Anda di halaman 1dari 22

Seminar Nasional Perencanaan Wilayah dan Kota ITS, Surabaya ,29 Oktober 2009

“Menuju Penataan Ruang Perkotaan yang Berkelanjutan, Berdaya saing, dan Berotonomi”
ISBN No. 978-979-98808-2-6

Peran Jaringan Energi Kelistrikan Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi


(SUTET) dalam Pembangunan Perkotaan Berkelanjutan

Ira Irawati1*, Hadi Nur Cahyo 2, I Wayan Retnara3 , Guntur4

Jurusan Teknik Planologi, Institut Teknologi Nasional, Bandung, Indonesia*


ira_irawati@yahoo.com
Jurusan Teknik Planologi, Universitas Winaya Mukti, Bandung, Indonesia2
3
Jurusan Teknik Elektro, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, Indonesia
4
Studio Cilaki Empat Lima, Bandung, Indonesia

Abstrak

Perkembangan kawasan perkotaan di Indonesia mengalami pertumbuhan yang pesat, di mana proses
menjadi perkotaan dapat terjadi di sekitar suatu kota, di kawasan perkotaan metropolitan, hingga kawasan
perkotaan megapolitan. Perkembangan kawasan perkotaan tersebut akan meningkatkan aktivitas ekonomi
dan sosial yang harus berlandaskan pada pembangunan berkelanjutan, yaitu proses pembangunannya
berprinsip “memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi masa
depan” (Bruntland Report PBB, 1987), dengan tiga pilar utamanya : pembangunan ekonomi,
pembangunan sosial, dan keberlanjutan lingkungan.

Permintaan akan infrastruktur meningkat sesuai dengan peningkatan harapan masyarakat akan
peningkatan standar hidup dan pelayanan publik (Hudson,1997). Hal ini sejalan dengan perkembangan
perkotaan, dengan meningkatnya populasi, akan meningkatkan pula permintaan akan infrastruktur.
Queiroz dalam studi World Bank (pada Hudson, 1997) menunjukkan hubungan erat antara pembangunan
ekonomi dengan pembangunan infrastruktur khususnya jalan. Infrastruktur energi kelistrikan juga akan
mendukung keberlanjutan pembangunan perkotaan dan menjawab kebutuhan masyarakat atas kualitas
hidup yang lebih baik.

Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) yang merupakan bagian infrastruktur energi kelistrikan,
berfungsi menghubungkan sumber energi dengan penggunanya terutama di kawasan perkotaan.
Infrastruktur ini akan menjadi pendukung sistem ekonomi dan sistem sosial (Grigg, 1998). SUTET dalam
kerangka pembangunan berkelanjutan seringkali dilihat pilar ekonomi dan sosial, karena kemampuannya
mendukung kegiatan tersebut sebagai infrastruktur vital dan strategis. Hal ini ditegaskan dalam UU No. 26
Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, di mana SUTET ditetapkan sebagai jaringan prasarana utama dan
sistem primer yang dikembangkan untuk mengintegrasikan wilayah NKRI (Penjelasan Pasal 20). Namun
seringkali terjadi konflik pemanfaatan ruang antara keberadaan SUTET pemanfaatan ruang di sekitarnya.

Hasil pengamatan pada tahun 2007 di 21 titik pengamatan lokasi SUTET di Pulau Jawa menunjukkan
keberadaan SUTET di kawasan perkotaan menimbulkan konflik yang makin beragam seiring beragamnya
penggunaan lahan di kawasan perkotaan, namun pemahaman dan penerimaan masyarakatnya makin
tinggi pula. Di kawasan perdesaan dan kawasan peralihan, konflik makin tinggi, dengan kondisi
masyarakat yang berpendapatan rendah, menjadikan SUTET salah satu sumber konflik. Seringkali
keluhan bersifat non ruang menguat, mengiringi nilai lahan di sekitar lingkungan SUTET yang menurun
atau sulit naik.

Keberadaan SUTET dalam ruang, berdasarkan kajian dampak dan pola hubungan positif, negatif, dan
netral antara SUTET dan guna lahan di sekitarnya, secara makro (skala perkotaan) adalah SUTET
berperan untuk menghubungkan antara sumber ke kawasan-kawasan andalan dan kawasan strategis
nasional, di mana penempatannya harus dapat diamankan, dan sebaliknya dapat mendukung rencana
pola dan struktur ruang kawasan perkotaan yang akan dilayaninya. Dalam lingkup mikro, keberadaan
SUTET dilihat terhadap penggunaan lahan di sekitarnya, di mana penggunaan lahan, bangunan, pohon,
dan kegiatan di sekitarnya dapat mengamankan keberadaan SUTET dan SUTET ditempatkan pada guna
lahan yang perlu dikonservasi. Peran SUTET yang mampu pula menjaga keberadaan ruang untuk
konservasi dan dibatasi perkembangannya, mendukung pilar ketiga dari pembangunan keberlanjutan,
yaitu keberlanjutan lingkungan di kawasan perkotaan.

Katakunci: infrastruktur energi kelistrikan, pembangunan berkelanjutan, SUTET, penataan ruang

73
Seminar Nasional Perencanaan Wilayah dan Kota ITS, Surabaya ,29 Oktober 2009
“Menuju Penataan Ruang Perkotaan yang Berkelanjutan, Berdaya saing, dan Berotonomi”
ISBN No. 978-979-98808-2-6

1. Pendahuluan tidak terbangun saat ini telah berkembang


Pertumbuhan penduduk di kawasan menjadi suatu daerah dengan aktivitas yang
metropolitan berdasarkan laporan dari The “padat” dan terbangun, atau yang semula berada
Comparative Urban Studies Project di Woldrow pada daerah suburban berkembang menjadi
Wilson (Winarso, 2006) pada tahun 2005, 50 % pada kawasan development area, sehingga
tinggal di perkotaan dan pada tahun 2050 pemanfaatan ruang di lingkungan SUTET
diperkirakan akan menjadi 80 %. Proses menjadi hal yang perlu diperhatikan baik
ubanisasi di kawasan perkotaan yang dinamis ini pengaruh yang timbul dari aktivitas terhadap
akan terus berlangsung dan menjadikannya kelangsungan SUTET maupun sebaliknya
tumbuh sebagai kawasan metropolitan, sebagai pengaruh yang timbul atas keberadaan SUTET
kawasan yang berdiri sendiri atau memiliki terhadap aktivitas yang ada di sekitar atau
keterkaitan fungsional dengan kawasan koridor SUTET. Permasalahan-permasalahan
perkotaan lainnya yang dihubungkan dengan tersebut yang seringkali muncul di kawasan
sistem jaringan prasarana wilayah yang perkotaan, muncul pula pada kawasan
terintegrasi dengan jumlah penduduk secara perdesaan dengan bentuk permasalahan yang
keseluruhan sekurang-kurangnya 1.000.000 hampir sama namun lebih tidak kompleks.
(satu juta) jiwa (UU No 26 Tahun 2007 Penataan Permasalahan penyelenggaraan SUTET
Ruang). banyak ditemui pada jaringan SUTET yang
Peningkatan pertumbuhan penduduk melintasi daerah permukiman. Terlepas dari
tersebut akan menimbulkan kegiatan sosial apakah permukiman penduduk tersebut muncul
ekonomi yang besar di kawasan tersebut. Hal ini sebelum atau sesudah jaringan SUTET
tentunya memerlukan dukungan infrastruktur dibangun, isu permasalahan penyelenggaraan
yang memadai, di mana infastruktur sebagai SUTET telah menjadi isu nasional yang perlu
sistem fisik berupa fasilitas fisik atau bangunan segera ditindaklanjuti. Permasalahan sosial
akan mendukung berfungsinya sistem sosial dan ekonomi : rendahnya nilai lahan di bawah
sistem ekonomi masyarakat (Grigg, 1998). Salah jaringan SUTET, ancaman gangguan kesehatan
satu infrastruktur tersebut adalah sistem jaringan terhadap masyarakat yang bermukim di sekitar
energi ketenagalistrikan, di mana dalam SUTET, serta ganti rugi lahan menjadi
menyalurkan daya listrik dari pusat-pusat permasalahan yang mengemuka di lapangan.
pembangkit sampai ke pusat-pusat beban; Persepsi sebagian masyarakat yang
seperti halnya kawasan industri, perkotaan, beranggapan bahwa penyelenggaraan SUTET
pemukiman dan keperluan lain; diperlukan sistem membangkitkan medan listrik dan medan magnet
penyaluran yang tepat, andal, aman, dan yang dapat mengakibatkan leukimia, kanker otak,
ekonomis. Selain itu, hal ini sejalan pula dengan dan gangguan psikis, ditengarai merupakan
Universal Service Obligation yang penyebab keresahan yang terjadi selama ini.
mengisyaratkan perlunya pelayanan energi Dampak dari persepsi terhadap dampak negatif
kelistrikan yang baik dan dapat menjangkau yang ditimbulkan SUTET menyebabkan
seluruh lapisan masyarakat. Salah satu sistem masyarakat menuntut pemerintah untuk
penyaluran energi kelistrikan tersebut dilakukan memberikan kompensasi atau ganti rugi atas
melalui jaringan transmisi tegangan tinggi dengan kerugian ekonomi dan penderitaan (fisik atau
tegangan 425 kV atau dikenal dengan jaringan psikis) yang dialami, padahal pada kasus tertentu
transmisi sistem Saluran Udara Tegangan Ekstra permukiman penduduk justru baru muncul
Tinggi (SUTET). setelah dibangunnya jaringan SUTET.
Pertimbangan menggunakan tegangan Permasalahan atau konflik-konflik tersebut
ekstra tinggi untuk menyalurkan daya listrik perlu dipahami melalui hubungan dan dampak
untuk jarak yang sangat jauh adalah untuk atas penyelenggaraan SUTET terhadap ruang
memperkecil kehilangan daya listrik pada dan aktivitas di dalamnya, serta sebaliknya. Hal
jaringan dan juga menghemat pemakaian ini tentunya dilakukan melalui kajian atas kondisi
penghantar (konduktor) pada sistem guna lahan yang dilalui oleh jaringan transmisi
salurannya. SUTET serta kondisi sosial ekonomi
masyarakatnya. Berdasarkan pemahaman
Keberadaan SUTET saat ini, yang tersebut, maka penyelenggaraan energi sebagai
sementara ini masih berada di Pulau Jawa, dan salah satu infrastruktur perkotaan akan
direncanakan selanjutnya di Pulau Sumatera dan mendukung terwujudnya keberlangsungan
Kalimantan, dalam perkembangannya dalam perkotaan berkelanjutan. Tentunya makna
mengalami tantangan akibat adanya keberlanjutan kawasan perkotaan tidak pada
perkembangan perkotaan dan pedesaan yang pengembangan alternatif sumber energi yang
semakin pesat, sehingga menimbulkan berbagai berkelanjutan, namun bagaimana Sistem
aktivitas dan membutuhkan lahan yang luas. Jaringan Transmisi SUTET dapat mendukung
Dalam kondisi lahan terbatas, lahan di keberlanjutan kawasan perkotaan dan kawasan
lingkungan-koridor SUTET semakin “terdesak”. perdesaan yang mendukungnya dengan
Lingkungan-koridor SUTET yang semula terletak menjamin keberlanjutan ekonomi, sosial, dan
pada wilayah perdesaan atau dominan di lahan lingkungan kawasan perkotaan tersebut. Adapun

