Anda di halaman 1dari 39

PERHITUNGAN STRUKTUR

BETON BERTULANG
DAN
PROFILE BAJA

NAMA PEKERJAAN:
PEMBANGUNAN RUKO DAN KANTOR
Jl. Gunung Himalaya, Denpasar

KONSTRUKTUR SIPIL
...........................

JULI 2017
HALAMAN PENGESAHAN

Pekerjaan Perhitungan Struktur Beton "Ruko dan Kantor Denpasar" yang disusun
oleh :

................................

2
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN.....................................................................................................2
DAFTAR ISI................................................................................................................................3
1. Sistem Perhitungan..............................................................................................................4
2. Spesifikasi Beban..................................................................................................................5
3. Beban Gempa Bangunan.....................................................................................................5
3.1. Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non
Gedung (SNI 1726-2012)...........................................................................................................6
4. Analisis Struktur Terhadap Beban Gempa.......................................................................9
4.1. Kriteria Desain................................................................................................................9
5. Kontrol Hasil Analisis Struktur Terhadap Beban Gempa.............................................12
5.1. Partisipasi Massa Bangunan..........................................................................................12
5.2. Simpangan Struktur.......................................................................................................13
6. Perencanaan Struktur Beton.............................................................................................15
6.1. Perencanaan Balok Induk..............................................................................................15
6.2. Perencanaan Kolom......................................................................................................39
6.3. Sambungan Balok Kolom.............................................................................................53
6.4. Peninjauan kekuatan geser joint....................................................................................54
7. Perhitungan Fondasi..........................................................................................................57
8. Perhitungan Pelat Lantai...................................................................................................61
9. Rangkuman Perhitungan Struktur Beton RS Ramata...................................................63
9.1. Daftar Penulangan Struktur...........................................................................................63
9.2. Desain Pondasi Setempat..............................................................................................63
9.3. Desain Pelat Lantai dan Pelat Atap...............................................................................64
9.4. Desain Pelat Ramp........................................................................................................65
9.5. Desain Pelat Dinding Basement dan Lift dan Konstruksi Balok-Kolom......................64
9.6. Desain Balok Kantilever...............................................................................................64
9.7. Data-data Struktur......................................................................................................... 64
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................67
LAMPIRAN-LAMPIRAN........................................................................................................68

3
DASAR TEORI
PERHITUNGAN STRUKTUR

Desain struktur Ruko dan Kantor Jalan Gunung Himalaya Denpasar, analisa
gedung merupakan struktur ruang, perhitungan perencanaan struktur menggunakan
program SAP 2000 V.14. Pada struktur beton yang dianalisis dengan hasil output gaya-
gaya dalam (Momen, gaya geser dan gaya aksial) dan luas tampang kebutuhan tulangan
dan luas tampang kebutuahan dimensi baja tiap-tiap jenis struktur.

Untuk tinjauan gedung sebagai struktur ruang yang elemen frame dan elemen
shellnya dipecah yang bertujuan agar beban pelat ditransfer ke balok tidak langsung ke
kolom.

1. Sistem Perhitungan
Dasar perhitungan struktur gedung ini menggunakan analisis mekanika, struktur
beton bertulang dan bahan beton bertulang, yaitu :
a.Program ETABS V 9.7untuk analisis mekanika struktur utama dan struktur tahan
gempa,
b.Tata cara perencanaan pembebanan untuk rumah dan gedung (SNI 03-1727-
2013),
c.Pedoman perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Rumah dan Gedung (SNI 03 -
1726- 2012),
d.Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung (SNI-2847-2002),
dan
e.Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural (SNI-1729-2015)
f.Baja tulangan beton (SNI 7971-2013).

Analisis beton bertulang dan dibantu oleh program SAP 2000, dengan keluaran
akhir memberikan informasi kebutuhan luas tulangan total yang diperlukan dan luas
dimensi baja yang diperlukan, sedangkan untuk pemilihan diameter, jumlah atau jarak
tulangan dilakukan secara manual berdasarkan hasil perhitungan luas tulangan oleh
program. (Gunawan, R., 1987). Dalam runningoutputdigunakancodeACI 1999 yang
juga merupakan dasar dari SNI 2013, ditambah dengan penyesuaian faktor reduksi
kekuatan. (Satyanto, dkk., 2012).

4
Secara umum tahapan untuk desain penampang beton bertulang dan profile baja
meliputi penentuan code atau dasar peraturan untuk desain (parameter faktor reduksi),
pemilihan kombinasi yang dipakai, dan tahap desain otomatis. Desain beton bertulang
dilakukan setelah model selesai dianalisis (run). Model yang dipakai untuk desain adalah
model dengan elemen balok dan kolom yang telah diberi faktor reduksi inersia (0,35
untuk balok persegi dan 0,70 untuk kolom, bukan inersia penuh). Model dinamik
digunakan pada analisis gempa adalah analisis dinamik yang telah dikalikan faktor skala
guna memenuhi syarat baseshear minimum 80% gaya geser (Satyamo, dkk , 2012).

2. Spesifikasi Beban
Pembebanan rencana diperhitungkan berdasarkan Tata Tata cara perencanaan
pembebanan untuk rumah dan gedung (SNI 03-1727-2013). pembebanan diperhitungkan
sesuai dengan fungsi ruangan yang direncanakan pada gambar rencana.

Besarnya muatan-muatan tersebut adalah sebagai berikut :


a.Berat plafond dan penggantung
: 18 Kg/m2 .
b.Adukan semen per cm : 21 Kg/m2 .

