Anda di halaman 1dari 36

PEMBELAJARAN MIKRO MATEMATIKA

Bab 3
Implementasi Lesson Study Berbasis Sekolah di SMA
Laboratorium Universitas Negeri Malang

Nama Kelompok:

1. Dina Apryani (A1C007020)


2. Juwita Dwi Etikawati (A1C007028)
3. Rais Caniago (A1C007035)

Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Wahyu Widada, M.Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2010

Bab 3

Implementasi Lesson Study Berbasis Sekolah di SMA


Laboratorium Universitas Negeri Malang

Husnul Chotimah

Menjadi salah satu guru SMA laboratorium Universitas Negeri Malang (SMA Lab UM) yang
dilibatkan dalam kegiatan “piloting procek” kerja sama FMIPA-UM IMSTER-JICA
menyebabkan bertambah pengalaman, walaupun pada awalnya juga merasa “nervous” karena
saat mengajar diamati oleh dosen dan tim expert dari jepang. Merasa bersyukur karena
berdasarkan pengalaman tersebut, guru merasa “beban” membelajarkan peserta didik menjadi
lebih ringan. Kata “ringan” dimaksud guru memiliki “semangat” untuk terus memperbaiki
proses pelajaran karena hasil post class discussion banyak meberikan kritik dan saran
konstruktif untuk menigkatkan pembelajaran.
Sebagai salah satu guru SMA Lab UM yang juga mendapat tugas tambahan sebagai
ketua MGMP biologi SMA/MA kota Malang. Selanjutnya, mendiseminasikan kegiatan
piloting kepada semua guru SMA lab UM dan teman sejawat anggota MGMP biologi
SMA/MA kota malang. Diseminasi tersebut berupa pemberian kesempatan kepada mereka
untuk melihat guru piloting saat mengajar di kelas. Kegiatan tersebut dianggap “langka”
karena selama ini guru menganggap bahwa yang berhak melihat guru mengajar adalah kepala
sekolah dan pengawas dikmenum saat melaksanakan supervisi. Selain “langka” sekaligus juga
dirasakan sebagai suatu “ruh” baru yang mulanya juga menuai pro dan kontra. Bermula dari
kegiatan semacam itu telah lama dilaksanakan di Jepang dengan nama jugyokyu atau lesson
study. Pada saat ini kegiatan itu telah dirasakan manfaatnya oleh seluruh guru SMA Lab UM
dan rekan seprofesi khusus guru biologi SMA/MA kota Malang.
Sejak dibentuknya tim pengembang akademis dan evaluasi (tim akadasi) di SMA Lab
UM pada tahun pelajaran 2004/2005 yang salah satunya adalah mengkoordinasi kegiatan
lesson study berbasis sekolah (LSBS), ketua tim pengembang bersama anggota sejumlah dua
orang melakukan serangkaian kegiatan agar kegiatan LSBS berjalan dengan baik.

A. TUGAS TIM PENGEMBANGAN AKADEMIS DAN EVALUASI (TIM ADAKASI)

Tugas yang dilakukan oleh tim pengembang akademis dan evaluasi (tim adakasi)
adalah mempersiapkan dan melaksanakan serangkaian kegiatan dalam mengkoordinasi
kegiatan lesson study berbasis sekolah (LSBS). Tugas yang dilakukan oleh tim adakasi
dideskripsikan sebaga berikut.
1. Menyusun Jadwal LSBS
Jadwal LBS disusun dengan memperhatikan yang telah disusun oleh koordinator
kurikulum agar tidak saling terganggu. Dari jadwal yang telah disusun oleh
koordinator kurikulum. Tim adakasi hanya menetapkan jadwal pelajaran yang telah
tersusun tersebut untuk dipilih bidang studi, guru pengajar, dan kelas yang akan di
LSBSkan. Guru yang bertugas sebagai pengamat adalah guru serumpun yang terlibat
dalam kegiatan plan dan guru yang tidak mengajar disaat kegiatan LSBS dilaksanakan.
Jadwal disusun stiap semester. Contoh jadwal LSBS secara ringkas dapat dilihat pada
tabel 3.1

Tabel 3.1 jadwal LSBS

No. Hari/Tanggal Kode guru Kelas Jam ke- Kode


pengajar pengamat
1. Senin, 19-11-07 Mat 35 X-3 3-4 Mat 10, mat 38,
bio 12, kim 11,
bin 20
2. Rabu, 21-11-07 Eko 9 XI-IPS-2 7-8 Eko 15, akt 5,
jer 33, sen 50,
ing 42
Keterangan:
Mat = Matapelajaran matematika
Eko = Matapelajaran ekonomi
Bio = Matapelajaran biologi
Kim = Matapelajaran kimia
Bin = Matapelajaran bahasa indonesia
Akt = Matapelajaran akuntansi
Jer = Matapelajaran bahasa jerman
Sen = Matapelajaran pendidikan seni rupa
Ing = Matapelajaran bahasa inggris

Angka di belakang kode matapelajaran merupakan nomor urut guru dalam daftar guru

Setelah tim adakasi selesai menyusun jadwal, jadwal LSBS ditandatangani oleh kepala
sekolah, kemudian jadwal disampaikan kepada guru-guru rumpun matapelajaran (pengajar dan
pengamat) yang terlibat LSBS. Selain itu jadwal juga ditempelkan di ruang guru, kepala
sekolah, dan ruang tata usaha (TU). Pemberitahuan jadwal LSBS di ruang guru bertujuan agar
guru-guru yang tidak dilibatkan sebagai pengamat tetapi di saat LSBS memiliki jam kosong
dapat ikut sebagai pengamat. Penempelan jadwal LSBS di ruang kepala sekolah bertujuan
agar kepala sekolah dapat memonitor atau bahkan mengikuti kegiatan LSBS dengan bertindak
sebagai pengamat dan fasilitator. Pemberitahuan kepada kepala TU bertujuan agar bagian tata
usaha mempersiapkan dengan baik kebutuhan alat tulis kantor (ATK) yang digunakan saat
LSBS.

