Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

KETERAMPILAN PENERAPAN KONSEP PENDIDIKAN MASYARAKAT


“FALSAFAH DAN LANDASAN HUKUM PENDIDIKAN MASYARAKAT
DI INDONESIA”

D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
NAMA/NIM KELOMPOK 6 :
Anzala Dzikri / 1211151010
Tri Rizky Wulandari / 1213151001
Nurul Fadiah Azhar Saragih / 1211151007
BIMBINGAN DAN KONSELING REGULER B 2021

PROGRAM STUDI S-1 PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
dan Rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Sikap dan
Kepribadian Kewirausahaan” ini, meskipun masih banyak kekurangan.

Makalah ini kami buat untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi
peserta diskusi pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. kami
mengucapkan terima kasih untuk semua pihak yang telah membantu kami,
sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, hal ini dari
segi penyusunan maupun dari segi materi. “Tidak ada gading yang tak retak”,
demikian pula dengan makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan
setiap kritik dan saran yang bersifat membangun, yang dapat memperbaiki dan
menyempurnakan makalah ini.

Medan, 24 Agustus 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................ ii
BAB I  PENDAHULUAN....................................................................................... 1
A.  Latar
Belakang.......................................................................................................
.1
B.  Rumusah
Masalah................................................................................................... 1
C.  Tujuan..........................................................................................................
........... 1
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................... 2
A.  Landasan Hukum
Pendidikan................................................................................. 2
B.  Pendidikan menurut Undang-Undang
1945........................................................... 2
C.  Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun
1989........................................................... 2
D.  Undang-undang no. 14 tahun
2005........................................................................ 4
E.   PP RI Nomor 19 Tahun
2005................................................................................ 5
BAB III   PENUTUP.............................................................................................. 7
A.  Kesimpulan..................................................................................................
.......... 7
B.  Saran............................................................................................................
.......... 7
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................. 8

ii
ii
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
          Kemajuan Ilmu dan teknologi, terutama teknologi informasi menyebabkan arus
komunikasi menjadi cepat dan tanpa batas. Hal ini berdampak lagsung pada bidang
Norma kehidupan dan ekonomi, seperti tersingkirnya tenaga kerja yang kurang
berpendidikan dan kurang trampil, terkikisnya budaya lokal karena cepatnya arus
informasi dan budaya global, serta menurunnya norma-norma masyarakat kita yang
bersifat pluralistik sehingga rawan terhadap timbulnya gejolak sosial dan disintegrasi
bangsa. Adanya pasar bebas, kemampuan bersaing, penguasaan pengetahuan dan
tegnologi, menjadi semakin penting untuk kemajuan suatu bangsa. Ukuran
kesejahteraan suatu bangsa telah bergeser dari modal fisik atau sumber daya alam ke
modal intelektual, pengetahuan, sosial, dan kepercayaan.
          Hal ini membutuhkan pendidikan yang memberikan kecakapan hidup (Life
Skill), yaitu yang memberikan keterampilan, kemahiran, dan keahlian dengan
kompetensi tinggi pada peserta didik sehingga selalu mampu bertahan dalam suasana
yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif dalam kehidupannya. Kecakapan ini
sebenarnya telah diperoleh siswa sejak dini mulai pendidikan formal di sekolah
maupun yang bersifat informal, yang akan membuatnya menjadi masyrakat
berpengetahuan yang belajar sepanjang hayat (Life Long Learning)

B.     Rumusan Masalah
          Berdasarkan Latar Belakang di atas maka Rumusan Masalahnya.
1.      Apa yang dimaksud landasan hukum pendidikan?
2.      Apa saja undang-undang yang membicarakan pendidikan?
3.      Apa saja peraturan pemerintah tentang pendidikan?

C.    Tujuan
          Tujuannya adalah:
1.      Untuk mengetahui makna landasan hukum pendidikan
2.      Untuk mengetahui undang-undang tentang pendidikan
3.      Untuk mengetahui peraturan pemerintah tentang pendidikan.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Landasan Hukum Pendidikan


Landasan adalah titik tolak yang mendasari suatu hal, hukum adalah aturan
baku yang patut ditaati, dan pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku
seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia
Kata landasan dalam hukum berarti melandasi atau mendasari atau titik tolak.
Sementara itu kata hukum dapat dipandang sebagai aturan baku yang patut ditaati.
Aturan baku yang sudah disahkan oleh pemerintah ini, bila dilanggar akan
mendapatkan sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku pula. Landasan hukum dapat
diartikan peraturan baku sebagai tempat terpijak atau titik tolak dalam melaksanakan
kegiatan – kegiatan tertentu, dalam hal ini kegiatan pendidikan.

B.     Pendidikan menurut Undang-Undang 1945


Undang – Undang Dasar 1945 adalah merupakan hukum tertinggi di Indonesia.
Pasal – pasal yang bertalian dengan pendidikan dalam Undang – Undang Dasar 1945
hanya 2 pasal, yaitu pasal 31 dan Pasal 32. Yang satu menceritakan tentang
pendidikan dan yang satu menceritakan tentang kebudayaan. Pasal 31 Ayat 1
berbunyi : Tiap – tiap warga Negara berhak mendapatkan pengajaran. Dan ayat 2
pasal ini berbunyi : Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem
pengajar Pasal 32 pada Undang – Undang Dasar berbunyi : Pemerintah memajukan
kebudayaan nasional Indonesia yang diatur dengan Undang – Undang.