1 : 250 Kg/m2
c.Dinding batu bata ( ) batu
2
: 24 Kg/m2 .
d.Penutup lantai per cm
: 250 Kg/m2
e. Muatan hidup untuk Ruko dan Kantor
f.Muatan hidup untuk dak atap
: 100 Kg/m2

3. Beban Gempa Bangunan

Bangunan Ruko dan Kantor ini terdiri atas 2 lantai dengan 1 lantai atap, dengan fungsi
bangunan sebagai fasilitas umum. Seluruh komponen struktur bangunan ini menggunakan
beton bertulang dan profile baja pada area bongkar muat barang atau parkir. Lokasi Ruko
dan Kantor ini adalah terletak di Jl. Gunung Himalaya Kota Denpasar. Berdasarkan SNI
1726-2012 Pasal 7.12.1 Syarat kinerja batas layan struktur gedung, dalam segala hal
simpangan antar tingkat yang dihitung dari simpangan struktur gedung pada kondisi I tidak
boleh melampaui 0,025hs. (tinggi tingkat di bawah tingkat yang bersangkutan), yaitu: HAL
13,14,15

5
∆α = 0.015hsx

Cd . δmax
δM= Cd = 5.5.1,5
1

_Kriteria Desain Standar desain yang digunakan dalam perencanaan struktur Ruko dan Kantor
ini yaitu Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung (SNI 03-2847-2013),
Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung
(SNI 1726-2013), Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural (SNI 1729-2015),
dan Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 2013. Perencanaan ini akan
digunakan mutu beton 20MPa, mutu tulangan BJ-TD 40 untuk ulir, BJ-TD 30 untuk tulangan
polos, mutu profile baja tekan (Fu) 370 mpa dan mutu lentur profile baja (fy) 240 mpa.
3.1. Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan
Gedung dan Non Gedung (SNI 1726-2012)

SNI 1726-2012 sebagai revisi dari Standar Nasional Indonesia SNI 03-1726-2002 akan
menjadi acuan perencanaan ketahanan gempa untuk struktur bangunan gedung dan non
gedung. Analisis beban gempa untuk ruko dan kantor ini adalah dengan menggunakan
analisis dinamik respons spektrum. Langkah pertama dalam penentuan respons spektrum
adalah menentukan nilai S DS dan St .

6
Gambar 1. Peta koordinat lokasi bangunan ( sumber http://puskim.pu.go.id/)

c;) 4
1 -1

Spektral
-

Percepatan (g)
0 .2

T (detik)

Gambar 2. Responspektra lokasi bangunan (sumber http://puskim.pu.go.id/)

Langkah selanjutnya adalah penentuan kelas situs, diasumsikan (Tanah Sedang). Setelah
kita mendapat nilai S DS, S1, dan kelas situs kita dapat menentukan nilai Fa dan Fv dari tabel
yang terdapat dalam SNI 1726-2012, sehingga didapat nilai Fa sebesar 1,03 dan Fv sebesar 1,7.
Kemudian kita dapat menentukan nilai S MS, Sm 1, S DS, S D 1, T 0, dan T S yang nantinya nilai-nilai
tersebut akan digunakan dalam penggambaran grafik respons spektrum. Setelah menentukan
grafik respons spektrum kita dapat menentukan Kriteria Desain Seismik (KDS) dari Ruko dan
Kantor ini, yaitu KDS tipe D. KDS tipe D ini digunakan untuk perencanaan gedung dengan
tingkat resiko kegempaan menengah. Untuk mengantisipasi gaya gempa yang besar, maka
dalam perencanaan struktur gedung ini digunakan metode Sistem Rangka Pemikul Momen
menengah (SRPMM). Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah (SRPMM) Bangunan sipil
harus memiliki elemen struktur (seperti pelat, balok, kolom, tangga dll) dengan dimensi

7
penampang serta tulangan yang cukup agar bangunan tersebut kuat, nyaman dan ekonomis.
Struktur yang kuat berarti tegangan yang terjadi pada setiap penampang tidak melebihi
kekuatan bahan dari struktur. Struktur yang aman berarti untuk segala kondisi pembebanan,
struktur tersebut tidak runtuh. Struktur nyaman berarti deformasi dari struktur tidak sampai
membuat pemakainya merasa tidak nyaman dalam memakainya. Maka dari itu, pada struktur
rangka beton portal terbuka dirancang menggunakan konsep kolom kuat dengan balok lemah,
bukan berarti balok lemah dalam artian harafiah, melainkan kolom didesain agar dapat
menahan balok pada saat balok mencapai sendi plastis.
Dalam SNI Beton, satu sistem struktur dasar penahan beban lateral adalah Sistem Rangka
Pemikul Momen (SRPM), yaitu sistem rangka ruang ruang dimana komponen-komponen
struktur dan join-joinnya menahan gaya-gaya yang bekerja melalui aksi lentur, geser, dan
aksial. Sistem rangka pemikul momen (SRPM) dibedakan menjadi Sistem Rangka Pemikul
Momen Biasa (SRPMB) atau Elastik Penuh, Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah
(SRPMM) atau Daktail Parsial dan Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK). Sistem
rangka pemikul momen khusus (SRPMK) adalah suatu tingkat daktilitas struktur gedung
dimana strukturnya mampu mengalami simpangan pasca elastik pada saat mencapai kondisi di
ambang keruntuhan yang paling besar. Perencanaan Struktur SRPMM Beban dan Kombinasi
Pembebanan Pembebanan pada struktur ini meliputi beban hidup, beban mati, dan beban
gempa.
Berdasarkan Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 2012 untuk bangunan yang
mempunyai fungsi sebagai, ruko dan kantor dimodelkan mempunyai beban hidup sebesar 250
kg/m2, sedangkan untuk lantai atap adalah sebesar 100 kg/m2. Besarnya beban mati meliputi
beban penutup lantai, adukan/spesi lantai, beban plafon dan penggantung, dan beban dinding.
Beban gempa pada proyek ruko dan kantor ini menggunakan Analisis Dinamik Respons
Spektrum. Kombinasi pembebanan yang digunakan dalam perhitungan struktur beton, antara
lain:
• Kombinasi Pembebanan Tetap
U = 1,4 D
U = 1,2 D + 1,6 L
U = 1,2 D + 1,6 L + 1,2 F
• Kombinasi Pembebanan Sementara
U = 1,2 D + 0,5 L + 1,0 (I/R) Ex + 0,3 (I/R) Ey

