Rasulullah Sang Organisator (Fathul Makkah)
Rasulullah Sang Organisator (Fathul Makkah)
MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Latihan Dasar Kepemimpinan Mahasiswa
(LDKM)
Oleh:
PROGRAM STUDI
KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
1442 H/2021 M
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan jasmani dan
rohani sehingga kita masih tetap bisa menikmati indahnya alam ciptaan-Nya. Sholawat dan
salam semoga senantiasa tercurahkan kepada teladan kita Muhammad SAW yang telah
menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama yang sempurna dan menjadi
rahmat bagi seluruh alam.
Makalah ini dibuat atas dasar tugas yang diberikan dalam kegiatan LDKM di Fakultas
Dakwah dengan Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam UNISBA ( Universitas Islam
Bandung). Makalah ini memuat tentang bagaimana Rasulullah menjadi seorang yang menjadi
panutan (khususnya dalam bidang organisasi) untuk semua manusia. Dengan berdasarkan
pada Firman Nya :
Tentu kami sadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dan kesalahan dalam
penyusunan / penulisan makalah ini. Untuk itu kami ucapkan terimakasih sekaligus memohon
maaf yang sebesar besarnya kepada pembaca.
BAB I
Pendahuluan
1.1.Latar Belakang
Organisasi adalah sebuah system dimana sekumpulan orang mengatur dengan aturan
yang telah dibuat, entah aturan itu berasal dari hukum agama, ataupun hukum dengan akal
manusia belaka. Sistem yang dibuat dengan tangan manusia tentu memiliki banyak sekali
kekurangan dan kelemahan. Meskipun manusia itu sendiri telah menutup segala kekurangan
atas system itu dengan sedemikian rupa, tetapi tidak sedikit dari orang orang yang memiliki
intelektual tinggi dapat menemukan kekurangan itu.
Sturuktur organisasi tentu diawali dengan yang menanggung jawab organisasi
tersebut hingga warga atau masyarakat yang mentaati setiap kebijakan yang diambil oleh para
petinggi organisasi tersebut. Kebijakan yang diambil dalam sebuah organisasi, bisa diambil
dengan cara musyarah ataupun dengan cara “Tirani”, dimana pemimpin mengambil
kebijakan itu atas kehendak sendiri tanpa memikirkan pendapat, kesejahteraan, dan
kepentingan masyarakat secara umum.
Rasulullah adalah suri tauladan bagi semua makhluk yang Allah ciptakan,
Ketahuilah, bahwa Nabi Muhammad adalah sosok pribadi yang paling ideal di muka
bumi ini untuk menjadi panutan bagi seluruh manusia. Walaupun kehidupan beliau dari mulai
diutusnya sebagai nabi sampai tutup usia hanya 23 tahun.
Meskipun beliau adalah orang yang tidak bisa membaca, tapi beliau langsung diajari
dan di bimbing oleh Jibril AS. Dan hasil dari itu, beliau menjadi sang Planner terbaik.
Bagaimana diplomasi Islam saat itu dengan bangsa lain, bagaimana beliau mengatur ke
serasian dengan kaum lainnya.
Rumusan Masalah
Tujuan
Pembahasan
Setiap manusia pasti dilahirkan dalam keadaan bersosial, entah itu dalam lingkungan
keluarganya (dari yang terkecil) hingga bersosial sebagai warga negara. Manusia adalah
makhluk yang tak bisa hidup sendiri atau tidak bisa hidup tanpa orang lain. Manusia adalah
makhluk yang ketergantungan dengan manusia lainnya untuk saling berinteraksi, tolong
menolong, serta untuk melanjutkan hidupnya.
“Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
kenal mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah yang
paling bertakwa dia antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui Lagi Maha
Mengenal” (QS. al-Hujurat ayat: 13).
Dari ayat diatas sudah menjadi bukti bahwa Allah menciptakan manusia untuk saling
bersosial dan berhubungan satu sama lain. Allah juga memerintah kita (manusia) untuk saling
berbangsa dan bersuku. Isyarat Allah ini memerintahkan kita untuk berkelompok dengan
sesama yang lain, tentu golongan golongan yang Allah perintahkan adalah atas dasar syariat
islam.
Melihat dari keterangan diatas, tentu tidak akan berjalan sebuah organisasi tanpa
adanya Oranisator. Organisator adalah seseorang yang menjalankan sebuah organisasi demi
tercapainya sebuah tujuan bersama, sesuai dengan apa yang telah disepakati bersama. Tentu
dalam hal ini Rasulullah adalah organisator terbaik dalam sejarah.
Di saat itulah Rasulullah. mendirikan Pemerintahan Masyarakat Islam di Madinah
dengan:
"Keadilan Sosial”.