74
Seminar Nasional Perencanaan Wilayah dan Kota ITS, Surabaya ,29 Oktober 2009
“Menuju Penataan Ruang Perkotaan yang Berkelanjutan, Berdaya saing, dan Berotonomi”
ISBN No. 978-979-98808-2-6

penataan ruang di lingkungan SUTET untuk kapasitas skala besar yang berfungsi untuk
mewujudkan kawasan perkotaan yang menaikan atau menurunkan tegangan dari sisi
berkelanjutan tersebut dapat diwujudkan melalui primer ke sisi sekunder. Sedangkan Gardu Induk
kajian atas: 1) jenis kegiatan yang dapat Tegangan Ekstra Tinggi (GITET) adalah gardu
dikembangkan maupun yang perlu dibatasi induk dimana sistem tegangan kerja yang
pengembangannya di sepanjang lingkungan terpasang menggunakan tegangan ekstra tinggi
SUTET, dan 2) kriteria lokasi pengembangan (dari 275 kV s/d 700 kV). Gambaran mengenai
SUTET yang memperhatikan keberadaan sistem jaringan energi listrik dan komponen
kegiatan yang telah berkembang dan kegiatan prasarananya dapat dilihat pada Gambar 1.
yang akan dilindungi.
Dalam sistem SUTET se-Jawa aspek
teknisnya ada dua, yaitu:
2. Kedudukan SUTET sebagai Sistem
Jaringan Energi Listrik dan Pembentuk • SUTET 500kV sirkit tunggal, biasanya
Struktur Ruang terdiri dari dua tower, memiliki konfigurasi
pemasangan konduktor yang berjajar secara
2.1 SUTET sebagai bagian dari Sistem horisontal. Pertimbangan menggunakan
Jaringan Energi Listrik sistem sirkit tunggal adalah untuk
Sistem Jaringan Energi Listrik dan memperkecil dari gangguan sambaran petir,
Komponen Prasarananya terdiri atas:
Pembangkit Tenaga Listrik, Jaringan PRASARANA
PEMBANGKIT
PEMBANGKIT
transmisi (SUTET dan SUTT-Saluran Udara SKALA BESAR
Tegangan Tinggi), jaringan distribusi (SUTM-
Saluran Udara Tegangan Menengah dan Jaringan 500 kV
SUTR-Saluran Udara Tegangan Rendah),
serta Gardu Induk (GITET-Gardu Induk
Tegangan Ekstra Tinggi dan GI-Gardu TRANSMISI
JARAK JAUH
Induk). Tenaga listrik yang dihasilkan melalui SUTET
500 kV
pembangkit tenaga listrik disalurkan melalui
jaringan listrik. Seperti diketahui, pada
GARDU INDUK
umumnya pusat-pusat pembangkit tenaga SUTET  SUTT
TRANSMISI
GARDU INDUK SUTET KE
listrik itu berada cukup jauh, bahkan sangat (GITET)
WILAYAH LAIN
jauh dari perkotaan, kawasan industri,
maupun perumahan yang memerlukan daya TRANSMISI SUTT
listrik. Jaringan listrik tersebut JARAK
150 kV/70kV
MENENGAH/
dikelompokkan menjadi jaringan distribusi PENDEK
dan jaringan transmisi. Jaringan distribusi
tenaga listrik adalah jaringan listrik berada di GARDU INDUK
SUTT  SUTM
sekitar pemakai seperti perumahan, GARDU INDUK

perkotaan, maupun kawasan industri.


Jaringan distribusi tenaga listrik SALURAN
menggunakan tegangan lebih kecil dari 35 DISTRIBUSI SUTM
PRIMER 20 kV
kV (PUIL 2000). Sedangkan jaringan
transmisi tenaga listrik adalah sistem yang
digunakan untuk menyalurkan daya listrik GARDU
DISTRIBUSI
GARDU
DISTRIBUSI
dalam kapasitas daya besar (tegangan di SUTM  SUTR

atas 35 kV) dengan menggunakan sistem


tegangan tinggi atau ekstra tinggi dan daya SALURAN SUTR
listrik yang disalurkan cukup jauh. DISTRIBUSI 380 V / 220 V
SEKUNDER
Saluran transmisi berfungsi untuk
menyalurkan energi listrik dari pembangkit- KONSUMEN
pembangkit besar ke pusat beban. Karena KONSUMEN

pertimbangan teknis pada umumnya saluran


transmisi tenaga listrik memakai saluran disamping juga pertimbangan geografis
transmisi di udara terbuka yaitu disebut SUTT pegunungan dan kelabilan tanah, di mana
(Saluran Udara Tegangan Tinggi) atau SUTET. ketinggian tower lebih rendah. Tingginya
SUTET yang ada di Indonesia menggunakan lebih kurang 34 meter. Rata-rata lebar lahan
tegangan 500 kV. Komponen lain dari sistem yang digunakan adalah 100 meter.
transmisi adalah Gardu Induk (GI), yaitu tempat
Gambar 1. Sistem Jaringan dan Komponen
untuk mengumpulkan, mendistribusikan dan
Prasarana Kelistrikan
mentransmisikan daya listrik dalam kapasitas
daya besar. Dalam GI terdapat trafo tenaga/daya

75
Seminar Nasional Perencanaan Wilayah dan Kota ITS, Surabaya ,29 Oktober 2009
“Menuju Penataan Ruang Perkotaan yang Berkelanjutan, Berdaya saing, dan Berotonomi”
ISBN No. 978-979-98808-2-6

