Anda di halaman 1dari 13

Jurnal Psikologi ISSN 0215-8884 (Print)

Volume 45, Nomor 1, 2018: 27 – 39 ISSN 2460-867X (Online)


DOI: 10.22146/jpsi.25011 https://jurnal.ugm.ac.id/jpsi

Peran Dukungan Sosial Keluarga, Atasan, dan Rekan Kerja


terhadap Resilient Self-Efficacy Guru Sekolah Luar Biasa
Elisabeth Santoso1 & Jenny Lukito Setiawan2
1,2 Fakultas Psikologi Universitas Ciputra Surabaya

Abstract. This study aimed to investigate the influence of social support from family,
supervisor, and co-workers toward the resilient self-efficacy of SEN teachers in Surabaya.
This study involved 94 SEN teachers from Special Educational Needs school in Surabaya.
The study used social support measures and resilient self-efficacy scale. Multiple
regression analysis showed that social support from family, supervisor, and co-workers
significantly influenced SEN teachers’ resilient self-efficacy (F = 28,052; p<0,05). These
supports gave effective contribution to resilient self-efficacy as much as 48,3% (R²=0,483).
Hypothesis testing also showed that each source of support significantly influenced SEN
teachers’ resilient self-efficacy. Therefore, social support from family, supervisors, and co-
workers influenced the resilient self-efficacy of SEN teachers, whether they are given
simultaneously or separately.
Keywords: coworker support; family support; resilient self-efficacy; supervisor support;
SEN teacher

Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empirik peran dari dukungan
keluarga, atasan, dan rekan kerja terhadap resilient self-efficacy guru SLB di Surabaya.
Subjek penelitian adalah 94 guru SLB di Surabaya. Pengukuran menggunakan skala
dukungan sosial dan skala resilient self-efficacy. Analisis regresi linier berganda
menunjukkan adanya peran yang signifikan dari dukungan sosial keluarga, atasan, dan
rekan kerja secara simultan terhadap resilient self-efficacy guru SLB (R=0,695; p<0,05).
Dukungan sosial tersebut memberi kontribusi sebesar 48,3% (R²=0,483) bagi resilient self-
efficacy subjek. Hasil uji hipotesis juga menunjukkan bahwa masing-masing dukungan
sosial berperan signifikan terhadap resilient self-efficacy. Dengan demikian penelitian ini
menunjukkan bahwa dukungan sosial dari keluarga, atasan, dan rekan kerja berperan
signifikan terhadap resilient self-efficacy guru SLB, baik ketika diberikan secara simultan
maupun terpisah.
Kata kunci: dukungan sosial keluarga; dukungan sosial atasan; dukungan sosial rekan
kerja; guru SLB; resilient self-efficacy

Sebanyak 117% atau nyaris 41 juta pendu- duk dengan disabilitas, berbagai upaya
duk di Indonesia memiliki disabilitas fisik perlu dilakukan untuk mengusahakan
maupun mental (Kementerian Kesehatan kesejahteraan dan produktivitas dalam
RI, 2013). Melihat tingginya jumlah pendu- kehidupan mereka. Salah satu sektor yang
memegang peranan penting dalam upaya
1
Korespondensi mengenai artikel ini dapat melalui: tersebut adalah pendidikan, utamanya
elisawu07@gmail.com atau pendidikan luar biasa.
2jennysetiawan@yahoo.com

JURNAL PSIKOLOGI 27
SANTOSO & SETIAWAN

Keberadaan guru SLB sangat diper- sedangkan konflik eksternal adalah


lukan untuk memberikan layanan permasalahan yang terjadi antara guru
pendidikan bagi penyandang disabilitas. dan pihak di luar institusi. Biasanya,
Di sisi lain, profesi sebagai guru SLB konflik ini terjadi antar guru dengan orang
tidaklah mudah dijalani. Penelitian tua murid.
menemukan bahwa bekerja di sektor Berikut adalah hasil wawancara
pendidikan luar biasa jauh lebih menan- dengan Ibu B, psikolog SLB cacat ganda,
tang dibandingkan pendidikan umum yang membahas mengenai konflik antar
karena guru dituntut untuk menjalani rekan kerja di SLB tempat ia bekerja.
peran yang banyak dalam waktu
“Di SLB ini sering terjadi kasus
bersamaan (Kaff, 2004). Guru juga dituntut
turnover dari para guru. Durasi
untuk ahli menangani masalah akademis,
tercepatnya satu bulan dari awal
emosi, serta perilaku (Hoffenbartal &
masuk kerja. Alasan mereka
Bocos, 2015).
meninggalkan pekerjaan karena
Berdasarkan observasi yang dilaku- kenyataan di tempat kerja berbeda
kan peneliti pada beberapa SLB di kota dengan harapan mereka. Beberapa
Surabaya selama bulan Maret-Juni 2015, memilih keluar karena tidak kuat
terlihat bahwa para guru di SLB harus dengan beban pekerjaan, tetapi
bertanggung jawab dalam memberikan mayoritas karena masalah relasi sosial
pelajaran sekaligus mengatasi perilaku di tempat kerja.” (Ibu B, Psikolog SLB
murid yang tidak kooperatif selama cacat ganda, komunikasi pribadi, 1
pembelajaran. Bentuk perilaku yang Maret 2015).
muncul antara lain tantrum, tidak
merespon instruksi, kurang termotivasi Ibu B menambahkan bahwa masalah
dalam belajar, tidak atau jarang relasi sosial yang dimaksud terjadi ketika
memberikan perhatian terhadap pelajaran, ada perbedaan ritme kerja antara satu
serta menyerang guru atau siswa lain guru dengan guru lain yang mengajar di
secara fisik. Upaya guru untuk mengajar kelas yang sama. Hal ini membuat
dengan efisien juga seringkali terhambat terjadinya konflik atau relasi yang kurang
oleh adanya keterbatasan siswa dalam nyaman antara satu guru dengan guru
melakukan kegiatan sehari-hari secara lainnya. Masalah lain dapat terjadi ketika
mandiri. Guru kerap harus membantu seorang guru tidak mau meminta tolong
siswa pergi ke toilet, membantu siswa kepada guru lain untuk membantunya
bersih diri, serta membantu siswa makan menangani murid, sehingga akhirnya
dan minum. Adanya tugas tambahan ini guru tersebut kewalahan sendiri dan tidak
seringkali menghambat proses belajar nyaman bekerja di tempat kerjanya.
mengajar di kelas. Selain itu, konflik antara orang tua
Di tengah banyaknya tugas yang murid dengan guru juga kerap terjadi.
harus dikerjakan, guru SLB rentan terha- Menurut Ketua Yayasan salah satu SLB
dap konflik internal maupun eksternal. Tuna Grahita pada 22 Juni 2015, konflik
Konflik internal adalah permasalahan antara orang tua murid dengan guru
yang terjadi antara guru dan pihak di biasanya terjadi karena mayoritas orang
dalam institusi tempatnya bekerja. Konflik tua memberikan tuntutan yang dirasa
yang umum terjadi adalah antara guru berlebihan pada guru terkait dengan
dengan atasan dan/atau rekan kerjanya, perkembangan anaknya. Perbedaan

