Ampotic (Anti Money Politic)
Ampotic (Anti Money Politic)
Disusun oleh:
NILA CAHYA J1A115014
MUHAMMAD HAFIDZ ATTHOHIRI J1B114049
Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya kepada kita, sehingga Penulis dapat menyelesaikan
karya tulis ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini masih
terdapat banyak kekurangan dan memerlukan banyak perbaikan. Untuk itu Penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan karya
tulis ilmiah ini.
Pada kesempatan ini, dengan tulus ikhlas Penulis menyampaikan terima kasih
yang tak terhingga kepada Ayah dan Ibu, Kakak, Dosen Pembimbing, Wakil Dekan
Bidang Kemahasiswaan dan Alumni, teman-teman, serta pihak lain yang telah
memberikan bantuan dan partisipasinya baik dalam bentuk moril maupun materiil
untuk keberhasilan dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.
Akhir kata, Penulis berharap semoga karya tulis ilmiah ini berguna dan
bermanfaat bagi para pelajar umumnya, dan khususnya bagi diri Penulis sendiri serta
semua yang membaca karya tulis ilmiah ini semoga dapat dipergunakan dengan
semestinya.
iv
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Halaman Pengesahan .................................................................................................... ii
Kata Pengantar .............................................................................................................. iii
Lembar Pernyataan ....................................................................................................... iv
Daftar Isi ....................................................................................................................... v
Daftar Grafik ................................................................................................................. vi
Abstrak .......................................................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 2
C. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 2
D. Manfaat Penelitian ...................................................................................... 3
BAB IV PEMBAHASAN
A. Money Politic di Indonesia ......................................................................... 11
B. Dampak Money Politic terhadap Bangsa dan Generasi Muda ................... 15
C. Gerakan Ampotic (Anti Money Politic) ...................................................... 17
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................. 19
B. Saran ........................................................................................................... 19
C. Penutup ....................................................................................................... 19
v
DAFTAR GRAFIK
vi
ABSTRAK
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Demokrasi, sistem politik yang dianut Indonesia, diartikan sebagai
pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Demokrasi bertujuan
untuk kesejahteraan rakyat. Melihat tujuan dari demokrasi itu, maka demokrasi
sangatlah penting bagi negara Indonesia.
Namun sangat disayangkan, tujuan demokrasi itu masih belum tercapai
dengan sempurna. Pada kenyataannya, demokrasi di Indonesia masih dapat
dikatakan demokrasi semu, dimana rakyat tidak melaksanakan kewajibannya
sebagai pemegang kedaulatan sesuai dengan nilai dan kebudayaan demokrasi.
Apalah ternyata, Pemilu sebagai lembaga demokrasi yang digadang-gadang
mampu menjadi solusi bangkitnya bangsa, ternyata tidak manjur. Bahkan jauh
panggang dari api. Hal ini terlihat dari maraknya tindak kecurangan dalam
pelaksanaan Pemilu, salah satunya yaitu Money Politic.
Sebagai contoh, berita yang dilansir media massa Detiknews, menyatakan
bahwa hampir 52 persen pelanggaran Pemilu pada Pileg 2014 oleh praktik Money
Politic dengan 1716 pemberitaan. Indonesian Corruption Watch (ICW) menerima
laporan sebanyak 259 kasus Money Politic di 15 provinsi. Data ini membuktikan
bahwa Money Politic telah menjadi semacam penyakit yang menguasai
pelaksanaan Pemilu. Praktik Money Politic memang sudah lama menjadi
persoalan serius dalam setiap Pemilu. Bahkan, Money Politic dalam Pemilu
akhir-akhir ini menjadi jauh lebih masif, vulgar, bahkan brutal.
Money Politic, sering dijuluki “serangan fajar‟, menurut Supriyanto
(2005:3) adalah “Pembelian suara langsung kepada pemilih, bentuknya berupa
ongkos transportasi kampanye,janji membagi uang/ barang, pembagian sembako
atau semen untuk membangun tempatibadah, “serangan fajar‟, dan lain-lain”1.
