Anda di halaman 1dari 7

EFEKTIFITAS SEKOLAH LAPANGAN GOOD AGRICULTURE

PRACTICES (SLGAP) RIMPANG DALAM PENINGKATAN


PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI JAHE GAJAH
(Zingiber officinalle Rosc.)

THE EFFECTIVENESS OF GOOD AGRICULTURAL


PRACTICES FIELD SCHOOL (SLGAP) OF RHIZOME IN
INCREASING PRODUCTION AND REVENUE OF ELEPHANT
GINGER (Zingiber officinalle Rosc.) FARMING

Agus Sukmadjaya
Balai Besar Pelatihan Pertanian Ketindan
Jalan Ketindan No 1 Lawang Malang 65215, Tlp/Fax: (0341) 426235/429725
e-mail: asukma21@yahoo.com

ABSTRAK

Kajian efektifitas SLGAP rimpang dalam peningkatan produksi dan pendapatan usahatani jahe
gajah yang dilaksanakan pada SLGAP di Kecamatan Ngrayun Kabupaten Ponorogo. Tujuannya adalah
untuk mengkaji efektifitas metode SLGAP terhadap persepsi perubahan perilaku dalam peningkatan
pengetahuan, ketrampilan dan sikap, dan mengkaji perbedaan produksi dan pendapatan antara usahatani
tanaman obat rimpang komoditas jahe yang dilaksanakan oleh petani alumnus SLGAP dan non SLGAP.
Metode analisis data yang digunakan dalam kajian ini adalah analisis deskriptif, dan dengan menggunakan
analisis Uji Beda (Uji t), untuk mengukur perbedaan produksi dan pendapatan antara petani alumnus
SLGAP dan non SLGAP serta analisis regresi linier berganda (Multiple Regression Analysis) untuk
mengukur faktor-faktor yang mempengaruhi produksi. Sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan
metode purposive masing-masing sebanyak 28 responden yang melakukan kegiatan usahatani jahe.
Penentuan jumlah 28. Hasil kajian menunjukkan bahwa persepsi petani terhadap peningkatan
pengetahuan dan ketrampilan sebanyak 86,90 % responden menyatakan meningkat. Kemudian tingkat
kepercayaan diri petani, sebanyak 79,80% responden menyatakan dapat meningkatkan kepercayaan diri.
Sedangkan terhadap penyampaian materi dan medode pelatihan sebanyak 72,60 % responden,
menyatakan bahwa materi pelatihan dalam SLGAP mudah dimengerti dan dipahami. Hasil uji beda (Uji t)
terhadap produksi jehe antara petani peserta alumnus SLGAP dan non SLGAP menunjukkan bahwa
tingkat produksi usahatani peserta SLGAP berbeda nyata dengan petani yang non SLGAP (selisih
produksi sebesar 20,06 ton/ha - 13,28 ton/ha = 6,78 t/ha). Sedangkan terhadap pendapatan usahatani
antara petani peserta alumnus SLGAP dan non SLGAP menunjukkan tingkat pendapatan usahatani
peserta SLGAP berbeda nyata dengan petani yang non SLGAP (selisih pendapatan sebesar
Rp.46.646.250,00 - Rp.24.816.035,00 = Rp.21.830.214,00.

Kata Kunci : Peningkatan produksi, pendapatan dan perilaku petani.

ABSTRACT

The SLGAP of rizhome effectiveness study in increasing production and income of elephant
ginger farming carried out at SLGAP in Ngrayun District, Ponorogo Regency. The aim is to assess the
effectiveness of the SLGAP method on perceptions of behavior change in increasing knowledge, skills and
attitudes, and assessing production and income between farming of rhizome medicinal plants of ginger

