Peran Dukungan Sosial Keluarga, Atasan, Dan Rekan Kerja Terhadap Resilient Self-Efficacy Guru Sekolah Luar Biasa
Peran Dukungan Sosial Keluarga, Atasan, Dan Rekan Kerja Terhadap Resilient Self-Efficacy Guru Sekolah Luar Biasa
Abstract. This study aimed to investigate the influence of social support from family,
supervisor, and co-workers toward the resilient self-efficacy of SEN teachers in Surabaya.
This study involved 94 SEN teachers from Special Educational Needs school in Surabaya.
The study used social support measures and resilient self-efficacy scale. Multiple
regression analysis showed that social support from family, supervisor, and co-workers
significantly influenced SEN teachers’ resilient self-efficacy (F = 28,052; p<0,05). These
supports gave effective contribution to resilient self-efficacy as much as 48,3% (R²=0,483).
Hypothesis testing also showed that each source of support significantly influenced SEN
teachers’ resilient self-efficacy. Therefore, social support from family, supervisors, and co-
workers influenced the resilient self-efficacy of SEN teachers, whether they are given
simultaneously or separately.
Keywords: coworker support; family support; resilient self-efficacy; supervisor support;
SEN teacher
Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empirik peran dari dukungan
keluarga, atasan, dan rekan kerja terhadap resilient self-efficacy guru SLB di Surabaya.
Subjek penelitian adalah 94 guru SLB di Surabaya. Pengukuran menggunakan skala
dukungan sosial dan skala resilient self-efficacy. Analisis regresi linier berganda
menunjukkan adanya peran yang signifikan dari dukungan sosial keluarga, atasan, dan
rekan kerja secara simultan terhadap resilient self-efficacy guru SLB (R=0,695; p<0,05).
Dukungan sosial tersebut memberi kontribusi sebesar 48,3% (R²=0,483) bagi resilient self-
efficacy subjek. Hasil uji hipotesis juga menunjukkan bahwa masing-masing dukungan
sosial berperan signifikan terhadap resilient self-efficacy. Dengan demikian penelitian ini
menunjukkan bahwa dukungan sosial dari keluarga, atasan, dan rekan kerja berperan
signifikan terhadap resilient self-efficacy guru SLB, baik ketika diberikan secara simultan
maupun terpisah.
Kata kunci: dukungan sosial keluarga; dukungan sosial atasan; dukungan sosial rekan
kerja; guru SLB; resilient self-efficacy
Sebanyak 117% atau nyaris 41 juta pendu- duk dengan disabilitas, berbagai upaya
duk di Indonesia memiliki disabilitas fisik perlu dilakukan untuk mengusahakan
maupun mental (Kementerian Kesehatan kesejahteraan dan produktivitas dalam
RI, 2013). Melihat tingginya jumlah pendu- kehidupan mereka. Salah satu sektor yang
memegang peranan penting dalam upaya
1
Korespondensi mengenai artikel ini dapat melalui: tersebut adalah pendidikan, utamanya
elisawu07@gmail.com atau pendidikan luar biasa.
2jennysetiawan@yahoo.com
JURNAL PSIKOLOGI 27
SANTOSO & SETIAWAN
28 JURNAL PSIKOLOGI
SOSIAL KELUARGA, ATASAN, REKAN KERJA TERHADAP RESILIENT SELF-EFFICACY GURU SLB
harapan dan langkah antara orang tua dan sebutan resilient sense of efficacy atau
guru menjadi kesulitan tersendiri bagi resilient self-efficacy (Bandura, 1994).
guru. Definisi self-efficacy adalah keyakinan
Banyaknya tanggung jawab yang dalam diri seseorang bahwa dirinya
dimiliki serta tantangan menjadi guru SLB mampu mengerjakan suatu tugas dengan
berpotensi meningkatkan stres (Folostina berhasil (Bandura, 1997). Menurut
& Tudorache, 2012). Di Indonesia sendiri, Baumgardner dan Crothers (2009),
penelitian oleh Arismunandar (dalam resiliensi adalah kemampuan seseorang
Purba, Yulianto, & Widyanti, 2007) menca- untuk bangkit kembali serta mengalami
tat bahwa sebanyak 30,27% guru di pertumbuhan ketika menghadapi
Provinsi Sulawesi Selatan melaporkan tantangan yang serius dalam hidup.
tingkat stres yang serius. Selain itu, Berdasarkan kedua definisi tersebut,
sebanyak 34,9% guru SLB Negeri di resilient self-efficacy dapat didefinisikan
Semarang mengalami stres berat dan sebagai keyakinan yang dimiliki individu
42,7% mengalami stres sedang (Efriyawan, akan kemampuannya untuk bangkit
2015). kembali serta mengalami pertumbuhan
Dalam situasi stres yang kronis atau ketika ia menghadapi tantangan yang
serius, guru dapat mengalami burnout. serius dalam hidup.