Money Politic merupakan kejahatan yang terselubung dan juga penyakit sosial
yang telah menjamur di masyarakat serta dapat merusak sendi-sendi tradisi dan
budaya masyarakat dalam berdemokrasi yang sesungguhnya. Parahnya, penyakit
sosial yang kronis ini sudah sangat sulit untuk disembuhkan.
Sulitnya menghilangkan Money Politic di negeri ini didasari atas
banyaknya faktor, mulai dari faktor politik, sosial, ekonomi, yuridis, hingga
1
faktor budaya. Selain sulit untuk dihilangkan, Money Politic juga memiliki
banyak dampak yang dapat meruntuhkan prinsip dan budaya demokrasi yang
pada akhirnya dapat mempengaruhi kualitas dari para generasi muda.
Melihat bahayanya dampak Money Politic, maka Money Politic tidak
dapat dibiarkan untuk lebih berkembang biak, menguasai jalannya demokrasi di
Indonesia. Jika tidak, maka segala kerugian yang meruntuhkan bangsa dan negara
ini tidak dapat dibendung lagi. Oleh karena itu, sangat diperlukan suatu usaha
atau gerakan agar bangsa ini dapat terhindar dari segala kerugian yang akan
menimpa, yaitu dengan Anti Money Politic.
Ampotic (Anti Money Politic), gerakan ini dapat memberikan banyak
dampak positif dalam proses Pemilu. Salah satunya sebagai usaha agar generasi
muda terhindar dari dampak Money Politic. Hal ini dapat terwujud dengan hanya
tiga langkah Ampotic, yaitu 1.) Menanamkan dengan kokoh sikap Ampotic
dalam jiwa generasi muda. 2.) Mencatat pelaku Money Politic melalui 5W+1H,
serta 3.) Melaporkannya kepada Petugas Pengawas Pemilu (PPL). Dan pada
akhirnya, dengan Ampotic (Anti Money Politic) maka generasi muda dapat
menjadi lebih berkualitas sehingga menghantarkan bangsa ini menuju
kesejahteraan.
Oleh karena itu, pentingnya dilakukan penelitian ini adalah untuk
memaparkan dampak-dampak dari Money Politic serta memberikan penjelasan
tentang gerakan Ampotic (Anti Money Politic). Dengan penelitian ini juga dapat
memberikan informasi serta masukan positif bagi masyarakat untuk membangun
kepedulian dan kesiagaan terhadap praktik Money Politic, sehingga bersama-
sama dapat meminimalisir kerugian akibat Money Politic, sehingga terwujudlah
bangsa berintegritas melalui generasi muda berkualitas.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana praktik Money Politic yang terjadi di Indonesia?
2. Bagaimana dampak dari Money Politic terhadap bangsa dan generasi muda?
3. Bagaimana gerakan Ampotic (Anti Money Politic)?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui praktik Money Politic yang terjadi di Indonesia.
2. Untuk mengetahui dampak Money politic terhadap bangsa dan generasi muda.
3. Untuk memberikan penjelasan tentang gerakan Ampotic (Anti Money Politic).
2
D. Manfaat Penelitian
1. Sebagai lahan kajian dan bahan pertimbangan tinjauan hukum Indonesia
terhadap Money Politic.
2. Sebagai sumbangan pemikiran terhadap pengembangan ilmu dan perbaikan di
bidang hukum di kalangan masyarakat, khususnya yang berkaitan dengan
masalah Money Politic.
3. Sebagai bentuk pemahaman terhadap pentingnya aturan hukum khususnya
bagi Money Politic di dalam kehidupan bebangsa dan bernegara sehingga
menciptakan generasi muda yang berkualitas.
4. Secara khusus bagi penulis, sebagai wahana perluasan wawasan pemikiran
terhadap perkembangan ilmu yang semakin maju.
3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
4
Definisi yang pertama mengacu kepada peristiwa atau kompetisi politik
non-pemilu, yang tidak secara langsung melibatkan pemilih. Sedangkan definisi
yang kedua secara jelas menunjuk kepada pemilihan umum, dengan aktor Money
Politic yang lebih terbatas yakni kandidat politik dan pemilih, namun dengan
bentuk transaksi yang lebih beragam.