1 | Jurnal Agriekstensia Vo. 18 No. 1 Juli 2019


Efektifitas Sekolah Lapangan Good Agriculture Practices (SLGAP) ……………………………. (Agus Sukmadjaya)

commodities carried out by farmers participating in the SLGAP and non SLGAP alumni. The data
analysis method used in this study is descriptive analysis, and by using the Difference Test (t test), to
measure the difference in production and income between SLGAP and non SLGAP alumni farmers and
multiple Regression Analysis to measure factors that affect production. The sample in this study was
determined by purposive method, each of the 28 respondents who did ginger farming activities.
Determination of the number 28. The results of the study showed that the perceptions of farmers on
increasing knowledge and skills as much as 86.90% of respondents stated that they had increased. Then
the level of confidence of farmers, as much as 79.80% of respondents said they could increase self-
confidence. While for the delivery of material and training method as much as 72.60% of respondents,
stated that the training material in SLGAP was easily understood and understood. The results of the
different tests (t test) on the production of jehe between farmers participating in the SLGAP and non
SLGAP alumni showed that the production level of SLGAP participant farms was significantly different
from non SLGAP farmers (production difference was 20.06 tons / ha - 13.28 tons / ha = 6.78 t / ha).
Whereas the farming income between farmers participating in SLGAP and non SLGAP alumni showed
that the level of farm income of SLGAP participants was significantly different from those of non SLGAP
farmers (income difference of Rp.46,646,250.00 - Rp.24,816,035.00 = Rp.21,830,214 , 00.

Keywords: Increased production, income and behavior of farmers.

PENDAHULUAN memenuhi standar (Otih, Bermawie dan


Raharjo, 2009).
Jahe (Zingiber officinale Rosc.) Rendahnya produksi, produktivitas
merupakan salah satu komoditas ekspor serta mutu produk tanaman obat rimpang,
tanaman obat Indonesia, disamping itu juga terutama jahe disebabkan karena petani
menjadi bahan baku utama obat tradisional belum melakukan pengelolaan usahatani
maupun fitofarmaka. Permintaan terhadap secara baik, belum menerapkan teknologi
produk jahe terus meningkat seiring dengan anjuran. Ada sebagian petani yang hanya
naiknya permintaan dunia serta tergantung pada alam, tetapi ada yang
berkembangnya industri makanan, minuman berlebihan dalam penggunaan pestisida.
dan industri jamu di dalam negeri yang Kondisi ini menyebabkan tingginya tingkat
menggunakan bahan baku jahe. residu pestisida yang pada akhirnya
Indonesia pernah menguasai pangsa mengakibatkan tidak aman dikonsumsi serta
pasar jahe dunia dengan nilai ekspor terbesar pencemaran lingkungan. Oleh karenanya
pada tahun 1990 sampai 1993 namun sejak perlu ditangani lebih terarah untuk dapat
tahun 1994 sampai tahun 2007 posisi ini menghasilkan produksi dan mutu hasil yang
digantikan Cina dan negara pengekspor jahe tinggi serta ramah lingkungan. Untuk
terbesar lainnya seperti Belanda, Thailand, maksud tersebut usaha tani harus
India, dan Brazil diurutan kelima (Frans menggunakan teknologi maju dan dikelola
Hero Kamsia Purba, 2012). Data Badan secara professional dan efektif sejalan
Pusat Statistik (BPS) selama lima tahun dengan kaidah Good Agriculture Practices
terakhir 2007 sampai 2011 menunjukkan (GAP).
rata-rata penurunan ekpor jahe sebesar 64% Menghadapi tantangan dan tuntutan
per tahun, dan pada tahun 2009, Indonesia tersebut, perlu adanya pembinaan melalui
hanya menempati posisi ke-14 dengan nilai pelatihan petani yang mengusahakan
ekspor sebesar US$ 1.635.026. Pada tahun tanaman rimpang dalam penerapan budidaya
2011 ekspor jahe masih rendah hanya yang baik (GAP). Sehubungan dengan telah
mencapai 1.176 ton dengan nilai nominal US berkembangnya sentra – sentra produksi
$ 1.209.000 ( Sumber Data BPS diolah, tanaman obat rimpang pada beberapa
2012). Hal tersebut disebabkan karena baik daerah, maka penerapan GAP tersebut harus
produktivitas maupun mutunya tidak diikuti dengan Standar Operasional Prosedur
2 | Jurnal Agriekstensia Vo. 18 No. 1 Juli 2019
Efektifitas Sekolah Lapangan Good Agriculture Practices (SLGAP) ……………………………. (Agus Sukmadjaya)

