Anda di halaman 1dari 3

 Ekspor impor 2007

Kegiatan ekspor barang dan jasa pada 2007 diprakirakan akan tumbuh melambat. Setelah
pada tahun sebelumnya kinerja ekspor barang dan jasa diuntungkan oleh harga komoditas
yang tinggi dan permintaan dunia yang menguat, pada 2007 kondisi perekonomian global
diprakirakan kurang kondusif bagi perkembangan ekspor Indonesia. Perekonomian dunia
diprakirakan melemah, sehingga berpengaruh terhadap melambatnya volume perdagangan
dunia. Kondisi tersebut pada gilirannya mendorong kinerja ekspor tidak sebaik tahun
sebelumnya. Sementara itu, kegiatan impor barang dan jasa diprakirakan lebih tinggi seiring
dengan meningkatnya kegiatan ekonomi domestik. Dengan maraknya kegiatan investasi serta
didukung pula oleh nilai tukar rupiah yang relatif tetap terjaga kestabilannya, impor
kelompok barang modal diprakirakan akan meningkat tinggi.

 BI rate 2009
tahun 2009 Bank Indonesia menurunkan BI Rate dengan besaran yang berbeda dalam tiga
episode, dengan mempertimbangkan secara menyeluruh berbagai kondisi terkini dan prospek
perekonomian ke depan. Pada episode pertama, yaitu Januari-Maret 2009 penurunan BI Rate
dilakukan cukup agresif sebesar 50 bps setiap bulan sehingga pada Maret 2009 tercatat pada
level 7,75%. Respons penurunan BI Rate yang agresif itu ditempuh dengan
mempertimbangkan tekanan pada sistem keuangan yang masih tinggi dan tren perlambatan
pertumbuhan ekonomi yang masih berlanjut, sedangkan tekanan inflasi ke depan
diperkirakan masih belum kuat. Pada episode kedua, yaitu April-Agustus 2009 penurunan BI
Rate ditetapkan lebih kecil menjadi 25 bps per bulan hingga mencapai 6,50% pada Agustus
2009. Arah kebijakan tersebut ditempuh setelah mempertimbangkan intensitas tekanan pada
sistem keuangan yang mulai menurun dan tekanan mengelola likuiditas perekonomian
sekaligus memperkuat struktur likuditas perbankan dengan menerapkan kebijakan tambahan
GWM sekunder sebesar 2,5% yang diberlakukan sejak Oktober 2009.