8
U = 1,2 D + 0,5 L + 0,3 (I/R) Ex + 1,0 (I/R) Ey
dimana :
D = beban mati
L = beban hidup
Ex, Ey = beban gempa
I = faktor keutamaan struktur
R = faktor reduksi gempa
F = beban akibat berat dan tekanan fluida (muka air tanah)

4. Analisis Struktur Terhadap Beban Gempa


4.1. Kriteria Desain

Analisis struktur gedung tahan gempa, ditentukan berdasarkan konfigurasi struktur dan
fungsi bangunan yang dikaitkan dengan tanah dasar dan peta zonasi gempa sesuai dengan SNI
03-1726-2012 untuk Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan
Gedung dan Non Gedung dan dengan bantuan dari web http://puskim.pu.go.id/ ,Lokasi
bangunan terletak di Lintang -8.643447819023022, Bujur 115.19470842183182. Data
perencanaan gempa bangunan gedung yang ditinjau adalah sebagai berikut :
 Lokasi Bangunan : Denpasar Bali
 Faktor Keutamaan (Ie) :1
 Kategori Resiko : II
 Koef. Respon (R) : 4,5 (SRPMM)
Langkah perencanaan beban gempa dengan metode dinamik respon spektrum adalah
sebagai berikut:
1. Menentukan nilai :
a. Ss = 0,979
b. S1= 0,357
2. Menentukan Kelas Situs : Kelas Situs SD
3. Menentukan nilai Sms dan Sm1
a. Sms = 1,077
b. Sm1= 0,536
4. Menentukan nilai SDS dan SD1

9
a. Sds = 0,718
b. Sd1= 0,357
5. Menentukan Periode, T
a. To = 0,099
b. Ts = 0,497
6. Menentukan spektrum respon desain, Sa

Tabel 1. Spektrum Respons Percepatan Disain, Sa

10
TANAH SEDANG (SD)
T (s) Sa (g)
0,00 0,289
0,11 0,723
0,56 0,723
0,66 0,532
0,76 0,469
0,86 0,420
0,96 0,380
1,06 0,348
1,16 0,320
1,26 0,296
1,36 0,276
1,46 0,258
1,56 0,243
1,66 0,229
1,75 0,216
1,85 0,205
1,95 0,195
2,05 0,186
2,16 0,178
2,25 0,170
2,35 0,163
2,45 0,157
2,55 0,151
2,66 0,146
2,76 0,141
2,86 0,136
2,96 0,131
3,055 0,127
3,155 0,123
3,255 0,120
3,355 0,116
3,455 0,113
3,555 0,110
3,655 0,107
3,755 0,104
3,855 0,101
4 0,100

11
Dari hasil perhitungan Spektrum Respons Percepatan Desain, ditampilkan dalam grafik
spektrum respons percepatan desain sebagai berikut.

Gambar 3. Grafik Spektrum Respons Tanah Keras Lokasi Bangunan(sumber


http://puskim.pu.go.id/)

12
5. Kontrol Hasil Analisis Struktur Terhadap Beban Gempa

5.1. Partisipasi Massa Bangunan

 Berdasarkan SNI 03-1726-2012 Pasal 7.9.1 perhitungan respon


dinamik struktur harus sedemikian rupa sehingga partisipasi massa
dalam menghasilkan respon total harus sekurang-kurangnya 90% dapat
dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Partisipasi massa arah-x dan arah-y bangunan ruko


Mode Period SumUX SumUY

1 0,13863 0,771 0,004896


2 0,129339 0,808 0,521
3 0,112798 0,83 0,776
4 0,089289 0,948 0,839
5 0,087007 0,996 0,984
6 0,067271 1 0,984
7 0,051432 1 0,984
8 0,050088 1 0,987
9 0,048416 1 0,988
10 0,045736 1 0,988
11 0,040432 1 0,99
12 0,039835 1 0,99

Tabel 4. Partisipasi massa arah-x dan arah-y bangunan kantor dan ruko

Mode Period SumUX SumUY

1 0,252638 0,738 0,00098


2 0,217181 0,739 0,935
3 0,168825 0,921 0,935
4 0,115311 0,979 0,935
5 0,091845 0,979 0,998
6 0,079846 0,98 0,998
7 0,068407 1 0,999
8 0,062832 1 0,999
9 0,052945 1 0,999
10 0,042768 1 0,999
11 0,029479 1 0,999
12 0,022627 1 1

13
5.2. Simpangan Struktur

Gambar 4. Penentuan Simpangan Antar Lantai

Kinerja Batas Layan

0,03
Δs = hs
R

Dimana :
Koef. Respon (R) : 4,5 (SRPMM)
hs : Tinggi antar lantai
Hasil perhitungan simpangan antar lantai ruko dan kantor dapat dilihat
pada Tabel 6

Tabel 6.a StoryDrift Arah – X (Kinerja Batas Layan)

14
Lantai hsx (mm) Δex (mm) Δx (mm) Δs (mm) Δx < Δs
Lantai roof 3100 13,04 5,01 11,6 ok
Lantai 2 3200 8,03 5,35 12 ok

Tabel 6.b StoryDrift Arah – Y (Kinerja Batas Layan)


Lantai hsY (mm) δeY (mm) Δx (mm) Δs (mm) Δx < Δs
Lantai roof 3100 14,09 4,37 11,6 ok
Lantai 2 3200 9,72 7,4 12 ok

Kinerja Batas Ultimit

Δa = 0,015 x hsx
Dimana :
Δa: simpangan lantai ijin
hsx: tinggi tingkat di bawah tingkat x

Cdxδex
δx=
Ie

Dimana :
Cd : Faktor amplifikasi defleksi = 5,5
δex : Defleksi pada lokasi
Ie : Faktor Keutamaan Gempa = 1,5

Δx = ( δe2 – δe1 ) Cd/Ie


Dimana :
Δx: Perpindahan yang diperbesar
Hasil perhitungan simpangan antar lantai dapat dilihat pada Tabel 5 dan
Tabel 6.

