2. Menyusun usulan kegiatan
musyawarah masyarakat.
atau pihak- pihak lain. Apabila dilakukan ke pihak-pihak lain, usulan kegiatan
harus dilengkapi dengan uraian tentang latar belakang, tujuan serta urgensi perlu
puskesmas untuk bekerja sama dalam tim dan membina kerja sama lintas
berikut:
a) Pengorganisasian
dilakukan.
pelaksana untuk setiap kegiatan serta untuk setiap satuan wilayah kerja.
Dilakukan pembagian habis seluruh program kerja dan seluruh wilayah kerja
yang dimilikinya.
b) Penyelenggaraan
c) Pemantauan
berikut:
dibedakan atas dua hal yaitu telaahan internal dan telaahan eksternal.
terhadap hasil yang dicapai oleh sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama
lainnya serta sektor lain terkait yang ada di wilayah kerja puskesmas.
pelayanan. Sumber data yang dipergunakan pada penilaian dibedakan atas dua.
Pertama, sumber data primer yakni yang berasal dari SIMPUS dan berbagai
sumber data lain yang terkait, yang dikumpulkan secara khusus pada akhir
tahun. Kedua, sumber data sekunder yakni data dari hasil pemantauan bulanan
dengan pencapaian serta masalah dan hambatan yang ditemukan untuk rencana
(input), proses (process), dan keluaran (output). Oleh karena itu, fokus
INPUT
PROSES OUTPUT
- Jumlah dan - Pelaksanaan Pencapaian program
Kualitas pelayanan kesehatan ibu dan
Tenaga antenatal
anak di puskesmas
- Besar anggaran - Pelaksanaan
- Sarana skrining
dan Hiv
- Pelaksanaan
Prasarana
kelas ibu
hamil
Jenis Penelitian
waktu pelaksanaan penelitian dilakukan sejak bulan Juli 2018 sampai dengan
selesai.
Informan Penelitian
a. Kepala Puskesmas
di Puskesmas Polonia.
dan anak yaitu pelayanan antenatal, skrining HIV, dan kelas ibu hamil.
ibu dan anak di puskesmas sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh
hamil K4 (95%).
Metode Pengumpulan Data
data yaitu :
Metode Pengukuran
pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai
Triangulasi sumber berarti mendapatkan data dari sumber yang berbeda dengan
teknik yang sama, yakni dengan memilih informan yang dianggap dapat
2012).
Metode Analisis Data
menyusun data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan
dalam pola, memilih mana yang penting dan akan dipelajari, dan membuat
kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.
dalam analisis data, yaitu reduksi data, display data, dan verifikasi data.
1. Reduksi Data
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan
demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih
2. Display Data
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya dalam analisis data ini
adalah display data atau penyajian data. Miles dan Huberman (Sugiyono, 2012)
menyatakan bahwa yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam
menyajikan data maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi dan
dipahami tersebut.
3. Verifikasi Data
masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena masalah
dan rumusan masalah bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti
didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke
Medan Polonia. Jarak Puskesmas dengan Dinas Kota Medan Tingkat II berkisar
44,5 km, sehingga letak Puskesmas Polonia dapat dicapat dengan kendaraan.
Maimun
1. Kelurahan Polonia
2. Kelurahan Anggrung
jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak 28.903 jiwa dan perempuan sebanyak
28.787 jiwa.
Tabel 1
Data Demografi Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Polonia
Luas
Kelurahan Jumlah Lingkungan Jumlah Penduduk/Jiwa
Ha
Polonia 13 1.027 9.163
Anggrung 8 94,95 843
Madras Hulu 10 158,74 1.416
Suka Damai 6 298,4 2.662
Sari Rejo 9 1.570 14.005
Medan Polonia 46 3.149 55.949
Sumber: Profil Puskesmas Polonia 2017
penduduk terbanyak adalah Kelurahan Sari Rejo yaitu 14.005 jiwa dan
pada tabel 2.