Berdasarkan beberapa penggertian tentang Money Politic di atas, Penulis
menyimpulkan bahwa Money Politic adalah gejala politik berbentuk pemberian
uang atau barang atau iming-iming lain yang dilakukan oleh kandidat kepada
pemilih sebagai upaya mempengaruhi pemilih agar menggunakan hak suaranya
untuk didedikasikan kepada kandidat tersebut.
5
bahwa kekuasaan politik di negeri ini justru lebih difungsikan sebagai alat
untuk menghasilkan uang, sebagai upaya pengembalian modal politik dan
pencarian laba kekuasaan.
2. Pemberian Melalui Tokoh Masyarakat
Tidak selamanya tim sukses yang berada di sekeliling bakal calon
anggota legislatif mampu menembus sasaran yang hendak diberikan
suplemen gizi penarik simpati. Dalam praktik Money Politic berbagai cara
dilakukan, diantaranya adalah dengan mendekati para tokoh masyarakat suatu
daerah yang menjadi sasaran pembagian hadiah politik, seperti ketua Rukun
Tentangga atau Kepala Desa. Cara seperti ini justru lebih sering dilakukan
oleh para calon anggota legislatif.
3. Pemberian Berbentuk Fasilitas Sarana Umum
Gerakan tebar pesona dan tarik simpati ternyata tidak hanya
menguntungkan rakyat secara personal. Dalam musim mencari suara, tak
jarang fasilitas-fasilitas umum seperti masjid, mushala, panti asuhan, dan
madrasah juga ikut kecipratan berkah. Ironisnya, kadang kondisi ini malah
dimanfaatkan masyarakat untuk merampungkan proyek pembangunan masjid
atau jalan kampung yang tak kunjung selesai. Cukup dengan proposal
sekedarnya, bahkan kadang melalui oral, dana berjuta-juta turun dan
pembangunan selesai. Sasaran pembangunan politis ini umumnya adalah kiai
dan masyarakat yang tingkat perekonomiannya kurang mapan. Sehingga
dalam beberapa proses pembangunan fasilitas sosial-keagamaan yang mereka
rencanakan agak terhambat akibat faktor keterbatasan finansial. Bentuk
politis ini tidak selalu menggunakan media uang tunai sebagai instrumen
utamanya, melainkan juga berbentuk pemberian alat pertukangan, material
bangunan seperti semen, pasir, besi, batu koral dan lain sebagainya, yang
tujuannya adalah menarik simpati kiai dan masyarakat sekitar.
Penyebaran bantuan politis tidak berhenti disitu saja, calon anggota
legislatif yang masa jabatannya belum habis, berlomba-lomba keliling desa
menyebar bantuan dengan memanfaatkan jatah reses kepada lembaga-
lembaga pendidikan Islam, seperti madrasah, TPQ, pesantren dengan nominal
yang beragam. Meskipun sebenarnya itu adalah jatah reses, namun terkadang
sengaja dikesankan sebagai bantuan pribadi.
6
Menurut Dr. Ali Nurdin, dalam artikelnya yang berjudul Politik Uang dan
Konsolidasi Demokrasi Indonesia, Money Politic berlangsung dalam empat
bentuk, yaitu:
1. Money Politic antara elit ekonomi (pemilik uang) dengan pasangan calon
kepala daerah yang akan menjadi pengambil kebijakan/ keputusan politik
pasca-Pemilukada.
2. Money Politic antara pasangan calon kepala daerah dengan partai politik yang
mempunyai hak untuk mencalonkan. Praktik seperti ini disimpulkan oleh
Buehler dan Tan (2007: 67) sebagai “the parties‟ grubbing for money from
prospective candidates”. Partai politik cenderung memanfaatkan kesempatan
untuk mendapatkan uang sebanyak-banyaknya dari kandidat yang akan
diusung atau dicalonkan.