Menurut Maslach, Schaufeli, dan Leiter Self-efficacy guru mendorong guru
(2001), seseorang dikatakan burnout ketika untuk bekerja lebih lama dengan murid-
mengalami kelelahan yang meluap, murid yang perlu perjuangan dalam
perasaan negatif terhadap pekerjaan, serta belajar (Gibson & Dembo, 1984). Guru
perasaan tidak berguna dan tidak mampu dengan self-efficacy yang tinggi juga
atau penurunan self-efficacy. Stres dan cenderung lebih terbuka dengan ide-ide
burnout dapat mengakibatkan dampak baru dan lebih bersedia untuk melakukan
yang negatif pada performa guru di kelas, eksperimen serta mengadopsi inovasi
serta dapat memicu keinginan untuk dalam mengajar yang sesuai dengan
meninggalkan pekerjaannya (Kyriacou, kebutuhan murid-muridnya (Allinder et
2011; Roach, 2009). Guru SLB juga kerap al., dalam Chan, 2005). Resilient self-efficacy
berpikir untuk meninggalkan pekerjaan- merupakan bagian dari self-efficacy.
nya karena kurangnya dukungan, Seseorang yang memiliki resiliensi
permasalahan di kelas, serta adanya isu berawal dari keyakinannya bahwa ia
pribadi (Kaff, 2004). dapat resilien di tengah tantangan
Untuk menghindari dampak negatif hidupnya.
dari tantangan yang dihadapi, penting Variabel yang diduga memengaruhi
bagi guru SLB untuk dapat memaknai dan resilient self-efficacy adalah dukungan
menilai proses yang ia jalani sebagai sosial. Wallston et al., Wills, dan Fegan
sesuatu hal yang positif. Tantangan yang (dalam Sarafino, 2008) mendefinisikan
dihadapi oleh guru SLB dalam bekerja dukungan sosial sebagai rasa nyaman
akan bermakna positif apabila mereka berkat kepedulian, penghargaan, atau
memiliki keyakinan akan kemampuannya pertolongan yang diterima oleh seseorang
untuk bangkit kembali dan bahkan dari orang atau kelompok lain. Seseorang
bertumbuh ketika menghadapi tantangan merasa bahwa dukungan sosial dapat
tersebut. Keyakinan itu dikenal dengan membuatnya menjalani tantangan dengan
lebih mudah.
JURNAL PSIKOLOGI 29
SANTOSO & SETIAWAN
30 JURNAL PSIKOLOGI
SOSIAL KELUARGA, ATASAN, REKAN KERJA TERHADAP RESILIENT SELF-EFFICACY GURU SLB
mengenai sumber self-efficacy, proses ini dukungan sosial yang diberikan oleh
disebut vicarious experience, yaitu penga- ketiga jaringan sosial tersebut terhadap
laman seseorang melihat performa orang resilient self-efficacy guru SLB. Penelitian ini
lain. Seseorang mendapatkan informasi bertujuan untuk menguji secara empirik
mengenai bagaimana orang lain melaku- peran dukungan sosial keluarga, atasan,
kan tugasnya, sehingga dalam proses dan rekan kerja secara simultan terhadap
vicarious experience, seseorang memperoleh resilient self-efficacy guru SLB di Surabaya.
