Anda di halaman 1dari 11

KESENJANGAN ANTARA KEMAMPUAN PRAKTEK PENCABUTAN GIGI

DI KLINIK JURUSAN KESEHATAN GIGI POLITEKES DENGAN


PELAKSANAAN PROGRAM PELAYANAN PENCABUTAN GIGI P

A. Pendahuluan

Latar belakang

Dalam upaya meningkatkan pembinaan dan pelayanan kesehatan


masyarakat, pemerintah berusaha membangun sarana dan prasana kesehatan
dari kota sampai ke desa. Pembangunan rumah sakit, pengadaan obat-obatan
serta penyediaan tenaga dokter dan paramedis yang telah tersebar ke seluruh
pelosok tanah air.

Untuk penyediaan tenaga para medis, departemen kesehatan membangun


sekolah-sekolah dibidang kesehatan seperti Politeknik Kesehatan Depkes
Palembang yang di dalamnya termasuk Jurusan Kesehatan Gigi (JKG). Pada
kelompok mata kuliah keahlian (MKK) diantaranya bidang pencabutan gigi
atau di kenal dengan istilah exodontia.

Mahasiswa jurusan kesehatan gigi di bidang pencabutan gigi mendapat


materi pelajaran berupa teori exodontia di semester 3 dan praktek
pencabutan gigi di klinik sesuai dengan lingkup kompetensi perawat gigi di
semester 4 dan semester 5. pada semester 6 mahasiswa diterjunkan ke
puskesmas untuk praktek kerja lapangan.

Pelayanan kesehatan gigi dan mulut di puskesmas terutama ditunjukan


kepada golongan rawan terhadap gangguan kesehatan gigi dan mulut yaitu:
ibu hamil dan menyusui, anak pra sekolah, anak sekolah dasar serta
ditunjukan kepada keluarga dan masyarakat berpenghasilan rendah pedesaan
dan perkotaan. Pasien puskesmas pada dasarnya lebih banyak pada kasus
perawatan yang sudah parah padahal perawat gigi seharusnya tidak
menangani kasus tersebut.

Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk membahas tentang


kesenjangan antara kemampuan mahasiswa praktek pencabutan gigi diklinik
JKG dengan pelayanan pencabutan gigi praktek kerja lapangan di
Puskesmas.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka permasalahan dapat


dirumuskan sebagai berikut : “Bagaimana caranya mengatasi kesenjangan
antara kemampuan mahasiswa praktek pencabutan gigi di klinik jurusan
kesehatan gigi polteknes dengan pelayanan pencabutan gigi pada waktu
praktek kerja lapangan di puskesmas.

C. Landasan Teori

1.kurikulum

proses pembelanjaran pada program pendidikan diploma atau profesi


memerlukan panduan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat
profesinya, dimana panduan kurikulum ini merupakan salah satu rujukan
untuk mencapai kompetesi profesional lulusannya (Depkes, 2002:7).

Pusdiknakes (1997:15) menjelaskan bahwa, materi/isi kurikulum


kelompok mata kuliah di program Diploma III kesehatan gigi adalah sebagai
berikut; (1) kelompok mata kuliah umum (MKU) yaitu agama, bahasa
indonesia, bahasa inggris, pancasila, kewarganegaraan dan olah raga. (2)
kelompok mata kuliah dasar keahlian (MKDK) yaitu; mistologi, anatomi
fisiologi gigi, penyakit umum, struktur tubuh manusia, fisika, farmakologi,
mikrobiologi, biokomia, ilmu perilaku, ilmu kesehatan masyarakat,
metodologi penelitian, statistik, komputer, etika profesi. (3) kelompok mata
kuliah keahlian (MKK) yaitu dasar-dasar ilmu konservasi gigi, dasar-dasar
ilmu pencabutan gigi, ilmu kesehatan gigi rehabilitasi, ilmu pencegahan
penyakit gigi dan mulut , ilmu penyakit gigi dan mulut, ilmu perawat pra
dan pasca bedah mulut, komunikasi terapeutik, manajemen kesehatan gigi
dan mulut, penggunaan dan penggunaan alat kesehatan gigi, pendidikan
kesehatan gigi, teknik media pembelajaran, pelayanan kesehatan gigi dan
mulut, epidemiologi, praktek kerja lapangan karya tulis ilmiah.