28 JURNAL PSIKOLOGI
SOSIAL KELUARGA, ATASAN, REKAN KERJA TERHADAP RESILIENT SELF-EFFICACY GURU SLB

harapan dan langkah antara orang tua dan sebutan resilient sense of efficacy atau
guru menjadi kesulitan tersendiri bagi resilient self-efficacy (Bandura, 1994).
guru. Definisi self-efficacy adalah keyakinan
Banyaknya tanggung jawab yang dalam diri seseorang bahwa dirinya
dimiliki serta tantangan menjadi guru SLB mampu mengerjakan suatu tugas dengan
berpotensi meningkatkan stres (Folostina berhasil (Bandura, 1997). Menurut
& Tudorache, 2012). Di Indonesia sendiri, Baumgardner dan Crothers (2009),
penelitian oleh Arismunandar (dalam resiliensi adalah kemampuan seseorang
Purba, Yulianto, & Widyanti, 2007) menca- untuk bangkit kembali serta mengalami
tat bahwa sebanyak 30,27% guru di pertumbuhan ketika menghadapi
Provinsi Sulawesi Selatan melaporkan tantangan yang serius dalam hidup.
tingkat stres yang serius. Selain itu, Berdasarkan kedua definisi tersebut,
sebanyak 34,9% guru SLB Negeri di resilient self-efficacy dapat didefinisikan
Semarang mengalami stres berat dan sebagai keyakinan yang dimiliki individu
42,7% mengalami stres sedang (Efriyawan, akan kemampuannya untuk bangkit
2015). kembali serta mengalami pertumbuhan
Dalam situasi stres yang kronis atau ketika ia menghadapi tantangan yang
serius, guru dapat mengalami burnout. serius dalam hidup.
Menurut Maslach, Schaufeli, dan Leiter Self-efficacy guru mendorong guru
(2001), seseorang dikatakan burnout ketika untuk bekerja lebih lama dengan murid-
mengalami kelelahan yang meluap, murid yang perlu perjuangan dalam
perasaan negatif terhadap pekerjaan, serta belajar (Gibson & Dembo, 1984). Guru
perasaan tidak berguna dan tidak mampu dengan self-efficacy yang tinggi juga
atau penurunan self-efficacy. Stres dan cenderung lebih terbuka dengan ide-ide
burnout dapat mengakibatkan dampak baru dan lebih bersedia untuk melakukan
yang negatif pada performa guru di kelas, eksperimen serta mengadopsi inovasi
serta dapat memicu keinginan untuk dalam mengajar yang sesuai dengan
meninggalkan pekerjaannya (Kyriacou, kebutuhan murid-muridnya (Allinder et
2011; Roach, 2009). Guru SLB juga kerap al., dalam Chan, 2005). Resilient self-efficacy
berpikir untuk meninggalkan pekerjaan- merupakan bagian dari self-efficacy.
nya karena kurangnya dukungan, Seseorang yang memiliki resiliensi
permasalahan di kelas, serta adanya isu berawal dari keyakinannya bahwa ia
pribadi (Kaff, 2004). dapat resilien di tengah tantangan
Untuk menghindari dampak negatif hidupnya.
dari tantangan yang dihadapi, penting Variabel yang diduga memengaruhi
bagi guru SLB untuk dapat memaknai dan resilient self-efficacy adalah dukungan
menilai proses yang ia jalani sebagai sosial. Wallston et al., Wills, dan Fegan
sesuatu hal yang positif. Tantangan yang (dalam Sarafino, 2008) mendefinisikan
dihadapi oleh guru SLB dalam bekerja dukungan sosial sebagai rasa nyaman
akan bermakna positif apabila mereka berkat kepedulian, penghargaan, atau
memiliki keyakinan akan kemampuannya pertolongan yang diterima oleh seseorang
untuk bangkit kembali dan bahkan dari orang atau kelompok lain. Seseorang
bertumbuh ketika menghadapi tantangan merasa bahwa dukungan sosial dapat
tersebut. Keyakinan itu dikenal dengan membuatnya menjalani tantangan dengan
lebih mudah.