C.     Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 1989 tentang Pendidikan Nasional


Tidak semua pasal akan dibahas dalam makalah ini. Yang dibahas adalah pasal
– pasal penting terutama yang membutuhkan penjelasan lebih mendalam serta sebagai
acuan untuk mengembangkan pendidikan. Pertama – tama adalah Pasal 1 Ayat 2 dan
Ayat 7. Ayat 2 berbunyi sebagai berikut : Pendidikan nasional adalah pendidikan
yang berakar pada kebudayaan nasional yang berdasarkan pada Pancasila dan Undang
– Undang Dasar 45. Undang – undang ini mengharuskan pendidikan berakar pada
kebudayaan nasional yang berdasarkan pada pancasila dan Undang – Undang dasar
1945, yang selanjutnya disebut kebudayaan Indonesia saja. Ini berarti teori – teori
pendidikan dan praktek – praktek

2
Pendidikan yang diterapkan di Indonesia, tidak boleh tidak haruslah berakar
pada kebudayaan Indonesia.“Selanjutnya Pasal 1 Ayat 7 berbunyi : Tenaga Pendidik
adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dalam penyelenggaraan
pendidikan. Menurut ayat ini yang berhak menjadi tenaga kependidikan adalah setiap
anggota masyarakat yang mengabdikan dirinya dalam penyelenggaraan pendidikan.
Sedang yang dimaksud dengan Tenaga Kependidikan tertera dalam pasal 27 ayat 2,
yang mengatakan tenaga kependidikan mencakup tenaga pendidik, pengelola/kepala
lembaga pendidikan, penilik/pengawas, peneliti, dan pengembang pendidikan,
pustakawan, laporan, dan teknisi sumber belajar.”
Dari bahasan diatas untuk lebih jelasnya bahwa undang-undang tentang
pendidikan nasional sebagai berikut: Pasal 1 Ayat 2, Ayat 5, Pasal 5, Pasal 6, Pasal
12, Pasal 13, Pasal 15, Pasal 20, Pasal 24, Pasal 28, Pasal 29, Pasal 36 Ayat 1, Pasal
39, Pasal 45, dan Pasal 58.
Pasal 1 Ayat 2 menerangkan, “Pendidikan nasional adalah pendidikan yang
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 45 yang berakar pada nilai-nilai
agama, kebudayaan nasional Indonesia.” Sedangkan Pasal 1 Ayat 5 berbunyi,
“Tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dalam
penyelenggaraan pendidikan.”
Pasal 5 bermakna, “Setiap warga negara berhak atas kesempatan yang sama
untuk memperoleh pendidikan yang bermutu, baik bagi mereka yang berlainan fisik,
di daerah terpencil, maupun yang cerdas sekalipun.”
Pasal 6 menjelaskan, “Memberdayakan semua komponen masyarakat berarti
pendidikan diselenggarakan oleh pemerintah dan masyarakat dalam suasana
kemitraan dan kerja sama saling melengkapi dan memperkuat.”
Pasal 12, “Peserta didik mempunyai hak untuk mendapatkan pendidikan agama
yang sesuai dengan agama yang dianutnya yang diajarkan oleh pendidik yang
seagama.”
Pasal 13, “Jalur pendidikan formal merupakan ppendidikan yang
diselenggarakan di sekolah secara berjenjang dan bersinambungan, sedang jalur
pendidikan nonformal dan informal merupakan pendidikan yang diselenggarakan di
luar sekolah yang tidak harus berjenjang dan bersinambungan.”
Pasal 15, “Jalur pendidikan formal yang terdiri dari pendidikan umum,
pendidikan kejuruan, pendidikan khusus, pendidikan keagamaan, pendidikan
akademik, dan pendidikan professional.”

3
Pasal 20, “Sekolah tinggi, institut, dan universitas menyelenggarakan
pendidikan akademik atau professional.”
Pasal 24, “Tentang kebebasan akademik, kebebasan mimbar akadmik, dan
otonomi keilmuan.”
Pasal 28, “Pendidikan anak usia dini dapat terjadi pada jalur formal, nonformal,
dan informal.”
Pasal 29, “Meningkatkan kinerja pegawai dan calon pegawai negri yang
diselenggarakan oleh departemen atau nondepartemen pemerintah.”
Pasal 36 Ayat 1, “Pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada
standar nasional pendidian untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.”
Pasal 39, “Tentang kewajiban tenaga kerja.”
Pasal 45, “Pengadaan dan pendayagunan sumber daya pendidikan yang harus
dilakukan oleh pemerintah, masyarakat, dan keluarga peserta didik.”
Pasal 58, “Evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan oleh pendidik.”

