0.bab 3 Lesson Study 1
0.bab 3 Lesson Study 1
Bab 3
Implementasi Lesson Study Berbasis Sekolah di SMA
Laboratorium Universitas Negeri Malang
Nama Kelompok:
Bab 3
Husnul Chotimah
Menjadi salah satu guru SMA laboratorium Universitas Negeri Malang (SMA Lab UM) yang
dilibatkan dalam kegiatan “piloting procek” kerja sama FMIPA-UM IMSTER-JICA
menyebabkan bertambah pengalaman, walaupun pada awalnya juga merasa “nervous” karena
saat mengajar diamati oleh dosen dan tim expert dari jepang. Merasa bersyukur karena
berdasarkan pengalaman tersebut, guru merasa “beban” membelajarkan peserta didik menjadi
lebih ringan. Kata “ringan” dimaksud guru memiliki “semangat” untuk terus memperbaiki
proses pelajaran karena hasil post class discussion banyak meberikan kritik dan saran
konstruktif untuk menigkatkan pembelajaran.
Sebagai salah satu guru SMA Lab UM yang juga mendapat tugas tambahan sebagai
ketua MGMP biologi SMA/MA kota Malang. Selanjutnya, mendiseminasikan kegiatan
piloting kepada semua guru SMA lab UM dan teman sejawat anggota MGMP biologi
SMA/MA kota malang. Diseminasi tersebut berupa pemberian kesempatan kepada mereka
untuk melihat guru piloting saat mengajar di kelas. Kegiatan tersebut dianggap “langka”
karena selama ini guru menganggap bahwa yang berhak melihat guru mengajar adalah kepala
sekolah dan pengawas dikmenum saat melaksanakan supervisi. Selain “langka” sekaligus juga
dirasakan sebagai suatu “ruh” baru yang mulanya juga menuai pro dan kontra. Bermula dari
kegiatan semacam itu telah lama dilaksanakan di Jepang dengan nama jugyokyu atau lesson
study. Pada saat ini kegiatan itu telah dirasakan manfaatnya oleh seluruh guru SMA Lab UM
dan rekan seprofesi khusus guru biologi SMA/MA kota Malang.
Sejak dibentuknya tim pengembang akademis dan evaluasi (tim akadasi) di SMA Lab
UM pada tahun pelajaran 2004/2005 yang salah satunya adalah mengkoordinasi kegiatan
lesson study berbasis sekolah (LSBS), ketua tim pengembang bersama anggota sejumlah dua
orang melakukan serangkaian kegiatan agar kegiatan LSBS berjalan dengan baik.
Tugas yang dilakukan oleh tim pengembang akademis dan evaluasi (tim adakasi)
adalah mempersiapkan dan melaksanakan serangkaian kegiatan dalam mengkoordinasi
kegiatan lesson study berbasis sekolah (LSBS). Tugas yang dilakukan oleh tim adakasi
dideskripsikan sebaga berikut.
1. Menyusun Jadwal LSBS
Jadwal LBS disusun dengan memperhatikan yang telah disusun oleh koordinator
kurikulum agar tidak saling terganggu. Dari jadwal yang telah disusun oleh
koordinator kurikulum. Tim adakasi hanya menetapkan jadwal pelajaran yang telah
tersusun tersebut untuk dipilih bidang studi, guru pengajar, dan kelas yang akan di
LSBSkan. Guru yang bertugas sebagai pengamat adalah guru serumpun yang terlibat
dalam kegiatan plan dan guru yang tidak mengajar disaat kegiatan LSBS dilaksanakan.
Jadwal disusun stiap semester. Contoh jadwal LSBS secara ringkas dapat dilihat pada
tabel 3.1
Angka di belakang kode matapelajaran merupakan nomor urut guru dalam daftar guru
Setelah tim adakasi selesai menyusun jadwal, jadwal LSBS ditandatangani oleh kepala
sekolah, kemudian jadwal disampaikan kepada guru-guru rumpun matapelajaran (pengajar dan
pengamat) yang terlibat LSBS. Selain itu jadwal juga ditempelkan di ruang guru, kepala
sekolah, dan ruang tata usaha (TU). Pemberitahuan jadwal LSBS di ruang guru bertujuan agar
guru-guru yang tidak dilibatkan sebagai pengamat tetapi di saat LSBS memiliki jam kosong
dapat ikut sebagai pengamat. Penempelan jadwal LSBS di ruang kepala sekolah bertujuan
agar kepala sekolah dapat memonitor atau bahkan mengikuti kegiatan LSBS dengan bertindak
sebagai pengamat dan fasilitator. Pemberitahuan kepada kepala TU bertujuan agar bagian tata
usaha mempersiapkan dengan baik kebutuhan alat tulis kantor (ATK) yang digunakan saat
LSBS.