dukungan sosial dalam bentuk informasi. Selain itu, peneliti menduga ada perbe-
Selain kedua hal di atas, Feltz dan daan kontribusi yang diberikan oleh
Lirgg (2001) juga mencatat bahwa persepsi masing-masing sumber dukungan sosial
seseorang terhadap self-efficacy dapat terhadap resilient self-efficacy guru. Untuk
dipengaruhi oleh teknik-teknik persuasi itu peneliti juga menguji peran dukungan
yang berupa persuasi verbal, feedback yang sosial secara parsial terhadap resilient self-
evaluatif, ekspektasi orang lain, self-talk, efficacy, untuk melihat sumber dukungan
positive imagery, dan strategi kognitif sosial yang paling berkontribusi terhadap
lainnya. Secara umum, verbal persuasion resilient self-efficacy guru. Penelitian ini
dapat berupa dorongan positif dalam diharapkan akan memberikan kontribusi
bentuk verbal yang diterima seseorang untuk pengembangan diri guru SLB agar
dari komunitasnya. Teknik persuasi ini memiliki keyakinan diri dalam mengha-
diperoleh seseorang dari orang lain, yang dapi tantangan dan kesulitan dalam
menunjukkan adanya andil dari dukung- profesinya.
an sosial dalam memenuhi kebutuhan
seseorang akan verbal persuasion. Hipotesis penelitian
Dukungan sosial ini juga memenga- Ada empat hipotesis yang diajukan dalam
ruhi kondisi afektif seseorang, karena penelitian ini. Hipotesis pertama,
dukungan tersebut mampu mendorong dukungan sosial keluarga, atasan, dan
seseorang untuk memiliki rasa aman dan rekan kerja secara simultan berperan
nyaman di tengah peristiwa berat dalam signifikan terhadap resilient self-efficacy
hidupnya. Individu dalam lingkungan guru SLB di Surabaya. Hipotesis kedua,
keluarga dan pertemanan yang suportif dukungan sosial keluarga berperan
memiliki kondisi kesehatan yang lebih signifikan terhadap resilient self-efficacy
baik serta memiliki kemampuan untuk guru SLB di Surabaya. Hipotesis ketiga,
pulih dari masalah kesehatan yang lebih dukungan sosial atasan berperan
cepat bila dibandingkan dengan orang- signifikan terhadap resilient self-efficacy
orang yang kurang bergabung dengan guru SLB di Surabaya. Hipotesis keempat,
lingkungan sosialnya (Karademas, 2006). dukungan sosial rekan kerja berperan
Dukungan sosial diduga memengaruhi signifikan terhadap resilient self-efficacy
kesehatan baik secara langsung maupun guru SLB di Surabaya.
tidak melalui berbagai mekanisme
kognitif, strategi coping stres, dan perilaku- Metode
perilaku yang sehat (Wills & Fegan, 2001).
Mengingat jaringan sosial terdekat Penelitian ini melibatkan empat variabel,
guru SLB adalah keluarga, rekan kerja, yaitu dukungan sosial keluarga,
dan atasan, maka perlu dilakukan pene- dukungan sosial atasan, dan dukungan
litian untuk memeriksa peran dari sosial rekan kerja sebagai variabel
JURNAL PSIKOLOGI 31
SANTOSO & SETIAWAN
independen, dan resilient self-efficacy pada penelitian ini yakni keluarga, atasan,
sebagai variabel dependen. Subjek dan rekan kerja. Dengan demikian skala
penelitian ini berjumlah 94 (30,1% laki-laki dukungan sosial keluarga, atasan, dan
dan 69,9% perempuan) guru SLB di rekan kerja masing-masing berisi dua
Surabaya. Subjek penelitian berasal dari belas aitem. Enam aitem merepresentasi-
enam SLB, yang meliputi SLB B (tuna kan dukungan informasional dan enam
rungu), SLB D dan G (tuna daksa dan tuna item lainnya merepresentasikan dukungan
ganda), serta SLB C (tuna grahita). emosional. Pada skala dukungan sosial
Mayoritas guru berada di rentang usia 41- subjek penelitian diminta untuk memilih 1
60 tahun, dengan komposisi usia 21-30 (tidak sama sekali) sampai dengan 7
tahun sebanyak 10,9%, 31-40 tahun (sangat banyak), sesuai dengan dukungan
sebanyak 21,7%, 41-50 tahun sebanyak sosial yang ia rasakan dari sumber
28,3%, 51-60 tahun sebanyak 36,9%, dan dukungan sosial tersebut. Semakin tinggi
61-70 tahun sebanyak 2,2%. Mayoritas angka yang dilingkari oleh subjek menun-
guru memiliki pengalaman mengajar yang jukkan semakin banyaknya dukungan
panjang. Komposisi guru berdasarkan sosial yang ia rasakan. Sebaliknya,
lama mengajar adalah kurang dari 1 semakin rendah angka yang dilingkari
sebanyak 6,5%, 1-5 tahun sebanyak 8,6%, oleh subjek menunjukkan semakin sedikit-
6-10 tahun sebanyak 9,7%, dan di atas 10 nya dukungan sosial yang ia rasakan.