2. Mengoreksi Perangkat Pembelajaran Hasil Kegiatan Plan di


Tingkat Rumpun Bidang Studi.
Setelah jadwal LSBS diketahui oleh warga sekolah, selanjutnya tim akadasi
membicarakan jadwal pelaksanaan kegiatan dengan ketua rumpun bidang studi untuk
melaksanakan kegiatan plan dengan anggotanya. Penentuan jadwal plan diserahkan kepada
ketua rumpun bidang studi. Kegiatan plan dilakukan untuk menghasilkan a) rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan b) denah tempat duduk peserta didik yang dilengkapi
dengan posisi pengamat.
Selanjutnya, hasil plan dikonsultasikan kepada tim akadasi untuk dibaca, dipelajari, dan
dikoreksi. Koreksi dilakiukan oleh tim akadasi ditekankan pada kesesuaian antara indikator
dengan strategi pembelajaran yang digunakan serta proses penilaian yang ditulis dalam RPP.
Seluruh perangkat dikoreksi, selanjutnya dikembalikan kepada ketua rumpun bidang
studi untuk direvisi. Penyerahan kembali kepada tim akadasi dari ketua rumpun bidang studi
paling lambat dua hari sebelum pelaksanaan LSBS. Selanjutnya, tim akadasi bertugas
menggandakan perangkat pembelajaran yang diberikan kepada peserta didik misalnya lembar
kegiatan peserta didik (LKPD) dan media disiapkan di tingkat rumpun bidang studi. Contoh
hasil kegiatan plan di tingkat rumpun bidang studi sebagai berikut.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Nama Sekolah : SMA Laboratorium UM


Mata Pelajaran : Biologi
Kelas/Semester : X/2
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit
Standar Kompetensi : 3. Memahami manfaat keanekaragaman hayati
Kompetensi Dasar : 3.4 Mendeskripsikan ciri-ciri filum dalam dunia hewan
dan perantarannya bagi kehidupan

I. Indikator
1. Mengidentifikasikan ciri-ciri umum Platyhelminthes
2. Menjelaskan klasifikasi Platyhelminthes

II. Materi Pembelajaran


Materi Pokok : Dunia hewan (Helminthes)
Sub-sub materi :
Pertemuan I
o Ciri-ciri Platyhelminthes
o Klasifikasi Platyhelminthes (Turbellaria)

III. Pendekatan Pembelajaran


Kontekstual
Strategi Pembelajaran
Peer Mediated Instruction and Intervention Tipe Class Wide Peer Touring

IV. Langkah-langkah Pembelajaran


Pertemuan I (2 x 45 menit)
Tujuan Pembelajaran
Melalui pembelajaran ini peserta didik dapat:
1. Mengidentifikasi ciri-ciri umum Platyhelminthes
2. Menjelaskan Klasifikasi Platyhelminthes (Turbellaria)

A. Kegiatan Awal
 Guru memotivasi peserta didik dengan mengajukan pertanyaan ‘waktu kecil,
pernahkah kalian bermain di sungai?’
 Peserta didik: (harapan guru), peserta didik menjawab ‘pernah’
 Guru melanjutkan pertanyaan ‘cacing apakah yang sering kalian jumpai di
sungai?’
 Peserta didik: (harapan guru), peserta didik menjawab ‘planaria’
 Guru menuliskan topik yang akan dipelajari yaitu ‘ciri-ciri umum filum
Platyhelminthes, klasifikasi Platyhelminthes (Turbellaria)
 Guru menyebutkan indikator keberhasilan yang harus dicapai dalam belajar
 Guru mengeksplorasi pengetahuan awal peserta didik melalui
pertanyaan’Bagaimana cara cacing memperbanyak diri?’

B. Kegiatan Inti
 Guru membagi peserta didik dalam dua kelompok besar (kelompok biru dan
kuning).
 Guru memasang-masangkan peserta didik dua-dua dan diberi kode A dan B.
 Guru memberikan penjelasan bahwa masing-masing pasangan diharapkan
untuk mengumpulkan skor perolehan sebanyak-banyaknya dengan tetap
mengutamakan ketuntasan materi. Akumulasi poin dari masing-masing
pasangan kemudian dibandingkan dengan akumulasi poin dari kelompok besar
(kelompok biru dan kelompok kuning)
 Masing-masing pasangan peserta didik akan bergantian peran sebagai tutor dan
tutee
 Peserta didik yang semula jadi tutor (kode A) menerima hand out tentang ciri-
ciri umum Platyhelminthes dan memberikan penjelasan materi tentang materi
tersebut dengan menggunakan media yang telah disiapkan guru. Ide-ide pokok
tentang ciri-ciri umum Platyhelminthes disampaikan dengan lengkap dan jelas
dengan diberi kebebasan cara, metode atau teknik kepada tutor dalam
menyampaikan kepada temannya yang berperan sebagai tutee (kode B). Setelah
selesai memberikan penjelasan Tutor memberikan pertanyaan (evaluasi) kepada
tutee. Skor diberikan kepada tutee sebanyak dua untuk setiap pertanyaan
evaluasi yang dijawab benar tanpa bimbingan tutor. Sedangkan setelah
dibimbing tutor maka skor yang diberikan adalah satu.
 Guru membagikan lembar evaluasi dan kunci jawaban kepada tutor.
 Bertukar peran, peserta didik kode B menjadi tutor dan peserta didik kode A
berperan sebagai tutee. Tutor menerima hand out klasifikasi Platyhelminthes
(Turbellaria) dan memberikan penjelasan kepada tutee.
 Guru membagikan lembar evaluasi dan kunci jawaban kepada tutor.
 Guru merekap skor pasangan dari dua kelompok besar.
 Guru memberikan penghargaan berupa aplaus
 Guru membimbing kegiatan diskusi kelas memberikan penguatan dari hasil
diskusi kelas.
 Guru membimbing peserta didik menyusun kesimpulan dari pembelajaran.

B. Kegiatan Akhir/tindak lanjut


 Guru mengumpulkan format data skor peserta didik untuk mempelajari
klasifikasi Platyhelminthes yang lain (Trematoda dan Cestoda).

V. Alat/Bahan/Sumber Belajar
Alat/Bahan : alat tulis, awetan basah kelompok Platyhelminthes dan
format skor data kelompok (pasangan)
Sumber belajar : - Hand out ciri-ciri Platyhelminthes dan Turbellaria
- Syamsuri, Istamar, dkk. 2004. Biologi untuk SMA kelas X
semester I1. Penerbit Erlangga: Jakarta
VI. Penilaian
* Skor pasangan peserta didik

Mengetahui,
Kepala SMA Laboratorium UM Ketua Rumpun Bidang Studi

Drs. Ridwan Joharmawan, M. Si. Yuyun Dwita Sari, S.Pd.

Hand Out

Ciri-ciri umum Platyhelminthes:


a. Tubuh pipih dan bilateral simetris
b. Embrio mempunyai tiga lapisan lembaga (triploblastik), yaitu ektodermis,
endodermis, dan mesodermis.
c. Tubuh lunak, epidermis bersilia atau tertutup lapisan lilin (kutikula)
d. Alat pencernaan belum sempurna yaitu mempunyai mulut, tetapi tidak punya anus.
Ususnya bercabang-cabang
e. Tidak memiliki rongga tubuh (coelom) sehingga disebut triploblastik aselomata
f. Hidup di air tawar, air laut maupun di tempat-tempat lembab dan ada pula yang
bersifat parasit
g. Cacing yang hidupnya sebagai parasit tubuhnya dilapisi kutikula, cacing dewasa
mempunyai alat kait atau hisap untuk menempel pada hewan yang ditumpangi
h. Sudah memiliki alat ekskresi berupa sel-sel api/flame cell
i. Sistem saraf terdiri atas sepasang ganglion (simpul saraf) anterior atau cincin saraf
yang dihubungkan oleh 1 sampai 3 pasang tali saaf memanjang. Sistem saraf ini
dinamakan sistem saraf tangga-tali
j. Bersifat hemaprodit (monoseus) dan pembuahan berlangsung secara internal
Klasifikasi Platyhelminthes:

Platyhelminthes dibagi menjasi tiga kelas:


a. Turbellaria atau cacing berbulu getar
b. Trematoda atau cacing hisap
c. Cestoda atau cacing pita

a. Turbellaria (Contoh: Planaria sp)


Ciri-ciri:
1) Hidup di air tawar (sungai yang tidak deras arusnya, parit, kolam), tubuh tidak
bersegmen. Hidupnya melekat pada batu atau daun-daun di dalam air.
2) Bentuk pipih dorsoventral, dengan kepala berbentuk hampir seperti segitiga,
ekornya agak meruncing.
3) Pada bagian ventral tubuh berbulu getar dan berfungsi untuk bergerak. Bagian
dorsal kepala terdapat dua bintik mata yang bisa membedakan gelap dan terang.
4) Ukuran tubuh hanya beberapa mm, yaitu 4-25 mm, tubuh bewarna kecokelatan
agak bening.
5) Sistem pencernaan masih sederhana, mulut terdapat di bagian ventral. Pada mulut
terdapat farink yang dapat dijulurkan seperti belalai (probocis). Agak ke belakang
dari mulut terdapat lubang kelamin.
6) Sistem saraf berupa sistem saraf tangga tali.
7) Sistem ekskresi berupa sel-sel api yang berhubungan dengan saluran yang
akhirnya bermuara keluar tubuh melalui sederetan pori di bagian dorsal tubuh.
8) Mempunyai daya regenerasi yang tinggi, bila terluka atau terpotong menjadi
beberapa bagian, maka ia mampu memperbaiki kembali tubuhnya yang rusak atau
hilang.
9) Makanan bisa dari hewan-hewan lain di dalam air baik yang hidup atau yang
mati. Kalau hewan itu lebuh besar akan ditempelinya, kemudian dihisap dengan
mulutnya.
10) Reproduksi:
a. Cara kawin (seksual), Planaria bersifat hermaprodit, berarti bisa terjadi
perkawinan sendiri atau bisa terjadi perkawinan silang dengan Planaria
yang lain.
b. Memutuskan diri (aseksual). Pemotongan transversal di bagian belakang
kerongkongannya. Masing-masing potongan akan tumbuh sempurna.
11) Respasi dengan cara difusi.

Data Skor Pasangan Peserta Didik

Pertemuan Ke :
Hari/tanggal :
Konsep : A.
B.

Pasangan Peserta Didik/Nomor Absen Total Skor


dan Nomor Soal
A/ B/
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

6 7 8 9 10 6 7 8 9 10

Keterangan:
1. Apabila peserta didik kode A sebagai tutor, maka masukkan skor pada kolom B
(tutee), dan apabila peserta didik kode B sebagai tutor, maka masukkan skor pada
kolom A (tutee).
2. Apabila tutee dapat menjawab soal dengan benar tanpa bantuan tutor, berilah skor 2,
dan apabila tutee dapat menjawab soal setelah rnendapatkat) bantuan/bimbingan
tutor berilah skor 1.
3. Mintalah bantuan guru apabila tutor tidak mampu membimbing tutee menemukan
jawaban yang benar!

Rekap Skor Kelompok Peserta Didik


Konsep Ciri-Ciri Umum Platyhelminthes dan Turbellaria

Kelompok Biru Kelompok Kuning


No. No. No. No.
Absen Absen Total Absen Absen Total
Skor Skor Skor Skor
(Kode (Kode Skor (Kode (Kode Skor
A) B) A) B)
1 32 9 24
2 31 16 17
3 25 11 22
8 29 12 21
5 28 10 18
6 27 14 19
7 26 15 20
4 30 13 23
Total skor kelompok Total skor kelompok
Kegiatan plan yang dilakukan di tingkat rumpun bidang studi bertuivan agar
dalam pelaksanaan proses belajar mengaiar di dalam kelas terencana dengan balk.
Dokumentasi kegiatan plan dapat dilihat pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1 Kegiatan Plan

3. Menyiapkan Format-Format, Deskripsi Tugas, Tata Tertib yang Diperlukan pada


Kegiatan LSBS, dan Mengikuti Kegiatan Do, See, dan Refleksi
Format-format yang digunakan dalam kegiatan LSBS meliputi format
pengamatan, format daftar hadir pengamat, dan format angket peserta didik. Seluruh
format tersebut pada prinslpnya dibuat untuk mendokumentasikan segala kegiatan
LSBS agar dapat dilakukan refleksi akurat dalam implementasi LSBS. Format yang
disusun oleh tim akadasi SMA Lab UM bukanlah format yang baku. Artinya, format
tersebut dapat dikembangkan oleh Sekolah lain yang akan menerapkan LSBS di
sekolahnya.
a. Format Pengamatan/Observasi
Bentuk format observasi sebagai berikut.

LEMBAR OBSERVASI LSBS

Hari/Tanggal : ..........................................................
Bidang Studi : ..........................................................
Konsep : ..........................................................
Metode Pembelajaran : ..........................................................
Guru Pengajar : ..........................................................
Asal Sekolah : ..........................................................
Waktu : ..........................................................
Tempat : ..........................................................

1. Kapan peserta didik mulai berkonsentrasi belajar?


........................................................................................................
........................................................................................................

2. Kapan peserta didik mulai berkonsentrasi tidak belajar?


........................................................................................................
........................................................................................................

3. Apa kelebihan yang dimiliki guru saat proses pembelajaran untuk


kita tiru?
........................................................................................................
........................................................................................................

4. Pengalaman berharga pakah yang saudara peroleh dari kegiatan


pembelajaran ini?
........................................................................................................
........................................................................................................

Nama Observer : ..........................


Asal Sekolah : ..........................
Pengalaman Mengajar: ......... tahun

Berdasarkan format observasi tersebut, kita dapat melihat bahwa fokus


pengamatan saat kegiatan LSBS adalah peserta didik dan bukan guru pengajar.
Namun demikian guru dan pengamat dapat melihat dan belajar dalam hal
sebagai berikut.
(1) Bagaimana mengupayakan peserta didik berkonsentrasi dalam proses
pembelajaran.
(2) Kegiatan apa yang tidak seharusnya dilakukan saat pembelajran yang
membuat peserta didik tidak berkonsentrasi.
(3) Keunggulan-keunggulan apakah yang dimiliki guru sehingga proses
pembelajran dapat membuat peserta didik belajar bagaimana belajar dan dari
kegiatan LSBS.
Keuntungan yang diperoleh dengan mengikuti kegiatan LSBS pengamat
dapat memperoleh pengalaman berharga untuk memperbaiki proses
pembelajaran yang selama ini belum mereka lakukan. Tujuan format
pengamatan diberikan kepada pengamat/observer agar pada saat refleksi
pengamat dapat memberikan masukan yang berarti bagi guru model dalam
melaksanakan kegiatan proses belajar-mengajar yang dilakukan di kelas.
Jumlah pengamat minimal 2 orang dan maksimal sepuluh orang. Pada
prinsipnya, jumlah pengamat tidak ada ketentuan khusus, penentuan jumlah
pengamat dapat disesuaikan dengan jumlah peserta didik dan ruang kelas yang
digunakan saat proses pembelajaran. Contoh format pengamatan yang telah
diisi oleh pengamat dpat dilihat pada Tabel 3.2.
Tabel 3.3 Daftar hadir Pengamat LSBS

No. Nama Bidang studi Tanda tangan


1.
2.
3.