3. Money Politic antara pasangan calon dan tim kampanye dengan petugas-
petugas Pemilukada yang mempunyai wewenang untuk menghitung perolehan
suara. Tujuannya adalah agar kandidat memiliki kesempatan untuk
memperoleh tambahan suara guna memenangkan pemilihan, dengan cara-cara
yang tidak sah melalui bantuan dari otoritas pelaksana pemilukada.
4. Money Politic antara calon atau tim kampanye dengan calon pemilih dalam
bentuk pembelian suara. Kandidat peserta pemilu memberi atau membagi-
bagikan uang langsung kepada calon pemilih dengan harapan mendapatkan
suara secara instan (Supriyanto, 2005: 4).
7
3. Pasal 42 Ayat 1 dan 2 Undang-Undang No. 23 Tahun 2003Tentang
Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden
(1) Pasangan Calon dan/ atau Tim Kampanye dilarang menjanjikan dan/
atau memberikan uang atau materi lainnya untuk mempengaruhi pemilih.
(2) Pasangan Calon dan/ atau Tim Kampanye yang terbukti melakukan
pelanggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan putusan
pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap dikenai sanksi
pembatalan sebagai Pasangan Calon oleh KPU.
4. Pasal 90 Ayat 2 Undang-Undang No.23 Tahun 2003 Tentang Pemilihan
Umum Presiden dan Wakil Presiden
Setiap orang yang dengan sengaja memberi atau menjanjikan uang atau
materi lainnya kepada seseorang supaya tidak menggunakan hak pilihnya,
atau memilih pasangan calon tertentu, atau menggunakan hak pilihnya
dengan cara tertentu sehingga surat suaranya menjadi tidak sah, diancam
dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) bulan atau paling lama 12
(dua belas) bulan dan/ atau denda paling sedikit RP 1.000.000,- (satu juta
rupiah) atau paling banyak Rp 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah).
5. Pasal 82 Ayat 1 Undang-Undang No. 32 Tahun 2004
Pasangan calon dan/ atau tim kampanye dilarang menjanjikan dan/atau
memberikan uang atau materi lainnya untuk mempengaruhi pemilih.
Kemudian pada ayat (2)-nya, Pasangan calon dan/atau tim kampanye
yang terbukti melakukan pelanggaran berdasarkan putusan pengadilan
yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap dikenai sanksi pembatalan
sebagai pasangan calon oleh DPRD.
6. Pasal 265 Undang- Undang Pemilu Nomor 10 Tahun 2008
Setiap orang yang dengan sengaja melakukan perbuatan curang untuk
menyesatkan seseorang atau dengan memaksa atau dengan menjanjikan
atau memberikan uang atau materi lainnya untuk memperoleh dukungan
bagi pencalonan anggota DPD dalam pemilu sebagaimana dimaksud
dalam pasal 13, dipidana penjara paling singkat 12 (dua belas) bulan dan
paling lama 36 (tiga puluh enam) bulan dan denda paling sedikit Rp
12.000.000,00 (dua belas juta rupiah) dan paling banyak Rp
36.000.000,00 (tiga puluh enam juta rupiah).
7. Pasal 149 KUHP Tentang Kejahatan Terhadap Melakukan Kewajiban Hak
dan Kenegaraan
Barangsiapa pada waktu diadakan pemilihan berdasarkan aturan-aturan
umum, dengan memberi atau menjanjikan sesuatu, menyuap seseorang
supaya tidak memakai hak pilihnya atau supaya memakai hak itu menurut
cara tertentu, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan
bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.
Dan pada ayat 2, pidana yang sama diterapkan kepada pemilih yang
menerima pemberian atau janji, mau disuap.
8
BAB III
METODOLOGI PENULISAN
Untuk lebih terarah dan rasional diperlukan suatu metode yang sesuai obyek yang
dikaji, karena metode berfungsi sebagai cara mengerjakan sesuatu untuk dapat
mengahasilkan hasil yang memuaskan, disamping itu metode merupakan cara bertindak
supaya peneliti berjalan terarah dan mencapai hasil yang maksimal. Dalam karya tulis
ilmiah ini metode yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif, yaitu dengan
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis tentang Money Politic yang
digunakan sebagai objek penelitian.