 Ekspor 2009
kspor barang pada tahun 2009 mengalami penurunan tajam. Pada tahun 2009, ekspor barang
tercatat 119,5 miliar dolar AS, atau mengalami pertumbuhan negatif 14,4% dibandingkan
dengan tahun 2008. Pertumbuhan negatif ekspor barang itu terjadi baik di ekspor migas
maupun ekspor nonmigas. Ekspor migas mengalami kontraksi 35,5% dibandingkan dengan
tahun 2008 sehingga menjadi 20,5 miliar dolar
AS. Faktor dominan yang memengaruhi penurunan ekspor migas adalah penurunan harga
minyak dunia, yang jika dihitung menggunakan indeks harga ekspor migas Indonesia
menurun 34%. Sementara itu, total ekspor nonmigas pada tahun 2009 turun menjadi 99,1
miliar dolar AS, atau mengalami pertumbuhan negatif 8,2% dibandingkan dengan kinerja
pada tahun 2008. Penurunan kinerja ekspor nonmigas, selain merupakan dampak kontraksi
kegiatan ekonomi global, juga sebagai akibat turunnya harga komoditas ekspor nonmigas
Indonesia. Perkembangan tahun 2009 menunjukkan turunnya harga berbagai komoditas
ekspor nonmigas Indonesia, dengan penurunan terbesar terjadi pada harga komoditas
pertanian sebesar 24%. Penurunan harga komoditas pertanian tersebut pada
gilirannya mengakibatkan nilai ekspor sektor pertanian juga mencatat kontraksi sebesar yaitu
6,6%. Kontraksi ekspor dapat sedikit dikurangi karena pada saat bersamaan permintaan
ekspor berbasis sumber daya alam masih cukup kuat. Pada tahun 2009, sektor pertambangan
masih mencatat pertumbuhan positif 45,0% yang antara lain didorong oleh kinerja ekspor
batubara yang mencatat pertumbuhan positif 33,6% . Berdasarkan perkembangan triwulanan,
penurunan ekspor Indonesia yang cukup besar terjadi pada triwulan I dan triwulan II 2009.
Pada kedua periode itu, ekspor migas hanya mencatat 3,6 miliar dolar AS dan 4,4 miliar dolar
AS atau secara rata-rata mengalami pertumbuhan negatif 54% . Kontraksi tajam ekspor migas
di periode itu dipengaruhi perkembangan harga minyak dunia yang saat itu berada pada level
terendah sebesar 39,0 dolar AS per barel. Sementara itu, ekspor nonmigas juga mencatat
kontraksi 22,2% pada triwulan I 2009 sebagai dampak perlambatan ekonomi global dan
harga komoditas yang juga berada pada level terendah.
Kinerja ekspor mulai meningkat kuat sejak triwulan II 2009 sejalan dengan perbaikan kondisi
ekonomi global, meskipun berdasarkan pertumbuhan tahunan masih mencatat pertumbuhan
negatif. Perbaikan kinerja tersebut dipengaruhi oleh permintaan global yang mulai meningkat
kuat, terutama dari China dan negara Asia non Jepang, serta tren pelemahan dolar AS yang
masih terjadi. Selain itu, beberapa harga komoditas utama Indonesia yang juga mulai
meningkat sejak triwulan II 2009, cukup kondusif menopang perbaikan kinerja ekspor hingga
akhir tahun 2009 . Membaiknya permintaan dunia menyebabkan pertumbuhan ekspor
nonmigas kembali mencatat pertumbuhan positif sebesar 17,6% (yoy) pada
triwulan IV 2009.

 Impor 2009
Pada tahun 2009 impor barang tercatat 84,3 miliar dolar AS atau mencatat pertumbuhan
negatif 27,7%, lebih besar dibandingkan kontraksi pada ekspor barang sebesar 14,4%.
Kontraksi impor barang itu terjadi baik pada migas dan nonmigas. Impor migas tercatat 12,1
miliar dolar AS atau menurun 49,4% dibandingkan dengan tahun 2008. Penurunan impor
migas, selain dipengaruhi oleh penurunan harga minyak dunia dan perlambatan permintaan
domestik, juga disebabkan oleh dampak positif program pemerintah untuk mengkonversi
penggunaan minyak tanah ke gas alam. Sementara itu, impor nonmigas (f.o.b) tercatat 72,2
miliar dolar AS atau turun 22,2% dibandingkan dengan capaian pada tahun 2008. Penurunan
yang tajam pada impor nonmigas selama tahun 2009 telah mengakibatkan kesenjangan
pertumbuhan ekspor nonmigas dan impor nonmigas melebar dan kembali ke level sebelum
tahun 2008. Koreksi atas pertumbuhan impor barang menuju ke level sebelum tahun 2008
banyak dipengaruhi oleh penurunan tajam impor kelompok barang konsumsi dan bahan baku.
Pada tahun 2009, pertumbuhan impor kelompok barang konsumsi dan bahan baku masing-
masing menurun mencatat kontraksi 32,0% dan 27,4%, sedangkan nilai impor barang modal
(c&f) hanya mengalami penurunan sebesar 1% dibandingkan dengan tahun 2008 yaitu
menjadi 20,6 miliar dolar AS.