1. Sistem Pemerintahan Masyarakat Islam bersifat Yakni: "Suatu Masyarakat yang susunan
dan cara hidup masyarakatnya melalui asas Syari'at Islam berdasarkan Al-Qur'an dan sunnah
Rasulullah:
2. Pertalian susunan tersebut di atas ini ialah: di da lamnya disusun perundang-undangan sipil
dan politis menurut Syari'at Islam. Sehingga jadilah dia (Syari'at Islam) sebagai dasar yang
resmi untuk kehidupan keagamaan dan kehidupan keduniaan bagi Negara.
3. Hakikat pertaliannya yaitu, "Suatu Susunan Pemerintahan yang diatur menurut Syari'at
Islam,disebut: "Al-Khilafah".
4. Thabiat Alkhilafah.
1). Berpijak di atas rel agama Islam, supaya keseluruhannya diliputi dengan pandangan:
"Syari' (Allah swt.)" yang meletakkan dasar peraturan tata hidup keagamaan dan tata hidup
keduniaan seperti tersebut di atas. Dengan sistim Pemerintahan tersebut di atas, maka
"Negara Masyarakat Islam itu negara beserta rakyat nya subur dan makmur dan Tuhan Yang
Maha Esa Memeliharanya; memberikan ampunan kepada kalian dan dia menuntut syukuran
terhadap-Nya pula ataupun disebut: "Baldatun Thayyibatun ghaffur", dan jadilah: "Negara
masyarakat Islam itu selamat dari keruntuhan dan kehancuran.”
2). Yang menjadikan sebab demikian itu ialah lantaran di sana (diperundang-undangan sipil
dan Politisnya) tidak terdapat perbuatan fujur (perkosa an), perbuatan 'Udwan (aniaya dan
perbuatan madz mum/tercela).
ْاّللم َ َو َش ا مو ْر ُه ْمْ مفْ ْاْل َْم رمْْْ فَإم ذَاْ عَ َز ْم
َّ ْتْ فَ تَ َو َّك ْلْ عَ لَى
“…dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu (urusan peperangan dan hal-hal
du niawiah lainnya, seperti urusan politik, ekonomi, ke masyarakatan dan lain-lain),
Kemudian apabila kalian telah membulatkan tekad, maka bertawakal lah kepada Allah…”
Kehebatan Rasulullah menjadi seorang Organisator tentu tidak bisa dianggap sebelah
mata, bagaimana beliau mengatur Islam, Negara, bahkan di keluarganya. Beliau adalah
teladan dalam segala hal, contoh panutan terbaik sepanjang hidup seluruh makhluk yang
Allah cipatakan.
Setiap masalah yang dihadapi kaumnya pada saat itu, beliau mengambil jalan tengah
dengan cara ber musyawarah, sesuai dengan yang Allah perintahkan dalam Q.S. Ali Imran :
159 yang artinya
“…dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu (urusan peperangan dan hal-hal
du niawiah lainnya, seperti urusan politik, ekonomi, ke masyarakatan dan lain-lain),
Kemudian apabila kalian telah membulatkan tekad, maka bertawakal lah kepada Allah…”
َّ ّللا أافا اَل نُناابِذُهُم بِالسَّيفِ فاقاا ال ال اما أاقاا ُموا فِي ُكم ال
ص اَلةا ُ م الَّذِينا تُب ِغضُونا ُهم اويُب ِغضُونا ُكم اوت العانُونا ُهم اويالعانُونا ُكم قِي ال ياا ار
ِ َّ سو ال
عة
طا ا ع املاهُ او ال تان ِزعُوا يادًا مِ ن ااوإِذاا ارأايتُم مِ ن ُو التِ ُكم شايئًا تاك ارهُوناهُ فااك ارهُوا ا
Artinya: Auf bin Malik berkata, "Saya mendengar Rasulullah Saw bersabda: "Sebaik-baik
pemimpin kalian adalah orang-orang yang kalian mencintai mereka dan mereka mencintai
kalian, kalian mendo›akan mereka dan mereka mendo›akan kalian. Sedangkan sejelek-jelek
pemimpin kalian adalah kalian membenci mereka dan mereka membenci kalian, kalian
mengutuk mereka dan mereka pun mengutuk kalian." Mereka berkata, "Kemudian kami
bertanya, Wahai Rasulullah, tidakkah kami memerangi mereka ketika itu?" beliau menjawab:
"Tidak, selagi mereka mendirikan shalat bersama kalian, tidak selagi mereka masih
mendirikan shalat bersama kalian. Dan barangsiapa dipimpin oleh seorang pemimpin,
kemudian dia melihat pemimpinnya bermaksiat kepada Allah, hendaknya ia membenci dari
perbuatannya dan janganlah ia melepas dari ketaatan kepadanya." (HR. Muslim)
a. Tanpa paksaan.