A. Jenis Penelitian
Dalam penulisan karya ilmiah ini digunakan jenis penelitian kepustakaan
(library research), yaitu penelitian yang menjadikan bahan pustaka sebagai sumber
(data) utama. Penulis menggunakan beberapa sumber data dari berbagai pustaka
seperti buku, jurnal, artikel, dan beberapa data dari internet.
B. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan, sehingga pengumpulan data
yang digunakan adalah dengan menelusuri dan me-recover buku-buku atau tulisan-
tulisan yang berhubungan dengan Money Politic, serta buku-buku lain yang
mendukung pendalaman dan ketajaman analisis penelitian dengan tidak keluar dari
sub pembahasan.
C. Teknik Analisis Data
Analisis data penelitian kualitatif yang digunakan adalah teknik analisis
menurut Miles dan Hubermen dengan tiga tahap, yaitu :
1. Tahap reduksi data
Tahap reduksi data yaitu tahap pengumpulan data. Yaitu melalui studi
pustaka.
2. Tahap penyajian data
Penyajian data diarahkan agar data hasil reduksi terorganisirkan, tersusun
dalam pola hubungan, sehingga makin mudah dipahami dan merencanakan kerja
penelitian selanjutnya. Pada langkah ini Peneliti berusaha menyusun data yang
relevan sehingga menjadi informasi yang dapat disimpulkan dan memiliki makna
tertentu. Prosesnya dilakukan dengan cara menampilkan data, membuat hubungan
antar fenomena untuk memaknai apa yang sebenarnya terjadi dan apa yang perlu
ditindaklanjuti untuk mencapai tujuan penelitian. Penyajian data yang baik
9
merupakan satu langkah penting menuju tercapainya analisis kualitatif yang valid
dan handal.
3. Tahap penarikan kesimpulan dan verifikasi data
Kesimpulan hasil penelitian yang diambil dari hasil reduksi dan panyajian
data adalah merupakan kesimpulan sementara. Kesimpulan sementara ini masih
dapat berubah jika ditemukan bukti-bukti kuat lain pada saat proses verifikasi data
di lapangan. Jadi proses verifikasi data dilakukan dengan cara peneliti terjun
kembali di lapangan untuk mengumpulkan data kembali yang dimungkinkan akan
memperoleh bukti-bukti kuat lain yang dapat merubah hasil kesimpulan
sementara yang diambil. Jika data yang diperoleh memiliki kesamaan dengan data
yang telah diperoleh sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan yang baku dan
selanjutnya dimuat dalam laporan hasil penelitian.
Analisa data juga dilakukan dengan menggunakan instrumen analisis deduktif
dan induktif.
1. Deduksi; suatu kesimpulan yang diambil dari sesuatu yang bersifat umum
menjadi lebih khusus.
2. Induksi; suatu kesimpulan yang diawali dari sesuatu yang bersifat khusus dan
kemudian diambil suatu kesimpulan yang bersifat umum.
D. Kerangka Berpikir
10
BAB IV
PEMBAHASAN
2. Temuan Money Politic Selama Masa Tenang dan Hari “H” Pemilu
11
Keterangan: Di daerah Banten banyak ditemukan pemberian dengan nominal Rp 5.000
sampai dengan Rp.25.000.
12
Keterangan: •Politisasi birokrasi dilakukan oleh keluarga kandidat yang sedang
menduduki jabatan strategis dengan menggunakan pengaruhnya (trading
in influence) terhadap birokrat.
•Program pemerintah masih sering dijadikan sebagai modal politik. Misal
pembagian kendaraan dinas pada saat kampanye dan instruksi untuk
memilih kandidat tertentu
7. Temuan Money Politic Berdasarkan Latar Belakang Partai
Keterangan: Temuan ini menunjukkan bahwa kandidat masih menjadi pelaku utama
pembagian uang dan barang. Hal tersebut menunjukkan bahwa dominasi
logistik masih dikuasai oleh kandidat sendiri.