I. Indikator
1. Mengidentifikasikan ciri-ciri umum Platyhelminthes
2. Menjelaskan klasifikasi Platyhelminthes
A. Kegiatan Awal
Guru memotivasi peserta didik dengan mengajukan pertanyaan ‘waktu kecil,
pernahkah kalian bermain di sungai?’
Peserta didik: (harapan guru), peserta didik menjawab ‘pernah’
Guru melanjutkan pertanyaan ‘cacing apakah yang sering kalian jumpai di
sungai?’
Peserta didik: (harapan guru), peserta didik menjawab ‘planaria’
Guru menuliskan topik yang akan dipelajari yaitu ‘ciri-ciri umum filum
Platyhelminthes, klasifikasi Platyhelminthes (Turbellaria)
Guru menyebutkan indikator keberhasilan yang harus dicapai dalam belajar
Guru mengeksplorasi pengetahuan awal peserta didik melalui
pertanyaan’Bagaimana cara cacing memperbanyak diri?’
B. Kegiatan Inti
Guru membagi peserta didik dalam dua kelompok besar (kelompok biru dan
kuning).
Guru memasang-masangkan peserta didik dua-dua dan diberi kode A dan B.
Guru memberikan penjelasan bahwa masing-masing pasangan diharapkan
untuk mengumpulkan skor perolehan sebanyak-banyaknya dengan tetap
mengutamakan ketuntasan materi. Akumulasi poin dari masing-masing
pasangan kemudian dibandingkan dengan akumulasi poin dari kelompok besar
(kelompok biru dan kelompok kuning)
Masing-masing pasangan peserta didik akan bergantian peran sebagai tutor dan
tutee
Peserta didik yang semula jadi tutor (kode A) menerima hand out tentang ciri-
ciri umum Platyhelminthes dan memberikan penjelasan materi tentang materi
tersebut dengan menggunakan media yang telah disiapkan guru. Ide-ide pokok
tentang ciri-ciri umum Platyhelminthes disampaikan dengan lengkap dan jelas
dengan diberi kebebasan cara, metode atau teknik kepada tutor dalam
menyampaikan kepada temannya yang berperan sebagai tutee (kode B). Setelah
selesai memberikan penjelasan Tutor memberikan pertanyaan (evaluasi) kepada
tutee. Skor diberikan kepada tutee sebanyak dua untuk setiap pertanyaan
evaluasi yang dijawab benar tanpa bimbingan tutor. Sedangkan setelah
dibimbing tutor maka skor yang diberikan adalah satu.
Guru membagikan lembar evaluasi dan kunci jawaban kepada tutor.
Bertukar peran, peserta didik kode B menjadi tutor dan peserta didik kode A
berperan sebagai tutee. Tutor menerima hand out klasifikasi Platyhelminthes
(Turbellaria) dan memberikan penjelasan kepada tutee.
Guru membagikan lembar evaluasi dan kunci jawaban kepada tutor.
Guru merekap skor pasangan dari dua kelompok besar.
Guru memberikan penghargaan berupa aplaus
Guru membimbing kegiatan diskusi kelas memberikan penguatan dari hasil
diskusi kelas.
Guru membimbing peserta didik menyusun kesimpulan dari pembelajaran.
V. Alat/Bahan/Sumber Belajar
Alat/Bahan : alat tulis, awetan basah kelompok Platyhelminthes dan
format skor data kelompok (pasangan)
Sumber belajar : - Hand out ciri-ciri Platyhelminthes dan Turbellaria
- Syamsuri, Istamar, dkk. 2004. Biologi untuk SMA kelas X
semester I1. Penerbit Erlangga: Jakarta
VI. Penilaian
* Skor pasangan peserta didik
Mengetahui,
Kepala SMA Laboratorium UM Ketua Rumpun Bidang Studi
Hand Out
Pertemuan Ke :
Hari/tanggal :
Konsep : A.