JURNAL PSIKOLOGI 29
SANTOSO & SETIAWAN

Dukungan sosial dapat diberikan oleh penelitian sebelumnya yang menguji


siapa saja, terutama orang-orang yang pengaruh dukungan sosial dan self-efficacy
merupakan jaringan sosial dari individu terhadap manajemen stres mahasiswa
(Sarafino, 2008). Dukungan sosial yang (Kim, Tsuda, Park, Kim, dan Horiuchi,
didapatkan oleh guru SLB dapat berupa 2009), namun belum ditemukan penelitian
family support maupun workplace support. yang menguji peran antara dukungan
Family support merupakan dukungan sosial dengan resilient self-efficacy guru
sosial yang diperoleh guru dari keluarga- SLB.
nya, sedangkan workplace support merupa-
kan dukungan sosial yang diterima guru Peran dukungan sosial terhadap resilient self-
di tempat kerjanya. Di dalam tempat kerja, efficacy
dukungan sosial paling potensial diberi-
Bandura (1997) mencatat empat sumber
kan oleh atasan dan rekan kerja. Keluarga,
self-efficacy yang meliputi mastery experience
atasan, dan rekan kerja akan menjadi
(pengalaman keberhasilan), vicarious
sumber dukungan sosial yang diukur
experience (pengalaman melihat performa
dalam penelitian ini.
orang lain), verbal persuasion (persuasi
Menurut Sarafino (2008), ada bebe- verbal), dan physiological and affective
rapa jenis dukungan sosial, yakni (kondisi fisik dan afektif). Dukungan
dukungan sosial informational, emotional, sosial diduga berperan terhadap keempat
companionship, dan dukungan instrumental. sumber self-efficacy ini.
Penelitian ini hanya mengukur jenis
Pengaruh pengalaman masa lalu
dukungan informational dan emotional,
terkait suatu tugas terhadap self-efficacy
karena kedua jenis dukungan sosial
bergantung pada beberapa hal, salah
tersebut merupakan jenis dukungan sosial
satunya pada jumlah bimbingan yang
yang paling berpotensi diterima oleh
diterima oleh seseorang (Feltz & Lirgg,
guru-guru SLB dari sumber-sumber yang
2001). Bimbingan yang diterima oleh
telah disebutkan. Menurut Sarafino (2008),
seseorang dari orang lain merupakan
dukungan informational adalah dukungan
salah satu bentuk dukungan sosial
sosial dalam bentuk informasi, saran,
informational. Dukungan sosial infor-
pengarahan, serta feedback yang berkaitan
mational dalam bentuk bimbingan dapat
dengan aktivitas seseorang. Dukungan
memperbesar peluang seseorang untuk
emotional adalah kepedulian, perhatian,
mengerjakan tugasnya dengan berhasil.
empati, penguatan, dan penerimaan yang
Keberhasilan mengerjakan tugas disebut
membuat seseorang merasa nyaman,
mastery of experience.
dicintai, dan diperhatikan.
Selain melalui bimbingan, self-efficacy
Sejumlah penelitian telah melihat
dapat diperoleh melalui proses perban-
keterkaitan family support dan workplace
dingan sosial dengan orang lain (Maddux
support dengan performa kerja seseorang
dalam Feltz dan Lirgg, 2001). Proses
(Bataineh, 2009; Ismael dan Nordin, 2012;
perbandingan sosial tersebut mencakup
Kossek, Pichler, Bodner, Hammer, 2011;
observasi terhadap performa orang lain,
Namayandeh, Yaacob, Juhari, 2010). Akan
pengumpulan informasi terkait konse-
tetapi, peneliti belum menemukan
kuensi dari performa yang dilakukan oleh
penelitian terdahulu yang menguji peran
orang lain, dan penggunaan seluruh
dari family support dan workplace support
informasi yang diperoleh untuk menilai
terhadap resilient self-efficacy. Ada pula
performa diri sendiri. Dalam kajian

30 JURNAL PSIKOLOGI
SOSIAL KELUARGA, ATASAN, REKAN KERJA TERHADAP RESILIENT SELF-EFFICACY GURU SLB

mengenai sumber self-efficacy, proses ini dukungan sosial yang diberikan oleh
disebut vicarious experience, yaitu penga- ketiga jaringan sosial tersebut terhadap
laman seseorang melihat performa orang resilient self-efficacy guru SLB. Penelitian ini
lain. Seseorang mendapatkan informasi bertujuan untuk menguji secara empirik
mengenai bagaimana orang lain melaku- peran dukungan sosial keluarga, atasan,
kan tugasnya, sehingga dalam proses dan rekan kerja secara simultan terhadap
vicarious experience, seseorang memperoleh resilient self-efficacy guru SLB di Surabaya.
dukungan sosial dalam bentuk informasi. Selain itu, peneliti menduga ada perbe-
Selain kedua hal di atas, Feltz dan daan kontribusi yang diberikan oleh
Lirgg (2001) juga mencatat bahwa persepsi masing-masing sumber dukungan sosial
seseorang terhadap self-efficacy dapat terhadap resilient self-efficacy guru. Untuk
dipengaruhi oleh teknik-teknik persuasi itu peneliti juga menguji peran dukungan
yang berupa persuasi verbal, feedback yang sosial secara parsial terhadap resilient self-
evaluatif, ekspektasi orang lain, self-talk, efficacy, untuk melihat sumber dukungan
positive imagery, dan strategi kognitif sosial yang paling berkontribusi terhadap
lainnya. Secara umum, verbal persuasion resilient self-efficacy guru. Penelitian ini
dapat berupa dorongan positif dalam diharapkan akan memberikan kontribusi
bentuk verbal yang diterima seseorang untuk pengembangan diri guru SLB agar
dari komunitasnya. Teknik persuasi ini memiliki keyakinan diri dalam mengha-
diperoleh seseorang dari orang lain, yang dapi tantangan dan kesulitan dalam
menunjukkan adanya andil dari dukung- profesinya.
an sosial dalam memenuhi kebutuhan
seseorang akan verbal persuasion. Hipotesis penelitian