13
9. Temuan Money Politic Pelaku Berdasarkan Tingkat Pencalonan
Sumber: ICW 2014. Diolah dari data pemantauan 1999, 2004, 2009, dan 2014.
14
B. Dampak Money Politic terhadap Bangsa dan Generasi Muda
1. Money Politic merupakan penyakit kronis sosial, yang mengakibatkan
kekacauan tatanan sosial, dan menjungkirbalikkan nilai humanisme. Money
Politic juga mampu menggrogoti nilai dan moral manusia secara perlahan tapi
pasti, mengenyampingkan potensi manusia dan juga menyianyiakan
kemaslahatan umum.
2. Lenyapnya sifat kepemimpinan (leadership) yang bukan hanya dimiliki
sejumlah umum partai, namun juga telah menular atau sudah menjadi
kecenderungan disebagian besar politisi yang telah dinobatkan partainya
sebagai wakil rakyat di lembaga legislatif. Hal ini tercermin dari praktik
penyalahgunaan kekuasaan dengan menggunakan jabatan untuk memperkaya
diri atau kelompoknya dengan cara-cara yang tidak halal (KKN).
3. Money Politic dapat mereduksi implementasi prinsip keadilan dalam pemilu.
Rasionalitas pemilih dalam menilai kualitas kandidat (perorangan maupun
partai politik) dapat terganggu manakala kandidat menawarkan iming-iming
berupa uang atau materi lainnya. Ketidakadilan terjadi karena pemilih
memiliki kemampuan ekonomi yang berbeda-beda satu sama lain. Kandidat
yang memiliki kekuatan ekonomi lebih tinggi akan cenderung
mengeksploitasi pemilih yang kemampuan ekonominya lebih rendah,
sehingga keputusan politik mereka dalam memilih juga ikut tereksploitasi.
Argumen ini didasarkan atas kaitan antara kemampuan ekonomi dan
kemampuan politik dari persepektif seorang pemilih.
4. Money Politic dapat mencemari proses pemilu sehingga mempengaruhi
kualitas demokrasi secara keseluruhan. Adanya iming-iming uang dapat
membuat pemilih mengabaikan evaluasi terhadap indikator-indikator objektif-
rasional yang seharusnya melekat pada partai politik atau kandidat
perorangan. Indikator objektif rasional tersebut misalnya: integritas dan track-
record, program yang ditawarkan, kemampuan dan kualitas kepemimpinan,
serta komitmen terhadap demokrasi dan kemajuan masyarakat. Tidak peduli
seberapa sempurna kualitas penyelenggaraan pemilihan umum di suatu
negara, seberapa aktif masyarakat sipil, persaingan partai politik, dan
tanggung jawab otoritas lokal, peran uang (yang tidak dikontrol) dalam
politik tidak diragukan lagi telah mempengaruhi kualitas demokrasi dan tata
pemerintahan. Pemilihan yang dilakukan tanpa mempertimbangkan faktor
15
objektif-rasional dapat membuat pemilihan umum kehilangan fungsinya
sebagai alat untuk memperoleh pemimpin politik yang kredibel dan
berkualitas. Padahal salah satu fungsi pemilu adalah memberikan
kesempatan kepada warga untuk memilih pemimpin yang dapat
mempertanggungjawabkan kinerjanya dalam jabatan politik. Karena itu tidak
berlebihan jika Money Politic atau praktik jual-beli suara dalam pemilu
dianggap semacam penyakit kotor pemilu, sejenis dengan intimidasi kepada
pemilih, pemberian suara ganda, manipulasi daftar pemilih dan manipulasi
hasil pemilu.