B.
6 7 8 9 10 6 7 8 9 10
Keterangan:
1. Apabila peserta didik kode A sebagai tutor, maka masukkan skor pada kolom B
(tutee), dan apabila peserta didik kode B sebagai tutor, maka masukkan skor pada
kolom A (tutee).
2. Apabila tutee dapat menjawab soal dengan benar tanpa bantuan tutor, berilah skor 2,
dan apabila tutee dapat menjawab soal setelah rnendapatkat) bantuan/bimbingan
tutor berilah skor 1.
3. Mintalah bantuan guru apabila tutor tidak mampu membimbing tutee menemukan
jawaban yang benar!
Hari/Tanggal : ..........................................................
Bidang Studi : ..........................................................
Konsep : ..........................................................
Metode Pembelajaran : ..........................................................
Guru Pengajar : ..........................................................
Asal Sekolah : ..........................................................
Waktu : ..........................................................
Tempat : ..........................................................
Daftar hadir pengamat dibuat untuk (1) mengevaluasi minas guru terhadap
kegiatan LSBS dan (2) kebutuhan administrasi tiro akadasi dalam menyusun laporan
tahun-an. Contoh daftar hadir yang telah digunakan di SMA Lab UM dapat dilihat
pada Tabel 3.4.
c. Angket Peserta Didik
Angket peserta didik diberikan kepada peserta didik setelah guru mengakhiri
kegiatan pembelajaran. jumlah angket yang diberikan minimal 27% dari jumlah peserta
didik jumlah tersebut berdasarkan hasil kesepakatan tim akadasi. Angket tersebut
diberikan untuk mengetahui respons peserta didik terhadap proses pembelajaran yang
telah diikuti dan melatih peserta didk melakukan refleksi diri. Bentuk format angket
peserta didik sebagai berikut.
Angket Lesson Study Untuk Peserta Didik
Nama :
Kelas :
Guru Pengajar :
Mata Pembelajaran :
1. Apakah pembelajaran hari ini menarik (alasan)?
……………………………. ....................................................................................
..................................................................................................................................
....................................
2. Apa yang anda dapatkan dari pembelajaran hari ini ? …………………………
……………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
3. Apa yang sebaiknya ditingkatkan pada pembelajaran hari ini? ………………
……………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
4. Apa yang seharusnya tidak dilakukan pada pembelajaran hari ini? …………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………..
Contoh angket peserta didik yang telah diisi oleh peserta didik SMA Lab UM dapat
dilihat pada Tabel 3.5.
Tabel 3.5 Contoh Angket Peserta Didik
Tata tertib moderator disusun dengan tujuan memberikan rambu-rambu kepada guru
yang bertugas sebagai moderator dan agar kegiatan refleksi berjalan dengan baik.
Dalam pelaksanaan LSBS di SMA Lab UM yang sering kali bertindak sebagai
moderator adalah tim akadasi.
5. Mengarsipkan Semua Hasil Kegiatan setelah Dibaca oleh Guru Pengajar dan
Menyusun Refleksi.
Setelah seluruh tahap kegiatan LSBS dilalui, tim akadasi membuata refleksi hasil
kegiatan LSBS dan ditempelkan di papan pengumuman di ruanga guru. Tujuan penempelan
hasil refleksi di ruang guru agar seluruh guru dapat mengikuti kegiatan perkembangan
kegiatan LSBS walaupun mereka tidak terlibat sebagai guru pengajar maupun sebagai
pengamat. para guru dapat mebaca metode apa yang telah digunakan dan apa seyogyanya
yang tidak dimunculkan guru saat proses pembelajaran.
