Anda di halaman 1dari 10

MATERI PERUBAHAN IKLIM

Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang Kerangka Kerja Perubahan Iklim (United Nations
Framework Convention on Climate Change/UNFCCC) mendefinisikan Perubahan iklim sebagai
perubahan iklim yang disebabkan baik secara langsung atau tidak langsung oleh aktivitas manusia
sehingga mengubah kompoisi dari atmosfer global dan variabilitas iklim alami pada perioda waktu yang
dapat diperbandingkan. Komposisi atmosfer global yang dimaksud adalah komposisi material atmosfer
bumi berupa Gas Rumah Kaca (GRK) yang di antaranya, terdiri dari Karbon Dioksida, Metana, Nitrogen,
dan sebagainya.

Pada dasarnya, Gas Rumah Kaca dibutuhkan untuk menjaga suhu bumi tetap stabil. Akan tetapi,
konsentrasi Gas Rumah kaca yang semakin meningkat membuat lapisan atmosfer semakin tebal.
Penebalan lapisan atmosfer tersebut menyebabkan jumlah panas bumi yang terperangkap di atmosfer
bumi semakin banyak, sehingga mengakibatkan peningkatan suhu bumi, yang disebut dengan
pemanasan global.

Manusia semakin memengaruhi iklim dan suhu bumi dengan membakar bahan bakar fosil, menebang
hutan, dan beternak. Hal ini menambah jumlah gas rumah kaca yang sangat besar ke yang terjadi secara
alami di atmosfer, meningkatkan efek rumah kaca dan pemanasan global.

PENYEBAB PERUBAHAN IKLIM

1. Efek Rumah Kaca

Gas Rumah Kaca sebagai penyebab perubahan iklim pertama dan berasal dari gas-gas rumah kaca.
Beberapa gas di atmosfer Bumi sendiri turut berperan dalam hal ini, misalnya pada kaca di rumah kaca
yang memerangkap panas matahari kemudian menghentikannya agar tidak bocor kembali ke angkasa
dan menyebabkan pemanasan global.

Banyak dari gas-gas ini terjadi secara alami, meski berbagai aktivitas manusia disekitarnya meningkatkan
konsentrasinya di atmosfer, khususnya pada metana, karbon dioksida (CO2), gas berfluorinasi CO2 dan
dinitrogen oksida sebagai gas rumah kaca yang paling umum diproduksi oleh aktivitas manusia serta
bertanggung jawab atas 64% pemanasan global buatan manusia.

CO2 yang dihasilkan oleh aktivitas manusia merupakan penyumbang terbesar pemanasan global. Pada
tahun 2020, konsentrasinya di atmosfer telah meningkat hingga 48% di atas tingkat pra-industri
(sebelum tahun 1750). Gas rumah kaca lainnya sendiri dipancarkan dalam jumlah yang lebih kecil, tetapi
mereka memerangkap panas jauh lebih efektif dibanding CO2, serta dalam beberapa kasus ribuan kali
lebih kuat. Metana ini bertanggung jawab atas nitro oksida sebesar 6% dan 17% pemanasan global
buatan manusia.

2. Peningkatan Emisi

Penyebab perubahan iklim yang kedua berasal dari peningkatan emisi yang diakibatkan oleh ulah
manusia, seperti

 Pembakaran batu bara, minyak dan gas menghasilkan karbondioksida dan dinitrogen oksida.
 Menebang hutan (deforestasi). Pohon membantu mengatur iklim dengan menyerap CO2 dari
atmosfer. Ketika mereka ditebang, efek menguntungkan itu hilang dan karbon yang tersimpan di
pohon dilepaskan ke atmosfer, menambah efek rumah kaca.
 Meningkatkan peternakan. Sapi dan domba menghasilkan metana dalam jumlah besar saat mereka
mencerna makanan mereka.
 Pupuk yang mengandung nitrogen menghasilkan emisi nitrous oksida.
 Gas berfluorinasi dipancarkan dari peralatan dan produk yang menggunakan gas ini. Emisi semacam
itu memiliki efek pemanasan yang sangat kuat, hingga 23.000 kali lebih besar dari CO2.

3. Pemanasan Global

Penyebab perubahan iklim lainnya berasal dari aktivitas pemanasan global. Pembangkit listrik dan
instalasi industri lainnya ialah penghasil CO2 utama. Suhu rata-rata global saat ini sendiri adalah 0,85ºC
lebih tinggi jika dibandingkan dengan akhir abad ke-19.