5. Penggunaan uang yang tidak legal dapat mendorong terjadinya korupsi dan
penyalahgunaan kekuasaan. Money Politic menumbuhkembangkan bibit-bibit
baru koruptor. Pengalaman di sejumlah negara Afrika Barat menunjukkan
bahwa uang yang digunakan untuk membeli suara pemilih sering berasal dari
praktik-praktik yang tidak sah seperti penyelundupan dan penggelapan. Di
negara-negara Asia Timur dan Tenggara seperti Jepang, Taiwan, Korea
Selatan, Filipina, dan Thailand, praktik Money Politic sering dikaitkan dengan
masalah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan. Kebanyakan masyarakat
yang telah termakan rayuan Money Politic, malah bersyukur dan merasa
diuntungkan karena uang yang mereka terima, hanya dengan meluangkan
sedikit waktu untuk melakukan pencoblosan. Namun, keuntungan kilat itu
bisa menjadi kerugian menahun di masa yang akan datang. Insan mana yang
ingin merasakan kerugian? Maka, sama halnya bagi para kandidat yang
terpilih atas dasar usaha Money Politic yang menguras dana besar. Pada saat
menduduki jabatan publik, sudah pasti kandidat tersebut akan berusaha sekuat
tenaga untuk mengembalikan “modal‟ yang telah mereka keluarkan selama
proses Pemilu, bahkan berkali-kali lipat. Bukannya keuntungan atau
kesejahteraan yang didapat, tapi kerugianlah yang akan menimpa rakyat.
Money Politic akan menciptakan penjajahan gaya baru yang menggergoti
bangsa dan negara. Korupsi namanya.
6. Terciptanya produk perundang-undangan dan kebijakan yang tidak tepat
sasaran. Pejabat publik yang terpilih karena usaha Money Politic, biasanya
berasal dari kalangan kaya yang tidak semuanya memiliki latar belakang
pendidikan tinggi atau bahkan tidak memiliki kapasitas ilmu dan keahlian
yang sesuai dalam bidang pemerintahan. Sehingga para pejabat tersebut
16
secara gamblang merumuskan perundang-undangan dan kebijakan yang tidak
sesuai cita-cita dan tujuan negara ini.
17
1. Menanamkan dengan Kokoh Sikap Ampotic (Anti Money Politic)
Anti Money Politic, gerakan ini dapat memberikan banyak dampak
positif dalam proses Pemilu. Langkah awal yang perlu dilakukan hanyalah
dengan menanamkan sikap Anti Money Politic dalam hati dan jiwa. Ingatlah!,
bahwa uang itu akan mengakibatkan banyak kerugian dan kerusakan bagi
bangsa dan negara ini. Pikirkanlah!, bahwa uang itu akan menghancurkan dan
menyakiti anak cucu Anda, generasi penerus bangsa dalam waktu bertahun-
tahun lamanya. Sadarlah!, bahwa uang itu tidak akan memberikan
keuntungan melainkan kerugian yang berlanjut. Bayangkanlah!, bagaimana
uang itu menjadikan pemimpin negara yang tidak berkualitas membawa
negara ini menuju keterpurukan yang akan menyengsarakan rakyat,
menyengsarakan Anda.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan dalam karya tulis ilmiah ini
menyangkut tentang “Ampotic (Anti Money Politic) sebagai Tonggak Poros
Generasi Muda Berkualitas Menuju Bangsa Berintegritas“ maka dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Money Politic memiliki banyak dampak negatif yang merugikan bangsa dan
negara termasuk generasi muda yang seharusnya menjadi tonggak poros
bangsa berintegritas.
2. Melalui gerakan Ampotic maka dampak dari Money Politic dapat
diminimalisir bahkan dihilangkan. Yaitu dengan menumbuhkan sikap
Ampotic, mencatat temuan Money Politic dalam 5W+1H, serta
melaporkannya kepada Petugas Pengawas Pemilu (PPL).
B. Saran
Untuk mewujudkan dan menghasilkan generasi muda berkualitas menuju
bangs berintegritas melalui tercapainya masyarakat yang bebas dan terhindar dari
Money Politic, maka perlu kiranya Penulis memberikan saran sebagai berikut:
1. Perlunya kesadaran pribadi dari masyarakat untuk mengenali dan
mempelajari dampak-dampak dari Money Politic.