tahun sebanyak 75,2%. Skala resilient self-efficacy yang diguna-
Alat ukur yang digunakan dalam kan oleh peneliti terdiri dari enam aitem
penelitian ini adalah skala dukungan pernyataan yang dapat menggambarkan
sosial keluarga, atasan, dan rekan kerja, resilient self-efficacy yang dimiliki oleh
serta skala resilient self-efficacy. Untuk subjek. Subjek diminta untuk mengisi
mengukur dukungan sosial, peneliti dengan cara memilih nilai-nilai di antara
menggunakan modifikasi dari skala yang rentang 1 (sangat tidak baik) sampai
dikembangkan oleh Kim (2013b). Untuk dengan 7 (sangat baik). Semakin mampu
mengukur resilient self-efficacy, peneliti subjek melakukan apa yang ada di
menggunakan skala yang dikembangkan pernyataan tersebut, semakin besar skor
oleh Kim (2013a). Kedua skala tersebut yang perlu dipilih. Dengan demikian
telah diterjemahkan dalam bahasa semakin tinggi skor yang dipilih menun-
Indonesia oleh ahli bahasa dengan metode jukkan semakin tinggi resilient self-efficacy
translation-backtranslation approach. yang ia miliki.
Skala dukungan sosial yang dikem- Hasil korelasi aitem-total terkoreksi
bangkan oleh Kim (2013b) berisi aitem- menunjukkan bahwa semua aitem pada
aitem dukungan sosial yang diterima alat ukur memenuhi indeks daya beda
subjek dari orang tua dan teman, yang aitem (r>0,3). Hasil estimasi reliabilitas
masing-masing terdiri dari dua belas juga menunjukkan bahwa skala yang
aitem, yaitu enam aitem dukungan digunakan memiliki reliabilitas yang baik.
emosional dan enam aitem dukungan Tabel 1 berikut memaparkan hasil estimasi
informasional. Pada penelitian ini, alat reliabilitas skala dukungan sosial dan
ukur tersebut dimodifikasi oleh peneliti. resilient self-efficacy pada penelitian ini.
Modifikasi dilakukan dengan mengganti
sumber dukungan sosial. Sumber dukung-
an sosial disesuaikan dengan variabel
32 JURNAL PSIKOLOGI
SOSIAL KELUARGA, ATASAN, REKAN KERJA TERHADAP RESILIENT SELF-EFFICACY GURU SLB
Tabel 1. Tabel 2.
Hasil estimasi reliabilitas Deskripsi statistik variabel dukungan
sosial keluarga, atasan, rekan kerja, dan
Cronbach’s
Skala resilient self-efficacy
Alpha
Dukungan Sosial Keluarga 0,947 Variabel Penelitian Mean Standar Deviasi
Dukungan Sosial Atasan 0,976 Dukungan Keluarga 6,2 0,8
Dukungan Sosial Rekan Kerja 0,961 Dukungan Atasan 5,6 1
Resilient self-efficacy 0,867 Dukungan Rekan Kerja 5,6 0,9
Resilient self-efficacy 5,7 0,7
Tabel 3.