Daftar hadir pengamat dibuat untuk (1) mengevaluasi minas guru terhadap
kegiatan LSBS dan (2) kebutuhan administrasi tiro akadasi dalam menyusun laporan
tahun-an. Contoh daftar hadir yang telah digunakan di SMA Lab UM dapat dilihat
pada Tabel 3.4.
c. Angket Peserta Didik
Angket peserta didik diberikan kepada peserta didik setelah guru mengakhiri
kegiatan pembelajaran. jumlah angket yang diberikan minimal 27% dari jumlah peserta
didik jumlah tersebut berdasarkan hasil kesepakatan tim akadasi. Angket tersebut
diberikan untuk mengetahui respons peserta didik terhadap proses pembelajaran yang
telah diikuti dan melatih peserta didk melakukan refleksi diri. Bentuk format angket
peserta didik sebagai berikut.
Angket Lesson Study Untuk Peserta Didik
Nama :
Kelas :
Guru Pengajar :
Mata Pembelajaran :
1. Apakah pembelajaran hari ini menarik (alasan)?
……………………………. ....................................................................................
..................................................................................................................................
....................................
2. Apa yang anda dapatkan dari pembelajaran hari ini ? …………………………
……………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
3. Apa yang sebaiknya ditingkatkan pada pembelajaran hari ini? ………………
……………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
4. Apa yang seharusnya tidak dilakukan pada pembelajaran hari ini? …………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………..

Contoh angket peserta didik yang telah diisi oleh peserta didik SMA Lab UM dapat
dilihat pada Tabel 3.5.
Tabel 3.5 Contoh Angket Peserta Didik

Nama : Achmad Prasetyo


Kelas : X-9
Guru Pengajar : Pak Nopman
Mata Pelajaran : Komputer
1. Apakah pembelajaran hari ini menarik (alasan)?
Ya, karena pembelajaran seperti ini, Pertama kali dan dituntut harus belajar dengan
giat dan siap dengan pertanyaan – pertanyaan yang diberikan.
2. Apa yang anda dapatkan dari pembelajaran hari ini ?
Saya memaparkan pembelajaran berpresentasi ke depan kelak dan menilai
presentasi murid sekeras yang presentasi.
3. Apa yng sebaiknya ditingkatkan pada pembelajaran hari ini?
Yang ditingkatkan yaitu parab siswa harus dapat mengetik goal, dan atau maksud
dari pertanyaan tersebut tersebut dan dapat menjawab dengan jelas dan dapat
menjawab dengan jelas dan tidak perlu terlalu pendel.
4. Apa yang seharusnya tidak dilakukan pada pembelajaran hari ini?
Pada waktu siswa presentasi siswa lain harus memperhatikannya dan tidak perlu
menertawakan atau menyatukan siswa presentasi.
d. Menyusun Tata Tertib
Tata tertib perlu disusun untuk paduan kegiatan bagi pelaksana LSBS. Tata tertib
yang dibuat juga bukan yang baku tetapi disesuaikan dengan keperluan satuan pendidikan.
Tata tertib yang dibuat meliputi hal-hal sebagai berikut.
1) Tata Tertib Pengamat
Tata tertib pengamat disusun agar dalam pelaksanaan kegiatan LBSB dapat terlaksana
sesuai dengan perencanaan dan berisi hal-hal sebagai berikut.
a. Masuk kelas bersamaan dengan guru pengajar.
b. Dilarang berbicara sesame pengamat.
c. Mengisi lembar pengamatan/observasi.
d. Dilarang berbicara dengan guru pengajar.
e. Pengamatan terfokus pada kegiatan yang dilakukan peserta didik.
f. Tidak meninggalkan kelas sebelum pelajaran berakhir.
g. Tidak melakukankegiatan yang mengganggu proses belajar mengajar.
Tata tertib pengamat dibuat agar pengamat dapat mengatahui tugas dan tanggung
jawab saat bertugas sebagai pengamat kegiatan LSBS. Pada awal kegiatan LSBS, tim
akadasi melihat hal-hal yang sering dilakukan oleh pengamat yang tidak diperkenankan
pada pelaksanaan LSBS, antara lain berbicara sesame pengamat, tidak menonaktifkan
handphone, dan keluar kelas dengan alasan ke kamar kecil.
Pada perkembangan selanjutnya pengamat sudah dapat mematuhi tata tertib yang
disusun oleh tim akadasi.
2) Tata Tertib Refleksi
Tata tertib refleksi berisi hal-hal sebagai berikut.
a. Moderator memimpin refleksi
b. Moderator membacakan hasil angket peserta didik
c. Moderator member kesempatan refleksi pada guru pengajar, pengamat secara
bergantian, dan guru pengajar memberikan tanggapan.
d. Moderator mengambil kesimpulan.
e. Format pengamatan diserahkan kepada guru pengajar.
Tata tertib refleksi dibuat dengan tujuan agar kegiatan refleksi berlangsung dengan
baik. Format pengamatan yang telah diisi oleh pangamat dan angket peserta didik
diserahkan kepada guru pengajar diakhir kegiatan refleksi. hal itu dilakukan agar guru
dapat belajar dari hasil pengamatan teman sejawat dan digunakan sebagai acuan untuk
memperbaiki proses pembelajaran berikutnya. Format hasil pengamatan dan angket
peserta didik yang telah dibaca dan dipelajari oleh guru pengajar saat kegiatan LSBS
selanjutnya dikembalikan pada tim akadasi.
3) Tata Tertib Moderator
Agar pelaksanaan kegiatan LSBS dpat berjalan sesuai rencana, perlu dibuat tugas atau
tata tertib moderator yang mencakup kegiatan sebagai berikut.
a. Membagi pengamat berdasarkan jumlah peserta didik/kelompok.
b. Memimpin kegiatan refleksi
c. Moderator member kesempatan refleksi kepada guru pengajar, pengamat
secara bergantian, dan guru pengajar memberikan tanggapan.
d. Membacakan kesimpulan hasil refleksi.
e. Format pengamatan/lembar observasi diserahkan kepada guru pengajar.

Tata tertib moderator disusun dengan tujuan memberikan rambu-rambu kepada guru
yang bertugas sebagai moderator dan agar kegiatan refleksi berjalan dengan baik.
Dalam pelaksanaan LSBS di SMA Lab UM yang sering kali bertindak sebagai
moderator adalah tim akadasi.

4) Tata Tertib Notulen


Tata tertib/tugas notulen adalah mencatat hasil refleksi dan menyerahkan kepada
guru pengajar dan menyerahkan semua arsip kegiatan LSBS kepada tim akdasi.
Notulen kegiatan refleksi umumnya berisisi tanggapan pengamat, baik berupa saran
atau kritik konsruktif untuk memperbaiki dan meningkatkan proses pembelajaran
selanjutnya.