Dukungan sosial ini juga memenga- Ada empat hipotesis yang diajukan dalam
ruhi kondisi afektif seseorang, karena penelitian ini. Hipotesis pertama,
dukungan tersebut mampu mendorong dukungan sosial keluarga, atasan, dan
seseorang untuk memiliki rasa aman dan rekan kerja secara simultan berperan
nyaman di tengah peristiwa berat dalam signifikan terhadap resilient self-efficacy
hidupnya. Individu dalam lingkungan guru SLB di Surabaya. Hipotesis kedua,
keluarga dan pertemanan yang suportif dukungan sosial keluarga berperan
memiliki kondisi kesehatan yang lebih signifikan terhadap resilient self-efficacy
baik serta memiliki kemampuan untuk guru SLB di Surabaya. Hipotesis ketiga,
pulih dari masalah kesehatan yang lebih dukungan sosial atasan berperan
cepat bila dibandingkan dengan orang- signifikan terhadap resilient self-efficacy
orang yang kurang bergabung dengan guru SLB di Surabaya. Hipotesis keempat,
lingkungan sosialnya (Karademas, 2006). dukungan sosial rekan kerja berperan
Dukungan sosial diduga memengaruhi signifikan terhadap resilient self-efficacy
kesehatan baik secara langsung maupun guru SLB di Surabaya.
tidak melalui berbagai mekanisme
kognitif, strategi coping stres, dan perilaku- Metode
perilaku yang sehat (Wills & Fegan, 2001).
Mengingat jaringan sosial terdekat Penelitian ini melibatkan empat variabel,
guru SLB adalah keluarga, rekan kerja, yaitu dukungan sosial keluarga,
dan atasan, maka perlu dilakukan pene- dukungan sosial atasan, dan dukungan
litian untuk memeriksa peran dari sosial rekan kerja sebagai variabel

JURNAL PSIKOLOGI 31
SANTOSO & SETIAWAN

independen, dan resilient self-efficacy pada penelitian ini yakni keluarga, atasan,
sebagai variabel dependen. Subjek dan rekan kerja. Dengan demikian skala
penelitian ini berjumlah 94 (30,1% laki-laki dukungan sosial keluarga, atasan, dan
dan 69,9% perempuan) guru SLB di rekan kerja masing-masing berisi dua
Surabaya. Subjek penelitian berasal dari belas aitem. Enam aitem merepresentasi-
enam SLB, yang meliputi SLB B (tuna kan dukungan informasional dan enam
rungu), SLB D dan G (tuna daksa dan tuna item lainnya merepresentasikan dukungan
ganda), serta SLB C (tuna grahita). emosional. Pada skala dukungan sosial
Mayoritas guru berada di rentang usia 41- subjek penelitian diminta untuk memilih 1
60 tahun, dengan komposisi usia 21-30 (tidak sama sekali) sampai dengan 7
tahun sebanyak 10,9%, 31-40 tahun (sangat banyak), sesuai dengan dukungan
sebanyak 21,7%, 41-50 tahun sebanyak sosial yang ia rasakan dari sumber
28,3%, 51-60 tahun sebanyak 36,9%, dan dukungan sosial tersebut. Semakin tinggi
61-70 tahun sebanyak 2,2%. Mayoritas angka yang dilingkari oleh subjek menun-
guru memiliki pengalaman mengajar yang jukkan semakin banyaknya dukungan
panjang. Komposisi guru berdasarkan sosial yang ia rasakan. Sebaliknya,
lama mengajar adalah kurang dari 1 semakin rendah angka yang dilingkari
sebanyak 6,5%, 1-5 tahun sebanyak 8,6%, oleh subjek menunjukkan semakin sedikit-
6-10 tahun sebanyak 9,7%, dan di atas 10 nya dukungan sosial yang ia rasakan.
tahun sebanyak 75,2%. Skala resilient self-efficacy yang diguna-
Alat ukur yang digunakan dalam kan oleh peneliti terdiri dari enam aitem
penelitian ini adalah skala dukungan pernyataan yang dapat menggambarkan
sosial keluarga, atasan, dan rekan kerja, resilient self-efficacy yang dimiliki oleh
serta skala resilient self-efficacy. Untuk subjek. Subjek diminta untuk mengisi
mengukur dukungan sosial, peneliti dengan cara memilih nilai-nilai di antara
menggunakan modifikasi dari skala yang rentang 1 (sangat tidak baik) sampai
dikembangkan oleh Kim (2013b). Untuk dengan 7 (sangat baik). Semakin mampu
mengukur resilient self-efficacy, peneliti subjek melakukan apa yang ada di
menggunakan skala yang dikembangkan pernyataan tersebut, semakin besar skor
oleh Kim (2013a). Kedua skala tersebut yang perlu dipilih. Dengan demikian
telah diterjemahkan dalam bahasa semakin tinggi skor yang dipilih menun-
Indonesia oleh ahli bahasa dengan metode jukkan semakin tinggi resilient self-efficacy
translation-backtranslation approach. yang ia miliki.
Skala dukungan sosial yang dikem- Hasil korelasi aitem-total terkoreksi
bangkan oleh Kim (2013b) berisi aitem- menunjukkan bahwa semua aitem pada
aitem dukungan sosial yang diterima alat ukur memenuhi indeks daya beda
subjek dari orang tua dan teman, yang aitem (r>0,3). Hasil estimasi reliabilitas
masing-masing terdiri dari dua belas juga menunjukkan bahwa skala yang
aitem, yaitu enam aitem dukungan digunakan memiliki reliabilitas yang baik.
emosional dan enam aitem dukungan Tabel 1 berikut memaparkan hasil estimasi
informasional. Pada penelitian ini, alat reliabilitas skala dukungan sosial dan
ukur tersebut dimodifikasi oleh peneliti. resilient self-efficacy pada penelitian ini.
Modifikasi dilakukan dengan mengganti
sumber dukungan sosial. Sumber dukung-
an sosial disesuaikan dengan variabel