Tabel 5.a StoryDrift Arah – X (Kinerja Batas Ultimit)


Δx Δa
Lantai hsx (mm) δex (mm) δx (mm) Δx<Δa
(mm) (mm)
Lantai roof 3100 16,91 62 14,91 46,5 ok
Lantai 2 3200 13,04 47,81 18,37 48 ok

Tabel 5.b StoryDrift Arah – Y (Kinerja Batas Ultimit)


ΔY Δa
Lantai hsY (mm) δeY (mm) δY (mm) Δx<Δa
(mm) (mm)
Lantai roof 3100 17,61 64,57 12,91 46,5 ok
Lantai 2 3200 14,09 51,66 16,02 48 ok

15
6. Perencanaan Struktur Beton

6.1. Perencanaan Balok Induk

1) Syarat Balok SRPMM


Berdasarkan SNI 2847-2013 Ps. 21.3.2 balok SRPMM harus memenuhi syarat
sebagai berikut :
 Gaya aksial tekan terfaktor yang bekerja pada balok tidak melebihi 0,1.Ag.f’c

No Balok h (cm) b (cm) Ag = b x h (mm ) 0,1 x Ag x f'c ( N ) PU ( N ) Status


1 50x25 50 25 125000,00 250000 175000,6 ok
2 35x25 35 25 87500,00 175000 142710 ok

 Bentang bersih komponen struktur tidak boleh kurang dari empat kali tinggi
efektif elemen struktur

No Balok L Ln (m) 4d (cm) Ln > 4d


1 50x25 5,5 5,25 176 ok
2 35x25 5,5 5,25 116 ok

 Lebar balok tidak kurang dari 250 mm

No Balok h (cm) b (cm) b > 25 cm


1 50x25 50 25 ok
2 35x25 35 25 ok

 Perbandingan antara ukuran terkecil penampang terhadap ukuran dalam arah


tegak lurusnya tidak kurang dari 0,3.

No Balok h (cm) b (cm) b/h (b/h ) > 0,3


1 50x25 50 25 0,50 ok
2 35x25 35 25 0,71 ok

2) Luas Tulangan Minimum

16
Luas tulangan tarik tidak boleh kurang dari yang terbesar di antara persamaan
berikut:

Asmin √ f ' c bwd


4fy
3) Moment rencana balok

Momen yang akan digunakan adalah momen maksimum dari perhitungan


kombinasi pembebanan pada tiap lantai yang dianggap sebagai momen rencana
balok. Moment maksimal diambil dari B321 dan B349 dari lantai 3, untuk lebih
lengkap dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

No Titik M3 Tumpuan Lapangan


Balok M Kondisi (Kn-m) Balok Balok
(kn-m) (kn-m)
0 MAX -52,13
0,5 MAX -24,2969
1 MAX 0,4118
1,5 MAX 22,0015
2 MAX 40,5146
37 2,5 MAX 56,1076
0 Min -53,6746
0,5 Min -25,4762
1 Min -0,4071
1,5 Min 21,5271
2 Min 40,2842
2,5 Min 55,7076 -53,6746 -1,1833
0 MAX 68,3532 0,4118 68,3532
0,5 MAX 48,6503
1 MAX 25,8629
1,5 MAX -0,0386
38 2 MAX -29,0626
0 Min 68,022
0,5 Min 48,113
1 Min 25,0347
1,5 Min -1,1833
2 Min -30,5325

17
No Titik M3 Tumpuan Lapangan
Balok M Kondisi (Kn-m) Balok Balok
(kn-m) (kn-m)
0 Max -83,7434
0,48 Max -47,4679
0,96 Max -14,0714
1,44 Max 16,4504
1,92 Max 44,1065 -86,0616 -14,0714
40 0 Min -86,0616 15,5805 44,1065
0,48 Min -49,295
0,96 Min -15,4129
1,44 Min 15,5805
1,92 Min 43,676
0 Max 36,5629
0,4475 Max 36,788
0,895 Max 34,8923
1,3425 Max 30,5474
1,79 Max 23,7021
2,2375 Max 14,3534
2,685 Max 2,5006
3,1325 Max -11,8567 -31,8955 -11,8567
3,58 Max -28,7185 2,5006 36,788
41 0 Min 36,0314
0,4475 Min 36,6883
0,895 Min 34,4565
1,3425 Min 29,6645
1,79 Min 22,3635
2,2375 Min 12,5564
2,685 Min 0,244
3,1325 Min -14,5733
3,58 Min -31,8955

18
4) Perencanaan tulangan akibat lentur

a) Balok B1 500x250 Lapangan Positif


MU = 68,36 kNm
b= 250
h= 500
d= 40
d tulangan = 16
d begel = 8
d' = 444
f'c = 20
fy = 320
Rasio penulangan =

ρmin = =
0,25 √ 20 (SNI 03-2847-2013 pasal 10.5)
320

= 0.0035

ρmin = 0.00438 (SNI 03-2847-2013 pasal 10.5)

ρь =

= 0.0294

ρmax = 0.0221

Berdasarkan SK SNI 03-2847-2013 pasal 21.5, untuk komponen struktur pemikul beban
gempa :
ρ maks = 0,025
Digunakan ρ maks terkecil = 0.0221
ρ < ρ maks digunakan tulangan tunggal

Koefisien tahanan :

k= = 1,73
19

ρ = 0.0057
Syarat penulangan :
ρ min = 0.00438 < ρ = 0.00573 <ρmaks = 0.02209
As = ρ . b . d = 636 mm2 Dipakai 4 D16

b) Balok B1 600x400 Lapangan Negatif


MU = 34,18 kNm
b= 250
h= 500
d= 40
d tulangan = 16
d begel = 8
d' = 444
f'c = 20
fy = 320
Rasio penulangan =

ρmin = =
0,25(SNI
√ 20 03-2847-2013 pasal 10.5)
320

= 0.0035

ρmin = 0.0043 (SNI 03-2847-2013 pasal 10.5)