4. Mengikuti Kegiatan Do, See, dan Refleksi


Kegiatan do, see, dan refleksi diikuti oleh tim akadasi agar dapat memebri masukan
yang berarti bagi guru model pada pelaksanaan LSBS. Masukkan dari tim akadasi anatara lain
memberikan berbagai model pembelajaran, teknik pengelolaan kelas, dan teknik evaluasi.
Dokumentasi kegiatan do, see dapat dilihat pada gamabar 3.2a, Gamabar 3.2.b, sedangkan
kegiatan refleksi dapata dilihat pada gambar 3.3a dan 3.3.b.

5. Mengarsipkan Semua Hasil Kegiatan setelah Dibaca oleh Guru Pengajar dan
Menyusun Refleksi.
Setelah seluruh tahap kegiatan LSBS dilalui, tim akadasi membuata refleksi hasil
kegiatan LSBS dan ditempelkan di papan pengumuman di ruanga guru. Tujuan penempelan
hasil refleksi di ruang guru agar seluruh guru dapat mengikuti kegiatan perkembangan
kegiatan LSBS walaupun mereka tidak terlibat sebagai guru pengajar maupun sebagai
pengamat. para guru dapat mebaca metode apa yang telah digunakan dan apa seyogyanya
yang tidak dimunculkan guru saat proses pembelajaran.

6) Menyusun Laporan Tahunan


Laporan tahunan kegiatan LSBS disusun oleh tim akadasi setiap akahir tahun pelajaran.
Pelaporan ini merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban kepada Kepala Sekolah,
masyarakat sekolah dan sebagai saranarefleksi serta evaluasi dlam upaya meningkatkan
pembelajaran di SMA Laboratorium UM. untuk memperjelas tugas tim akadasi dapat dilihat
pada Gambar 3.4
Menyiapkan Format-format Deskripsi Tugas dan Tata Tertib
Menyusun Jadwal LSBS Perangkat Pembelajaran Hasil Kegiatan Plan
Mengoreksi

Menyusun Laporan Tahunan Mengikuti Kegiatan Do, See, Refleksi


Mengarsipkan Hasil Kegiatan

Gambar 3.4 Tugas Tim Akadasi dalam Kegiatan LSBS

B. PERKEMBANGAN LSBS DARI TAHUN PELAJARAN 2004/2005 SAMPAI


DENGAN TAHUN PELAJARAN 2007/2008
Perkembangan LSBS mulai dari tahun pelajaran 2004/2005 samapai dnegan 2007/2008
menunjukkan peningkatan kegiatan yang positif. Kegiatan tersebut didekrispsikan sebagai
berikut.
1. Pada Tahun 2004/2005
Kegiatan LSBS dilaksanakan dua bulan sekali. Sebagai guru pengajar ditunjuk guru-
guru MIPA yang pernah terlibat dlaam kegiatan “piloting project” FMIPA UM dengan
IMSTEPJICA. Guru bidanga studi yang lain dan guru bidang MIPA yang terlibat kegiatan
piloting dilbatkan sebagai pengamat. Secara umum, pada awalnya dilaksanakan LSBS
(2004/2005), tim akadasi mendapatkan respon yang kurang baik dari dua kelompok guru yaitu
guru senior dan guru junior. Guru senior menanggapai kegiatan LSBS sebagai kegiatan yang
“latah” dengan meniru negara jepang, mereka “menolak” kegiatan LSBS denga tidak cara
menghadiri kegiatan plan di tingkat rumpun, tidak bersedia sebagai guru pengajar di LSBS.
Mereka bukan merasa seperti kelinci percobaan dan tidaka bersedia menjadi pengamat. Guru
Junior menanggapi kegiatan LSBS dengan penuh “ketakutan” (nervous). m]mereka belum
merasa pengalaman mengjar serta lulusan sebagai lulusan LPTK dengan IP tinggi minimal
3,00 yang telah memenuhi sysrat mengajar setelah menjalani seleksi yang cukup ketat untuk
dapat diterima sebagai guru di SMA Lab UM.
Kondisi tersebut bertolak belakang dengan tanggapan/respons peserta didik. Peserta
didik merespon dengan baik kegiatan LSBS. Alasan mereka, guru mengajarnya lebih baik
ketika kegiatan pembelajaran di lSBS-kan. Lebih lanjut, tim akadasi berupaya memperbaiki
kondisi tersebut dengan melaksanakan kegiatan workshop yang mampu member motivasi
kepada guru semua Lab UM untuk terlibat secara aktif dalam kegiatan LSBS. Kegiatan
workshop terlihat pada Tabel 3.6.

Tabel 3.6 Kegiatan workshop oleh tim akadasi

Jumlah
No Tanggal Kegiatan Peserta Tempat
(orang)
Workshop sosialisasi dan
1 16-11-2004 Desiminasi kegiatan “piloting” 73 SMA Lab UM
Biologi tingkat JAwa Timur
Workshop sosialisasi dan
2 27-07-2005 Desiminasi Lesson study bagi 50 SMA Lab UM
Guru SMA Lab Um

2. Pada tahun Pelajaran 2005/2006


Kegiatan LSBS dilaksanakan sebulan sekali. Pengajar dari rumpun MIPA 50% dan dari
rumpun non MIPA 50%. Respons guru terhadap pelaksanaan LSBS mulai lebih baik. Hal
utama yang memicu perubahan itu adalah “keberanian” peserta didik untuk memberikan
tanggapan proses pembelajaran.
Dalam hal ini peserta didik telah berani secara terbuka menyampaikan pendapat tentang
guru yang baik dan tidak baik dalam kegiatan proses pembelajaran. Menurut peserta didik,
guru yang baik adalah guru yang memberikan kemerdekaan kepada peserta didik untuk
menjadi pebelajar yang mandiri dengan kegiatan-kegiatan inovatif yang diberikan guru saat
proses pembelajaran berlangsung.
Peserta didik dengan penuh keberanian telah menyampaikan kepada guru yang tidak
baik dengan kalimat-kalimat pertanyaan, seperti “Mengapa Ibu/Bapak” tidak pernah ikut
kegiatan LSBS?Mengapa Ibu/Bapak mengajaranya tidak seperti Ibu/Bapak X?, Mengapa
Ibu/Bapak masih suka mengajar dengan berceramah yang membuat kami mengantuk?”
Pada tahun pelajaran 2005/2006, tim akadasi melihat adanya “perubahan” besar dalam
proses kegiatan dalam kegiatan belajar mengajar di SMA Lab UM. Perubahan itu terjadi
karena ”peserta didik menolak guru” yang tidak mau terlibat di dalam kegiatan LSBS. Peserta
didik menolak guru” yang tidak mau terlibat di dalam kegiatan LSBS. Peserta didik menolak
guru yang tidak mau belajar dari guru lain untuk menjadi guru yang inovatif dan dirindukan
oleh peserta didiknya.
Dalam rangka desiminasi LSBS, tim akadasi melakukan kerjasama dengan Lembaga
Penelitian Pengembangan Pendidikan (LP3) Universitas Negeri Malang. Kerja sama tersebut
berupa pembuatan naskah model yang direkam melalui VCD unutk disosialisasikan kepada
masyarakat pendidik. Pada kegiatan tersebut, beberapa guru dilibatkan sebagai guru model.
Pada tahun ini pula SMA Lab UM memperoleh kunjungan kegiatan dari beberapa
instansi, antara lain sebagaimana terlihat pada Tabel 3.7.