2. Kompetensi Profesional

tenaga perawat gigi dalam memberikan pelayanan kesehatan yang


termuat pada standar profesi pelayanan kesehatan gigi menurut Depkes
(2002.28) adalah sebagai berikut :

a. Edukatif, yaitu upaya pendidikan kesehatan gigi baik pada individual/pasien


maupun kelompok masyarakat.

b. Promotif, yaitu upaya meningkatan kesehatan gigi dan mulut.

c. Preventif, yaitu upaya pencegahan dari kemungkinan terserangnya penyakit


gigi dan mulut.

d. kuratif, merupakan tindakan perawatan penyakit gigi dan mulut


e. Tugas limpah, yaitu melaksanakan tugas tertentu yang diberikan oleh dokter
gigi sebagai mitra kerja sekaligus sebagai atau langsung sesuai batas
kewenangannya.

Berdasarkan keputusan Menteri kesehatan RI No.1208/menkes/sk/XI/2001


tentang jabatan fungsional perawat gigi dan angka kreditnya pada bab 11
pasal 4 disebutkan bahwa, tugas pokok perawat gigi adalah melaksanakan
pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut pada masyarakat di unit
pelayanan kesehatan seperti Puskesmas. Penjabaran tugas pokok perawat
gigi tersebut secara garis besarnya adalah sebagai berikut:

a. Melaksanakan pelayanan asuhan kesehatan gigi pada anak balita yang


terdiri dari; penyuluhan, pencabutan, penambalan, pemolesan,
pembersihan karang gigi.

b. Melaksanakan pelayanan asuhan kesehatan gigi pada anak usia sekolah


tingkat dasar yang terdiri dari; penyuluhan, pencabutan, penambalan,
pemolesan, pembersihan karang gigi.

c. Melaksanakn pelayanan asuhan kesehatan gigi pada anak usia remaja dan
dewasa yang terdiri dari; penyuluhan, pencabutan, penambalan,
pemolesan, pembersihan karang gigi, sistem rujukan dan delegasi
wewenang dokter. Yang dimaksud dengan pelayanan asuhan kesehatan
gigi dan mulut adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan
bagian dari pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat,
keluarga maupun perorangan, baik yang sakit maupun yang sehat meliputi
peningkatan kesehatan gigi, pencegahanpenyakit gigi dan mulut, dan
penyembuhan terbatas penyakit gigi dan mulut.
Adapun kewenangan perawat gigi dalam menjalankan tugasnya adalah
sebagai berikut :

a. Upaya peningkatan kesehatan gigi dan mulut meliputi:

1) penyuluhan kesehatan

2) pelatihan kader kesehatan

3) pembuatan dan penggunaan alat peraga

b. Upaya pencegahan penyakit gigi dan mulut yang meliputi:

1) pemeriksaan Plak

2) sikat gigi massal

3) scaling supra gingival

4) penggunaan fluor

5) fissure sealant

6) pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut pasien rawat inap

c. Tindakan penyembuhan gigi:

1) pengobatan darurat gigi dengan standar pelayanan

2) pencabutan gigi sulung dengan topical anesthesia

3) penambalan gigi satu bidang


d. Hygiene pelayanan kesehatan yang meliputi:

1) Hygiene petugas kesehatan

2) sterilisasi alat kesehatan

3) sterilisasi ruang dan lingkungan kerja

3. Kebutuhan Program Pelayanan Kesehatan Gigi

Kebutuhan Program Pelayanan Kesehatan Gigi di Puskesmas

Upaya pelayanan kesehatan di Puskesmas merupakan upaya yang bersifat


menyeluruh, terpadu, yang terdekat dengan masyarakat dan meliputi upaya
peningkatan/promotif, pencegahan/preventif, penyembuhan/kuratif dan
pemulihan/rehabilitatif. Penyelenggaraan upaya kesehatan gigi sebagai
salah satu kegiatan pokok puskesmas juga dilaksanakan sesuai dengan pola
pelayanan tersebut.

Pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas terutama ditujukan


kepada golongan rawan terhadap gangguan kesehatan gigi dan mulut yaitu:
ibu hamil dan menyusui, anak pra sekolah, anak sekolah dasar, serta
ditunjukan kepada keluarga dan masyarakat berpenghasilan rendah di
pedesaan dan perkotaan.

Berdasarkan buku pedoman penyelenggaraan upaya pelayanan kesehatan


gigi di Puskesmas yang dikeluarkan oleh direktorat kesehatan gigi dan
direktorat jendral pelayanan medik tahun 1995 disebutkan bahwa perincian
tugas pokok perawat gigi di Puskesmas diaplikasikan pada kegiatan tugas
dalam gedung dan tugas luar gedung Puskesmas, yang meliputi pelayanan
kegiatan dalam bentuk:

1) Melaksanakan Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut.

a. Pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut meliputi: (1)


pelayanan asuhan kesehatan gigi pada kelompok anak sekolah
dalam bentuk Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS).Ibu hamil
dan ibu menyusui serta anak pra sekolah. (2) Pelayanan asuhan
kesehatan gigi dan mulut pada masyarakat dalam kegiatan Usaha
Kesehatan Gigi Masyarakat Desa (UKGMD).

b. Melaksanakan pelayanan medik gigi dasar terhadap pasien atau


pengunjung di balai pengobatan gigi (BPG) puskesmas.

c. Melaksanakan tugas lilmpah berdasarkan pendelegasian


wewenang dari dokter gigi.

2) Manajemen Mikro Kesehatan.

a. merencanakan, mempersiapkan, melaksanakan dan mengevaluasi


program pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut di sekolah.

b. Membina, mengkoordinasi, melati Promotor Kesehatan Desa


(Prokesa) dalam bidang kesehatan gigi dan mulut pada
Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD) dalam
bentuk Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat Desa (UKGMD) di
Pos Pelayanan Terpadu Kesehatan (Posyandu)
c. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan pelayanan asuhan
kesehatan gigi dan mulut di Balai Pengobatan Gigi (BPG)
Puskesmas.

D. Pembahasan

Pelaksanaan tugas perawat gigi yang dijalankan di Puskesmas pada


dasarnya lebih banyak pada kasus pasien dengan jenis kasus kuratif yang
sudah parah. Kelompok kasus pasien ini termasuk dalam penanganan kasus
kuratif dan rehabilitatif padahal perawat gigi seharusnya tidak menangani
kasus tersebut, baik kasus pencabutan dengan anaesthesi local jenis infiltrasi
maupun block mandibullar penambalan di segala bidang. Karena kasus
pasien yang demikian tugas dokter gigi yang harus menuntaskannya. Akan
tetapi kasus pasien seperti tersebut diatas tiap hari dikerjakan oleh perawat
gigi dikarenakan adanya tugas pendelegasian wewenang dari dokter gigi.

Proses pembelajaran dengan metode perkuliahan yang bersifat teoritis


akan membekali mahasiswa untuk pencapaian praktek pre klinik,
laboratorium, klinik, dan kerja lapangan. Proses pembelajaran meliputi
kegiatan tatap muka, diskusi, praktek preklinik, laboratorium, klinik, dan
kerja lapangan. Politeknik kesehatan jurusan kesehatan gigi menerapkan
berbagai pengalaman belajar dalam proses pembelajaran yaitu pengalaman
belajar ceramah atau kuliah, pengalaman belajar praktikum laboratorium,
pengalaman praktikum preklinik, pengalaman belajar klinik dan pengalaman
belajar lapangan. Metode kuliah merupakan kegiatan pembekalan teoritis,
diskusi merupakan kegiatan untuk meningkatkan pemahaman terhadap
materi yangdisampaikan dengan ceramah, sedangkan praktek merupakan
kegiatan untuk menerapkan teori yang diperoleh ketika tatap muka serta
memberikan latihan meningkatkan keterampilan mahasiswa.