32 JURNAL PSIKOLOGI
SOSIAL KELUARGA, ATASAN, REKAN KERJA TERHADAP RESILIENT SELF-EFFICACY GURU SLB

Tabel 1. Tabel 2.
Hasil estimasi reliabilitas Deskripsi statistik variabel dukungan
sosial keluarga, atasan, rekan kerja, dan
Cronbach’s
Skala resilient self-efficacy
Alpha
Dukungan Sosial Keluarga 0,947 Variabel Penelitian Mean Standar Deviasi
Dukungan Sosial Atasan 0,976 Dukungan Keluarga 6,2 0,8
Dukungan Sosial Rekan Kerja 0,961 Dukungan Atasan 5,6 1
Resilient self-efficacy 0,867 Dukungan Rekan Kerja 5,6 0,9
Resilient self-efficacy 5,7 0,7

Pengujian hipotesis dilakukan dengan


menggunakan analisis regresi linier Diskusi
berganda. Analisis regresi linier berganda
dilakukan untuk mengetahui peran dari Hasil uji hipotesis mayor menunjukkan
dukungan sosial keluarga, atasan, dan bahwa dukungan sosial keluarga, atasan,
rekan kerja terhadap resilient self-efficacy dan rekan kerja secara simultan berperan
guru SLB di Surabaya. signifikan terhadap resilient self-efficacy
guru SLB di Surabaya (F = 28,052; p<0,05).
Nilai R²=0,483 menunjukkan bahwa
Hasil dukungan sosial keluarga, rekan kerja,
Tabel 2 memaparkan deskripsi statistik dan atasan secara bersama-sama memberi-
variabel dukungan sosial keluarga, atasan, kan kontribusi terhadap resilient self-
rekan kerja, dan resilient self-efficacy. efficacy guru SLB sebesar 48%.

Sebelum dilakukan analisis regresi, Hasil uji hipotesis juga menunjukkan


dilakukan uji normalitas yang mengguna- adanya peran yang signifikan dari
kan One-Test Kolmogorov-Smirnov. Hasil dukungan sosial secara parsial terhadap
uji normalitas menunjukkan bahwa data resilient self-efficacy guru SLB. Kedua hasil
berdistribusi normal (p > 0,05). Uji hipo- di atas menunjukkan bahwa baik diberi-
tesis 1-3 dengan menggunakan analisis kan secara simultan maupun parsial,
regresi menunjukkan bahwa ketiga hipo- dukungan sosial keluarga, atasan, dan
tesis dapat diterima. Hasil uji statistik rekan kerja memberikan kontribusi yang
menunjukkan adanya peran yang signi- positif bagi resilient self-efficacy guru SLB.
fikan dari dukungan sosial keluarga, Perbedaan bentuk relasi antara
atasan, rekan kerja, terhadap resilient self- subjek dengan sumber-sumber dukungan
efficacy (R = 0,695; R² = 0483; F = 28,052; sosial menciptakan bentuk dukungan
p<0,05). yang berbeda. Alasan pertama yang dapat
menjelaskan kuatnya peran ketika

Tabel 3.
Tabel pengujian hipotesis minor
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
Dukungan keluarga 0,224 0,089 0,248 2,526 0,013
Dukungan rekan kerja 0,224 0,105 0,283 2,128 0,036
Dukungan atasan 0,179 0,086 0,259 2,092 0,039

JURNAL PSIKOLOGI 33
SANTOSO & SETIAWAN

dukungan sosial diberikan secara simultan Mengimbangi hal tersebut, atasan dan
adalah adanya perbedaan bentuk rekan kerja memegang peranan penting
dukungan sosial yang disebabkan oleh sebagai workplace support system. Atasan
perbedaan bentuk relasi antara subjek memberikan dukungan informasional
dengan sumber-sumber dukungan sosial. dalam bentuk pemberian instruksi,
Dhyani (2014) menyatakan bahwa tujuan feedback, dan saran terkait dengan tugas
dasar dari pembentukan relasi dalam subjek (Chi, Yeh, & Wu, 2014; Savas &
hidup manusia adalah untuk memperoleh Dos, 2013). Atasan juga merupakan sosok
support system. Setiap individu memiliki yang memberikan feedback terhadap
support system yang terdiri dari beberapa performa kerja seseorang, termasuk mem-
sumber berbeda untuk mendapatkan berikan pujian dan kesempatan untuk
kekuatan dan keberanian untuk berjuang memperoleh promosi (Bataineh, 2009). Di
di tengah situasi yang sulit di hidupnya sisi lain, rekan kerja berperan penting
(Dhyani, 2014). untuk membentuk rasa aman dan nyaman
Dua faktor utama yang dipertim- di tempat kerja, serta memberi kesem-
bangkan oleh help-seeker adalah kualitas patan bagi subjek untuk melihat performa
personal dan tingkat familiaritas antar kerja darinya. Hal-hal di atas penting
pihak penolong dengannya (Setiawan, untuk meningkatkan mastery experience,
2008). Dalam budaya kolektif, termasuk di verbal persuasion, dan positive affective state
Indonesia, keluarga merupakan komunitas terkait dengan pekerjaan subjek.
terdekat yang memiliki peran dalam Ketiga sumber yang bekerja secara
memberi suara untuk didengar dan bersama-sama dapat memproteksi subjek
digunakan sebagai tolak ukur yang agar dapat memiliki support system yang
penting dalam membantu seseorang untuk lengkap. Adanya dukungan sosial yang
memberi penilaian akan sesuatu didapatkan baik ketika subjek berada di
(Hofstede, Hofstede, & Minkov, 2010). rumah maupun di tempat kerja dapat
Salah satu peran yang signifikan dari menolong subjek untuk memiliki keyakin-
dukungan keluarga adalah membentuk an akan kemampuannya bertahan dan
aspirasi yang positif terhadap pekerjaan bertumbuh di tengah tantangan hidupnya.
atau karir yang sedang ia jalani (Taylor,
Haris, & Taylor, 2004). Dalam membentuk Peran masing-masing sumber dukungan
aspirasi karir yang positif, sangat mungkin dalam menciptakan work-family balance
terjadi proses verbal persuasion oleh
keluarga terhadap subjek. Aspirasi yang Alasan kedua yang dapat menjelaskan
positif terhadap karir berdampak pada kuatnya peran saat dukungan sosial
positive affective state dalam menjalani diberikan secara simultan adalah adanya
profesi sebagai guru SLB. Verbal persuasion kontribusi dari masing-masing sumber
dan affective state merupakan dua dari dukungan dalam menciptakan work-family
empat sumber self-efficacy, sehingga balance. Sebagai seorang guru SLB, subjek
dukungan keluarga merupakan sumber memiliki jadwal mengajar sebanyak lima
daya yang berperan signifikan dalam sampai enam hari dalam satu minggu.
meningkatkan resilient self-efficacy subjek. Dalam sehari, waktu yang dihabiskan
Di sisi lain, dukungan keluarga tidak subjek di sekolah kira-kira 8 jam. Setelah
selalu relevan dengan kondisi pekerjaan itu, subjek pulang ke rumah atau
subjek, karena keluarga tidak turut hadir melanjutkan aktivitas lain di samping
di tempat kerja. mengajar, yang dilakukan di hari-hari