2. Perlunya tindakan dari masyarakat agar menerapkan gerakan Ampotic
sebagai upaya pencegahan terhadap dampak Money Politic.
3. Perlunya tindakan dari pemerintah untuk memberikan sosialisasi tentang
dampak Money Politic dan gerakan Ampotic kepada masyarakat.
C. Penutup
Akhirnya karya tulis ilmiah yang berjudul Ampotic (Anti Money Politic)
sebagai Tonggak Poros Generasi Muda Berkualitas Menuju Bangsa Berintegritas
ini telah selesai dan semoga karya tulis ilmiah ini bisa bermanfaat bagi kita
semua baik itu bagi kalangan pelajar maupun umum, sehingga dapat menambah
khazanah mengenai dampak Money Politic serta gerakan Ampotic dalam upaya
penghapusan budaya Money Politic. Dan sebagai generasi muda maka kita harus
menyadari bahwa kita adalah tulang punggung bangsa yang sekaligus
bertanggung jawab atas kemajuan bangsa ini.
19
DAFTAR PUSTAKA
Hadi, Syamsul. 2012. Kriteria Money Politic dalam Pemilu Perspektif Hukum Islam.
Skripsi. Yogyakarta: Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.
Rosyad, Sabilal. 2010. Praktik Money Politics Dalam Pemilu Legislatif di Kabupaten
Pekalongan Tahun 2009 (Studi Sosio-Legal-Normatif). From: http://www.goo
gle.co.id/url?sa=t&source=web&cd=1&ved=0ahUKEwjj_OaH8ZTMAhVQj4
4KHfo8A7UQFggZMAA&url=http%3A%2F%2Feprints.walisongo.ac.id%2F
92%2F1%2FRosyad_Tesis_Sinopsis.pdf&usg=AFQjCNHvIgiurtBIlOtD3rLd
YkvLJDFXag. (diakses tanggal 12 April 2016)
Suhariyanto, Didik. 2010. Dampak Money Politics Hasil Pemilu Kepala Daerah
Terhadap Konstitusi dan Kebijakan Pemerintahan Daerah. Jurnal Ilmiah
Progressif. Volume 7. Halaman: 1-15.
Suharizal & Delfina Gusman. 2009. Penanganan Perkara Politik Uang (Money
Politik) pada Pemilihan Kepala Daerah Secara Langsung. Padang:
Universitas Andalas.
20
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1. Ketua Kelompok
a. Nama Lengkap : Nila Cahya
b. Tempat, Tanggal Lahir : Banjarmasin, 9 September 1997
c. Pengalaman Organisasi : Chief of Departement of Practical English di
Mipa’s Community of English (MICE)
d. Karya Ilmiah :
1. Kajian Sastra Lisan Hantuen dan Dampak
Psikologisnya di Masyarakat Barito Utara
2. Larutan Kayu Manis Sebagai Pengawet
Alami dalam Pembuatan Sarden dari Ikan
Saluang
3. Pembangunan Sektor Pariwisata sebagai
Sumber Pendapatan Ekonomi pada Masa
Kini dan Masa yang Akan Datang di Barito
Utara
4. Ayat-Ayat Al-Quran sebagai Sumber
Hukum dalam Berpolitik Menuju Indonesia
Bersih dari KKN
5. Pengenalan Gejala-Gejala Penyakit Dalam
Upaya Pencegahan Penyakit Menular Paling
Berisiko pada Era Masyarakat Ekonomi
ASEAN (MEA)
e. Penghargaan Ilmiah :
1. Special Award For Utilization Of Traditional
Wisdom (Lomba Peneliti Ilmiah/ Belia
Tingkat Provinsi Kal-Teng 2014)
2. Juara 1 Lomba Karya Tulis Ilmiah
Pembangunan Ekonomi Kabupaten Barito
Utara 2014
3. Juara 3 Lomba Karya Tulis Ilmiah Al-Quran
(LKTIQ) Dekan Cup FMIPA UNLAM 2015
4. Juara 1 Lomba Karya Tulis Kepemiluan
KPU Banjarmasun 2015
2. Anggota
21