Masing-masing dari tiga dekade terakhir ini sendiri telah lebih hangat dibandingkan dekade sebelumnya
sejak pencatatan mulai dilakukan yaitu pada tahun 1850an. Para ilmuwan iklim terkemuka
mengemukakan pendapatnya mengenai penyebab pemanasan global adalah aktivitas manusia.

Hal ini sendiri telah diamati sejak pertengahan abad ke-20. Peningkatan 2°C dibanding suhu pada masa
pra-industri ini dinilai para ilmuwan sebagai ambang batas. Di mana kemudian terdapat risiko yang jauh
lebih tinggi bahwa perubahan yang berbahaya serta berbagai bencana di lingkungan global
kemungkinan akan terjadi. Karenanya hingga saat ini banyak diantara negara lain telah menanamkan
kepada warganya tentang pentingnya menjaga pemanasan dibawah 2°C.

PENYEBAB PERUBAHAN IKLIM

Pemanasan global disebabkan oleh efek rumah kaca, suatu proses alami di mana atmosfer menahan
sebagian panas Matahari, memungkinkan Bumi mempertahankan kondisi yang diperlukan untuk
menampung kehidupan. Tanpa efek rumah kaca, suhu rata-rata planet ini akan menjadi -18ºC.

Masalahnya, aktivitas manusia sehari-hari memaksimalkan efek rumah kaca, menyebabkan suhu planet
semakin meningkat.

 GAS-GAS RUMAH KACA

Karbon dioksida, Metana, Nitrogen oksida, HCFCs: terutama disebabkan oleh pembakaran bahan bakar
fosil dalam pembangkit listrik, transportasi, pemanas, industri, dan konstruksi. Juga disebabkan oleh
peternakan, pertanian (terutama pertanian padi), pengolahan air limbah dan tempat pembuangan
sampah antara lain.

 PERUSAKAN EKOSISTEM TANAH DAN DEFORESTASI

Deforestasi adalah salah satu penyebab terpenting perubahan iklim. Hutan dan hutan hujan menghilang
dengan kecepatan sangat tinggi. Dalam 10 tahun terakhir, mereka telah merusak tidak kurang dari 13
juta hektar.

 PERUSAKAN EKOSISTEM LAUT


Lautan juga merupakan penyerap karbon, menyerap hingga 50% CO2. Laut juga menjadi penyumbang
oksigen dan meratakan radiasi sinar matahari Masalahnya adalah, ketika mencapai batasnya, laut
menjadi asam dan menyebabkan kematian dan penyakit di antara flora dan fauna laut.

 PENINGKATAN PENDUDUK

Populasi manusia tumbuh secara eksponensial. Hari ini, hampir 250 tahun kemudian, kita menjadi lebih
dari 7,7 miliar dan akan terus tumbuh hingga tahun 2050 setidaknya sebanyak 2 miliar lagi. Populasi
yang semakin banyak membutuhkan lebih banyak sumber daya, yang mempercepat peningkatan emisi
gas rumah kaca dari semua proses produksi.

KAPAN MANUSIA PERTAMA MULAI MENYEBABKAN PERUBAHAN IKLIM?

Para ahli sepakat bahwa Revolusi Industri adalah titik balik ketika emisi gas efek rumah kaca yang
memasuki atmosfer mulai membumbung tinggi. Revolusi Industri itu sendiri lahir dari revolusi yang lebih
kecil: pertanian, teknologi, demografis, transportasi, keuangan yang menciptakan model produksi dan
konsumsi yang baru.

Sejak saat itu, pertumbuhan populasi (pada tahun 1750, terdapat kurang dari 800 juta orang di Bumi,
sedangkan sekarang kita berjumlah lebih dari 7,5 miliar), penggunaan sumber daya yang meledak,
permintaan dan produksi energi yang meningkat, terutama dari bahan bakar fosil, semuanya membuat
planet masuk ke dalamnya.

Dampak utamanya adalah peningkatan suhu global planet, yang telah meningkat 1,1 ° C sejak periode
ini, meskipun diperkirakan, pada akhir abad ini, termometer dapat naik 2,7 ° C bahkan jika ada
komitmen nasional. untuk mengurangi emisi terpenuhi.