Sumber : Interpretasi UU No 20 thn 2002 tentang sebagian wilayah ini telah terintegrasi dan
Ketenagalistrikan diharapkan Provinsi Kalimantan Selatan juga
• SUTET 500kV sirkit ganda, biasanya terdiri akan terintegrasi dengan sistem tersebut.
dari satu tower. Pemakaian luas lahan jauh Untuk kurun waktu jangka menengah sistem
lebih sedikit, namun konstruksi dari SUTET Sumatera diharapkan sudah terintegrasi
tersebut cukup tinggi dan sesuai digunakan seluruhnya menggunakan jaringan tegangan
di daerah-daerah yang frekuensi petirnya ekstra tinggi 275 kV. Dengan masuk
rendah, dengan tinggi lebih kurang 58 meter. pembangkit yang berskala besar, dalam
kurun waktu jangka panjang sistem di
Kalimatan dan Sulawesi diharapkan pula
sudah terhubung dengan baik.
Pengembangan sistem penyaluran di Pulau
Jawa-Bali menggunakan sistem 500 kV dan
150 kV sedangkan sistem 70 kV tidak
dikembangkan kecuali bagi daerah
pertumbuhannya kurang pesat.
Pengembangan transmisi 500 kV di Pulau
Jawa dimaksudkan untuk menjaga
kestabilan sistem dan penyambungan
pembangkit skala besar dan kebutuhan
GITET. Sistem Jawa Bali menyuplai Provinsi
seluruh Pulau Jawa, Madura dan Bali melalui
sistem transmisi 500 KV, sedangkan
interkoneksi dari Provinsi Jawa dengan
Provinsi Bali dihubungkan dengan kabel laut
Gambar 2. SUTET 500 kV Sistem Sirkit Tunggal 150 kV demikian juga halnya dengan
penyaluran ke Pulau Madura.
Sumber : PT. PLN (Persero)
2.3 Jaringan Transmisi SUTET dalam
Kebijakan Penataan Ruang di
Indonesia
UU RI No 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang menetapkan sistem ketenagalistrikan
sebagai bagian dari rencana struktur ruang
(Pasal 17 ayat (2)) sebagai rencana sistem
jaringan prasarana. Pada bagian penjelasan
Pasal 20 ayat (1) huruf b: sistem jaringan
energi dan kelistrikan merupakan bagian dari
sistem primer yang dikembangkan untuk
mengintegrasikan wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia selain untuk melayani
kegiatan berskala nasional.
Lebih lanjut dalam PP No 26 Tahun 2006
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
(RTRWN), sistem ketenagalistrikan ditetapkan
Gambar 3. SUTET 500 kV Sistem Sirkit Ganda
dalam Pasal 5 ayat (1) melalui kebijakan
pengembangan struktur ruang, dan ayat (3)
Sumber : PT. PLN (Persero)
mengenai strategi untuk peningkatan kualitas dan
jangkauan pelayanan jaringan prasarana
2.2 Keberadaan Jaringan SUTET di meliputi, melalui meningkatkan jaringan energi
Indonesia untuk memanfaatkan energi terbarukan dan tak
Berdasarkan Rencana Umum terbarukan secara optimal serta mewujudkan
Ketenagalistrikan Nasional, 2005, sistem keterpaduan sistem penyediaan tenaga listrik.
penyaluran energi listrik sistem besar sudah Selanjutnya pada Sistem jaringan energi
terintegrasi adalah sistem Jawa-Bali nasional pada Pasal 10 ayat (1) huruf c
(terinterkoneksi) dan sistem Sumatera terdiri atas jaringan pipa minyak dan gas
(belum semua terinterkoneksi). Sedangkan bumi, pembangkit tenaga listrik, dan
sistem kelistrikan di pulau lainnya seperti jaringan transmisi tenaga listrik. Jaringan
Sulawesi sudah terintegrasi di daerah bagian transmisi tenaga listrik dikembangkan
selatan. Sistem di Provinsi Kalimantan untukmenyalurkan tenaga listrik antarsistem
Selatan dan Provinsi Kalimantan Tengah yang menggunakankawat saluran udara,

76
Seminar Nasional Perencanaan Wilayah dan Kota ITS, Surabaya ,29 Oktober 2009
“Menuju Penataan Ruang Perkotaan yang Berkelanjutan, Berdaya saing, dan Berotonomi”
ISBN No. 978-979-98808-2-6

kabel bawah tanah, atau kabel bawah laut. Pulau Jawa, berlokasi pada Jaringan SUTET
Jaringan transmisi tenaga listrik ini pada koridor utara, yaitu :
ditetapkan dengan kriteria: a. mendukung
ketersediaan pasokan tenaga listrik untuk • Jakarta–Purwakarta, yaitu : Cawang–
kepentingan umum di kawasan perkotaan Bekasi–Cibinong; Gandul–Cibinong–
hingga perdesaan; b. mendukung Saguling–Cirata.
pengembangan kawasan perdesaan, • Bandung (Selatan)–Kuningan (Mandiracan)
pulaupulau kecil, dan kawasan terisolasi; c. • Semarang dan sekitarnya, yaitu : Ungaran–
melintasi kawasan permukiman, wilayah Kuningan (Mandiracan), Ungaran–Klaten
sungai, laut, hutan, persawahan, (Pedan), Ungaran–Jepara (Tanjung Pati),
perkebunan, dan jalur transportasi; d. berada Ungaran–Sidoarjo (Krian).
pada lokasi yang aman terhadap kegiatan • Gresik–Surabaya–Sidoarjo (Krian)–
lain dengan memperhatikan persyaratan Pasuruan–Probolinggo (Paiton)
ruang bebas dan jarak aman; e. merupakan Hasil pengamatan dapat disimpulkan
media penyaluran tenaga listrik adalah kawat sebagai berikut :
saluran udara, kabel bawah laut, dan kabel A. Dampak Keberadaan SUTET terhadap
bawah tanah; dan f. menyalurkan tenaga Lingkungan
listrik berkapasitas besar dengan tegangan
• Makin suatu kawasan mengarah pada
nominal lebih dari 35 (tiga puluh lima) kilo
kawasan perkotaan, makin tinggi pula
Volt.
dampak yang ditimbulkan oleh keberadaan
Sistem jaringan energi ini pun pada RTRWN guna lahan permukiman akibat kepadatan
ditetapkan untuk mendukung kawasan bangunan dan kepadatan penduduk yang
andalan, propinsi, dan kabupaten/kota; yang makin tinggi. Dengan sistem konstruksi
selanjutnya pada indikasi arahan peraturan SUTET yang makin tinggi (single tower –
zonasi ditetapkan pembangkit tenaga listrik double circuit) dampak itu makin rendah
disusun dengan memperhatikan dibandingkan dengan jenis konstruksi double
pemanfaatan ruang di sekitar pembangkit tower – single circuit. Konflik dan dampak
listrik harus memperhatikan jarak aman dari makin tinggi pula apabila didukung oleh
kegiatan lain. Peraturan zonasi untuk ketidakpahaman masyarakat atas
jaringan transmisi tenaga listrik disusun keberadaan jaringan SUTET yang ada di
dengan memperhatikan ketentuan lingkungannya.
pelarangan pemanfaatan ruang bebas di • Kawasan yang berkarakter perdesaan,
sepanjang jalur transmisi sesuai dengan menunjukkan sistem konstruksi pun
ketentuan peraturan perundang-undangan. berpengaruh sama dengan yang berada
pada kawasan perkotaan, di mana sistem
konstruksi SUTET yang makin tinggi (single
2.4 Jaringan Transmisi SUTET dalam tower–double circuit) dampak itu makin
Lingkup Hubungan Masyarakat rendah dibandingkan dengan jenis
Kebijakan SUTET dalam lingkup hubungan konstruksi double tower–single circuit.
kemasyarakatan terkait dengan pengaturan Konflik dan dampak makin tinggi pula
atas keberadaan SUTET baik itu apabila didukung oleh keberadaan atau
pembangunan, maupun pengamanan kondisi ekonomi masyarakat perdesaan
SUTET terhadap aktivitas sekitarnya dan dengan tingkat pendapatan menengah–
pengamanan masyarakat atas keberadaan rendah.
SUTET. Kebijakan tersebut dapat dilihat • Penurunan harga lahan terjadi baik di
pada Tabel 1. kawasan perkotaan maupun perdesaan,
tidak terpengaruh oleh jenis konstruksi
SUTET maupun sejarah keberadaan
2.5 Jaringan Transmisi SUTET sebagai SUTET. Namun, pada guna lahan budidaya
Ketentuan dalam Peraturan Zonasi non pertanian di kawasan perkotaan,
Ketentuan penataan ruang di bawah penurunan harga tidak sebesar penurunan
lingkungan SUTET pada Tabel 2 merupakan harga di perdesaan.
rincian peraturan-peraturan yang mengatur B. Dampak Aktivitas Lingkungan terhadap
tata ruang di koridor SUTET atau di area Keberadaan SUTET
sempadan SUTET. Kegiatan masyarakat yang memiliki
pengaruh negatif terhadap konstruksi
SUTET adalah kegiatan pertambangan,
3. Profil Umum Penggunaan Lahan yang umumnya terjadi di kawasan
perdesaan.
dan Kegiatan di Lingkungan SUTET
Pengamatan pada Tahun 2007 di 21 titik
pengamatan di koridor-lingkungan SUTET di

77
Seminar Nasional Perencanaan Wilayah dan Kota ITS, Surabaya ,29 Oktober 2009
“Menuju Penataan Ruang Perkotaan yang Berkelanjutan, Berdaya saing, dan Berotonomi”
ISBN No. 978-979-98808-2-6

4. Pola Hubungan Dampak yang


Terjadi antara Lingkungan/Ruang
dengan SUTET

Karakteristik guna lahan/aktivitas yang


bersifat khusus, sangat penting untuk
diperhatikan dalam kaitannya dengan
keberadaan SUTET. Keterkaitan tersebut
menunjukkan pola hubungan yang antara
guna lahan dan SUTET. Dalam kaitannya
dengan pola hubungan tersebut, karakter
guna lahan akan menentukan pola
hubungan yang terjadi. Karakter tersebut
dibentuk oleh entitas yaitu unit lingkungan
terkecil. Entitas adalah komponen atau
elemen dari lingkungan yang selanjutnya
akan membentuk guna lahan, dan guna
lahan selanjutnya akan membentuk
lingkungan. Entitas ini selanjutnya akan
menentukan karakter guna lahan dan pola
hubungannya dengan SUTET. Entitas
sendiri terdiri dari 6 (enam) kategori, yaitu :
manusia, bangunan dan jaringan prasarana
(berdasarkan karakter jenis materialnya, tipe
atau jenis konstruksinya, ketinggian, dan
kepadatan bangunan), aktivitas manusia,
benda bergerak, ekonomi lahan, karakter
alam,
Berdasarkan karakter dari entitas tersebut,
dalam kaitannya dengan keberadaan entitas
terhadap SUTET dan sebaliknya, terdapat 3
(tiga) pola hubungan dampak berikut.
• Positif (+), keberadaan SUTET maupun
sebaliknya bagi entitas (guna lahan dan
lingkungannya) memberikan pengaruh atau
dampak yang menguntungkan, dalam arti
keberadaannya dapat memperkuat fungsi
dan keberadaan masing-masing.
• Negatif (-), keberadaan SUTET maupun
sebaliknya bagi entitas (guna lahan dan
lingkungannya), memberikan pengaruh atau
dampak yang merugikan, dalam arti SUTET
merugikan lingkungan, demikian pula
sebaliknya.