Tabel 2
Distribusi Tenaga Kesehatan di Puskesmas Polonia
Pendidikan Jumlah
S2 Kesehan Masyarakat 2
S1 Kedokteran Umum 6
S1 Kedokteran Gigi 1
S1 Kesehatan Masyarakat 1
S1 Keperawatan 1
S1 Farmasi 1
D4 Bidan Pendidik 1
D3 Kebidanan 5
D3 Keperawatan 2
D3 Gizi 1
D3 Kesehatan Gigi 1
D3 Analis Kesehatan 1
Sekolah Menengah Farmasi 1
Total 24
Sumber: Profil Puskesmas Polonia Tahun 2017
Tabel 3
Sarana Kesehatan di Puskesmas Plonia Tahun 2018
Sarana Kesehatan Jumlah
Ruang Kepala Puskesmas/TU 1 Unit
Ruang Gizi/UKS 1 Unit
Ruang Dokter/Poli Umum 2 Unit
Ruang Obat 1 Unit
Ruang KB/KIA/Imunisasi 1 Unit
Ruang Klinik Gigi 1 Unit
Ruang Laboraturium 1 Unit
Ruang Arsip/Folder Pasien 1 Unit
Ruang Tunggu Pasien 1 Unit
Ruang Pendaftaran 1 Unit
Sumber: Profil Puskesmas Polonia Tahun 2017
Karakteristik Informan
dari Ruangan KIA, dan 3 informan Ibu Hamil di wilayah kerja Puskesmas.
Tabel 4
Karakteristik Informan
Jenis
Nama Umur
Kelamin Pendidikan
Jabatan
Terakhir
dr. Surya S. Pulungan, Magister Kesehatan Kepala
M.Kes 43 Laki-Laki Masyarakat Puskesmas
Rismanidar, AMKeb 48 Perempuan D3 Kebidanan Koordinator KIA
Eva Judika, AMKeb 45 Perempuan D3 Kebidanan Bidan
Meriam P, AMKeb 44 Perempuan D3 Kebidanan Bidan
Lia Indriwati 28 Perempuan SMA Ibu Hamil
Astriani 35 Perempuan SMA Ibu Hamil
Irnayanti 33 Perempuan SMA Ibu Hamil
Masukan (Input)
pelaksanaan program kesehatan ibu dan anak yaitu: jumlah dan kualitas
“Kalau petugas untuk program kesehatan ibu dan anak ada 1 orang
bidan koordinatornya. Jika ada kegiatan petugas yang lain ikut serta
untuk membantu kegiatan tersebut. Dan sejauh ini saya rasa sudah
cukup.
Pelatihan untuk tenaga puskesmasnya ada, pelatihan biasanya dinas
kesehatan yang mengadakan, yang saya tau sih cuman ada pelatihan
tentang pelayanan antenatal, kalau pelatihan skrining HIV dan kelas
ibu hamil keknya belum ada” (Informan 1)
yang mengemukakan:
“Petugas untuk program kesehatan ibu dan anak 1 orang dan saya
sebagai penanggung jawabnya. Kalau saya sendiri saya keteteranla jadi
misalnya ada kegiatan bidan lain juga ikut serta dan bukan cuman saya
sendiri. Kalau pelatihan untuk saya sebagai bidan ada waktu saya
sekolah dulu, dan kemaren dinas kesehatan juga mengadakan pelatihan
cuman saya lupa udah lama.” (Informan 2)
yang mengemukakan:
“Kalau ada kegiatan seperti kelas ibu hamil aja sih biasanya yang
ikut ngebantu. Kalau kegiatannya yang tidak perlu anggota banyak
ya kami tidak ikut serta. Palingan kami bekerja sesuai tanggung
jawab kami sebagai pemegang program” (Informan 3,4)
program kesehatan ibu dan anak berjumlah 1 orang. 1 orang petugas tidak
program
kesehatan ibu dan anak bidan lain ikut serta untuk melaksanakan kegiatan.
masyarakat.