34 JURNAL PSIKOLOGI
SOSIAL KELUARGA, ATASAN, REKAN KERJA TERHADAP RESILIENT SELF-EFFICACY GURU SLB

tertentu. Kegiatan tersebut dilakukan affective state terhadap karir dan kehidupan
berulang-ulang, sehingga membentuk guru SLB, sehingga berdampak terhadap
suatu rutinitas. Rutinitas yang dimiliki resilient self-efficacy yang ia miliki.
oleh guru SLB tersebut diselingi dengan
transisi. Transisi terjadi antara rumah Faktor-faktor lain yang diduga berkontribusi
(home) dengan tempat kerja (workplace). terhadap resilient self-efficacy guru SLB
Transisi antara workplace dengan home Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa
dapat memunculkan sebuah konflik yang dukungan sosial keluarga, atasan, dan
dikenal dengan istilah work-family conflict. rekan kerja secara simultan memberikan
Work-family conflict adalah konflik yang sumbangan efektif sebesar 48,3% terhadap
dialami oleh seseorang ketika ia meng- resilient self-efficacy. Dengan demikian
hadapi perbedaan peran atau peran masih ada 51,7% variasi dari resilieng self-
ganda, yakni peran di dalam tempat kerja efficacy yang ditentukan oleh faktor-faktor
dan peran di dalam keluarga (Soeharto & lain. Beberapa faktor lain yang diduga
Kuncoro, 2015). Ada dua macam work- berkontribusi antara lain pemberian
family conflict, yaitu work-to-family conflict insentif, perbandingan intrinsik, serta
atau konflik di dalam keluarga yang kecerdasan emosional.
disebabkan oleh pekerjaan individu; dan
Pemberian insentif. Menurut Bandura
family-to-work conflict, yakni konflik di
(1984), insentif yang positif dapat mengge-
dalam pekerjaan yang disebabkan oleh
rakkan seseorang dalam mengerjakan
masalah dalam keluarga individu. Adanya
tugas yang menantang baginya. Sekalipun
konflik ini berhubungan dengan dampak
tugas itu sulit, seseorang akan cenderung
yang disfungsional baik bagi individu,
memiliki keyakinan diri untuk berhasil
maupun bagi organisasi tempatnya
melakukan tugas tersebut, demi mencapai
bekerja (Ismael dan Nordin, 2012).
insentif yang ia harapkan.
Dukungan dari keluarga dan dari
Perbandingan intrinsik. Manusia
tempat kerja untuk meminimalisasi
melakukan evaluasi terhadap kemampuan
adanya work-family conflict, baik dalam
diri mereka sendiri dalam mengerjakan
bentuk work-to-family conflict, maupun
berbagai tugas. Evaluasi yang dilakukan
family-to-work conflict. Workplace support
ini merupakan perbandingan intrinsik
yang diberikan bersama-sama dengan
(Bandura, 1984). Pada perbandingan ini,
family support akan membantu subjek
seseorang tidak melakukan pengamatan
untuk memiliki work-family balance (Ismael
terhadap performa orang lain, tapi
dan Nordin, 2012; Kossek, Pichler, Bodner,
mengamati performa diri sendiri dari
dan Hammer, 2011). Secara khusus,
waktu ke waktu. Seseorang mengevaluasi
dukungan suami memengaruhi kepuasan
diri untuk mengetahui tahapan yang
kerja yang dimediasi oleh work-family
berhasil ia capai. Saat seseorang merasa
conflict pada ibu bekerja (Soeharto dan
bahwa performanya telah memberikan
Kuncoro, 2015). Dukungan suami juga
pengembangan diri yang baik, ia akan
memengaruhi kepuasan kerja dan
menghargai dirinya sebagai individu yang
kepuasan perkawinan melalui nilai positif
mampu.
pekerjaan-keluarga (Soeharto, Faturochman,
dan Adiyanti, 2013). Hal-hal di atas Kecerdasan emosional. Penelitian oleh
mengindikasikan bahwa dukungan Prastadila dan Paramita (2013) pada guru
keluarga dapat menimbulkan positive inklusi menunjukkan bahwa kecerdasan