8

ρь =

= 0.0294

ρmax 0,75.ρb = 0.0221

Berdasarkan SK SNI 03-2847-2013 pasal 21.5, untuk komponen struktur pemikul beban
gempa :
ρ maks = 0,025
Digunakan ρ maks terkecil = 0.0221
ρ < ρ maks digunakan tulangan tunggal

Koefisien tahanan :

k= = 0,866

20
ρ = 0,00278
Syarat penulangan :
ρmin = 0.00438 < ρ = 0.00278 <ρmaks = 0.02209
As = ρ . b . d = 486 mm2 Dipakai 3 D16
c) Balok B1 600x400 Tumpuan Negatif
MU = 86,1 kNm
b= 250
h= 500
d= 40
d tulangan = 16
d begel = 8
d' = 444
f'c = 20
fy = 320

Rasio penulangan = 0,25 √ 20


=
ρmin = 320 (SNI 03-2847-2013 pasal 10.5)

= 0.0035

ρmin = 0.00438 (SNI 03-2847-2013 pasal 10.5)

ρь =

= 0.0294
ρmax 0,75.ρb = 0.0221

Berdasarkan SK SNI 03-2847-2013 pasal 21.5, untuk komponen struktur pemikul beban
gempa :
ρ maks = 0,025
Digunakan ρ maks terkecil = 0.0221
ρ < ρ maks digunakan tulangan tunggal

Koefisien tahanan :

21
k= = 2,18

ρ = 0.00733

Syarat penulangan :
ρ min = 0.00438 < ρ = 0.00733 <ρmaks =0.0221

As = ρ . b . d = 814 mm2 Dipakai 4 D16


d) Balok B1 600x400 Tumpuan Positif
MU = 43,05 kNm
b= 250
h= 500
d= 40
d tulangan = 16
d begel = 8
d' = 444
f'c = 20
fy = 320

Rasio penulangan =
0,25 √ 20
ρmin = = 320 (S

= 0.0035

ρmin = 0.00438 (

ρь =

= 0.0294
ρmax 0,75.ρb = 0.0221

Berdasarkan SK SNI 03-2847-2013 pasal 21.5, untuk komponen struktur pemikul beban gempa :
ρ maks = 0,025
Digunakan ρ maks terkecil = 0.0221
ρ < ρ maks digunakan tulangan tunggal

Koefisien tahanan :

22
k= = 1,09

ρ = 0.00353

Syarat penulangan :
ρ min = 0.00438 < ρ = 0.00353 <ρmaks

As = ρ . b . d = 486 mm2 Dipakai

e) Perhitungan momen kapasitas balok

Moment kapasitas Positif

Sesuai dengan SK SNI 03-2847-2002 pasal 10.10, lebar efektif pelat diambil sebesar :

Dimensi balok

L = 6500 mm
b = 400 mm
h = 600 mm
hf = 120 mm
Lhf= 2500 mm
Ø = 0,8
β1 = 0,85
fc = 20 mpa
fy = 320 mpa

As1

As2
600

As3

23
400

Digunakan selimut beton = 40 mm


Dipakai : Ø tulangan longitudinal = 16 mm
Ø tulangan transversal = 8 mm
Tinggi efektif ds = 56 mm

b  2ds1
m = 1  3,46 = 4 batang maksimal
D  Sn

Diperkirakan tulangan 2 baris


Tinggi efektif d1 = 56 mm
Tinggi efektif d2 = 112 mm
Tinggi efektif d3 = 444 mm
Tulangan terpasang :
As1 = 2D16 = 402 mm2
As2 = 2D16 = 402 mm2
As3 = 3D16 = 603 mm2
Kontrol apakah a > hf atau a< hf

asumsi :
a = hf = 120 mm
Cc = 0,85. f’c. hf .be = 244800 N
d1
{ ( )}
fs'1 = 600 . 1− β .
a
= 362 mpa

d2
fs'2 { ( )}
= 600 . 1− β .
a
= 124 mpa

24
fs1 > fy, fs2 < fy
Cs' = As1.fs1 + As2.fs2 = 178488 N
Ca = Cc + Cs' = 423288 N
T = As . fy. 1,25 = 241200 N
Ca > T
Diasumsikan tulangan desak belum luluh dan
Tulangan tarik ada yang sudah leleh ( As3) dan ada yang belum leleh ( As2)
Keseimbangan gaya untuk mencari tinggi garis netral :
c−d '
fs’ = εs’.Es = 0, 003
TS = Cc + Cs
( c )
. Es

Dengan melakukan substitusi, maka didapat :


0,85.fc’.b. a + As'1. fs' = As2.fy+ As3. Fy.1,25
( 0,85.fc’.b )β1.c + As’1. Es . 0 ,003
( c−dc 1 )= As2. Fy + As3.Fy.1,25

−B+ √ B2 +4 . A .C 0
c= = 77,66 mm
2. A

garis netral ( c ) = 66,01 mm


a = β1.c = 85,66 mm
Regangan pada tulangan desak
c−d 1
es'1 = 0 , 003 .
[ ]c
= 0,00084 < 0,0016

Regangan pada tulangan tarik


d 2−c
es2 = 0 , 003 .
[ ]c
0,00133
= < 0,0016

d 3−c0,0142 > 0,0016


es3 = 0 , 003 .
[ ]c
=

ε's < εy , maka semua tulangan desak belum leleh


εs > εy, maka semua tulangan tarik ada yang sudah leleh ada yang belum leleh
anggapan yang diatas sudah benar.
Tegangan pada tulangan desak fs'
= 600 . c−d1 =
fs'1
[ ] c
167,36 < 320