DAMPAK PERUBAHAN IKLIM

Setiap tahun para ilmuwan belajar lebih banyak tentang konsekuensi pemanasan global, dan setiap
tahun kami juga mendapatkan bukti baru tentang dampaknya yang menghancurkan terhadap manusia
dan planet ini. Saat gelombang panas, kekeringan, dan banjir yang terkait dengan perubahan iklim
menjadi lebih sering dan lebih intens, masyarakat menderita dan jumlah kematian meningkat. Jika kita
tidak dapat mengurangi emisi kita, para ilmuwan percaya bahwa perubahan iklim dapat menyebabkan
kematian lebih dari 250.000 orang di seluruh dunia setiap tahun dan memaksa 100 juta orang jatuh
miskin pada tahun 2030.

Kenaikan suhu global membawa konsekuensi bencana, membahayakan kelangsungan hidup flora dan
fauna bumi, termasuk manusia. Dampak perubahan iklim terburuk termasuk mencairnya massa es di
kutub, yang pada gilirannya menyebabkan naiknya permukaan laut, menyebabkan banjir, dan
mengancam lingkungan pesisir di mana negara-negara pulau kecil berisiko lenyap seluruhnya.

Perubahan iklim juga meningkatkan munculnya fenomena cuaca yang lebih ganas, kekeringan,
kebakaran, kematian spesies hewan dan tumbuhan, banjir dari sungai dan danau, penciptaan pengungsi
iklim dan kerusakan rantai makanan dan sumber daya ekonomi, terutama di negara berkembang.

 PERUBAHAN EKOSISTEM DAN DESERTIFIKASI

Variasi kondisi kehidupan di lingkungan alam menyebabkan kematian, penyakit dan migrasi besar-
besaran spesies.
 MELELEHNYA KUTUB DAN TINGKAT LAUT NAIK

Panas menyebabkan mencairnya es di kutub, yang meningkatkan permukaan laut dan mengancam
menenggelamkan masyarakat pesisir dan negara pulau kecil.

 ASIDIFIKASI LAUT (PENGASAMAN LAUT)

Penyerapan CO₂ yang terlalu banyak menyebabkan kematian dan penyakit pada ikan, alga, koral dan
organisme lain di laut. Sehingga dapat menghilangkan fungsi laut sebagai penyerap karbon.

 FENOMENA CUACA EKSTREM

Badai, topan, topan, kekeringan, banjir, hujan dan salju, semuanya meningkatkan tingkat kekerasannya
karena pemanasan global, menyebabkan lebih banyak kematian, korban, pengungsi, dan kerusakan
materi.

 KEPUNAHAN SPESIES

Perubahan ekosistem dan penggurunan menyebabkan kematian antara 10.000 dan 50.000 spesies
setiap tahun. Kemungkinan terjadinya kepunahan ekosistem yaitu pada spesies hewan dan tumbuhan
adalah 20-30 persen hal ini terjadi jika bertambah CO2 di atmosfer serta kenaikan suhu rata-rata global
sebanyak 1,5-2,5 derajat Celcius, yang kemudian akan turut meningkatkan tingkat keasaman laut. Hal ini
kemudian akan berdampak negatif terhadap para organisme-organisme laut seperti misalnya pada
terumbu karang, hingga berbagai spesies yang hidupnya bergantung terhadap organisme tersebut.

 MIGRASI BESAR

Keberadaan pengungsi iklim, yang masih harus diakui oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa, adalah
kenyataan; diperkirakan jumlah mereka bisa mencapai satu miliar pada tahun 2050.

 PANGAN DAN HASIL HUTAN

Diperkirakan produktivitas pertanian yang berada di daerah tropis akan mengalami penurunan jika
terjadi kenaikan suhu rata-rata global di antara 1-2 derajat Celcius, hingga kemudian meningkatkan
resiko bencana kelaparan. Meningkatnya frekuensi banjir serta kekeringan kemudian akan memberi
dampak buruk terhadap produksi lokal utamanya pada penyediaan pangan pada area tropis dan
subtropis. Jika perubahan iklim kemudian terjadi, maka hasil panen akan turut menurun pula, baik dari
segi kuantitas maupun kualitas.