(SOP), setiap komoditas yang bersifat ditetapkan melalui Peraturan Menteri


spesifik lokasi. Penerapan GAP perlu Pertanian Nomor
dilengkapi dengan tersedianya SOP 48/Permentan/OT.140/10/2009.
budidaya komoditas sebagai panduan petani Kabupaten Ponorogo sebagai salah
dalam melakukan usahatani di lahan masing- satu sentra produksi rimpang terutama jahe,
masing. dengan luas tanam seluas 730 ha, dengan
Penerapan budidaya berdasarkan produktivitas 12,61 ton/ha (Dinas Pertanian
GAP tersebut dilakukan melalui metode Kabupaten Ponorogo, 2012), merupakan
siklus pembelajaran petani secara langsung kabupaten sentra di Provinsi Jawa Timur
di lahan usahataninya dengan konsep yang telah mempunyai SOP yang disusun
Sekolah Lapangan (SL). Istilah ”Sekolah pada tahun 2009. Serta telah melaksanakan
Lapangan” pertama kali digunakan dalam SLGAP rimpang, khususnya pada komoditas
Program Nasional Pengendalian Hama jahe gajah, pada 2 (dua) kelompok tani di
Terpadu (PHT), yang selanjutnya dikenal Kecamatan Ngrayun, yaitu pada tahun 2010
dengan “SLPHT”. Pendekatan sekolah dan musim tanam 2011 - 2012. Untuk
lapangan ini dikembangkan mulai tahun melihat sampai sejauhmana dampak SLGAP
1989 oleh Petugas Departemen Pertanian rimpang khususnya komoditas jahe terhadap
yang dilatih menjadi Pemandu Lapangan, produksi dan pendapatan usaha tani, maka
bekerja sama dengan tim bantuan teknis dari Kabupaten Ponorogo Kecamatan Ngrayun
FAO, dalam rangka Program Nasional PHT. dipilih sebagai obyek penelitian.
Sekolah Lapangan yang selanjutnya
disingkat SL adalah suatu model pelatihan
yang dilaksanakan secara bertahap dan METODE PENELITIAN
berkesinambungan untuk mempercepat
proses peningkatan kompetensi sasaran; Kajian ini dilakukan di Kecamatan
dimana proses berlatih melatih dilaksanakan Ngrayun Kabupaten Ponorogo pada SLGAP
melalui kegiatan belajar sambil mengerjakan tahun 2012. Lokasi pengujian ini dipilih
dan belajar untuk menemukan/memecahkan secara purposif dengan pertimbangan
masalah sendiri, dengan berazas kemitraan merupakan salah satu tempat dilakukannya
antara pelatih dan peserta. (Deptan Badan SLGAP Rimpang. Sampel dalam penelitian
Pengembangan SDM Pertanian, 2007). ini ditentukan dengan metode purposive
Sekolah Lapangan GAP (SLGAP) (sengaja) dengan pertimbangan bahwa petani
merupakan salah satu pendekatan dalam sebagai sampel dalam penelitian yang
meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan dilakukan di Kecamatan Ngrayun
ketrampilan petani tentang prinsip GAP mempunyai perilaku cenderung homogen.
melalui pola pembelajaran lewat pengalaman Sampel dalam penelitian adalah petani
dengan menggunakan lahan sebagai tempat alumnus SLGAP dan petani non SLGAP
belajar. Melalui sekolah lapangan yang masing-masing sebanyak 28 responden yang
dilakukan setiap minggu sepanjang periode melakukan kegiatan usahatani tanaman obat
tanam, diharapkan petani dapat memantau rimpang khusus komoditas jahe, yang
pertanaman secara teratur sekaligus dapat ditentukan secara sengaja (purposive).
mengkaji dan membahasnya sehingga Penentuan jumlah 28 responden ini diangap
menjadi ahli dan dapat mengambil bahwa sample sudah mampu mewakili
keputusan sendiri. jumlah populasi petani di Kecamatan
Penerapan budidaya yang baik (Good Ngrayun.
Agriculture Practices) adalah upaya untuk Macam data yang diperlukan dalam
menghasilkan produk bermutu, aman penelitian ini adalah data primer dan data
dikonsumsi serta mencakup penerapan sekunder. Data primer dikumpulkan melalui
teknologi ramah lingkungan yang telah teknik wawancara dan atas dasar kuesioner
3 | Jurnal Agriekstensia Vo. 18 No. 1 Juli 2019
Efektifitas Sekolah Lapangan Good Agriculture Practices (SLGAP) ……………………………. (Agus Sukmadjaya)