25
Tegangan pada tulangan tarik fs
d 2−c
fs 2 = 600 . [ ]c
= 265,27 < 320

d 3−c
fs 3 = 600 . [ ]c
= 2830 > 320

fs' < fy , maka tulangan desak belum leleh


fs > fy , maka tulangan tarik ada yang sudah leleh ada yang belum leleh

Cc = 0,85.fc’.be.a = 280559,12 N
Cs1 = As1.fs1 = 67280,29 N
Ts2 = As2.fs2 = 106639,41 N
Ts3 = As3.fy.1,25 = 241200 N
Mleleh = Cc ( d3 – a/2 ) + Cs1( d3 - d1 ) - Ts2 ( d3 – d2 ) - Ts3(d3-d3)
= 106 kNm
Moment kapasitas Negatif

As3

As2

600

As1

400

Tinggi efektif d1 = 56 mm
Tinggi efektif d2 = 388 mm
Tinggi efektif d3 = 444 mm
Tulangan terpasang :
As1 = 2D16 = 402 mm2
As2 = 2D16 = 402 mm2
As3 = 3D16 = 603 mm2
Check tulangan desak belum luluh
Garis netral ( c ) dianggap sekitar ditengah penampang balok

26
Tulangan desak A’s1 dianggap belum leleh
fs'1 < 320 mpa ( dianggap belum leleh )
Tulangan Tarik As2, As3 dianggap sudah leleh
fs2,fs3 > 320 mpa ( dianggap sudah leleh )
Regangan pada tulangan desak
es'1 = 0 ,003 . c−d1
[ ] c
c−d1
fs'1 = εs’.Es = 0,003 .
Mencari garis netral ( c )
[ ]c
.ES

ΣH=0
C=T
Cc + Cs1 = Ts2 + Ts3
sedangkan,
a = β1.c
c−d 1
fs'1 = 600 .
[ ] c
dengan melakukan substitusi, maka didapat :
0,85.fc’.b.a + As'1.fs'1 = As2.fy.1,25 + As3.fy.1,25

( 0,85.fc’.b )β1.c + As’1. Es . 0 ,003


( c−dc ' )= As2.fy + As3.fy
−B+ √ B2 +4 . A .C 0
c= = 64,21 mm
2. A

garis netral ( c ) = 64,21 mm


a = β1.c = 54,58 mm
Regangan pada tulangan desak
c−d 1
es'1 = 0 , 003 .
[ ]c
= 0,00038 < 0,0016

Regangan pada tulangan tarik


d 2−c
es3 = 0 , 003 .
[ ] c
0,0151
= > 0,0016

d 3−c
es3 = 0 , 003 .
[ ]c
0,0177
= > 0,0016

27
ε's < εy , maka semua tulangan desak belum leleh
εs > εy, maka semua tulangan tarik sudah leleh
anggapan yang diatas sudah benar.
Tegangan pada tulangan desak fs'
= 600 . c−d1 =
fs'1
[ ]c
76,74 < 320

Tegangan pada tulangan tarik fs


= 600 . d 2−c = 3025 > 320
fs 2
[ ]
c
d 3−c
fs 3 = 600 .
[ ]c
= 3548 > 320

fs' < fy , maka tulangan desak belum leleh


fs > fy , maka tulangan tarik sudah leleh
Cc = 0,85.fc’.be.a = 371150,36 N
Cs1 = As1.fs1 = 30849,63 N
Ts2 = As2.fy.1,25 = 160800 N
Ts3 = As3.fy.1,25 = 241200 N
Mleleh = Cc ( d3 – a/2 ) + Cs1( d3 - d1 ) - Ts2 ( d3 – d2 ) - Ts3(d3-d3)
= 157 kNm

f) Penulangan geser

fc = 20 mpa
fy balok = 320 mpa
fy begel = 240 mpa
Ø = 0,75
β1 = 0,85
Dimensi balok
h = 500 mm
b = 250 mm
Momen kapasitas positif = 106,008 kNm

28
Momen kapasitas negatif = 157,6 kNm
Gaya geser output Etabs dari beban mati dan beban hidup pada balok 40 dan 41
lantai 2
( 1,2D + 1,0 L ) kiri = -79,09 kN
( 1,2D + 1,0 L ) kanan = 40,993 kN
Gaya geser akibat beban Gaya geser akibat beban
Lokasi Gravitasi (kN) Gravitasi (kN)
( 1,2D + 1,0 L ) ( 1,2D + 1,0 L )
Kiri 79,09
Kanan 40,993

1. Gaya geser akibat gempa kanan

M pr 1 M pr 2

M pr 1 +M pr 2 M pr 1 +M pr 2
vu= vu=
L L

2. Gaya geser akibat gempa kiri

M pr 1 M pr 2

M pr 1 +M pr 2 M pr 1 +M pr 2
vu= vu=
L L

3. Gaya geser akibat beban gravitasi

4. Gaya geser akibat beban gempa kiri

29
M pr 1 +M pr 2
M 1 +M pr 2 W u . L vu=
vu= pr 5. ± L
L Gaya geser
2 akibat beban gempa kanan

M pr 1 +M pr 2
M pr 1 +M pr 2 W u . L vu=
vu= ± L
L 2

Gaya geser rencana :


Disamping harus memenuhi syarat-syarat lentur, balok juga harus aman terhadap
terjadinya keruntuhan balok karena geser.

M pr 1 +M pr 2 W u . L
Vu = ±
L 2
Vu = gaya geser rencana balok
Mpr1 = kuat momen lentur 1
Mpr2 = kuat momen lentur 2
L = bentang balok = 5,5 m

Vu-kiri = 129,3 kN
Vu-kanan = 91,21 kN

Gaya Gaya Vu terpakai


Lokasi
Gempa Kiri Gempa Kanan ( kN )
Sendi plastis ( Vu di muka kolom)
Vu-kiri 129,31 50,22
129,31
Vu-kanan 50,22 91,21
Luar sendi plastis ( Vu sejarak 2hbalok dari muka kolom )
Vu-kiri 116,38 50,22
116,38
Vu-kanan 50,22 82,09