Beberapa langkah global yang terus dilakukan untuk mengatasi perubahan iklim.

a. Menggunakan Sumber Energi yang Terbarukan dan Ramah Lingkungan

Langkah global pertama yang dilakukan dalam rangka mengatasi perubahan iklim adalah dengan cara
menggunakan sumber energi yang terbarukan dan lebih ramah lingkungan. Hingga saat ini sudah mulai
banyak perumahan dan apartemen yang berada pada kota – kota besar mulai mengandalkan dan
memasang panel surya untuk mengurangi penggunaan dan beban listrik pada tempat tinggal mereka.

Banyak pabrik – pabrik besar juga yang mulai mengalihkan sumber energi yang digunakan agar menjadi
lebih ramah lingkungan dan tidak menghasilkan emisi gas buang yang berbahaya bagi lingkungan.

b. Membatasi Penggunaan Kendaraan Berbahan Bakar Fosil

Saat ini sudah sangat banyak negara yang mulai memberlakukan uji emisi yang sangat ketat terhadap
berbagai kendaraan komersil. Tidak hanya itu saja, beberapa negara sudah memberlakukan transportasi
umum tidak boleh untuk menggunakan bahan bakar fosil sama sekali. Dengan mengalihkan transportasi
umum untuk tidak menggunakan bahan bakar fosil sama sekali sangatlah membantu untuk mengurangi
kadar emisi yang ada di udara.

Kendaraan komersil pribadi juga sudah mulai sangat banyak yang menggunakan bahan bakar terbarukan
seperti baterai dan tidak menggunakan bahan bakar fosil sama sekali.

c. Melakukan Penanaman Hutan dalam Skala Besar

Hutan merupakan jantung kehidupan bagi dunia ini. Tanpa adanya hutan dan wilayah hijau akan
membuat kondisi bumi menjadi lebih panas dan tidak ada yang bisa menghasilkan oksigen yang segar
untuk kita hirup. Contohnya Hutan Amazon yang memiliki 600 juta pohon, hutan amazon menjadi hutan
terbesar yang dapat membantu mengatasi krisis iklim. Singapura menjadi salah satu negara yang bisa
dibilang sukses untuk menciptakan lahan hijau vertikal yang sangat menarik dilihat dan tidak
mengurangi manfaatnya sama sekali.

Konferensi Para Pihak atau United Nations Framework Convention on Climate Change ke-20 dan Kyoto
Protocol ke-10 di Lima, Peru, belum menghasilkan kesepakatan. Konferensi ini belum menyimpulkan
perihal komitmen pengurangan emisi akibat perubahan iklim. Negosiasi antar-delegasi dari setidaknya
190 negara yang terlibat masih berjalan alot. Forum internasional ini berlangsung pada 1-12 Desember
2014.

Semua negara bertanggung jawab menurunkan emisi akibat perubahan iklim. Tapi, konferensi hingga
kini belum menemukan kesepakatan. Kepentingan negara maju dan berkembang berbeda. tarik ulur
tentang siapa yang paling bertanggung jawab menurunkan emisi. Negara maju misalnya menginginkan
negara berkembang melakukan upaya yang sama dengan mereka menurunkan emisi. Tapi, ada pula
negara yang bersikukuh meminta negara maju sepenuhnya bertanggung jawab menurunkan emisi.
Negara itu di antaranya India, Bolivia, Cina, Arab Saudi, dan Iran.

Sedangkan, sejumlah negara berkembang punya pandangan berbeda. Indonesia menggunakan prinsip
kerja sama dengan negara lain, misalnya bantuan teknologi. "Indonesia terus berjanji melakukan upaya
adaptasi dan mitigasi," kata dia. Menurut dia, negara maju punya target menurunkan emisi hingga tahun
2030. Sedangkan Indonesia berkomitmen menurunkan emisi sebesar 26 persen pada 2020. Indonesia
telah memulainya sejak tahun 2005. Kebijakan penurunan emisi misalnya penghematan bahan bakar
minyak bumi. Deforestasi juga banyak dibicarakan di konferensi
Negosiasi, kata dia juga berjalan alot karena sejumlah negara memiliki wadah yang berbeda-beda ketika
akan menyampaikan suara. Semua negara belum tentu punya suara yang sama, misalnya 139 negara
yang masuk kelompok negara berkembang. Indonesian sebagai negara berkembang kata dia perlu
menjaga hubungan dalam pergaulan internasional.