78
Seminar Nasional Perencanaan Wilayah dan Kota ITS, Surabaya ,29 Oktober 2009
“Menuju Penataan Ruang Perkotaan yang Berkelanjutan, Berdaya saing, dan Berotonomi”
ISBN No. 978-979-98808-2-6

Tabel 1. Kebijakan SUTET dalam Lingkup Hubungan Masyarakat


No Kebijakan Isi Keterangan
1 Aspek : Ganti Rugi
a UU No.15 Tahun 1985 tentang Langkah-langkah : -
Ketenagalistrikan Membentuk joint team yang terdiri dari pemerintah, PLN dan elemen masyarakat. Tim inilah yang ditugaskan untuk
menyelesaikan persoalan yang terjadi di lapangan melalui dialog intensif, penyuluhan dan upaya-upaya lainnya.
b Keppres No. 55 Tahun 1993 • Pengadaan tanah untuk kepentingan umum dengan bantuan Panitia yang dibentuk Gubernur dan -
keanggotaannya mewakili Instansi terkait di Tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota.
• Pengadaan tanah untuk kepentingan umum dilakukan melalui musyawarah secara langsung.
• Dasar dan cara perhitungan ganti kerugian ditetapkan atas dasar : Harga tanah sebenarnya dengan
memperhatikan NJOP terakhir; Nilai jual bangunan yang ditaksir oleh instansi bidang bangunan; Nilai jual
tanaman yang ditaksir oleh instansi bidang pertanian.
c Peraturan Menteri • Ganti rugi diberikan hanya untuk tanah tapak tower dan bangunan serta tanaman yang memasuki ruang -
Pertambangan dan Energi No. bebas
01.P/47/MPE/1992 • Tanaman dan bangunan yang terletak di lingkungan SUTET dan tidak memasuki ruang bebas tidak
dibebaskan dan tidak diberikan ganti rugi.
• Tanah tempat untuk mendirikan Tapak Penyangga termasuk bangunan dan tanaman yang berada di atas
tanah tersebut harus dibebaskan dan diberikan ganti rugi.
d Lampiran Kepmen • Tanah dan Bangunan yang telah ada sebelumnya (pembangunan SUTET) yang berada di bawah proyeksi Pembebasan dan penggantian
975.K/47/MPE/1999 ruang bebas SUTET diberikan ganti rugi. lahan itu terhitung sejak
• Ganti rugi hanya diberikan kepada tanah yang dijadikan tapak tower dan bangunan serta tanaman yang Kepmen itu berlaku, yakni
memasuki ruang bebas. tahun 1999
• Ganti rugi tidak berlaku bagi mereka yang dengan sengaja mendirikan bangunan atau tempat tinggal setelah
proyek SUTET berjalan.
• Rumus penghitungan pemberian kompensasi tanah dan bangunan itu adalah sebagai berikut:
Nilai Kompensasi = optimalisasi lahan x indeks fungsi x status tanah x NJOP yang besarnya adalah
maksimum 10% dari NJOP.
2. Aspek Jarak Aman • Jarak aman ini diukur berdasarkan tingginya tegangan listrik, Untuk transmisi SUTT dan SUTET aturan jarak -
aman vertikal (C) adalah untuk tegangan 70 kV adalah 4,5 meter, untuk 150 kV adalah 5,5 meter, untuk 275
kV adalah 7,5 meter dan untuk 500 kV adalah 9,5 meter. Sedangkan jarak aman horizontal dari as/sumbu
menara (D) adalah untuk tegangan 70 kV adalah 7 meter, untuk 150 kV adalah 10 meter, untuk 275 kV
adalah 13 meter dan 500 kV adalah 17 meter.
• PLN sendiri telah membuat pagar pembatas untuk menjaga ruang bebas dan jarak aman
• Secara periodik melakukan pengukuran kuat medan listrik dengan menggunakan alat Elektromagnetic Field
Meter. Menurut WHO (World Health Organization) ambang batas kekuatan medan listrik dan medan magnet
yang tidak membahayakan tubuh manusia sebesar 5 kV/m untuk medan listrik dan 0,1 milli tesla untuk
medan magnet.
• PLN memberikan penyuluhan tentang aturan jarak aman kepada masyarakat yang bertujuan memberikan
pengertian yang benar tentang pengaruh medan listrik dan medan magnet sehingga masyarakat yang
bermukim di sekitar sarana transmisi ini, memiliki persepsi yang benar dan rasa aman tinggal di sekitarnya.
Penyuluhan ini biasanya diberikan PLN pada saat awal pengoperasian SUTT dan SUTET. Penyuluhan ini
dapat juga diberikan pada kesempatan lain jika masyarakat membutuhkannya.

Sumber : Review Kebijakan tentang SUTET dan Ketenagalistrikan

79
Seminar Nasional Perencanaan Wilayah dan Kota ITS, Surabaya ,29 Oktober 2009
“Menuju Penataan Ruang Perkotaan yang Berkelanjutan, Berdaya saing, dan Berotonomi”
ISBN No. 978-979-98808-2-6

Tabel 2. Aspek Zoning Regulation dalam Koridor SUTET


Dasar Ketentuan
No Aspek Penataan Ruang
Jenis Ketentuan Ketentuan
1 Pemanfaatan Tidak ada pemanfaatan Ruang Bebas Ruang bebas merupakan Ruang tersebut harus Jarak bebas vertikal
Ruang Udara ruang di ruang (udara) (Pedoman Penyuluhan ruang sekeliling penghantar dibebaskan dari orang, dan horizontal sekitar
ini. Besarnya ruang Peraturan Menteri (kawat listrik) SUTET yang makhluk hidup lain penghantar SUTET
bebas terkait dengan Pertambangan dan besarnya tergantung maupun benda apapun Æ di atas permukaan
jenis konstruksi SUTET Energi No. tegangan, tekanan angin dan demi keselamatan orang, tanah
01/P/MPE/Tahun suhu kawat penghantar. makhluk hidup dan
1992) benda lainnya tersebut
demikian pula keamanan
dari SUTT atau SUTET
itu sendiri

2 Ketinggian Pemanfaatan ruang Ruang Aman Ruang aman adalah ruang Untuk mendirikan Jarak aman dari atas
Bangunan dibolehkan dengan yang berada di luar ruang bangunan di dalam permukaan tanah
ketentuan ketinggian bebas yang tanahnya masih ruang aman, tetap sampai dengan batas
bangunan tergantung dapat dimanfaatkan diperlukan Ijin jarak bebas Æ jarak
dari : sifat ketahanan Mendirikan Bangunan vertikal
api bangunan, sifat dari Pemerintah Daerah
penghantaran listrik
bangunan

Ketinggian Bangunan
tergantung dari :
Ketentuan tentang
pemanfaatan ruang
lainnya diatur oleh
peraturan daerah
masing-masing

80
Seminar Nasional Perencanaan Wilayah dan Kota ITS, Surabaya ,29 Oktober 2009
“Menuju Penataan Ruang Perkotaan yang Berkelanjutan, Berdaya saing, dan Berotonomi”
ISBN No. 978-979-98808-2-6

Dasar Ketentuan
No Aspek Penataan Ruang
Jenis Ketentuan Ketentuan
3 Pemanfaatan Pemanfaatan ruang Ruang Aman Ruang aman adalah ruang Untuk mendirikan Jarak aman
Ruang di atas dibolehkan dengan yang berada di luar ruang bangunan di dalam horisontal di
tanah memperhatikan jenis: bebas yang tanahnya masih ruang aman, tetap permukaan tanah di
prasarana jaringan yang dapat dimanfaatkan diperlukan Ijin area sempadan
melintas Mendirikan Bangunan SUTET
benda bergerak di dari Pemerintah Daerah
bawahnya
tidak dibolehkan
bangunan dengan
resiko kebakaran tinggi
seperti pom bensin dan
tempat penimbuhan
bahan bakar

Sumber : Review Kebijakan tentang SUTET dan Ketenagalistrikan

81
Seminar Nasional Perencanaan Wilayah dan Kota ITS, Surabaya ,29 Oktober 2009
“Menuju Penataan Ruang Perkotaan yang Berkelanjutan, Berdaya saing, dan Berotonomi”
ISBN No. 978-979-98808-2-6

• Netral (0), keberadaan SUTET maupun Keterkaitan entitas, guna lahan, dan pola
sebaliknya bagi guna lahan serta hubungan dampak guna lahan dan SUTET
aktivitasnya, tidak memiliki keterkaitan, tidak dapat dilihat pada tabel 2. Adapun Pola
merugikan maupun menguntungkan. Hubungan Keberadaan SUTET terhadap
Berdasarkan sifatnya, pola hubungan Penggunaan Lahan dan Prasarana dapat
tersebut dapat membentuk jenis hubungan: dilihat pada tabel 3. Berdasarkan
keterkaitan dan pola hubungan tersebut,
• Searah, pola hubungan yang terjadi adalah maka Prioritas Peletakan Guna
hanya terjadi antara SUTET kepada entitas Lahan/Aktivitas Berdasarkan Pola
saja atau entitas terhadap SUTET. Hubungan Dampak dapat dilihat pada
• Dua Arah, pola hubungan yang terjadi Gambar 3.
adalah timbal balik antara SUTET terhadap
entitas dan sebaliknya entitas terhadap
SUTET.