tetapi diperlukan pula kecukupan staf dengan keahlian dan kemampuan yang
ketersediaan sumber daya manusia yang memadai dan berkualitas. Tetapi yang
KIA yang bertanggung jawab hanya berjumlah 1 orang bidan dibantu dengan
bidan lainnya, walaupun pelaksanaan program tersebut dibantu bidan lain tetapi
adanya tugas pokok yang tumpang tindih yang akan membuat pekerjaan
menjadi tidak
maksimal dan menimbulkan beban kerja bagi petugas yang dapat
petugas kesehatan untuk program KIA agar tidak terjadi tumpang tindih tugas
yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan program kesehatan ibu dan anak
“Kalau untuk sarana dan prasarana KIA saya rasa sudah hampir
cukup, tapi tidak ada alat USG karena juga dokter spesialis obgyn juga
tidak ada disini. Ada juga sih sebagian alat yang rusak dan belum
diganti. Kalau skrining HIV pemeriksaan nya diluar puskesmas polonia
dan biasanya kalau mau meriksa dibawa ke puskesmas padang bulan
karna disini juga gak ada peralatan nya. Kelas ibu hamil pun tidak
diadakan di puskesmas tapi dirumah kepling atau di klinik karna disini
gak ada ruangan buat pelaksanaan kelas ibu hamilnya.” (Informan 2)
alat-alat
untuk skrining HIV dan belum tersedia pelayanan pemeriksaan kehamilan
pelaksanaan kelas ibu hamil dan kelas ibu hamil yang diadakan dirumah
memenuhi standar kesehatan yaitu tersedianya air bersih yang memenuhi syarat
fisik kimia dan bakteriologik, pencahayaan yang cukup, ventilasi yang cukup
kesehatan lainnya tidak ada, rusak atau masih kurang harusnya perlu adanya
Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Solang dkk
Tujuan program kesehatan ibu dan anak tidak akan tercapai jika sarana dan
puskesmas polonia masih perlu ada yang ditambahkan. Sesuai observasi yang
banyak barang berukuran besar seperti lemari, meja, dan kursi. Sarana kesehatan
sebagai berikut:
“Untuk anggaran berasal dari BOK, kalau ditanya cukup atau tidak
ya sebenarnya tidak cukup, tapi kita maksimalkan saja dana yang
ada, karena minta dana ke Dinas kan tidak mudah.” (Informan 1)
mengemukakan:
bahwa anggaran program kesehatan ibu dan anak berasal dari dana Biaya
yaitu APBN. Selain dengan pembiayaan, puskemsas juga menerima biaya dari
sebuah program maka hasilnya pun akan semakin efektif. Apabila dana yang
tersedia kurang, maka program akan berjalan lambat dan tidak ada kemajuan.
Puskesmas tidak
mendapatkan pendanaan yang maksimal tetapi puskesmas mencoba
untuk memaksimalkannya.
Proses (Proccess)
tertentu). Untuk melihat baik atau tidaknya dari proses yang dilakukan
puskesmas atau Rumah Sakit dapat diukur dari: 1) Relevan atau tidaknya
proses yang diterima oleh pelanggan, 2) Efektif atau tidaknya proses yang
(Bustami, 2011)
adalah pelayanan kesehatan yang diberikan oleh tenaga kesehatan ibu selama
janin yang dikandungnya yang dilakukan sesuai standar agar dapat mendeteksi
secara dini kelainan dan risiko yang mungkin timbul selama kehamilan
Berikut ini pernyataan dari ibu hamil yang rutin meriksa kehamilan
Berikut ini pernyataan dari ibu hamil yang tidak rutin meriksa
“Saya periksa kalau saya ada keluhan aja, kalau tidak kenapa napa
saya tidak ke puskesmas la” (Informan 7)
bahwa tidak ada masalah atau kendala apapun pada kegiatan pelayanan
antenatal. Bidan sudah melaksanakan standart pelayanan ANC yaitu 10T. Tetapi
masih ada ibu hamil yang masih tidak rutin memeriksakan kehamilan nya dan
berpengetahuan
baik, lebih peduli terhadap kesehatannya terutama terhadap
kesehatan kehamilannya.