Tabel 3.7 Daftar Kunjungan Kegiatan LSBS di SMA Laboratorium UM

Jumlah
No Tanggal Pengunjung Asal Keterangan
(orang)
Kepala sekolah, Wakil
1 03-01-2006 78 SMAN 42 Jakarta Kepala sekolah, Guru
Karyawan
Prof. Masakai Sato
2 14-12-2006 2 Jepang
Mr. Toyomane

3. Pada Tahun Pelajaran 2006/2007


Kegiatan LSBS dilaksanakan seminggu sekali. Pengajar dari rumpun MIPA 25% dan
dari rumpun non MIPA 75%.
Berdasarkan kenyataan tersebut, kegiatan LSBS yang hanya sebulan sekali pada tahun
pelajaran sebelumnya, diubah menjadi seminggu sekali di tahun pelajaran 2006/2007.
Pada tahun 2006/2007, kegiatan LSBS semakin diminati oleh guru. Pada tahun itu pula
SMA Lab UM menerima banyak kunjungan dari berbagai lembaga Perguruan Tinggi dan
Sekolah. Daftar kunjungan LSBS di SMA Lab UM dapat di lihat pada Tabel 3.8. Sedangkan,
dokumentasi kegiatan kunjungan dapat di lihat pada Gambar 3.5a dan 3.5b.

Tabel 3.8 Daftar Kunjungan Kegiatan LSBS di SMA Laboratorium UM

Jumlah Pengunjung
No Tanggal Asal Keterangan
(orang)
Gresik Kepala Sekolah, Wakil
Kepala Sekolah, dari 8 SMA
1 26/02/2007 18
Negeri/Swasta Sub Rayon 07
Rayon 09 Sidayu Gresik
61 Nganjuk MGMP Matematika Praktisi
2 03/03/2007
4 Jember Pendidikan
Pasuruan Keluarga Besar SMA
3 10/03/2007 38
yayasan Pandaan
Surabaya Keluaraga Besar SMA
4 17/03/2007 60
Ta’miriyah
5 09/06/2007 40 Surabaya, Dekan, Pembantu Dekan
Medan, FMIPA dari 11 Perguruan
Gorontalo, Tinggi yaitu :
Yogjakarta, UNESA, UNIMED, UNG,
Jakarta. UNY, UNJ, UNM, UNIMA,
Makasar, UDIKSHA, UNP, UNNES,
Manado, UPI
singaraja,
Padang,
semarang,
Bandung
Malang Dekan dan Dosen FMIPA-
8
UM
1 Jepang Toyomane
Palembang Yayasan Sri Jaya Negara-
6 20/06/2007 3
Palembang

Seiring dengan berkembangnya kegiatan LSBS, tim akadasi melihat adanya “peluang”
untuk mengembangkan kegiatan penelitian tindakan kelas (PTK) sebagai salah satu program
tim akadasi selain LSBS. Ha itu dilakukan setelah belajar dari pengalaman bahwa kegiatan
LSBS mendukung kegiatan PTK, utamanya menyusun RPP yang baik dan adanya pengamat.
Pada tahun pelajaran ini, tim akadasi juga melaksankan tugas membimbing teman
sejawat melaksanakan PTK. Bantuan dana dari sekolah untuk setiap judul penelitian sebesar
Rp. 300.000,00 (tiga ratus ribu rupiah). Tugas pembimbingan di mulai dari mengoreksi
proposal, menjadi pengamat, dan mengoreksi hasil laporan PTK. Daftar laporan hasil PTK
yang telah dihasilkan oleh guru-guru SMA Lab UM dapat dilihat 1 pada Tabel 3.9.

Tabel 3.9 Daftar Laporan Hasil PTK Guru-Guru SMA Laboratorium UM


Tahun
No Nama Peneliti Judul Penelitian Bidang Study
Pelajaran
1 Made Ari Peningkatan Ranah 2006/2007 Sejarah
Sambodo, S.Pd Kognitif dan Afektif Semester 2
Peserta Didik Kelas X
SMA Lab UM Pada mata
pelajaran Sejarah melalui
pendekatan Contextual
Teaching and Learning
dengan Model
Pembelajaran Picture and
student Active
Peningkatan Hasil
Belajar Biologi Peserta
Didik kelas X SMA Lab
Yuyun Dwita sari, 2006/2007
2 UM melalui Model Biologi
S. Pd semester 2
Pembelajaran kooperatif
Scrift pada konsep
ekosistem
Keefektifan Model
Pembelajaran Problem
Posing untuk
meningkatkan Hasil
2006/2007
3 Dra. R. Kartini Belajar pada konsep Kimia
semester 2
kelarutan dan Hasil
kelarutan pada peserta
didik kelas XI-IPA-1
SMA Laboratorium UM
Dra. Husnul Peningkatan proses dan 2006/2007 Biologi
Chotimah, M. Pd Hasil Belajar Biologi semester 2
dalam pendekatan
kontekstual melalui
Model Pembelajaran
Think Pair Share pada
Peserta Didik kelas X-6
SMA Laboratorium
Universitas Negeri
Malang
Pada tahun pelajaran 2006/2007, peserta didik mulai ‘tidak menyukai’, hadirnya tamu
yang berkunjung SMA Lab UM pada hari Sabtu untuk melihat kegiatan LSBS. Peserta didik
tidak ingin kegiatan pengembangan diri mereka terganggu dengan kehadiran tamu sehingga
mereka harus mengikuti ‘pelajaran tambahan’ di hari Sabtu. Keadaan inilah yang kemudian
melahirkan penawaran kegiatan “Safari Lesson Study to Campus” sebagaimana
pelaksanaannya pada tahun pelajaran 2007/2008.
Pada tahun pelajaran 2006/2007, tim akadasi juga mnyelenggarakan kegiatan akadamis
khususnya ‘open class lesson study’ yang telah diselenggarakan oleh tim akadasi dapat dilihat
pada table 3.10

Tabel 3.10 Kegiatan Open Class Lesson study Tingkat Jawa Timur
Jumlah Peserta
No Tanggal Kegiatan Tempat
(orang)
Workshop
Sosialisasi dan
Deminasi
1 10/02/2007 Lesson Study 147 SMA Lab UM
Mata Pelajaran
Non-MIPA Se-
Jawa Timur

4. Pada Tahun Pelajaran 2007/2008


Tim akadasi bersama guru-guru SMA Lab UM berkunjung ke sekolah lain untuk
melaksanakan kegiatan lesson study to campus dapat dilihat pada Tabel 3.11.