 Pengangguran 2009
Angka pengangguran terbuka yang sedikit menurun dari 8,1% pada Februari 2009 menjadi
7,9% pada Agustus 2009. Sementara itu, jumlah angkatan kerja yang terserap oleh sektor
informal pada Agustus 2009 meningkat menjadi 72,7 juta jiwa dibandingkan kondisi Agustus
2008 sebesar 71,4 juta jiwa. Angka pengangguran terbuka yang menurun serta perkembangan
harga yang relatif stabil berkontribusi pada penurunan jumlah penduduk miskin pada tahun
2009. Penduduk miskin di Indonesia pada tahun 2009, menurun menjadi sekitar 14,15% dari
jumlah penduduk (32,53 juta orang), dibandingkan dengan kondisi pada (34,96 juta orang)
Penurunan penduduk miskin terutama terjadi di daerah pedesaan sebesar 1,57 juta orang
sementara di perkotaan berkurang 0,86 juta orang. Beberapa faktor yang memengaruhi
penurunan jumlah penduduk miskin antara lain meningkatnya penerimaan upah riil harian
buruh tani, menurunnya rata-rata harga beras nasional serta stabilnya inflasi.

 Ekspor 2006
Nilai ekspor tumbuh tinggi terutama ditopang ekspor nonmigas. Selama 2006 nilai ekspor
meningkat 18,1% dengan nilai total mencapai $102,7 miliar. Ekspor nonmigas tumbuh tinggi
dengan peningkatan volume ekspor terutama pada komoditas ekspor berbasis sumber daya
alam. Sementara itu, kinerja ekspor minyak belum optimal dalam memanfaatkan momentum
kenaikan harga minyak akibat masih terbatasnya kemampuan dalam melakukan eksplorasi
minyak. Peningkatan investasi di sektor migas dalam tiga tahun terakhir belum berdampak
optimal bagi peningkatan produksi untuk mengimbangi penurunan alami produksi minyak.
Akibatnya, kecenderungan penurunan volume ekspor minyak sepanjang 2005 masih terus
berlanjut pada 2006. Nilai ekspor nonmigas tumbuh tinggi pada komoditas pertanian,
pertambangan, dan industri. Selama 2006, nilai total ekspor nonmigas naik cukup tinggi
mencapai 20,7% menjadi $80,6 miliar. Kenaikan pertumbuhan tersebut dipengaruhi baik oleh
faktor kenaikan harga maupun volume. Kenaikan harga tercermin pada indeks harga
komoditas nonmigas di pasar dunia yang secara keseluruhan naik sekitar 28,4%2 . Sementara
itu, kenaikan volume terutama terjadi pada produk pertambangan dan pertanian, masing-
masing sebesar 44,0% dan 39,5% .Tingginya permintaan dunia dan harga komoditas di pasar
internasional menopang peningkatan ekspor komoditas berbasis sumber daya alam.

 Impor 2006
Pertumbuhan nilai impor (c&f) selama 2006 melambat 5,1% menjadi $79,4 miliar. Selain itu,
penyesuaian harga impor barang konsumsi tersebut juga ditopang nilai tukar rupiah yang
cenderung menguat selama 2006. Berdasarkan negara asalnya, pangsa impor diantara lima
negara utama asal barang mengalami sedikit pergeseran. Pergeseran utama terjadi pada
barang impor dari Singapura yang dalam dua tahun terakhir melonjak dari rata-ratanya (1999
2004) sebesar 7,3% menjadi 16,6% (rata-rata 2005-2006), sehingga pada 2006, Singapura
menggeser Jepang yang sebelumnya merupakan negara asal barang impor terbesar. Kenaikan
pangsa impor dari Singapura terkait dengan penyempurnaan statistik yakni bertambahnya
cakupan dokumen antara lain dengan menambah pencatatan impor dari kawasan berikat
terutama yang berada di Batam dan sekitarnya. Cina masih menjadi negara asal impor ketiga
terbesar dengan pangsa yang cenderung meningkat. Berbeda dengan Cina, pangsa impor dari
AS menunjukkan kecenderungan menurun. Sementara itu, pangsa barang impor dari Thailand
sedikit menurun. Secara keseluruhan,pangsa impor dari lima negara tersebut mencapai
55,6%, turun dari 58,3% pada 2005.

Anda mungkin juga menyukai