D.    Undang-undang no. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen.


Ada beberapa hal yang diuraikan dalam Undang-Undan Guru dan Dosen.
Tercantum dalam Pasal 8, Pasal 10, Pasal 11, Pasal 15, Pasal 19, Pasal 24, Pasal 40,
Pasal 42, Pasal 46, Pasal 48, dan Pasal 49.
Pasal 8, “Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikasi
pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan
tujuan pendidikan nasional.”
Pasal 10, “Potensi guru mencakup pedagogik, kepribadian, social, dan
professional.”
Pasal 11, “Sertifikasi diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki
program pangadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi dan ditetapkan oleh
pemerintah.”
Pasal 15, “Guru yang berkualitas diberi imbalan berupa gaji pokok, beserta
tunjangan yang melekat pada gaji, tunjangan profesi, tunjangan fungsional, tunjangan
khusus bagi yang bertugas di daerah khusus, dan maslahat tambahan.”
Pasal 19, “Yang dimaksud maslahat tambahan berupa kesejahteraan seperti
tunjangan pendidikan, asuransi pendidikan beasiswa, layanan kesehatan, dan
penghargaan-penghargaan tertentu.”
Pasal 24, “Menentukan tentang pengangkatan guru.”

4
Pasal 40, “Guru juga diberi cuti seperti pegawai biasa dan tugas belajar.”
Pasal 42, “Tentang organisasi profesi guru.”
Pasal 46, “Dosen minimal lulusan magister untuk mengajar di program diploma
dan sarjana dan lulusan program doktor untuk mengajar di pascasarjana.”
Pasal 48, “Persyaratan untuk menduduki jabatan guru besar harus memiliki
ijazah doktor.”

E.     PP RI Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan


Tidak semua pasal akan dibahas dalam makalah ini. Yang dibahas adalah pasal
– pasal penting terutama yang membutuhkan penjelasan lebih mendalam serta sebagai
acuan untuk mengembangkan pendidikan.
Pasal 3, Pendidikan nasional yang bermutu diarahkan untuk pengembangan
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan
menjadiwarganegara yang demokratis serta bertanggungjawab.
Pasal 6,Ayat (1), Yang dimaksudpendidikanumummeliputi SD/MI/paket A,
SMP/MTs/Paket B, dan SMA/MA/Paket C atau bentuk lain yang sederajat.Yang
dimaksudpendidikankejuruanmeliputi SMK/MAK ataubentuklain yang
sederajat.Yang dimaksudpendidikankhususmeliputi SDLB, SMPLB, dan SMALB
ataubentuklainyangsederajat.Pelaksanaansemuakelompokmatapelajarandisesuaikande
ngantingkatperkembanganfisik dan psikologis peserta didik.
Ayat (1) butir a,Yang dimaksud dengan kelompok mata pelajaran agama dan
akhlak mulia termasuk di dalamnya muatan akhlak mulia yang merupakan satu
kesatuan yang tidak terpisahkan.Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia
dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia. Akhlak mulia
mencakup etika, budi pekerti, atau moral sebagai perwujudan dari pendidikan
agama.Kelompokmatapelajaran agama danakhlakmuliapada SD/MI/SDLB/Paket A,
SMP/MTs/SMPLB/Paket B, SMA/MA/SMALB/Paket C, SMK/MAK, atau bentuk
lain yang sederajat dimaksudkan untuk pe-ningkatan potensi spiritual. Peningkatan
potensi spiritual dalam kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia mencakup
penge-nalan, pemahaman, serta pengamalan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan
individual ataupun kolektif kemasyarakat. Peningkatan potensi spiritual tersebut pada

5
akhirnya bertujuan pada optimalisasi berbagai potensi yang dimiliki manusia yang
aktualisasinya mencerminkan harkat dan martabatnya sebagai makluk Tuhan.

6
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Landasan Pendidikan marupakan salah satu kajian yang dikembangkan dalam
berkaitannya dengan dunia pendidikan.
Pendidikan yang diterapkan di Indonesia, harus berakar pada kebudayaan
Indonesia.“Selanjutnya Pasal 1 Ayat 7 berbunyi: Tenaga Pendidik adalah anggota
masyarakat yang mengabdikan diri dalam penyelenggaraan pendidikan. Menurut ayat
ini yang berhak menjadi tenaga kependidikan adalah setiap anggota masyarakat yang
mengabdikan dirinya dalam penyelenggaraan pendidikan. Sedang yang dimaksud
dengan Tenaga Kependidikan tertera dalam pasal 27 ayat 2, yang mengatakan tenaga
kependidikan mencakup tenaga pendidik, pengelola/kepala lembaga pendidikan,
penilik/pengawas, peneliti, dan pengembang pendidikan, pustakawan, laporan, dan
teknisi sumber belajar.”

B.     Saran
Semoga setelah membaca makalah ini pembaca mampu memperhatikan
perkembangan pendidikan dan hal-hal yang mendasari tentang pendidikan baik
landasan yang bersifat hukum, filsafat dan juga dasar yang membangun pendidikan.

7
DAFTAR PUSTAKA

http://sastrawanpemula.blogspot.co.id/2013/05/makalah-landasan-hukum-
pendidikan.html

Anda mungkin juga menyukai