Tabel 3.11 Daftar Safari Lesson study to Campus


Tim LS
No Tanggal Campus Penyelenggara SMA Lab Bidang Studi
UM
1 06-08 Sept. SMAK SMAK 10 orang ( 1 Kimia, Bahasa
2007 Kolose Santo Kolose Santo pemateri dan Indonesia,
Matematika,
Biologi,
Sejarah,
9 guru
Yusup Malang Yusup Malang Bahasa
model)
Inggris, PKn,
Akuntasi,
sosiologi
Kimia, Fisika,
Matematika,
Biologi,
Sejarah,
11 orang (1
KKM dan Bahasa
14-15 Des. MAN 2 Pemateri dan
2 Depag Inggris,
2007 Tulunggagung 10 guru
Tulungagung Bahasa
model)
Indonesia,
Akutansi,
Sosiologi,
Geografi
3 29/12 Des. SMAN Gresik SMAN 1 14 orang (1 Kimia, Fisika,
2007 Gresik pemateri dan Matematika,
13 guru Biologi,
model) Sejarah,
Bahasa
Inggris,
Bahasa
Indonesia,
Akutansi,
Sosiologi,
Geografi,
Teknologi
Informatika,
Pendidikan
Agama Islam,
PKn
Kimia, Fisika,
Matematika,
Biologi,
Bahasa
Inggris,
Bahasa
17 orang ( 1
Indonesia,
KKM dan pemateri dan
4 01 Maret 2008 MAN Gresik Akutansi,
Depag Gresik 16 guru
Sosiologi,
model)
Geografi,
Penjas, Pend.
Seni, BK,
Pend. Agama
Islam, PKn,
TI
Biologi,
Fisika,
Matematika,
Bahasa
10 orang (1 Inggris,
MGMP IPS
SMPN 1 pemateri dan Bahasa
5 26 Juli 2008 Tingkat SMP
Bondowoso 9 guru Indonesia,
Bondowoso
model) Pendidikan
Agama Islam,
PKn,
Ekonomi,
Pend. Seni
6 09 Agust. 2008 SMAN 1 SMAN 1 9 orang ( 1 Matematika,
Sampang Sampang pemateri dan Biologi,
8 guru Kimia, Fisika,
Bahasa
Inggris,
Geografi,
model)
Akutansi,
Bahasa
Indonesia

Kegiatan safari Lesson Study to campus, juga sempat dimuat di surat kabar kabar Jawa
Pos (Radar Tulungagung, Senin 17 Desember 2007 dan Radar Madura, Minggu 10 Agustus
2008). Potongan surat kabar dapat dilihat pada Gambar 3.6a dan 3.6b.

Rangkaian safari lesson study berupa kegiatan sebagai berikut.


(1) Pemberian materi tentang lesson study khususnya kegiatan LSBS di SMA Lab UM.
(2) Penyusunan perangkat pembelajaran dengan guru di sekolah yang dikunjungi (plan).
(3) Melihat/mengamati guru SMA Lab UM mengajar di sekolah yang dikunjungi (do, see)
(4) Merefleksi kegiatan plan, do, dan see
Selain faktor dari peserta didik, kegiatan safari lesson study to campus dilaksanakan
karena seluruh guru SMA Laboratorium UM telah memiliki rasa percaya diri dalam proses
pembelajaran. Rasa percaya diri merupakan salah satu indicator guru yang professional. Guru
professional adalah guru yang dapat mengajar di berbagai jenjang sekolah dan di berbagai
tingkat kelas dengan materi apa pun yang sesuai dengan bidang studi yang diampunya.
Pada tahun pelajaran ini pula dilaksanakan kegiatan “akademis” oleh tim akadasi
sebagaimana Tabel 3.12. Sedangkan, dokumentasi kegiatan dapat dilihat pada Gambar 3.7.

Tabel 3.12 Kegiatan “Akademis” oleh Tim Akadasi


Jumlah
No Tanggal Kegiatan Peserta Tempat
(orang)
1 Pelatihan PTK
04/11/2007 Guru SMA Lab 45 SMA Lab UM
UM
2 ‘Open Class’
dalam
serangkaian
18/12/2007 kegiatan seminar 102 SMA Lab UM
LS yang
diselenggarakan
oleh FMIPA-UM
3 Pelatihan PTK
Bagi Guru Hotel Wijaya
02-03/02/2008 Negeri/Swasta 79 Inn-Punten Kota
Tingkat Jawa Batu
Timur
4 Pelatihan PTK
Bagi Guru
SMP/MTs,
30/03/2008 51 SMA Lab UM
SMA/SMK
Negeri/Swasta
seMalang Raya
5 24/05/2008 Workshop 141 SMA Lab UM
Lesson Study, 13
Model
Pembelajaran
Inovatif Tingkat
Jawa Timur

Sosialisasi LSBS telah dilakukan pula melalui media cetak “Komunikasi UM” terbitan
bulan April-Mei 2007 dan Koran Pendidikan “Wacana” edisi 158/Senin III/21-23 Mei 2007.
Kegiatan LSBS dilaksanakn seminggu dua kali. Pada tahun keempat, tim akadasi tidak
lagi memerhatikan siapa yang mengajar. Penekananya adalah bagaimana guru dapat
mnecipatkan kondisi peserta didik agar dapat belajar sebagaimana pebelajar. Hal tersebut
dilakukan karena ada korelasi yang signifikan antara pelaksanaan LSBS dengan mutu
pembelajaran yang dapat dirasakan oleh peserta didik dan guru (Chotimah, 2007a). Dengan
LSBS guru terus belajar meningkatkan mutu pembelajaran dan peserta didik semakin mandiri
dalam belajar. LSBS yang diterapkan dengan “ruh” filosofikonstruktivisme membuat guru
semakin percaya diiri dan selalu berupaya mengembangakan inovasi pembelajaran agar
terwujud suasana pembelajaran yang bersifat student centered. LSBS telah mampu mengubah
guru guru konservatif menuju guru yang inovatif.
Sementara itu, gauh pelaksanaan LSBS di SMA Lab. UM semakin meluas. Kenyataan
itu dibuktikan dengan hadirnya beberapa mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi yang
melakasanakan penelitian untuk skripsi, tesis, dan disertasi.
Selama empat tahun dilaksanakannya LSBS di SMA Lab. UM, respon guru dan peserta
didik terhadap kegiatan LSBS secara ringkas dapat dilhat pada table 3.13
Tabel 3. 13 Respons Peserta Didik dan Guru SMA Laboratorium UM terhadap
Pelaksanaan Kegiatan LSBS
Setuju (%) Tidak Setuju (%)
Tahun
No Peserta Guru Peserta Guru
Pelajaran
Didik Didik
1 2004/2005 57 45 43 55
2 2005/2006 68 73 32 27
3 2006/2007 86 93 14 7
4 2007/2008 94 96 6 4