tahun 2014 Pelayanan Kesehatan Masa Hamil bertujuan untuk memenuhi hak
care sangat besar karena dapat mengetahui resiko komplikasi sehingga ibu
hamil dapat diarahkan untuk melakukan rujukan ke rumah sakit. Manfaat dari
antenatal 10T. Tetapi masih ada ibu hamil yang tidak melakukan kunjungan
ANC secara lengkap dan teratur disebabkan karena kunjungan ANC itu tidak
terlalu penting dan belum mengetahui dengan jelas manfaat dari dilakukannya
kunjungan Antenatal Care sehingga para ibu malas untuk melakukan kunjungan
ANC secara teratur dan lengkap kecuali ketika mengalami keluhan sakit saja.
Bulan untuk melakukan pemeriksaan. Dan informan ibu hamil di wilayah kerja
puskesmas tidak ada yang melaksanakan skrining HIV karena alasan mereka
takut dan masih kurangnya informasi yang diberikan petugas kepada ibu hamil
bahwa penyebab yang diduga menjadi penyebab masih sedikitnya ibu hamil
yang melakukan tes HIV adalah mayoritas ibu memiliki persepsi bahwa dirinya
tidak berisiko tertular HIV. Tidak dapat dipungkiri bahwa stigma HIV masih
mengetahui bahwa dirinya terinfeksi HIV atau tidak. Terdapat hubungan antara
kesehatan. Inisiasi pemberi layanan untuk melakukan tes HIV merupakan faktor
yang paling berpengaruh terhadap perilaku tes HIV pada ibu hamil. Penyuluhan
HIV merupakan pintu gerbang utama atau sebagai kunci pembuka program
penanganan HIV. Dan dalam suatu program atau layanan kesehatan diperlukan
program.
dengan maksimal karena tidak adanya sarana dan prasarana untuk mendukung
pemeriksaan skrining HIV. Jika ada yang ingin melakukan skrining HIV
padang bulan untuk melakukan pemeriksaan. Konseling dan penawaran tes HIV
pada semua ibu hamil dapat menurunkan stigma dan diskriminasi masyarakat.
Semua ibu hamil harus dilakukan PICT agar petugas kesehatan dapat
secara tepat. Apabila diketahui status HIV pada ibu hamil, maka risiko
penularan HIV dari Ibu ke Anak saat kehamilan maupun persalinan dapat
skrining HIV.
sarana belajar kelompok tentang kesehatan ibu hamil dalam bentuk tatap muka
berikut:
“Kelas ibu hamil biasanya diadakan pada hari kamis minggu pertama
dan minggu ketiga dua kali dalam sebulan. Tapi lebih sering sekali
dalam sebulan. Tetapi harinya dapat berubah karena disesuaikan
dengan waktu tenaga puskesmasnya. Informasinya hanya disampaikan
di Puskesmas.
Biasanya ibu ibu hamilnya juga antusias buat ikut kelas ibu hamil
kadang pun mereka nanya kapan kelas ibu hamil lagi bu. Yah tapi
jadwal nya harusnya disesuaikan dengan petugas. Kelas ibu hamil tidak
dilaksanakan di puskesmas, dilaksanakannya dirumah kepling/klinik di
kelurahan sari rejo dan kelurahan polonia” (Informan 2)
“Yang ikut kelas ibu hamil palingan tidak sampai 20 orang. Tapi
seberapa pun yang datang kalau sudah dijadwalkan ya tetap kami
laksanakan.