Jumlah
No Tanggal Kegiatan Peserta Tempat
(orang)
Workshop sosialisasi dan
1 16-11-2004 Desiminasi kegiatan “piloting” 73 SMA Lab UM
Biologi tingkat JAwa Timur
Workshop sosialisasi dan
2 27-07-2005 Desiminasi Lesson study bagi 50 SMA Lab UM
Guru SMA Lab Um
Jumlah
No Tanggal Pengunjung Asal Keterangan
(orang)
Kepala sekolah, Wakil
1 03-01-2006 78 SMAN 42 Jakarta Kepala sekolah, Guru
Karyawan
Prof. Masakai Sato
2 14-12-2006 2 Jepang
Mr. Toyomane
Jumlah Pengunjung
No Tanggal Asal Keterangan
(orang)
Gresik Kepala Sekolah, Wakil
Kepala Sekolah, dari 8 SMA
1 26/02/2007 18
Negeri/Swasta Sub Rayon 07
Rayon 09 Sidayu Gresik
61 Nganjuk MGMP Matematika Praktisi
2 03/03/2007
4 Jember Pendidikan
Pasuruan Keluarga Besar SMA
3 10/03/2007 38
yayasan Pandaan
Surabaya Keluaraga Besar SMA
4 17/03/2007 60
Ta’miriyah
5 09/06/2007 40 Surabaya, Dekan, Pembantu Dekan
Medan, FMIPA dari 11 Perguruan
Gorontalo, Tinggi yaitu :
Yogjakarta, UNESA, UNIMED, UNG,
Jakarta. UNY, UNJ, UNM, UNIMA,
Makasar, UDIKSHA, UNP, UNNES,
Manado, UPI
singaraja,
Padang,
semarang,
Bandung
Malang Dekan dan Dosen FMIPA-
8
UM
1 Jepang Toyomane
Palembang Yayasan Sri Jaya Negara-
6 20/06/2007 3
Palembang
Seiring dengan berkembangnya kegiatan LSBS, tim akadasi melihat adanya “peluang”
untuk mengembangkan kegiatan penelitian tindakan kelas (PTK) sebagai salah satu program
tim akadasi selain LSBS. Ha itu dilakukan setelah belajar dari pengalaman bahwa kegiatan
LSBS mendukung kegiatan PTK, utamanya menyusun RPP yang baik dan adanya pengamat.
Pada tahun pelajaran ini, tim akadasi juga melaksankan tugas membimbing teman
sejawat melaksanakan PTK. Bantuan dana dari sekolah untuk setiap judul penelitian sebesar
Rp. 300.000,00 (tiga ratus ribu rupiah). Tugas pembimbingan di mulai dari mengoreksi
proposal, menjadi pengamat, dan mengoreksi hasil laporan PTK. Daftar laporan hasil PTK
yang telah dihasilkan oleh guru-guru SMA Lab UM dapat dilihat 1 pada Tabel 3.9.
Tabel 3.10 Kegiatan Open Class Lesson study Tingkat Jawa Timur
Jumlah Peserta
No Tanggal Kegiatan Tempat
(orang)
Workshop
Sosialisasi dan
Deminasi
1 10/02/2007 Lesson Study 147 SMA Lab UM
Mata Pelajaran
Non-MIPA Se-
Jawa Timur
Kegiatan safari Lesson Study to campus, juga sempat dimuat di surat kabar kabar Jawa
Pos (Radar Tulungagung, Senin 17 Desember 2007 dan Radar Madura, Minggu 10 Agustus
2008). Potongan surat kabar dapat dilihat pada Gambar 3.6a dan 3.6b.
Sosialisasi LSBS telah dilakukan pula melalui media cetak “Komunikasi UM” terbitan
bulan April-Mei 2007 dan Koran Pendidikan “Wacana” edisi 158/Senin III/21-23 Mei 2007.
Kegiatan LSBS dilaksanakn seminggu dua kali. Pada tahun keempat, tim akadasi tidak
lagi memerhatikan siapa yang mengajar. Penekananya adalah bagaimana guru dapat
mnecipatkan kondisi peserta didik agar dapat belajar sebagaimana pebelajar. Hal tersebut
dilakukan karena ada korelasi yang signifikan antara pelaksanaan LSBS dengan mutu
pembelajaran yang dapat dirasakan oleh peserta didik dan guru (Chotimah, 2007a). Dengan
LSBS guru terus belajar meningkatkan mutu pembelajaran dan peserta didik semakin mandiri
dalam belajar. LSBS yang diterapkan dengan “ruh” filosofikonstruktivisme membuat guru
semakin percaya diiri dan selalu berupaya mengembangakan inovasi pembelajaran agar
terwujud suasana pembelajaran yang bersifat student centered. LSBS telah mampu mengubah
guru guru konservatif menuju guru yang inovatif.