C. PERAN, MANFAAT, DAN SARAN TERHADAP PELAKSANAAN LSBS


Pelaksanaan LSBS memberikan dampak positif terhadap budaya masayarakat belajar di
SMA Lab. UM. Dampak posotif pelaksanaan LSBS tersebut dikemukakan sebagai berikut:
1. Masyarakat belajar di SMA Laboratorium UM
Pada tahun pelajaran tahun 2007/2008, terjadi masyarakat belajar di SMA Lab. UM
melalui kegiatan RSBS. Mencipatakan masyarakat belajar bukanlah hal yang mudah untuk
diperoleh di sebuah lembaga pendidikan . Masyarakat belajar yang dimaksud adalah
munculnya kemauan guru untuk belajar sepanjang hayat (pebelajar abadi) dengan siapapun
dan dimanapun.
Masyarakat belajar terbentuk di SMA Lab. UM dengan indikasi sebagai berikut:
1. Seringnya guru saling belajar dengan teman sejawat tentang proses pembelajaran.
Guru selalu sibuk dengan kegiatan untuk meningkatkan keempat kompetensinya yag
pada akhirnya akan meningkatan prestasi belajar peserta didik.
2. Siapapun, kapanpun, dimanapu guru siap diamati proses pembelajarannya tanpa
perasaan nervous.
3. Guru bersikap terbuka menerima kritik dan saran pihak lain (baca : guru lain) tanap
perasaan marah justru dengan ucapan terima kasih.
4. Guru semakin merasa senang jika jumlah pengamat semakin banyak.
5. Guru siap melakukan penelitian tindakan kelas dalam mengatasi masalah yang muncul
saat melaksanakan proses pembelajaran. (Chotimah 2007b).
2. Peran LSBS dalam penigkatan kompetensi guru
LSBS memiliki peran yang sangat besar dalam meningkattakn kompetensi guru.
Menurut Chohotimah (2007b) keempat kompetensi tersebut sebagai berikut :
1. Kompetensi pedagogik
Kompetensi pedagogik adalah kemampuan guru dalam mengelola pembelelajaran
peserta didik. Dalam kegiatan LSBS pengelola pembelajaran dalam hal ini menyiapkan
perangkat pembelajaran, melaksanakan pemebelajaran dan evaluasi pembelajaran dievaluasi
oleh guru. Kita tidak dapat memungkiri bahwa semakin kegiatan sharing antar guru semakin
baik pula hasil yang didapatkan. Setiap guru akan terus memperbaiki proses pembelajarannya
di kelas masing-masing. LSBS juga menciptakan tuntutan mendasar perlu adanya
peningkatan pembelajaran. Seorang guru yang mengamati pelaksanaan yang diteliti (research
lesson) akan mengadopsi pembelajaran sejenis setelah mengamati respon peserta didik yang
tertarik belajar dengan cara seperti yang dilaksanakan. Melalui pengamatan secara langsung
terhadap proses pembelajaran yang sedang diteliti atau melalui laporan tertulis, video, dan
pengalaman yang disampaikan oleh teman sejawat tersebara berbagai rancangan pembelajaran
yang telah dikembangkan LSBS.
2. Kompetensi kepribadian
Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia,
dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik. Komptensi kepribadian dapat dilatih dan
diperoleh dari kegiatan LSBS. Realitanya kita masih menemukan guru yang enggan untuk
saling belajar dan mengajarkan. Dalam kegiatan LSBS guru semakin percaya diri, dan tumbuh
keinginan untuk saling belajar dan memberikan yang terbaik bagi peserta didik. Guru salin
belajar, saling asah, saling asuh, saling asih dengan teman sejawat yang pada akhirnya para
guru tidak saling menyelahkan, tetapi dapat saling membelajarkan karena terjadi proses take
and give sehingga tercipta kompetensi kepribadian yang terpuji.

3. Kompetensi professional
Kompetensi professional adalah kemampuan penguasaan pembelajaran secar luas dan
mendalam. LSBS memungkinkan para guru sebagai berikut
a. Memikirkan secar cermat tujuan pembelajaran, materi poko pembelajaran, dan bidang
pembelajaran.
b. Mengkaji pembelajaran yang dirasa paling baik dan dapat dikembangkan.
c. Memperdalam pengetahuan yang berkaiatan dengan materi pokok yang diajarankan.
d. Memikirkan secara mendalam tujuan jangka panjang yang dapat dicapai berkaitan
dengan peserta didik.
e. Merancang pembelajaran secara kolaboratif.
f. Mengkaji secar cermat proses belajar dan tingkah laku peserta didik.
g. Mengembangkan pengetahuan pedagogis yang kuat atau penuh daya.

4. Kompetensi Sosial
Kompetensi social adalah kemampuan guru untuk berinteraksi secara interaktif dan
efisien dengan peserta didik, sesama guru, orang tua atau wali peserta didik, dan masyarakat
sekitar. Interaksi guru dengan peserta didik dalam kegiatan LSBS tidak hanya permasakahan
kegiatan belajar (akademis peserta didik)saja, tetapi juga diperhatikan motivasi peserta didik
dan iklim social, yaitu faktor-faktor yang mungkin turut berkonstribusi terhadap kesuksesan
akademis peserta didik dalam jangka panjang.
3. Saran terhadap implementasi LSBS
Berikut disampaikan tips-tips implementasi kegiatan lesson study berbasis sekolah
antara lain sebagai berikut.
(1) Memilih koordinator rumpun dan memintanya untuk tampil awal mengajar.Hal itu
dimaksudkan coordinator rumpun mata pelajaran memberikan contoh terhadap
kelompok sesuai bidangnya.
(2) Siap menghadapi situasi kiurang menyenangkan dan nerves pada awal kegiatan LSBS.
Bagaimanapun kegiatan sudah dilaksanakan pada waktu kegiatan LSBS masih dijumpai
kekurangan-kekurangan.
(3) Bekerjasama dengan sejawat dan praktisi lain. Hal ini perlu dilakukan agar tidak
terbelenggu dengan kepuasan yang telah diperoleh.
(4) Siap melaksanakan LSBS secara terus menerus.
(5) Jangan enggan mencatat kejadian – kejadian selama menjalani LSBS ( dapat menjadi
PTK). Dengan semakin berpengalaman melaksanakan LSBS dapat memperkaya
pengetahuan guru yang bersangkutan. Hal itu penting agar seorang guru menjadi rujukan
teman guru yang lain.
(6) Siap mendengar pendapat pihak lain. Mendengar pendapat orang lain sangat diperlukan
karena bermanfaat menambah kompetensi guru yang bersangkutan.
(7) Jangan pernah takut salah, karena kesalahan merupakan guru yang terbaik. Seorang yang
pernah bersalah biasanya tidak akan mengulang kesalahan yang pernah dilakukan
(8) Tanamkan kesadaran bahwa LSBS adalah salah satu kegiatan ibadah. Menyampaikan
LSBS kepada teman sejawat dapat berarti menambah pengetahuan kepada seseorang. Ini
sebagai konsep belajar dan membelajarkan orang lain.

Anda mungkin juga menyukai