Tabel 2. Keterkaitan Entitas, Guna Lahan dan Pola Hubungan Dampak Guna Lahan dan SUTET

Uraian
Pola
Karakter Entitas : Karakter Entitas : Pola Hubungan Hubungan
Entitas Hubungan Dampak Hubungan Dampak Dampak Guna Dampak
No. (Aktivitas/Guna Guna SUTET terhadap Lahan/Aktivitas SUTET
Lahan) Lahan/Aktivitas Guna Terhadap terhadap
terhadap SUTET Lahan/Aktivitas SUTET Aktivitas/Guna
Lahan

1 Kawasan Lindung
1.1 Kawasan hutan lindung • Karakter positif : • Karakter positif : Positif (+) Positif (+)
tidak ada manusia, tidak ada manusia,
tidak ada tidak ada
bangunan, kondisi bangunan, adanya
lahan yang stabil, kepentingan dalam
adanya perlindungan dan
kepentingan dalam pengendalian.
perlindungan dan • Karakter negatif : -
pengendalian.
• Karakter negatif :
ancaman
ketinggian
vegetasi, ancaman
kebakaran hutan.
1.2 Kawasan suaka alam • Karakter positif : • Karakter positif : Positif (+) Netral (0)
dan cagar budaya manusia dalam manusia dalam
(cagar alam, suaka jumlah sedikit, tidak jumlah sedikit,
margasatwa, taman ada bangunan, tidak ada
nasional) kondisi lahan yang bangunan, adanya
stabil, adanya kepentingan dalam
Seminar Nasional Perencanaan Wilayah dan Kota ITS, Surabaya ,29 Oktober 2009
“Menuju Penataan Ruang Perkotaan yang Berkelanjutan, Berdaya saing, dan Berotonomi”
ISBN No. 978-979-98808-2-6

Uraian
Pola
Karakter Entitas : Karakter Entitas : Pola Hubungan Hubungan
Entitas Hubungan Dampak Hubungan Dampak Dampak Guna Dampak
No. (Aktivitas/Guna Guna SUTET terhadap Lahan/Aktivitas SUTET
Lahan) Lahan/Aktivitas Guna Terhadap terhadap
terhadap SUTET Lahan/Aktivitas SUTET Aktivitas/Guna
Lahan

rawan
bencana/menggan
ggu konstruksi.
1.4 Waduk/danau/ • Karakter positif : - • Karakter positif : - Negatif (-) Netral (0)
bendungan/ mata air • Karakter negatif : • Karakter negatif : -
dan sempadannya ancaman benda
bergerak, kondisi
lahan pada
sempadan rentan
labil.
1.5.1 Sungai besar • Karakter positif : • Karakter positif : Negatif (-) Positif (+)
(digunakan untuk adanya adanya
transportasi) dan kepentingan dalam kepentingan dalam
sempadannya perlindungan dan perlindungan dan
pengendalian pengendalian
• Karakter negatif : • Karakter negatif : -
ancaman benda
bergerak, kondisi
lahan pada
sempadan rentan
labil
1.5.2 Sungai kecil dan • Karakter positif : • Karakter positif : Positif (+) Positif (+)
sempadannya adanya adanya
kepentingan dalam kepentingan dalam
perlindungan dan perlindungan dan
pengendalian pengendalian
• Karakter negatif: - • Karakter negatif : -
1.6 Kawasan pesisir • Karakter positif : • Karakter positif : Negatif (-) Negatif (-)
(pantai) adanya adanya
kepentingan dalam kepentingan dalam
perlindungan dan perlindungan dan
pengendalian pengendalian
• Karakter negatif : • Karakter negatif :
kondisi lahan pada gangguan
sempadan rentan estetika/kenyaman
labil an, penurunan nilai
lahan.
2 Kawasan Budidaya
2.1 Kawasan hutan • Karakter positif : • Karakter positif : Positif (+) Positif (+)
produksi dan hutan manusia dalam manusia dalam
Seminar Nasional Perencanaan Wilayah dan Kota ITS, Surabaya ,29 Oktober 2009
“Menuju Penataan Ruang Perkotaan yang Berkelanjutan, Berdaya saing, dan Berotonomi”
ISBN No. 978-979-98808-2-6

Uraian
Pola
Karakter Entitas : Karakter Entitas : Pola Hubungan Hubungan
Entitas Hubungan Dampak Hubungan Dampak Dampak Guna Dampak
No. (Aktivitas/Guna Guna SUTET terhadap Lahan/Aktivitas SUTET
Lahan) Lahan/Aktivitas Guna Terhadap terhadap
terhadap SUTET Lahan/Aktivitas SUTET Aktivitas/Guna
Lahan

perkebunan) ada bangunan. tidak ada


• Karakter negatif : - bangunan.
• Karakter negatif :
resiko psikologis
2.3 Kawasan • Karakter positif : • Karakter positif : Positif (+) Netral (0)
perikanan/Peternakan manusia dalam manusia dalam
jumlah sedikit, tidak jumlah sedikit,
ada bangunan. tidak ada
• Karakter negatif : - bangunan.
• Karakter negatif :
resiko psikologis
2.4.1 Kawasan • Karakter positif : - • Karakter positif :- Negatif (-) Netral (0)
pertambangan (galian • Karakter negatif : • Karakter negatif : -
bebatuan/pasir/mineral aktivitas beresiko
lainnya) mengganggu
pondasi tower.
2.4.2 Kawasan • Karakter positif : - • Karakter positif : - Negatif (-) Negatif (-)
Pertambangan (minyak • Karakter negatif : • Karakter negatif:
dan gas bumi) aktivitas beresiko ancaman
mengganggu kebakaran
pondasi tower dan
bersifat eksplosif.
2.5.1 Kawasan industri/pabrik • Karakter positif : - • Karakter positif : - Negatif (-) Negatif (-)
dan pergudangan (BBM • Karakter negatif : • Karakter negatif :
dan kimia/eksplosif) intensitas intensitas
bangunan dan bangunan dan
manusia tinggi, manusia tinggi,
aktivitas bersifat ancaman
eksplosif kebakaran, nilai
lahan turun,
gangguan
terhadap barang
elektronik.
2.5.2 Kawasan industri/pabrik • Karakter positif : - • Karakter positif : - Negatif (-) Negatif (-)
dan pergudangan (non • Karakter negatif: • Karakter negatif:
BBM dan intensitas intensitas
kimia/eksplosif) bangunan dan bangunan dan
manusia tinggi manusia tinggi,
nilai lahan turun,
gangguan
Seminar Nasional Perencanaan Wilayah dan Kota ITS, Surabaya ,29 Oktober 2009
“Menuju Penataan Ruang Perkotaan yang Berkelanjutan, Berdaya saing, dan Berotonomi”
ISBN No. 978-979-98808-2-6

Uraian
Pola
Karakter Entitas : Karakter Entitas : Pola Hubungan Hubungan
Entitas Hubungan Dampak Hubungan Dampak Dampak Guna Dampak
No. (Aktivitas/Guna Guna SUTET terhadap Lahan/Aktivitas SUTET
Lahan) Lahan/Aktivitas Guna Terhadap terhadap
terhadap SUTET Lahan/Aktivitas SUTET Aktivitas/Guna
Lahan

bangunan. gangguan
estetika/kenyaman
an, konflik sosial,
nilai lahan turun.
2.7.2 Kawasan permukiman • Karakter positif : - • Karakter positif : - Negatif (-) Negatif (-)
tidak terencana • Karakter negatif : • Karakter negatif :
(kampung) intensitas manusia intensitas manusia
dan bangunan dan bangunan
tinggi, konstruksi tinggi, ancaman
bangunan rentan kebakaran,
kebakaran. gangguan
elektomagnetik,
gangguan
estetika/kenyaman
an, konflik sosial,
nilai lahan turun.
2.8 Kawasan Militer (basis • Karakter positif : - • Karakter positif : - Negatif (-) Negatif (-)
dan latihan) • Karakter negatif : • Karakter negatif :
aktivitas bersifat ancaman
eksplosif. kebakaran
3 Prasarana/Jaringan
3.1 Prasarana Transportasi
3.1.1 Jalan raya/arteri • Karakter positif : - • Karakter positif : Negatif (-) Netral (0)
• Karakter negatif : pembatasan
ancaman benda perkembangan
bergerak, ancaman ruang
perkembangan • Karakter negatif :
ruang. nilai lahan turun
3.1.2 Jalan tol • Karakter positif : • Karakter positif : Positif (+) Positif (+)
adanya adanya
kepentingan dalam kepentingan dalam
perlindungan dan perlindungan dan
pengendalian, tidak pengendalian,
ada bangunan, tidak ada
manusia dalam bangunan,
jumlah sedikit. manusia dalam
• Karakter negatif : jumlah sedikit.
ancaman benda • Karakter negatif : -
bergerak
Seminar Nasional Perencanaan Wilayah dan Kota ITS, Surabaya ,29 Oktober 2009
“Menuju Penataan Ruang Perkotaan yang Berkelanjutan, Berdaya saing, dan Berotonomi”
ISBN No. 978-979-98808-2-6