b. Tanpa menakut-nakuti:
Dengan sesuatu yang ditakuti oleh orang yang menjadi objek da'wah, seperti halnya
pernah terjadi di zaman Nabi Musa a.s. pembalasan terhadap Bani Israil yang melanggar
perjanjian dengan Tuhan yang kisahnya tersebut di dalam Al-Qur'an Surat Al-Baqarah ayat
63
ٍ م م
ْ ْوا ذْكُ ُروا
َ اْم اْآتَ يْ نَا ُك ْم ْ ب قُ َّوة
َ ْخ ُذ و َ ُّْو َرفَ عْ نَاْفَ ْوقَ ُك مُ ْال ط
ُ ور َ َخ ْذ ََن ْم يثَا قَكُ ْم َ َوإمذْ ْأ
َْم اْفميهم ْ لَعَ لَّ ُك ْم ْتَ تَّ قُ و َن
“Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari kamu dan Kami angkatkan gunung
(Thursina) di atasmu (seraya Kami berfirman): "Peganglah teguh-teguh apa yang Kami
berikan kepadamu dan ingatlah selalu apa yang ada didalamnya, agar kamu bertakwa".
2. Warisan watak, watak pemarah, watak penipu, watak yang luhur mulia dan sebagainya.
Rasulullah Saw. keluar Madinah bersama sepuluh ribu sahabat yang siap perang. Abdullah
bin Umi Maktum diberi tugas untuk menggantikan posisi Beliau di Madinah. Setelah Beliau
sampai di suatu tempat yang bernama Marra Dhahraan, dekat dengan Makkah, Beliau
memerintahkan pasukan untuk membuat obor sejumlah pasukan. Beliau juga mengangkat
Umar . sebagai penjaga.
Malam itu, Abbas berangkat menuju Makkah dengan menaiki bighal (peranakan kuda dan
keledai) milik Nabi Saw. Abbas bertemu dengan Abu Sufyan dan memintanya untuk ikut
dengannya menghadap Rasulullah Saw.
Ketika melewati obornya Umar bin Khattab, dia pun melihat Abu Sufyan. Dia
berkata,“Wahai Abu Sufyan, musuh Allah, segala puji bagi Allah yang telah menundukkan
dirimu tanpa suatu perjanjian pun”. Karena khawatir, Abbas mempercepat langkah
bighalnya agar dapat mendahului Umar. Mereka pun langsung masuk ke tempat
Rasulullah Saw. Setelah itu, barulah Umar masuk sambil berkata, “Wahai Rasulullah, ini
Abu Sufyan. Biarkan aku memenggal lehernya.” Abbas pun mengatakan, “Wahai
Rasulullah, aku telah melindunginya.”
Rasulullah Saw bersabda, “Kembalilah ke kemahmu wahai Abbas! Besok pagi, datanglah
ke sini!”
Esok harinya, Abbas bersama Abu Sufyan menemui Nabi Saw. Beliau bersabda, ”Celaka
wahai Abu Sufyan, bukankah sudah tiba saatnya bagimu untuk mengetahui bahwa tiada
ilah (sesembahan) yang berhak disembah selain Allah?” Akhirnya Abu Sufyan pun masuk
Islam dan memberikan kesaksian yang benar.
Rasulullah Saw. melanjutkan perjalanan hingga memasuki Dzi Thuwa. Di sini pula, beliau
membagi pasukan. Khalid bin Walid ditempatkan di sayap kanan untuk memasuki Makkah
dari dataran rendah dan menunggu kedatangan Nabi Saw di Shafa. Sementara Zubair bin
Awwam memimpin pasukan sayap kiri, membawa bendera Nabi dan memasuki Makkah
melalui dataran tingginya. Beliau perintahkan agar menancapkan bendera di daerah Hajun
dan tidak meninggalkan tempat tersebut hingga beliau datang.
Kemudian, Nabi Saw memasuki kota Makkah sambil membaca firman Allah,
“Sesungguhnya kami memberikan kepadamu kemenangan yang nyata.”
Mereka pun menjawab, “Yang baik-baik, sebagai saudara yang mulia, anak dari saudara
yang mulia.” Beliau Saw melanjutkan bersabda, “Aku sampaikan kepada kalian
sebagaimana perkataan Yusuf kepada saudaranya: ‘Pada hari ini tidak ada cercaan atas
kalian. Allah mengampuni kalian. Dia Maha penyayang.’ Pergilah kalian! Sesungguhnya
kalian telah bebas!”
BAB III
Penutup
Kesimpulan
Daftar Pustaka
1. Al Qur’anul Karim
2. Al Hadits
3. Kitab Riyadhush Shalihin (Imam An Nawawi)
4. Sirah Nabawwiyah (Muhammad Husain Haekal)
5. Planning & Organisasi Dakwah Rasulullah (PT. Al Ma’arif Bandung)
6. Semulia Akhalk Nabi (Amru Khalid)