KONTRA PERUBAHAN IKLIM:

Penanganan isu perubahan iklim di Indonesia diperkirakan tak akan terlalu mengganggu industri dalam
negeri. Pasalnya, sumbangan industri Indonesia terhadap emisi gas rumah kaca terbilang kecil.
Mayoritas polusi di Indonesia disebabkan oleh pembukaan lahan dan kebakaran hutan.

Polusi dari industri Industri kalau dipresentasikan hanya sekitar 1-2 persen. Sementara kalau polusi dari
lahan mencapai 80 persen karena kebarakan hutan. Karena itu, kunci penanganan perubahan iklim di
Indonesia adalah mengurangi kebakaran hutan dan pembukaan lahan. Sementara industri tidak akan
terlalu terkena dampaknya karena proporsinya yang kecil.

Hal ini berbeda dengan negara-negara maju dan negara berkembang lain seperti Tiongkok yang porsi
terbesar polusinya berasal dari industri. Di negara-negara tersebut, penanganan perubahan iklim harus
menyasar industri yang pastinya akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi.

Sebagai catatan, luas tanah di Indonesia mencapai 200 juta hektar, dan 136 juta hektar di antaranya
berupa hutan. Perkebunan kelapa sawit mengambil porsi 5 persen dari total luas tanah di Indonesia.
Ekspansi lahan sawit yang agresif merupakan sumber utama meningkatnya kontribusi Indonesia
terhadap emisi gas rumah kaca.

PRO PERUBAHAN IKLIM:

Kebakaran hutan yang terjadi di Indonesia terjadi karena industry, sebagai contoh kebakaran hutan dan
lahan yang dilakukan oleh industry untuk kelapa sawit. Dampak kebakaran hutan dapat merusakan
ekosistem juga flora dan fauna di dalamnya.
CLIMATE CHANGE

Climate change is a global challenge that has no borders and to combat it requires coordinated work by
all countries. The main cause of climate change is global warming, which has many negative
consequences on physical, biological and human systems, as well as other effects.

Global warming is caused by the greenhouse effect, a natural process by which the atmosphere retains
some of the Sun’s heat, allowing the Earth to maintain the necessary conditions to host life. Without the
greenhouse effect, the average temperature of the planet would be -18ºC.

The problem is that daily human activities maximize the greenhouse effect, causing the planet’s
temperature to increase even more.

CAUSES OF CLIMATE CHANGE

 GREENHOUSE GASES

Carbon dioxide, Methane, Nitrogen oxide, HCFCs: caused mainly by the burning of fossil fuels in
electricity generation, transport, heating, industry and construction. Also caused by livestock, agriculture
(mainly rice farming), wastewater treatment and landfills among others.

 DESTRUCTION OF LAND ECOSYSTEMS AND DEFORESTATION

Deforestation is one of the most important causes of climate change. The forests and rainforests are
disappearing at breakneck speed. In the past 10 years, they have destroyed no less than 13 million
hectares.

 DESTRUCTION OF MARINE ECOSYSTEMS

The oceans are also carbon sinks, absorbing up to 50 % of CO2 The problem is that, when they reach
their limit, the ocean acidifies and causes death and disease among marine flora and fauna.

 POPULATION INCREASE

Human population is growing exponentially. Today, barely 250 years later, we are more than 7.7 billion
and will continue growing until 2050 by at least another 2 billion. An increasingly numerous population
needs more and more resources, which speeds up the increase in greenhouse gas emissions from all
production processes.

WHEN DID HUMANS FIRST BEGIN TO CAUSE CLIMATE CHANGE?

Experts agree that the Industrial Revolution was the turning point when emissions of greenhouse effect
gases entering the atmosphere began to soar. The Industrial Revolution was itself borne out of smaller
revolutions: agricultural, technological, demographic, transport, finance… creating a new model of
production and consumption.
From then onward, population growth (in 1750, there were fewer than 800 million people on Earth,
whereas now we are over 7.5 billion), exploding resource use, increasing energy demand and
production, mainly from fossil fuels, all saw the planet enter into what the scientific community have
termed the Anthropocene period, a new geological era characterized by human impact on Earth.

The main impact was the increase in the global temperature of the planet, which has risen 1.1°C since
this period, although it is estimated that, by the end of the present Century, the thermometer could rise
by 2.7 °C even if national commitments to reduce emissions are fulfilled.