Sementara itu, gauh pelaksanaan LSBS di SMA Lab. UM semakin meluas. Kenyataan
itu dibuktikan dengan hadirnya beberapa mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi yang
melakasanakan penelitian untuk skripsi, tesis, dan disertasi.
Selama empat tahun dilaksanakannya LSBS di SMA Lab. UM, respon guru dan peserta
didik terhadap kegiatan LSBS secara ringkas dapat dilhat pada table 3.13
Tabel 3. 13 Respons Peserta Didik dan Guru SMA Laboratorium UM terhadap
Pelaksanaan Kegiatan LSBS
Setuju (%) Tidak Setuju (%)
Tahun
No Peserta Guru Peserta Guru
Pelajaran
Didik Didik
1 2004/2005 57 45 43 55
2 2005/2006 68 73 32 27
3 2006/2007 86 93 14 7
4 2007/2008 94 96 6 4
3. Kompetensi professional
Kompetensi professional adalah kemampuan penguasaan pembelajaran secar luas dan
mendalam. LSBS memungkinkan para guru sebagai berikut
a. Memikirkan secar cermat tujuan pembelajaran, materi poko pembelajaran, dan bidang
pembelajaran.
b. Mengkaji pembelajaran yang dirasa paling baik dan dapat dikembangkan.
c. Memperdalam pengetahuan yang berkaiatan dengan materi pokok yang diajarankan.
d. Memikirkan secara mendalam tujuan jangka panjang yang dapat dicapai berkaitan
dengan peserta didik.
e. Merancang pembelajaran secara kolaboratif.
f. Mengkaji secar cermat proses belajar dan tingkah laku peserta didik.
g. Mengembangkan pengetahuan pedagogis yang kuat atau penuh daya.
4. Kompetensi Sosial
Kompetensi social adalah kemampuan guru untuk berinteraksi secara interaktif dan
efisien dengan peserta didik, sesama guru, orang tua atau wali peserta didik, dan masyarakat
sekitar. Interaksi guru dengan peserta didik dalam kegiatan LSBS tidak hanya permasakahan
kegiatan belajar (akademis peserta didik)saja, tetapi juga diperhatikan motivasi peserta didik
dan iklim social, yaitu faktor-faktor yang mungkin turut berkonstribusi terhadap kesuksesan
akademis peserta didik dalam jangka panjang.
3. Saran terhadap implementasi LSBS
Berikut disampaikan tips-tips implementasi kegiatan lesson study berbasis sekolah
antara lain sebagai berikut.
(1) Memilih koordinator rumpun dan memintanya untuk tampil awal mengajar.Hal itu
dimaksudkan coordinator rumpun mata pelajaran memberikan contoh terhadap
kelompok sesuai bidangnya.
(2) Siap menghadapi situasi kiurang menyenangkan dan nerves pada awal kegiatan LSBS.
Bagaimanapun kegiatan sudah dilaksanakan pada waktu kegiatan LSBS masih dijumpai
kekurangan-kekurangan.
(3) Bekerjasama dengan sejawat dan praktisi lain. Hal ini perlu dilakukan agar tidak
terbelenggu dengan kepuasan yang telah diperoleh.
(4) Siap melaksanakan LSBS secara terus menerus.
(5) Jangan enggan mencatat kejadian – kejadian selama menjalani LSBS ( dapat menjadi
PTK). Dengan semakin berpengalaman melaksanakan LSBS dapat memperkaya
pengetahuan guru yang bersangkutan. Hal itu penting agar seorang guru menjadi rujukan
teman guru yang lain.
(6) Siap mendengar pendapat pihak lain. Mendengar pendapat orang lain sangat diperlukan
karena bermanfaat menambah kompetensi guru yang bersangkutan.
(7) Jangan pernah takut salah, karena kesalahan merupakan guru yang terbaik. Seorang yang
pernah bersalah biasanya tidak akan mengulang kesalahan yang pernah dilakukan
(8) Tanamkan kesadaran bahwa LSBS adalah salah satu kegiatan ibadah. Menyampaikan
LSBS kepada teman sejawat dapat berarti menambah pengetahuan kepada seseorang. Ini
sebagai konsep belajar dan membelajarkan orang lain.