Biasanya kami juga sosialisasi tentang KB dan imunisasi pada ibu
hamil yang datang.” (Informan 3,4)
Berikut pernyataan ibu hamil yang pernah mengikuti kelas ibu hamil
yang mengemukakan:
“Saya tidak tahu kalau ada kegiatan kelas ibu hamil. Waktu saya
periksa hamil dipuskesmas pun bidan tidak ada memberi tahu kalau
ada kegiatan kelas ibu hamilnya.” (Informan 6-7)
bahwa kegiatan kelas ibu hamil di Puskesmas Polonia diadakan dua kali setiap
bulan pada minggu pertama dan minggu ketiga, penentuan hari ditentukan oleh
jadwal petugas puskesmas. Kegiatan kelas ibu hamil meliputi metode praktik
walaupun tidak rutin karena waktunya tidak cocok dengan ibu. Informasi
tidak mengetahui adanya kegiatan kelas ibu hamil. Komunikasi antara petugas
ibu hamil ibu-ibu hamil akan belajar bersama, berdiskusi dan saling bertukar
pengalaman tentang kesehatan Ibu dan anak (KIA) secara menyeluruh dan
dilaksanakan secara terjadwal. Kelas Ibu hamil bertujuan untuk meningkatkan
Mengacu pada buku panduan peserta kelas ibu hamil dan ibu balita
Kemenkes (2011) materi yang diberikan mengenai buku KIA, materi masa
gizi, senam hamil. Waktu penyelenggaraan kelas ibu hamil dan ibu balita
ditentukan oleh fasilitator, metode ceramah tidak lebih dari 25% dari total
waktu sesi kelas. Seorang fasilitator kelas ibu hamil dan ibu balita harus sudah
kelas ibu hamil tidak terjadwal kemudian kurangnya informasi dari petugas
mengenai kapan diadakan kelas ibu hamil yang membuat ibu-ibu banyak yang
tidak menyisihkan waktunya untuk kelas ibu hamil sehingga banyak ibu tidak
hadir, bahkan ada diantara beberapa ibu yang tidak pernah mengikuti kelas ibu
hamil.
Banyak manfaat yang didapat dalam kegiatan kelas ibu hamil yang bertujuan
tidak
tersampaikan secara menyeluruh kepada semua ibu hamil yang ada di
Keluaran (Output)
program kesehatan ibu dan anak ini adalah terlaksananya program kesehatan ibu
dan anak yang optimal untuk mencapai target cakupan K4 dan dapat melihat
“Kalau program kesehatan ibu dan anak saya rasa sudah berjalan
cukup baik. Kendalanya yang kami hadapi biasanya kemauan ibu untuk
berpartisipasi dalam kegiatan yang kami berikan masih kurang, kalau
kegiatan-kegiatan dari puskesmas pasti kami lakukan semaksimal
mungkin walaupun kami masih punya banyak kekurangan seperti sarana
prasaranya dan sebagainya. Dan monitoring biasanya saya melakukan
pembicaraan kepada penanggung jawab program apakah sasaran
cakupan program sudah cukup atau tidak dan dicari kendalanya lalu
diselesaikan apa yang menjadi hambatannya.” (Informan 1)
pelaksaan kegiatan.
kegiatan program kesehatan ibu dan anak sudah berjalan dengan baik namun
sebesar 74,1% belum mencapai target nasional yaitu 95%. Hal ini
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Ade dkk (2015), semakin banyak
beban kerja, kurangnya penyuluhan ditambah lagi dengan keterbasan dana dan
yang optimal. Tujuan program kesehatan ibu dan anak ini adalah tercapainya
bagi ibu dan keluarganya untuk menuju Norma Keluarga Kecil Bahagia
ibu hamil K4 yaitu diketahui bahwa puskesmas tidak memiliki sarana dan
mengajak masyarakat tersebut agar mau ikut berpartisipasi, sehingga ibu hamil
pengetahuan ibu tentang kegiatan program kesehatan ibu dan anak yang ada di
Puskesmas Polonia.
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
ibu dan anak di Puskesmas Polonia Medan, dapat diperoleh kesimpulan sebagai
berikut:
maksimal.