Pengalaman belajar praktek merupakan bentuk pengalaman belajar


yang efektif dan spesifik dalam mencapai tujuan pembentukan sikap, dan
kemampuan professional perawat gigi. Dalam belajar klinik dan lapangan
individu maupun masyarakat sebagai pasien menjadi media yang baik untuk
pemecahan masalah pembelajaran. Dapat dikatakan bahwa dalam hal ini
kurikulum Diploma III kesehatan gigi lebih memusatkan perhatian pada
masalah yang dihadapi masyarakat terutama masalah perhatian pada
masalah yang dihadapi masyarakat terutama masalah kesehatan gigi. Dalam
pengalaman belajar klinik pelayanan ditekankan penanganan masalah
kesehatan individual/pasien, sedangkan pengalaman belajar lapangan di
tekankan penanganan masalah kesehatan masyarakat.

Berdasarkan pengalaman belajar mahasiswa setelah menyelesaikan


ujian akhir program (UAP), diperoleh data bahwa mata kuliah keahlian
dengan kompetensi pencabutan gigi tidak dilaksanakan sebagaimana
mestinya seperti mata kuliah keahlian yang lain. Disini hanya pencabutan
gigi sulung dengan topical anesthesia.

Proses pembelajaran praktek kerja lapangan (PKL) yang dilaksanakan


di Puskesmas pada waktu semester V, didapatkan gambaran oleh mahasiswa
yang baru lulus dari Politeknik Kesehatan Jurusan Kesehatan Gigi
(POLTEKKES JKG) adalah kurang sesuai dengan kemampuan yang
diharapkan. Mata kuliah keahlian yang terkait dengan praktek di Puskesmas
agar mendapatkan perhatian, agar kompetensi professional yang terkait
dengan mata kuliah kaehlian dapat diterimakan hasil belajarnya lewat
praktek kerja lapangan (PKL). PKL dilaksanakan agar kompetensi profesi
dapat tercapai, masalah yang didapatkan ketika PKL di Puskesmas adalah
jumlah waktu menempuh praktek di Puskesmas yang kurang lama.

E. Kesimpulan dan Saran

1. Kesimpulan

Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut, kurikulum


mata kuliah keahlian jurusan kesehatan gigi politeknik kesehatan yang
diterapkan selama ini sebagai bekal bagi lulusan untuk dapat melaksanakan
program pelayanan kesehatan gigi di puskesmas.

Terdapat kesenjangan pada mata kuliah dasar-dasar pencabutan gigi dengan


pelaksanaan praktek kerja lapangan di puskesmas, alokasi waktunya kurang
lama, sehingga mahasiswa maupun lulusannya tidak mempunyai bekal
cukup untuk memenuhi tuntutan program pelayanan kesehatan gigi di
puskesmas.

2. Saran

Berdasarkan hasil pembahasan di atas maka diajukan saran sebagai berikut.

1. kompetensi profesional perawat gigi dalam aplikasi pelaksanaan


tugas pelayanan ditunjang dengan ilmu yang diperolehnya selama
proses pembelajaran terutama kelompok mata kuliah keahlian, perlu
ditekankan untuk proses pembelajaran dialokasikan waktu yang
lebih efektif dan efisien ditinjau dari pembelajaran praktek dengan
pembimbingan yang maksimal dari dosen pembimbing akademik
maupun instruktur di lahan praktek.
2. struktur kurikulum mata kuliah keahlian sebagian sudah memuat
semua tugas, wewenang yang tergolong dalam kompetensi
profesional perawat gigi, pada mata kuliah dasar-dasar pencabutan
gigi dalam rangka mencapai kompetensi pencabutan gigi mengalami
kesenjangan sehingga mata kuliah itu harus ditinjau kembali dalam
proses pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

• Departemen Kesehatan RI. 1995. Pedoman Penyelenggaraan Upaya Kesehatan


Gigi di Puskesmas. Jakarta. Direktorat kesehatan gigi, Direktorat Jendral
Pelayanan Medik

• Departemen kesehatan RI. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi Jurusan


Kesehatan Gigi (rancangan). Jakarta, forum komunikasi kesehatan gigi
Indonesia

• Keputusan menteri kesehatan RI no 1208/Menkes/SK/XI/2001 tentang Petunjuk


Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Perawat Gigi

• Pusat pendidikan tenaga kesehatan 1997. kurikulum D III Akademi Kesehatan


Gigi. Jakarta. Depkes

Anda mungkin juga menyukai