30
a. Gaya geser pada sendi plastis :
Gaya geser nominal (Vn )
Vn = 172,41 kN
VmaxEtabs = -96,32 kN
Gaya geser beton ( Vc )
SNI 03-2847-2013 pasal 11.2.1.1
Digunakan selimut beton = 40 mm
Dipakai :
Ø tulangan longitudinal = 16 mm
Ø tulangan transversal = 8 mm
Tinggi efektif d = 77 mm
Tinggi efektif d' = 523 mm
cek : Vc ≤ 0,17.1. √159047,04
f c ' .bw.d= N
Vn > Vc
Gaya geser tulangan ( Vs )
SNI 03-2847-2013 pasal 21.5.4.2, kuat geser beton Vc = 0 apabila :
a. Gaya geser akibat gempa saja ( akibat Mn ) > 0,5 ( total geser akibat Mn + beban
gravitasi )
b. Gaya aksial tekan < Ag .fc
20
maka Vc = 0
Vs = Vu = 172,41 kN
0,75

Kontrol kuat geser Vs tidak boleh lebih dari Vs maksimum


SNI 03-2847-2013 pasal 11.4.7.9
0,66 √ f c ' .bw .d= > 172408
623713
SNI 03-2847-2013 pasal 11.4.5.3
0,33 √ f c ' .bw .d= < 172408
311856
dipakai tulangan geser 2 kaki Ф 8
1
. 82 = mm2
Av =2. . Π 100,48
4
dengan memakai tulangan geser 2 kaki Ф 8 mm diperoleh spasi sebesar :
Av . fys. d
73,15=mm
S=
Vs

31
Spasi maksimum sepanjang balok tidak boleh lebih besar dari
SNI 03-2847-2013 pasal 21.5.3.2
S max = d/4 = 130,75 mm
=6. d tul longitudinal = 96 mm
= 150 mm = 150 mm
sesuai SNI 03-2847-2013 pasal 21.5 tulangan geser 2P8 – 70 (0-1200mm dari kolom)
( di dalam 2h = 2200 mm ) dari muka tumpuan balok .

b. Gaya geser pada luar sendi plastis :


Gaya geser nominal (Vn ) = 155,16 kN
cek : Vc ≤ 0,17.1. √ f c ' .bw.d=
159047,04 N
Vn > Vc
Gaya geser tulangan ( Vs )
SNI 03-2847-2013 pasal 21.5.4.2, kuat geser beton Vc = 0 apabila :
a. Gaya geser akibat gempa saja ( akibat Mn ) > 0,5 ( total geser akibat Mn + beban
gravitasi )
b. Gaya aksial tekan < Ag .fc
20
maka Vc = 0
Vu
Vs = −vc= -3879,6 N
0,75

dipakai tulangan geser 2 kaki Ф 10


fy = 240 mpa
1
. 82 = mm2
Av =2. . Π 100,48
4
dengan memakai tulangan geser 2 kaki Ф 8 mm diperoleh spasi sebesar :
Av . fys. d
S= 3000=mm
Vs
tulangan geser 2P8 – 150 (diluar 0-1200mm dari kolom)

32
g) Torsi

Kombinasi Geser dan Torsi

be

hf

h bf

bw

h = 500 mm
bw = 250 mm
hf = 120 mm
hw = 480 mm
bf = 612,5 mm
be = bw+hw = 1625 mm
pcp = be + 2.hf + 2.bf + 2.hw + bw = 4450 mm
Acp = be.hf + bw.hw = 387000 mm2
Perhitungan tulangan torsi memakai Torsi ultimit combo 7 dari balok 322 lantai
3
Berikut Tabel Gaya Torsi akibat combo 7 dari balok 322 lantai 3

33
Gaya Gaya Vu & Tu terpakai
Lokasi
Gempa Kiri ( kNm ) Gempa Kanan ( kNm ) ( kNm )
Sendi plastis ( Vu di muka kolom)
Vu-kiri 129,31 50,22
129,31
Vu-kanan 50,22 91,21
Tu-kiri 27,45 23,61
27,45
Tu-kanan 23,61 27,45
Luar sendi plastis ( Vu sejarak 2hbalok dari muka kolom )
Vu-kiri 116,38 50,22
116,38
Vu-kanan 50,22 82,09
Tu-kiri 27,45 23,61
27,45
Tu-kanan 23,61 27,45
fc = 20 mpa
fy balok = 320 mpa
fy begel = 240 mpa
Ø = 0,75
β1 = 0,85
SNI 03-2847-2013 pasal 11.5.1, pengaruh torsi dapat diabaikan bila momen
torsi Tu besarnya kurang daripada :
2

[ ]
Tu<φ . 0 , 083. 1 . √ fc
A cp
P cp
27450000 > 5235230

pengaruh torsi harus diperhitungkan


SNI 03-2847-2013 pasal 11.5.2.2, momen puntir maksimum dapat
dikurangi Tu untuk komponen struktur non prategang :
2

[ ]
φ . 0 ,33 . 1. √ fc
A cp 20940918 Nmm
Pcp
=

Tu = 27450000 > 20940918


maka perencanaan torsi berdasarkan Tu = 20940918 Nmm
Dbegel = 8 mm
selimut beton = 40 mm
d = 440,5 mm
bb = b – 2( selimut beton + 0,5.d sengkang ) = 162 mm
hh = h – 2( selimut beton + 0,5.d sengkang ) = 412 mm
ph = 2( bb + hh ) = 1148 mm
Aoh = bb.hh = 66744 mm2