JURNAL PSIKOLOGI 35
SANTOSO & SETIAWAN

emosional memiliki hubungan positif terhadap resilient self-efficacy. Keluarga


yang signifikan dengan self-efficacy. Peneli- guru diharapkan memberikan dukungan
tian tersebut menunjukkan bahwa kontri- kepada guru. Sekali-kali berkunjung ke
busi efektif kecerdasan sosial terhadap self- sekolah juga akan menolong keluarga
efficacy adalah 60%. Kontribusi efektif ini untuk memahami apa yang dialami oleh
lebih besar jika dibandingkan dengan kon- guru dan memberikan dukungan yang
tribusi efektif dukungan sosial keluarga, sesuai. Selain itu keluarga juga diharapkan
atasan, dan rekan kerja terhadap resilient mengusahakan agar situasi di rumah
self-efficacy dalam penelitian ini (48.3%). memunculkan afek positif bagi guru, agar
mengurangi munculnya family-to-work
conflict.
Kesimpulan
Atasan guru juga diharapkan untuk
Uji hipotesis menunjukkan bahwa memberikan dukungan secara optimal,
dukungan sosial keluarga, atasan, dan bukan hanya dengan memantau dan
rekan kerja secara simultan berperan membimbing guru dalam melaksanakan
terhadap resilient self-efficacy guru SLB di tugas-tugasnya, namun juga menunjukkan
Surabaya (F=28,052; p<0,05). Semakin pengertian, memberikan semangat dan
tinggi dukungan sosial yang diterima oleh dorongan, serta memberikan apresiasi
subjek dari ketiga sumber, semakin tinggi terhadap apa yang telah dikerjakan. Relasi
pula resilient self-efficacy yang mereka positif secara personal di luar forum
miliki. Dukungan sosial keluarga, atasan, pertemuan guru secara formal perlu juga
dan rekan kerja secara simultan memberi- diciptakan sehingga relasi yang terjadi
kan kontribusi sebesar 48% (R²=0,483) tidak hanya berupa relasi formal antara
terhadap resilient self-efficacy. Secara atasan dengan bawahan yang mencipta-
parsial, dukungan sosial keluarga ber- kan jarak dan kecemasan. Di sinilah atasan
peran signifikan terhadap resilient self- dapat memberi kesempatan bagi guru
efficacy (t=2,526; p<0,05). Secara parsial, untuk membagikan aspirasi maupun
dukungan sosial atasan berperan signifi- kesulitan-kesulitan yang dialami, baik di
kan terhadap resilienf self-efficacy (t=2,092; tempat kerja maupun di keluarga yang
p<0,05). Secara parsial, dukungan sosial juga dapat berdampak pada pekerjaan.
rekan kerja berperan signifikan terhadap Kegiatan-kegiatan kebersamaan guru yang
resilienf self-efficacy (t=2,128; p<0,05). juga melibatkan keluarga juga baik
Semakin tinggi dukungan yang diterima dilakukan untuk mempererat jalinan
oleh subjek dari masing-masing sumber, support system dari pihak keluarga dan
semakin tinggi pula resilient self-efficacy sekolah.
yang mereka miliki.
Guru-guru juga diharapkan mem-
bangun relasi positif dengan rekan sekerja.
Saran
Sikap asertif ketika membutuhkan ban-
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tuan perlu juga dibangun, sehingga guru
dukungan sosial keluarga, atasan, dengan dapat saling mendukung dan membantu
rekan kerja masing-masing memiliki peran dalam menghadapi tugas-tugasnya. Di
yang signifikan terhadap relient self- samping itu pengembangan relasi antar
efficacy. Ketika ketiga jenis dukungan guru di luar setting profesional baik untuk
tersebut diberikan bersama-sama akan dikembangkan, sehingga guru merasakan
menghasilkan peran yang lebih besar adanya sahabat yang mendukungnya

36 JURNAL PSIKOLOGI
SOSIAL KELUARGA, ATASAN, REKAN KERJA TERHADAP RESILIENT SELF-EFFICACY GURU SLB

menghadapi persoalan di tempat kerja diterbitkan). Fakultas Ilmu Kepera-


maupun persoalan lainnya. watan, Universitas Islam Sultan
Agung Semarang.
Kepustakaan Feltz, D. L., & Lirgg, C. D. (2001). Self-
efficacy belief of athletes, teams, and
Bandura, A. (1994). Self-efficacy. In V.S. coaches. In R. N. Singer, H. A.
Ramachaudran (Ed.), Encyclopedia of Hausenblas, & C. Janelle (Eds.),
human behavior (Vol. 4, pp. 71-81). Handbook of Sport Psychology, 2nd ed.
New York: Academic Press. (pp. 340-361). New York: John Wiley &
(Reprinted in H. Friedman [Ed.], Sons.
Encyclopedia of mental health. San Diego:
Folostina, R., & Tudorache, L. A. (2012).
Academic Press, 1998).
Stress management tools for
Bandura, A. (1984). Self-efficacy mecha- preventing burnout phenomenon at
nism in human agency. American teachers from special education. Social
Psychologist, 37(2), 122-147. and Behavioral Sciences, 69, 933-941.
Bandura, A. (1997). Self-efficacy: The Gibson, S., & Dembo, M. (1984). Teacher
excercise of control. New York: W. H. efficacy: A construct validation. Journal
Freemand and Company. of Educational Psychology, 76(4), 569-
Bataineh, O. (2009). Sources of social 582.
support among special education Hoffenbartal, D., & Bocos, M. (2015). The
teachers in Jordan and their development of a sense of coherence
relationship to burnout. International in teaching situations among special
Education, 39(1), 65-78. education pre-service teachers. Social
Baumgardner, S. R., & Crothers, M. K. and Behavioral Science, 209, 240-246.
(2009). Positive psychology. New Jersey: Ismael, Z., & Nordin, M. S. (2012).
Pearson Education, Inc. Teachers’ work-family conflict efficacy
Chan, D. W. (2005). Teacher self-efficacy in Malaysia: Scale validation.
research and teacher education. International Journal of Humanity and
Educational Research Journal, 20(2), 149- Social Science, 2(21), 127-132.
164. Hofstede, G., Hofstede, G. J., Minkov, M.
Chi, H., Yeh, H., & Wu, S. F. (2014). How (2010). Cultures and organization:
well-being mediates the relationship Intercultural cooperation and its
between social support and teaching importance to survival (3rd ed.). New
effectiveness. Journal of Education and York: McGraw Hill.
Learning, 3(4), 117-130. Kaff, M. S. (2004). Multitasking is
Dhyani, R. (2014). A study of multi- multitaxing: Why special educators
dimensional social support system are leaving the field. Preventing School
among school teachers. The Interna- Failure, 48(2), 10–17.
tional Journal of Indian Psychology, 2(1), Karademas, E. C. (2006). Self-efficacy,
125-131. social support and well-being: The
Efriyawan. (2015). Hubungan antara efikasi mediating role of optimism. Personality
diri dengan stres kerja pada guru SLB and Individual Differences, 40(6), 1281-
Negeri Semarang. (Skripsi yang tidak 1290.