Tabel pengujian hipotesis minor
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
Dukungan keluarga 0,224 0,089 0,248 2,526 0,013
Dukungan rekan kerja 0,224 0,105 0,283 2,128 0,036
Dukungan atasan 0,179 0,086 0,259 2,092 0,039
JURNAL PSIKOLOGI 33
SANTOSO & SETIAWAN
dukungan sosial diberikan secara simultan Mengimbangi hal tersebut, atasan dan
adalah adanya perbedaan bentuk rekan kerja memegang peranan penting
dukungan sosial yang disebabkan oleh sebagai workplace support system. Atasan
perbedaan bentuk relasi antara subjek memberikan dukungan informasional
dengan sumber-sumber dukungan sosial. dalam bentuk pemberian instruksi,
Dhyani (2014) menyatakan bahwa tujuan feedback, dan saran terkait dengan tugas
dasar dari pembentukan relasi dalam subjek (Chi, Yeh, & Wu, 2014; Savas &
hidup manusia adalah untuk memperoleh Dos, 2013). Atasan juga merupakan sosok
support system. Setiap individu memiliki yang memberikan feedback terhadap
support system yang terdiri dari beberapa performa kerja seseorang, termasuk mem-
sumber berbeda untuk mendapatkan berikan pujian dan kesempatan untuk
kekuatan dan keberanian untuk berjuang memperoleh promosi (Bataineh, 2009). Di
di tengah situasi yang sulit di hidupnya sisi lain, rekan kerja berperan penting
(Dhyani, 2014). untuk membentuk rasa aman dan nyaman
Dua faktor utama yang dipertim- di tempat kerja, serta memberi kesem-
bangkan oleh help-seeker adalah kualitas patan bagi subjek untuk melihat performa
personal dan tingkat familiaritas antar kerja darinya. Hal-hal di atas penting
pihak penolong dengannya (Setiawan, untuk meningkatkan mastery experience,
2008). Dalam budaya kolektif, termasuk di verbal persuasion, dan positive affective state
Indonesia, keluarga merupakan komunitas terkait dengan pekerjaan subjek.
terdekat yang memiliki peran dalam Ketiga sumber yang bekerja secara
memberi suara untuk didengar dan bersama-sama dapat memproteksi subjek
digunakan sebagai tolak ukur yang agar dapat memiliki support system yang
penting dalam membantu seseorang untuk lengkap. Adanya dukungan sosial yang
memberi penilaian akan sesuatu didapatkan baik ketika subjek berada di
(Hofstede, Hofstede, & Minkov, 2010). rumah maupun di tempat kerja dapat
Salah satu peran yang signifikan dari menolong subjek untuk memiliki keyakin-
dukungan keluarga adalah membentuk an akan kemampuannya bertahan dan
aspirasi yang positif terhadap pekerjaan bertumbuh di tengah tantangan hidupnya.
atau karir yang sedang ia jalani (Taylor,
Haris, & Taylor, 2004). Dalam membentuk Peran masing-masing sumber dukungan
aspirasi karir yang positif, sangat mungkin dalam menciptakan work-family balance
terjadi proses verbal persuasion oleh
keluarga terhadap subjek. Aspirasi yang Alasan kedua yang dapat menjelaskan
positif terhadap karir berdampak pada kuatnya peran saat dukungan sosial
positive affective state dalam menjalani diberikan secara simultan adalah adanya
profesi sebagai guru SLB. Verbal persuasion kontribusi dari masing-masing sumber
dan affective state merupakan dua dari dukungan dalam menciptakan work-family
empat sumber self-efficacy, sehingga balance. Sebagai seorang guru SLB, subjek
dukungan keluarga merupakan sumber memiliki jadwal mengajar sebanyak lima
daya yang berperan signifikan dalam sampai enam hari dalam satu minggu.
meningkatkan resilient self-efficacy subjek. Dalam sehari, waktu yang dihabiskan
Di sisi lain, dukungan keluarga tidak subjek di sekolah kira-kira 8 jam. Setelah
selalu relevan dengan kondisi pekerjaan itu, subjek pulang ke rumah atau
subjek, karena keluarga tidak turut hadir melanjutkan aktivitas lain di samping
di tempat kerja. mengajar, yang dilakukan di hari-hari
34 JURNAL PSIKOLOGI
SOSIAL KELUARGA, ATASAN, REKAN KERJA TERHADAP RESILIENT SELF-EFFICACY GURU SLB
tertentu. Kegiatan tersebut dilakukan affective state terhadap karir dan kehidupan
berulang-ulang, sehingga membentuk guru SLB, sehingga berdampak terhadap
suatu rutinitas. Rutinitas yang dimiliki resilient self-efficacy yang ia miliki.