34
1. Perencanaan torsi pada daerah sendi plastis
cek : Vc ≤ 0,1783724
√ f c ' .bwN .d=
Menurut SNI 03-2847-2013 pasal 11.5.3.1c
dimensi penampang harus memenuhi ketentuan :
2 2
T . Ph Vc
√[ Vu
bw . d][ + u
1,7 . Aoh
≤φ ] [
bw . d
+0 , 66 . √ fc
]
3,385 < 2,78 ok
penampang memenuhi syarat dimensi penampang untuk puntir.
Tulangan sengkang torsi
Tn =
Tu
27921224,18 Nmm
=
0,75
2. A o . At . f yv
Tn = .cot φ=
s
At Tn
=
S 2. A o . f yv . Cot φ
dimana :
Ao = 0,85.Aoh = 56732,4 mm
Ф = 45
maka didapat :
At T nt 1,025
= =
S 2 . Ao . fyv . cot Φ
Tulangan geser sengkang
tulangan geser 2P8-70 ( 0-1200 mm dari joint kolom)
begel kaki = 2 kaki
jarak begel = 70 mm
Av
= 1,435
S
Merencanakan sengkang tertutup gabungan untuk geser dan torsi
Avtotal 2 . At Av
= + =
S S 3,48
S
dipakai tulangan geser 4 kaki Ф 8
begel kaki = 4
Avtotal
200,96
= mm2
S

35
Stotal = 58 = 50 mm
Tulangan puntir minimum Menurut SNI 03-2847-2013 pasal 11.5.5.2
( Av + 2.At ) min = bw .s
0,062. √ fc 14,44=mm2
fyw
bw .s
tidak boleh kurang 0,35. 18,23= mm2
fyw
Av total = 200,96 > 18,23 mm2
jadi digunakan tulangan geser 4P8-50 (0-1200mm dari kolom)

2. Perencanaan torsi diluar daerah sendi plastis


Menurut SNI 03-2847-2013 pasal 11.5.3.1
dimensi penampang harus memenuhi ketentuan :

2 2
T . Ph Vc
√[ Vu
][
bw . d
+ u
1,7 . Aoh] [
≤φ
bw . d
+0 , 66 . √ fc
]
3,346 < 2,783 ok
penampang memenuhi syarat dimensi penampang untuk puntir.
Tulangan sengkang torsi
Tn = 27921224 Nmm
Tn = 2. A o . At . f yv
.cot φ=
s
At Tn
dimana : =
S 2. A o . f yv . Cot φ
Ao = 0,85.Aoh = 56732,4 mm
Ф = 45
maka didapat :
At T nt 1,02
= =
S 2 . Ao . fyv . cot Φ
Tulangan geser sengkang
tulangan geser 2P8-150 ( diluar 0-1200 mm dari joint kolom)
begel kaki = 2 kaki
jarak begel = 150 mm
Av
= 0,67
S
Merencanakan sengkang tertutup gabungan untuk geser dan torsi
Avtotal 2 . At Av
= + =2 , 72
S S S
36
dipakai tulangan geser 3 kaki Ф 8
begel kaki =3

Avtotal
150,72 mm2=
S
Stotal = 103 = 100 mm
Tulangan puntir minimum Menurut SNI 03-2847-2013 pasal 11.5.5.2
bw .s
( Av + 2.At ) min = 0,062.14,44
√ fc mm2 =
fyw
bw .s
tidak boleh kurang 0,35. 18,23= mm2
fyw
Av total = 150,72 > 18,23 mm2
jadi digunakan tulangan geser 3P8-50
( diluar 0-1200 mm dari joint kolom)

h) Longitudinal tambahan

Tulangan longitudinal dihitung pada dareah tumpuan dan lapangan :


At
1,0253
=
S
ph = 1148 mm
fc = 20 mpa
fy balok = 320 mpa
fy begel = 240 mpa
Ф = 45
β1 = 0,85
At fyv mm2
Al =
S [ ]
. ph . 882,8.cot
fyl
2
Φ=

Luas minimum tulangan puntir longitudinal SNI 03-2847-2013 pasal 11.5.5.3


Acp = 272000 mm2
0, 42. √ fc . Acp At fyt
Al,min =
fy [ ]

s
. ph . 713,74
fy
= mm2

A Bwt
1,02t = > =0,1736
S 6 . fyv

dari dua nilai diatas diambil yang terbesar yaitu


AI = 882,8 mm2

37
AI,min = 713,74 mm2
Luas tulangan yang disebar di empat sisi penampang balok sebesar :
D = 16 mm
Al
Al= 178,43
= mm2
4
Tulangan lentur tumpuan yang telah terpasang :
As atas = 804 mm2
As bawah = 603 mm2
Tulangan torsi tumpuan :
As atas = 982,43 mm2
As
n= 4,88== 5 D16
1
. Π . D2
4
As bawah = 781 mm2
As
n= =
1 3,882 = 4 D 16
.Π.D
4
As samping kanan dan kiri = 178,44 mm2
As
n= 0,88== 1 D16
1
. Π . D2
4

Hasil penulangan :
Posisi Tumpuan
Tumpuan Atas = 5 D16
Tumpuan Bawah = 4 D16
Tumpuan Pinggang = 2 D16
Sengkang Tumpuan = 4P8-50
Posisi Lapangan
Lapangan Atas = 4 D16
Lapangan Bawah = 5 D16
Lapangan Pinggang = 2 D16
Sengkang Lapangan = 3P8-50

38
Tabel 7 Schedule Tulangan Balok
Type Tulangan Longitudinal Tulangan Transversal
no
Balok Tumpuan Lapangan Tumpuan Tumpuan Lapangan Tumpuan
4 D16 3 D16 4 D16
1 B1 500x250 4 D16 4 D16 4 D16 4D8-50 3D8-50 4D8-50
3 D16 4 D16 3 D16
2 D16 2 D16 2 D16
2 B2 350x200 2 D16 2 D16 2 D16 D8-100 D8-150 D8-100
2 D16 2 D16 2 D16
2 D16 2 D16 2 D16
3 B3 300x200 2 D16 2 D16 2 D16 D8-70 D8-150 D8-70
2 D16 2 D16 2 D16
2 D16 2 D16 2 D16
4 S1 350x250 2 D16 2 D16 2 D16 D8-100 D8-150 D8-100
2 D16 2 D16 2 D16
2 D16 2 D16 2 D16
5 S2 350x200 2 D16 2 D16 2 D16 D8-100 D8-150 D8-100
2 D16 2 D16 2 D16

39

Anda mungkin juga menyukai