CONSEQUENCES OF CLIMATE CHANGE

The global temperature increase brings disastrous consequences, endangering the survival of the Earth’s
flora and fauna, including human beings. The worst climate change impacts include the melting of the
ice mass at the poles, which in turn causes rising sea level, producing flooding and threatening coastal
environments through which small island states risk disappearing entirely.

Climate change also increases the appearance of more violent weather phenomena, drought, fires, the
death of animal and plant species, flooding from rivers and lakes, the creation of climate refugees and
destruction of the food chain and economic resources, especially in developing countries.

 CHANGE IN ECOSYSTEMS AND DESERTIFICATION

Variations in life conditions in natural environments cause death, disease and massive migrations of
species.

 MELTING OF THE POLES AND RISING SEA LEVEL

Heat causes the melting of the ice at the poles, which increases the sea level and threatens to submerge
coastal communities and small island states.

 ACIDIFICATION OF THE OCEANS

The absorption of too much CO₂ causes death and disease among fish, algae, coral and other organisms
in the sea

 EXTREME WEATHER PHENOMENA

Hurricanes, cyclones, typhoons, drought, floods, rain and snow, all increase in their degree of violence
due to global warming, causing more deaths, victims, refugees and material damage.

 EXTINCTION OF SPECIES

Changes in ecosystems and desertification cause the death of between 10,000 and 50,000 species every
year.

 MASSIVE MIGRATIONS

The existence of climate refugees, still to be recognized by the United Nations, is a reality; it is estimated
their number could reach one billion by 2050.
SEVERAL GLOBAL STEPS ARE BEING TAKEN TO TACKLE CLIMATE CHANGE.

a. Using Renewable and Environmentally Friendly Energy Sources

The first global step taken to tackle climate change is to use renewable and more environmentally
friendly energy sources. Until now, many houses and apartments in big cities have started to rely on and
install solar panels to reduce the use and load of electricity in their homes.

Many large factories are also starting to divert the energy source used to be more environmentally
friendly and not produce exhaust emissions that are harmful to the environment.

b. Limiting the Use of Fossil Fuel Vehicles

Currently, many countries have started to impose stringent emission tests on various commercial
vehicles. Not only that, several countries have made public transportation prohibited from using fossil
fuels at all. By diverting public transportation from using fossil fuels at all is very helpful to reduce levels
of emissions in the air.

Private commercial vehicles have also started to use a lot of renewable fuels such as batteries and do
not use fossil fuels at all.

c. Carrying out forest planting on a large scale

The forest is the heart of life for this world. Without forests and green areas it will make the earth's
condition warmer and nothing can produce fresh oxygen for us to breathe. For example, the Amazon
Forest which has 600 million trees, the Amazon forest is the largest forest that can help overcome the
climate crisis. Singapore is one of the countries that can be said to be successful in creating vertical
green land that is very attractive to see and does not reduce its benefits at all.

CONS OF CLIMATE CHANGE:

It is estimated that handling the issue of climate change in Indonesia will not be too disruptive to the
domestic industry. This is because the Indonesian industry's contribution to greenhouse gas emissions is
relatively small. The majority of pollution in Indonesia is caused by land clearing and forest fires.

Pollution from the Industrial Industry if presented is only around 1-2 percent. Meanwhile, the pollution
from land reaches 80 percent due to forest fires. Therefore, the key to tackling climate change in
Indonesia is reducing forest fires and clearing land. Meanwhile, the industry will be less affected because
of its small proportion.

This is different from developed countries and other developing countries such as China, where the
largest portion of pollution comes from industry. In these countries, tackling climate change must target
industries which will certainly have an impact on economic growth.
For the record, the land area in Indonesia reaches 200 million hectares, of which 136 million hectares
are in the form of forests. Oil palm plantations account for 5 percent of the total land area in Indonesia.
The aggressive expansion of oil palm land is the main source of Indonesia's increasing contribution to
greenhouse gas emissions.

PRO OF CLIMATE CHANGE:

Forest fires that occur in Indonesia occur due to industry, for example forest and land fires that are
carried out by the industry for oil palm. The impact of forest fires can damage the ecosystem as well as
the flora and fauna in it.

Anda mungkin juga menyukai