oleh guru SLB tersebut diselingi dengan
transisi. Transisi terjadi antara rumah Faktor-faktor lain yang diduga berkontribusi
(home) dengan tempat kerja (workplace). terhadap resilient self-efficacy guru SLB
Transisi antara workplace dengan home Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa
dapat memunculkan sebuah konflik yang dukungan sosial keluarga, atasan, dan
dikenal dengan istilah work-family conflict. rekan kerja secara simultan memberikan
Work-family conflict adalah konflik yang sumbangan efektif sebesar 48,3% terhadap
dialami oleh seseorang ketika ia meng- resilient self-efficacy. Dengan demikian
hadapi perbedaan peran atau peran masih ada 51,7% variasi dari resilieng self-
ganda, yakni peran di dalam tempat kerja efficacy yang ditentukan oleh faktor-faktor
dan peran di dalam keluarga (Soeharto & lain. Beberapa faktor lain yang diduga
Kuncoro, 2015). Ada dua macam work- berkontribusi antara lain pemberian
family conflict, yaitu work-to-family conflict insentif, perbandingan intrinsik, serta
atau konflik di dalam keluarga yang kecerdasan emosional.
disebabkan oleh pekerjaan individu; dan
Pemberian insentif. Menurut Bandura
family-to-work conflict, yakni konflik di
(1984), insentif yang positif dapat mengge-
dalam pekerjaan yang disebabkan oleh
rakkan seseorang dalam mengerjakan
masalah dalam keluarga individu. Adanya
tugas yang menantang baginya. Sekalipun
konflik ini berhubungan dengan dampak
tugas itu sulit, seseorang akan cenderung
yang disfungsional baik bagi individu,
memiliki keyakinan diri untuk berhasil
maupun bagi organisasi tempatnya
melakukan tugas tersebut, demi mencapai
bekerja (Ismael dan Nordin, 2012).
insentif yang ia harapkan.
Dukungan dari keluarga dan dari
Perbandingan intrinsik. Manusia
tempat kerja untuk meminimalisasi
melakukan evaluasi terhadap kemampuan
adanya work-family conflict, baik dalam
diri mereka sendiri dalam mengerjakan
bentuk work-to-family conflict, maupun
berbagai tugas. Evaluasi yang dilakukan
family-to-work conflict. Workplace support
ini merupakan perbandingan intrinsik
yang diberikan bersama-sama dengan
(Bandura, 1984). Pada perbandingan ini,
family support akan membantu subjek
seseorang tidak melakukan pengamatan
untuk memiliki work-family balance (Ismael
terhadap performa orang lain, tapi
dan Nordin, 2012; Kossek, Pichler, Bodner,
mengamati performa diri sendiri dari
dan Hammer, 2011). Secara khusus,
waktu ke waktu. Seseorang mengevaluasi
dukungan suami memengaruhi kepuasan
diri untuk mengetahui tahapan yang
kerja yang dimediasi oleh work-family
berhasil ia capai. Saat seseorang merasa
conflict pada ibu bekerja (Soeharto dan
bahwa performanya telah memberikan
Kuncoro, 2015). Dukungan suami juga
pengembangan diri yang baik, ia akan
memengaruhi kepuasan kerja dan
menghargai dirinya sebagai individu yang
kepuasan perkawinan melalui nilai positif
mampu.
pekerjaan-keluarga (Soeharto, Faturochman,
dan Adiyanti, 2013). Hal-hal di atas Kecerdasan emosional. Penelitian oleh
mengindikasikan bahwa dukungan Prastadila dan Paramita (2013) pada guru
keluarga dapat menimbulkan positive inklusi menunjukkan bahwa kecerdasan
JURNAL PSIKOLOGI 35
SANTOSO & SETIAWAN
36 JURNAL PSIKOLOGI
SOSIAL KELUARGA, ATASAN, REKAN KERJA TERHADAP RESILIENT SELF-EFFICACY GURU SLB
JURNAL PSIKOLOGI 37
SANTOSO & SETIAWAN
38 JURNAL PSIKOLOGI
SOSIAL KELUARGA, ATASAN, REKAN KERJA TERHADAP RESILIENT SELF-EFFICACY GURU SLB
Taylor, J., Harris, M. B., & Taylor, S. (2004). A. Baum, T. A. Revenson, & J. E.
Parents have their say about their Singer (Eds.), Handbook of health
college-age children’s career decision. psychology (hlm. 209-334). Mahwah,
NACE Journal, 64(2), 15-20. NJ: Erlbaum.
Wills, T. A., & Fegan, M. F. (2001). Social
networks and social support. Dalam
JURNAL PSIKOLOGI 39