2. Sarana dan prasarana dalam pelaksanaan program kesehatan ibu dan anak
di Puskesmas Polonia masih ada yang belum lengkap dan tercukupi seperti
ruangan KIA yang dirasa masih kurang luas/sempit, tidak adanya ruangan
khusus untuk kelas ibu hamil, dan tidak adanya alat-alat untuk skrining
HIV.
sudah melaksanakan standar pelayanan ANC yaitu 10T. Tetapi masih ada
informasi
tentang pentingnya skrining HIV tidak diberikan secara merata dan
6. Pelaksanaan kelas ibu hamil sudah dilakukan setiap bulan namun informasi
Saran
program kesehatan ibu dan anak, seperti alat-alat untuk skrining HIV agar
kapan diadakan kegiatan kelas ibu hamil, dengan demikian masyarakat dapat
Ade P., Dewi R., Aloysius R., & Aufarul M. (2015). Studi implementasi
program kesehatan ibu dan anak di Puskesmas Tlogosari Kulon Kota
Semarang.
Jurnal Administrasi Publik Diponegoro. 9, (2) 76-87.
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jppmr/article/view/11172
Dinas Kesehatan Kota Medan. (2017). Profil kesehatan kota Medan tahun 2016.
Medan: Anonim
EGC.
Mustaqim H., Julita H., & Muhammad A. B. (2015). Analisis pembiayaan
kesehatan program kesehatan ibu dan anak (KIA) berdasarkan standar
pelayanan minimal (SPM) di Kabupaten Nunukan. Jurnal Ilmu
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran UGM. 4 (3), 80-89.
https://jurnal.ugm.ac.id/jkki/article/view/36106
Setiyawati, N., & Niken M. Determinan perilaku tes HIV pada ibu hamil.
Jurnal Kebidanan Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan
Yogyakarta. 9 (3), 201-106.
http://journal.fkm.ui.ac.id/kesmas/article/view/565
Solang, S.L, Anastance, P., & Atik. (2012). Hubungan kepuasan pelayanan
antenatal care dengan frekuensi kunjungan ibu hamil di Puskesmas
Kombos Kecamatan Singkil Kota Manado. Jurnal Hubungan Kepuasan
Pelayanan. 4 (1), 349-357. http://download.garuda.ristekdikti.go.id
A. Identitas informan
1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis kelamin :
4. Pendidikan terakhir :
5. Tanggal Wawancara :
B. Pertanyaan
Input
Proses
kegiatan tersebut?
Output
A. Identitas informan
1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis kelamin :
4. Pendidikan terakhir :
5. Tanggal Wawancara :
B. Pertanyaan
Input
program KIA?
Proses
hamil?
Output
A. Identitas informan
1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis kelamin :
4. Pendidikan terakhir :
5. Tanggal Wawancara :
B. Pertanyaan
Input
program KIA?
Proses
hamil?
Output
A. Identitas informan
1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis kelamin :
4. Pendidikan terakhir :
5. Tanggal Wawancara :
B. Pertanyaan
kehamilan?
9. Apakah selama melaksanakan kelas ibu hamil, ibu sudah merasakan manfaat?
10. Materi apa saja yang ibu dapat selama kelas ibu hamil?
Tabel Observasi Sarana Prasarana Ruangan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
III. Perlengkapan
1 Ari Timer
2 Bantal
3 Baskom Cuci Tangan
4 Celemek Plastik
5 Duk Bolong, Sedang
6 Kasur
7 Kotak Penyimpan Jarum Bekas
8 Lemari Obat
9 Lemari Alat
10 Meteran (untuk mengukur tinggi Fundus)
11 Perlak
12 Pispot
13 Pita Pengukur Lila
14 Pompa Payudara untuk ASI
15 Sarung Bantal
16 Selimut
17 Seprei
18 Set Tumbuh Kembang Anak
19 Sikat untuk Membersihkan Peralatan
Tempat Sampah Tertutup yang dilengkapi
20 dengan injakan pembuka penutup
21 Tirai
22 Toples Kapas / Kasa Steril
23 Tromol Kasa / Kain steril
24 Waskom Bengkok Kecil
IV. Meubelair
1 Kursi Kerja
2 Lemari Arsip
3 Meja Tulis 1/2 biro