Uraian
Pola
Karakter Entitas : Karakter Entitas : Pola Hubungan Hubungan
Entitas Hubungan Dampak Hubungan Dampak Dampak Guna Dampak
No. (Aktivitas/Guna Guna SUTET terhadap Lahan/Aktivitas SUTET
Lahan) Lahan/Aktivitas Guna Terhadap terhadap
terhadap SUTET Lahan/Aktivitas SUTET Aktivitas/Guna
Lahan

kestabilan lahan
3.2 Prasarana Pengairan
3.2.1 Irigasi • Karakter positif : • Karakter positif : Positif (+) Positif (+)
adanya adanya
kepentingan kepentingan
perlindungan dan perlindungan dan
pengendalian, tidak pengendalian,
ada manusia tidak ada manusia
• Karakter negatif :- • Karakter negatif :-
3.2.2 Jaringan (Pipa) air • Karakter positif : - • Karakter positif : Netral (0) Positif (+)
bersih • Karakter negatif : - adanya
kepentingan
perlindungan dan
pengendalian
• Karakter negatif : -
3.2.3 Instalasi pengelolaan • Karakter positif : - • Karakter positif : - Netral (0) Netral (0)
air bersih • Karakter negatif : - • Karakter negatif : -
3.3 Prasarana Energi
3.3.1 SUTT • Karakter positif : - • Karakter positif : Netral (0) Positif (+)
• Karakter negatif : - adanya
kepentingan
perlindungan dan
pengendalian
• Karakter negatif : -
3.3.2 Pipa transmisi gas dan • Karakter positif : - • Karakter positif : - Negatif (-) Negatif (-)
minyak • Karakter negatif : • Karakter negatif :
aktivitas bersifat ancaman
eksplosif kebakaran
3.4 Prasarana
Telekomunikasi
3.4.1 Menara telekomunikasi • Karakter positif : - • Karakter positif : - Negatif (-) Netral (0)
dan penyiaran/BTS • Karakter negatif : • Karakter negatif : -
resiko robohnya
menara
3.4.2 Jaringan (kabel) • Karakter positif : - • Karakter positif : - Netral (0) Netral (0)
telepon • Karakter negatif : - • Karakter negatif : -
Seminar Nasional Perencanaan Wilayah dan Kota ITS, Surabaya ,29 Oktober 2009
“Menuju Penataan Ruang Perkotaan yang Berkelanjutan, Berdaya saing, dan Berotonomi”
ISBN No. 978-979-98808-2-6

Uraian
Pola
Karakter Entitas : Karakter Entitas : Pola Hubungan Hubungan
Entitas Hubungan Dampak Hubungan Dampak Dampak Guna Dampak
No. (Aktivitas/Guna Guna SUTET terhadap Lahan/Aktivitas SUTET
Lahan) Lahan/Aktivitas Guna Terhadap terhadap
terhadap SUTET Lahan/Aktivitas SUTET Aktivitas/Guna
Lahan

4.1.1 Sarana Perdagangan • Karakter positif : - • Karakter positif : Negatif (-) Negatif (-)
dan Jasa (BBM dan • Karakter negatif : • Karakter negatif :
kimia/eksplosif) aktivitas bersifat ancaman
eksplosif, intensitas kebakaran, nilai
manusia cukup lahan turun, resiko
tinggi psikologis,
gangguan
estetika/kenyaman
an
4.1.2 Sarana Perdagangan • Karakter positif : - • Karakter positif : - Negatif (-) Negatif (-)
dan Jasa (non BBM • Karakter negatif : • Karakter negatif :
dan kimia/eksplosif) intensitas manusia nilai lahan turun,
cukup tinggi reiko psikologis,
gangguan
estetika/kenyaman
an
4.2 Sarana Pemerintahan • Karakter positif : - • Karakter positif : - Netral (0) Netral (0)
• Karakter negatif: - • Karakter negatif : -
4.3 Sarana Pendidikan • Karakter positif : - • Karakter positif : - Netral (0) Negatif (-)
• Karakter negatif :- • Karakter negatif :
resiko psikologis
4.4 Sarana Kesehatan • Karakter positif : - • Karakter positif : - Negatif (-) Negatif (-)
• Karakter negatif : • Karakter negatif :
aktivitas bersifat ancaman
eksplosif (bahan kebakaran,
kimia) gangguan
elektromagnetis
4.5 Sarana Kebudayaan • Karakter positif : - • Karakter positif : - Netral (0) Negatif (-)
• Karakter negatif : - • Karakter negatif
:gangguan
estetis/kenyamana
n
4.6 Sarana Peribadatan • Karakter positif : - • Karakter positif : - Netral (0) Negatif (-)
• Karakter negatif :- • Karakter negatif
:gangguan
elektromagnetis
4.7 Sarana Ruang Terbuka • Karakter positif : • Karakter positif : - Netral (0) Netral (0)
Hijau Perkotaan kondisi lahan stabil, • Karakter negatif :-
(taman, lapangan tidak ada
Seminar Nasional Perencanaan Wilayah dan Kota ITS, Surabaya ,29 Oktober 2009
“Menuju Penataan Ruang Perkotaan yang Berkelanjutan, Berdaya saing, dan Berotonomi”
ISBN No. 978-979-98808-2-6

Uraian
Pola
Karakter Entitas : Karakter Entitas : Pola Hubungan Hubungan
Entitas Hubungan Dampak Hubungan Dampak Dampak Guna Dampak
No. (Aktivitas/Guna Guna SUTET terhadap Lahan/Aktivitas SUTET
Lahan) Lahan/Aktivitas Guna Terhadap terhadap
terhadap SUTET Lahan/Aktivitas SUTET Aktivitas/Guna
Lahan

Transportasi
4.9.1 Bandara/pelabuhan • Karakter positif : - • Karakter positif : - Negatif (-) Negatif (-)
udara • Karakter negatif : • Karakter negatif :
ancaman gangguan pada
ketinggian kawasan
bangunan, keselamatan
ancaman benda penerbangan,
bergerak gangguan
elektromagnetik
4.9.2 Pelabuhan Laut dan • Karakter positif : - • Karakter positif : - Negatif (-) Netral (0)
peti kemas • Karakter negatif • Karakter negatif : -
:kondisi lahan
rentan labil,
aktivitas beresiko
mengganggu
pondasi tower,
ancaman
ketinggian
bangunan.
4.9.3 Stasiun Kereta Api • Karakter positif : - • Karakter positif : - Netral (0) Netral (0)
• Karakter negatif : - • Karakter negatif : -
4.9.4 Terminal (regional) • Karakter positif : - • Karakter positif : - Netral (0) Netral (0)
• Karakter negatif : - • Karakter negatif : -
4.10 Fasilitas/Utilitas lainnya
4.10.1 Pemadam kebakaran • Karakter positif : - • Karakter positif : - Netral (0) Netral (0)
• Karakter negatif :- • Karakter negatif : -
4.10.2 SPBU/pom bensin • Karakter positif :- • Karakter positif : - Negatif (-) Negatif (-)
• Karakter negatif : • Karakter negatif :
aktivitas bersifat ancaman
eksplosif kebakaran
4.10.3 Depot penyimpanan • Karakter positif :- • Karakter positif : - Negatif (-) Negatif (-)
dan pengisian bahan • Karakter negatif : • Karakter negatif :
bakar (gas dan minyak) aktivitas bersifat ancaman
eksplosif kebakaran
4.10.4 Gudang Amunisi dan • Karakter positif :- • Karakter positif : - Negatif (-) Negatif (-)
peralatan pertahanan • Karakter negatif : • Karakter negatif:
lainnya aktivitas bersifat ancaman
Seminar Nasional Perencanaan Wilayah dan Kota ITS, Surabaya ,29 Oktober 2009
“Menuju Penataan Ruang Perkotaan yang Berkelanjutan, Berdaya saing, dan Berotonomi”
ISBN No. 978-979-98808-2-6

Uraian
Pola
Karakter Entitas : Karakter Entitas : Pola Hubungan Hubungan
Entitas Hubungan Dampak Hubungan Dampak Dampak Guna Dampak
No. (Aktivitas/Guna Guna SUTET terhadap Lahan/Aktivitas SUTET
Lahan) Lahan/Aktivitas Guna Terhadap terhadap
terhadap SUTET Lahan/Aktivitas SUTET Aktivitas/Guna
Lahan