JURNAL PSIKOLOGI 37
SANTOSO & SETIAWAN

Kementrian Kesehatan RI. (2013). Riset female nurses in Shiraz-Iran. Journal of


kesehatan dasar 2013. Badan Penelitian American Science, 6(12), 534-540.
dan Pengembangan Kesehatan. Diun- Prastadila, P., & Pramita, P. P. (2013).
duh dari http://www.depkes.go.id/ Hubungan antara emotional intelligence
resources/download/general/Hasil%20 dengan self-efficacy guru yang
Riskesdas%202013.pdf pada 4 Mei mengajar di sekolah inklusi tingkat
2015. dasar. Jurnal Psikologi Pendidikan dan
Kim, U. (2013a). Resilience of efficacy scale. Perkembangan, 2(1), 1-11.
Unpublished Manuscript. Incheon, Purba, J., Yulianto, A., & Widyanti, E.
Korea: Inha University. (2007). Pengaruh dukungan sosial
Kim, U. (2013b). Social support scale. terhadap burnout pada guru. Jurnal
Unpublished Manuscript. Incheon, Psikologi, 5(1), 77-87.
Korea: Inha University. Roach, A. (2009). Teacher burnout: Special
Kim, U., Tsuda, A., Park, Y., & Kim, E., & education versus regular education. (Tesis
Horiuchi, S. (2009). Comparative yang tidak diterbitkan). Education
analysis of stress symptoms and Specialists in Graduate School
management among Korean and Psychology, Marshall University,
Japanese university student: With a Huntington.
specific focus on the influence of social Savas, A. C., & Dos, I. (2013). Teacher
support networks and self efficacy. The views on supervisors’ roles in school
Korean Journal of the Human development. Ozean Journal of Social
Development, 16(1), 139-164. Sciences, 6(1), 24-35.
Kossek, E. E., Pichler, S., Bodner, T., & Sarafino, E. P. (2008). Health psychology:
Hammer, L. B. (2011). Workplace Biopsychosocial interactions (6th ed.).
social support and work-family New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.
conflict: A meta-analysis clarifying the
Setiawan, J. L. (2008). Rogers’ three core
influence of general and work-family-
conditions: The other side of the coin.
specific supervisor and organizational
Anima, Indonesian Psychological Journal,
support. Pers Psychology, 64(2), 289-
24(1), 26-32.
313.
Soeharto, T. N. E. D., & Kuncoro, M. W.
Kyriacou, C. (2011). Teacher stress: From
(2015). Dukungan suami dan
prevalence to resilience. Dalam J.
kepuasan kerja yang dimediasi oleh
Langan-Fox & C. L., Cooper (Eds.),
konflik pekerjaan-keluarga pada ibu
Handbook of stress in the occupation,
yang bekerja. Jurnal Psikologi, 42(3),
(hlm. 161-173). Cheltenham: Edward
207-216. doi: 10.22146/jpsi.9909
Elgar Publishing, Inc.
Soeharto, T. N. E. D., Faturochman, &
Maslach, C., Schaufeli, W. B., & Leiter, M.
Adiyanti, M. G. (2013). Peran nilai
P. (2001). Job burnout. Annu. Rev.
positif pekerjaan-keluarga sebagai
Psychology, 52, 397-422.
mediasi pengaruh dukungan suami
Namayandeh, H., Yaacob, S. N., & Juhari, terhadap kepuasan kerja dan
R. (2010). The influences of workplace kepuasan perkawinan pada
support and family support on work- perempuan yang bekerja. Jurnal
family conflict (W-FC) among married Psikologi, 40(1), 59-70. doi:
10.22146/jpsi.7066

38 JURNAL PSIKOLOGI
SOSIAL KELUARGA, ATASAN, REKAN KERJA TERHADAP RESILIENT SELF-EFFICACY GURU SLB

Taylor, J., Harris, M. B., & Taylor, S. (2004). A. Baum, T. A. Revenson, & J. E.
Parents have their say about their Singer (Eds.), Handbook of health
college-age children’s career decision. psychology (hlm. 209-334). Mahwah,
NACE Journal, 64(2), 15-20. NJ: Erlbaum.
Wills, T. A., & Fegan, M. F. (2001). Social
networks and social support. Dalam

JURNAL PSIKOLOGI 39

Anda mungkin juga menyukai