4.10.7 Kantor Polisi • Karakter positif : - • Karakter positif : - Netral (0) Netral (0)
• Karakter negatif :- • Karakter negatif : -
4.10.8 Kantor Pos • Karakter positif : - • Karakter positif : - Netral (0) Netral (0)
• Karakter negatif :- • Karakter negatif : -
4.10.9 Parkir umum • Karakter positif : • Karakter positif : Netral (0) Positif (+)
Tidak ada tidak ada
bangunan bangunan
• Karakter negatif • Karakter negatif : -
:Ancaman benda
bergerak
Sumber : Hasil Analisis, 2007

Tabel 4. Pola Hubungan Keberadaan SUTET terhadap Penggunaan Lahan dan Prasarana

Pola Hubungan Guna Dampak SUTET terhadap Guna Lahan/Prasarana


Lahan-Prasarana dan
Keberadaan SUTET Positif (+) Netral (0) Negatif (-)

• Kawasan Hutan Lindung • Kawasan suaka alam dan -


• Sungai kecil dan cagar budaya
sempadannya • Kawasan Pertanian
• Kawasan hutan produksi • Kawasan
dan hutan rakyat Peternakan/perikanan
Positif (+) • Jalan tol
• Irigasi
Arahan : Prioritas lokasi-1 Arahan : Prioritas lokasi-2 Arahan : Prioritas lokasi-5
• Didekatkan Æ dapat • Didekatkan Æ dapat sejajar • Diatur yg negatif, negatif
Dampak sejajar dijauhkan dari positif, atau -
Aktivitas diubah jadi +
(Guna Lahan/ • Rel kereta api • Instalasi pengelolaan air bersih • Kawasan pariwisata
Prasarana) • Jaringan (pipa) air bersih • Jaringan kabel telepon • Sarana pendidikan
terhadap • SUTT • Sarana pemerintahan • Sarana kebudayaan
SUTET • Pemakaman • Sarana RTH perkotaan • Sarana peribadatan
• Parkir umum • Stasiun kereta api
• Terminal
Netral (0) • Pemadam kebakaran
• Kantor polisi
• Kantor pos
Arahan : Prioritas lokasi-3 Arahan : Prioritas lokasi-4 Arahan : Prioritas lokasi-7
• Didekatkan Æ dapat • Didekatkan • Prioritas dijauhkan
Seminar Nasional Perencanaan Wilayah dan Kota ITS, Surabaya ,29 Oktober 2009
“Menuju Penataan Ruang Perkotaan yang Berkelanjutan, Berdaya saing, dan Berotonomi”
ISBN No. 978-979-98808-2-6

Pola Hubungan Guna Dampak SUTET terhadap Guna Lahan/Prasarana


Lahan-Prasarana dan
Keberadaan SUTET Positif (+) Netral (0) Negatif (-)

• Sungai besar dan • Waduk/danau/bendungan/mata • Kawasan pesisir (pantai)


sempadannya air dan sempadannya • Kawasan Pertambangan
• Kawasan rawan • Kawasan pertambangan (minyak dan gas bumi)
bencana (galian bebatuan/pasir/mineral • Kawasan industri/pabrik dan
lainnya) pergudangan (non BBM dan
• Jalan raya/arteri kimia/non eksplosif)
• Jembatan • Kawasan industri/pabrik dan
• Menara telekomunikasi dan pergudangan (BBM dan
penyiaran/BTS kimia/eksplosif)
• Pelabuhan laut dan peti kemas • Kawasan permukiman
terencana
• Kawasan permukiman tidak
terencana
• Kawasan militer (basis dan
latihan)
• Pipa transmisi gas dan minyak
• Instalasi pengelolaan air limbah
• Instalasi pengumpulan dan
pengelolaan sampah
• Sarana perdagangan (non BBM
dan kimia/non eksplosif)
Negatif (-) • Sarana Perdagangan dan jasa
(BBM & Kimia/eksplosif)
• Sarana kesehatan
• Bandara/pelabuhan udara
• SPBU/Pom bensin
• Depot penyimpanan dan
pengisian bahan bakar (minyak
dan gas)
• Gudang amunisi dan peralatan
pertahanan lainnya
• Lembaga penelitian (BBM, kima,
nuklir/eksplosif)
• Lembaga antariksa nasional dan
sejenisnya
Arahan : Prioritas lokasi-6 Arahan : Prioritas lokasi-8 Arahan : Prioritaslokasi-9
• Diatur yg negatif, negatif • Prioritas dijauhkan • Dijauhkan–tidak
dijauhkan dari positif, • Bila ada, diterapkan bersinggungan/bersilangan
atau - dirubah jadi +, pengaturan daerah aman • Tidak diperbolehkan di koridor
dengan pangaturan • Pengaturan karakter entitas SUTET
karakter entitas guna guna lahan
lahan

Sumber : Hasil Rencana, 2007


Keterangan : Pola hubungan tersebut, tidak termasuk karakter bangunan dan atau pohon sesuai dengan ketentuan
ketinggian di “daerah aman”. Prioritas diatas juga menjelaskan intensitas konflik dengan penanganan
berupa implikasi jarak dan pengaturan karakter entitas masing-masing guna lahan.
Seminar Nasional Perencanaan Wilayah dan Kota ITS, Surabaya ,29 Oktober 2009
“Menuju Penataan Ruang Perkotaan yang Berkelanjutan, Berdaya saing, dan Berotonomi”
ISBN No. 978-979-98808-2-6

Gambar 4. Prioritas Peletakan Guna Lahan/Aktivitas Berdasarkan Pola Hubungan Dampak

Prioritas Lokasi dan Pengaturan Karakter (1-9)

1 (+/+) 2 (+/0) 3 (0/+) 4 (0/0) 5-6 (+/-) 7 (0/-) 8 (-/0) 9 (-/-)


• Kawasan Hutan • Kawasan suaka • Rel kereta api • Instalasi • Sungai besar • Kawasan • Waduk/ • Kawasan pesisir
Lindung alam dan cagar • Jaringan (pipa) pengelolaan air dan pariwisata danau/bendung • Kawasan Pertambangan
• Sungai kecil budaya air bersih bersih sempadanny • Sarana an/mata air dan (minyak dan gas bumi)
dan sempadan- • Kawasan • SUTT • Jaringan kabel a pendidikan sempadan-nya • Kawasan industri/pabrik
Sama dengan
nya Pertanian • Pemakaman telepon • Kawasan • Sarana • Kawasan dan pergudangan
sebelah
• Kawasan hutan • Kawasan • Parkir umum • Sarana rawan kebudayaan pertambang-an • Kawasan permukiman
produksi dan Peternakan/ pemerintahan bencana • Sarana (galian Kawasan militer
hutan rakyat perikanan • Sarana RTH peribadatan bebatuan/ • Pipa transmisi gas-
• Jalan tol perkotaan pasir/mineral minyak
• Irigasi • Stasiun kereta api lainnya) • Instalasi pengelolaan air
• Terminal • Jalan raya/arteri limbah dan sampah
• Pemadam • Jembatan • Sarana perdagangan
kebakaran • Menara • Sarana kesehatan
• Kantor polisi telekomunikasi • Bandara/pelabuhan udara
• Kantor pos dan • SPBU/Pom bensin
penyiaran/BTS • Depot penyimpanan dan
• Pelabuhan laut pengisian bahan bakar
dan peti kemas • Gudang amunisi dan
• peralatan pertahanan
• Lembaga penelitian
KETERANGAN (BBM, kima
nuklir/eksplosif)
Guna lahan/aktivitas yang boleh dan atau diarahkan dilalui atau berada di koridor SUTET,
• Lembaga antariksa
intensitas konflik rendah
nasional dan sejenisnya
Guna lahan/aktivitas yang sebaiknya tidak dilalui atau berada di koridor SUTET, tetapi apabila
terjadi maka harus dengan berbagai keterbatasan dan syarat tertentu (pengaturan karakter).
Intensitas konflik sedang.
Guna lahan/aktivitas yang tidak boleh dan atau tidak diarahkan dilalui atau berada di
koridor SUTET, intensitas konflik tinggi.

91
Seminar Nasional Perencanaan Wilayah dan Kota ITS, Surabaya ,29 Oktober 2009
“Menuju Penataan Ruang Perkotaan yang Berkelanjutan, Berdaya saing, dan Berotonomi”
ISBN No. 978-979-98808-2-6

Lanjutan Gambar 3 tersebut berdasarkan sejarah keberadaan


Prioritas Lokasi SUTET terhadap Guna Lahan/Aktivitas SUTET:

Prioritas kedekatan IDEAL Guna A. Perencanaan Preventif,


terhadap SUTET berdasarkan Lahan/Aktivitas Keberadaan SUTET : SUTET baru akan
pola dampak direncanakan dalam ruang
+ 0 -
+ 1 2 5 Penanganan : memerlukan penanganan
perencanaan preventif integratif (ruang dan
SUTET 0 3 4 7 ketenagalistrikan) untuk menghindari potensi
- 6 8 9 dampak yang akan muncul, baik
penanganan pada jaringan SUTET, maupun
Sumber : Hasil Rencana, 2007 penanganan atas ruang di sekitarnya. Dalam
penanganan ini, SUTET harus diletakkan
pada kondisi ideal peletakkannya
Keterangan : berdasarkan kebutuhannya, seperti yang
dapat dilihat pada Gambar 5. Selain itu,
= Prioritas utama berada di bawah SUTET SUTET dijadikan instrumen penataan ruang,
untuk mencegah terjadinya perubahan lahan
= Jarak berdasarkan urutan prioritas terhadap di koridor SUTET yang dapat menimbulkan
SUTET, dengan ketentuan khusus untuk dampak atau konflik, seperti yang dapat
pengendalian (dapat berupa pengaturan dilihat pada Gambar 6.
karakter)
B. Pengendalian Preventif
= Tidak dibolehkan di bawah SUTET Keberadaan SUTET : SUTET telah ada pada
kawasan dengan perkembangan rendah
dengan potensi konflik yang rendah
Penanganan :
5. Arahan Penataan ruang di Memerlukan penanganan preventif untuk
Lingkungan SUTET mengendalikan dan menghindari potensi
Arahan penataan ruang, harus melihat konflik yang akan muncul, dengan
sejarah keberadaan SUTET dalam ruang, penanganan disesuaikan dengan tipologi
yang dapat dibedakan dalam 3 (tiga) waktu masalah dan pengaturan fokus pada
berikut : lingkungan makro dan mikro, baik
penanganan pada jaringan SUTET, maupun
SUTET telah ada pada kawasan yang penanganan atas ruang di sekitarnya.
berkembang dan telah memiliki potensi
konflik. Terletak di Pulau Jawa dan berada C. Pengendalian Kuratif,
pada guna lahan budidaya hunian dan Keberadaan SUTET : SUTET telah ada pada
budidaya perkotaan lainnya, terutama pada kawasan yang berkembang dan telah
kawasan perkotaan di wilayah area memiliki potensi konflik
metropolitan; sebagian terjadi pula pada Konsep Penanganan :
kawasan hunian yang terletak pada kawasan
perkotaan di wilayah area non metropolitan. Memerlukan penanganan pengendalian
untuk mengurangi potensi konflik dan kuratif
• SUTET telah ada pada kawasan yang untuk memperbaiki dampak yang dapat
berkembang dengan potensi konflik yang ditimbulkan sesuai dengan tipologi masalah
rendah. Terletak pada kawasan non atau karakter yang muncul baik penanganan
perkotaan di wilayah non metropolitan S
Seminar Nasional Perencanaan Wilayah dan Kota ITS, Surabaya ,29 Oktober 2009
“Menuju Penataan Ruang Perkotaan yang Berkelanjutan, Berdaya saing, dan Berotonomi”
ISBN No. 978-979-98808-2-6

POLA KEBUTUHAN PELAYANAN ENERGI & PRINSIP-PRINSIP FAKTOR LOKASI IDEAL


KONFIGURASI JARINGAN & PRASARANA LOKASI PELETAKAN

PRASARANA
PEMBANGKIT PEMBANGKIT
Kedekataan dengan sumber
SKALA BESAR energi pembangkit : danau,
panas bumi-gas; fasilitas
Non Perkotaan
Jaringan 500 kV pendukung (aksesibilitas,
sumber daya pendukung lain)

Faktor Geografis Lokasi


TRANSMISI
JARAK JAUH – Fisik Alami Pembangkit
SUTET Lokasi Daerah
Non Permukiman
500 kV Layanan Non Perkotaan
Efisiensi & Kepentingan
Lingkungan

GARDU INDUK TRANSMISI


SUTET K SUTT Keamanan Lingkungan &
(GITET)
GARDU INDUK SUTET KE Non Perkotaan
Perkembangan Perkotaan
WILAYAH LAIN

TRANSMISI SUTT
JARAK Kebutuhan Energi pada Fringe Area
150 kV/70kV Daerah Pelayanan Perkotaan
MENENGAH/
PENDEK

GARDU INDUK Kebutuhan Pelayanan &


GARDU INDUK Fringe Area
SUTT K SUTM Efisiensi Energi (menghindari
Perkotaan
drop tegangan & daya)

SALURAN Kebutuhan Pelayanan pada


DISTRIBUSI SUTM
Konsumen (kawasan permukiman, Perkotaan
PRIMER 20 kV
industri, perdagangan skala besar )

GARDU
GARDU
DISTRIBUSI Kebutuhan Pelayanan
SUTM K SUTR DISTRIBUSI Perkotaan
Konsumen

SALURAN SUTR Kebutuhan Pelayanan


DISTRIBUSI 380 V / 220 V Konsumen langsung ke Perkotaan
SEKUNDER rumah/bangunan

KONSUMEN
KONSUMEN Perkotaan

Gambar 5. Peletakan Ideal Jaringan SUTET dan Titik Menara SUTET ke Gardu SU
Seminar Nasional Perencanaan Wilayah dan Kota ITS, Surabaya ,29 Oktober 2009
“Menuju Penataan Ruang Perkotaan yang Berkelanjutan, Berdaya saing, dan Berotonomi”
ISBN No. 978-979-98808-2-6

6. Kesimpulan Peraturan Pemerintah No. 69 tahun 1996


Keberadaan jaringan energi listrik, salah tentang Pelaksanaan Hak dan Kewajiban
satunya melalui sistem transmisi SUTET, serta Bentuk dan Tata Cara Peran Serta
melalui pemahaman atas pola hubungan antara Masyarakat dalam Penataan Ruang.
SUTET dengan guna lahan yang dilaluinya Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 1999
dapat mendukung keberadaan kawasan tentang Analisa Mengenai Dampak
perkotaan. Secara ekonomi SUTET mendukung Lingkungan (AMDAL).
fungsi kawasan perkotaan sebagai penggerak Peraturan Pemerintah No. 3 Tahun 2005
pembangunan bagi wilayah sekitarnya melalui tentang Perubahan Atas Peraturan
listrik yang ditransmisikan. Secara sosial SUTET Pemerintah Nomor 10 Tahun 1989 tentang
mendukung kegiatan sosial – aktivitas manusia Penyediaan dan Pemanfaatan Tenaga
dalam mengisi ruang yang saling mendukung Listrik.
dan serasi dengan aktivitas lain di dalamnya dan Peraturan Pemerintah No. 26 tahun 2008
juga pola hubungan yang positif terhadap tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
SUTET maupun sebaliknya. Secara lingkungan, Nasional.
SUTET dapat menjadi pengendali pertumbuhan Keputusan Presiden No. 65 tahun 2006 tentang
kawasan yang tidak terkendali, terutama Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan
penetrasi pada kawasan konservasi dan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum.
kawasan kepadatan tinggi. Dengan pemenuhan Standar Nasional Indonesia mengenai Saluran
ketiga aspek tersebut, maka pembangunan Udara Tegangan Tinggi (SUTT) dan
kawasan perkotaan keberlanjutan dapat Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi
diperkuat dan memperkuat jaringan transmisi (SUTET)–Nilai Ambang Batas Medan Listrik
SUTET. dan Medan Magnet (SNI 04-6950-2003).
Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi
No. 01/P/MPE/Tahun 1992 tentang Ruang
7. Pustaka Bebas SUTT dan SUTET untuk Penyaluran
Tenaga Listrik.
Referensi Textbook Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi
No. 975/K/47/MPE/Tahun 1999 tentang
Hudson, W. Ronald. Ralph Haas. Waheed Perubahan Peraturan Menteri
Uddin. (1997). Infrastructure Management. Pertambangan dan Energi No.
Integrating Design, Construction, 01/P/MPE/Tahun 1992 dan Lampiran
Maintenance, Rehabilitation, and Keputusan Menteri Pertambangan dan
Renovation. New York.. McGraw-Hill. Energi No. 975/K/47/MPE/Tahun 1999
Ravetz, Joe. (2001). City Region 2020. berisikan Pedoman Pemberian Kompensasi
Integrated Planning for a Sustainable terhadap Tanah dan Bangunan untuk
Environment. London. Earthscan Kegiatan Usaha SUTT/SUTET.
Publication Ltd. Keputusan Menteri Energi Dan Sumber Daya
Winarso, Haryo, editor. (2006). Metropolitan di Mineral No. 1213 K/31/MEM/2005 tentang
Indonesia, kenyataan dan tantangan dalam Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional.
penataan ruang. Jakarta. Direktorat Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya
Jenderal Penataan Ruang. Mineral No. 2923 K/30/MEM/2006 tentang
Pengesahan Perubahan Rencana Usaha
Referensi Peraturan Perundangan Penyediaan Tenaga Listrik PT. PLN
Undang-undang No. 15 tahun 1985 tentang (Persero) Tahun 2006–2015.
Ketenagalistrikan. Keputusan Dirjen Listrik dan Pemanfaatan
Undang-undang No. 23 tahun 1997 tentang Energi No. 42 Tahun 2001 tentang Standar
Pengelolaan Lingkungan Hidup. Nasional Indonesia mengenai Ruang Bebas
Undang-undang No. 32 tahun 2004 tentang dan Jarak Bebas Minimum pada SUTT dan
Pemerintah Daerah. SUTET (SNI 04-6918-2002).
Undang-undang No. 26 tahun 2007 tentang Keputusan Direksi PT. PLN (Persero) No. 031.
Penataan Ruang. K/008/DIR/1997 tentang Kebijaksanaan
Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 1989 Umum PT. PLN (Persero) mengenai
tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Pembangunan Saluran Udara Tegangan
Tenaga Listrik. Tinggi dan Saluran Udara Tegangan Ekstra
Tinggi.

94

Anda mungkin juga menyukai