yang telah disiapkan kepada petani tani. Hal tersebut menunjukkan bahwa
responden yaitu petani tanaman jahe penerapan SOP pada petani alumnus
alumnus SLGAP dan petani Non SLGAP. SLGAP lebih optimal dibanding non
Data sekunder diperoleh melalui studi SLGAP.
pustaka dan juga dari beberapa instansi Akan tetapi masih ada petani
pemerintah yang terkait yaitu dari Dinas responden terutama petani non SLGAP
Pertanian Provinsi Jawa Timur dan Dinas sebesar 13,10 % yang menyatakan pelatihan
Pertanian Kabupaten Ponorogo. dengan menode SLGAP, masih belum dapat
Kajian ini menduga (1) persepsi meningkatkan kemampuan terhadap upaya
petani terhadap perubahan perilaku dalam peningkatan produksi. Dengan alasan bahwa
peningkatan pengetahuan, ketrampilan dan kegiatan usahatani akan dapat berjalan
sikap, (2) terdapat perbedaan produksi dan sesuai dengan SOP, jika penyediaan faktor-
pendapatan antara usahatani jahe gajah yang faktor produksi seperti penyediaan benih
dilaksanakan oleh petani peserta alumnus unggul, penyediaan pupuk baik pupuk
SLGAP dan non SLGAP. Untuk menguji organik maupun pupuk buatan serta biaya
hipotesa pertama dilakukan dengan statistik yang dimiliki oleh petani cukup memadai.
deskriptif yang berfungsi untuk Sementara ini penyediaan benih unggul
mendeskripsikan atau memberi gambaran rimpang masih terbatas, penyediaan pupuk
terhadap obyek yang diteliti melalui data, organik maupun buatan juga masih ada
sampel dan populasi sebagaimana adanya keterbatasan, sedangkan disisi lain tingkat
tanpa melakukan analisis dan membuat kemampuan modal yang dimiliki petani
kesimpulan yang berlaku untuk umum, masih relatif rendah.
Sedangkan untuk menguji hipotesa kedua
dengan Uji Beda produksi dan pendapatan b. Tingkat Kepercayaan Diri Peserta.
antara petani tanaman jahe alumnus SLGAP Sebagian besar responden (79,80 %)
dan non SLGAP yaitu dengan menggunakan menyatakan bahwa kegiatan SLGAP
analisis Uji Beda (Uji t). terhadap tingkat kepercayaan diri petani,
dalam hal mengatasi berbagai permasalahan
HASIL DAN PEMBAHASAN terutama teknik budidaya di lapangan serta
keberhasilan pencapaian target setelah
Persepsi Petani Terhadap Perubahan mempelajari materi pelatihan. Hal tersebut
Perilaku Dalam Pelaksanaan SLGAP. menunjukkan adanya perubahan perilaku
Persepsi petani merupakan tanggapan atau perubahan sikap dari petani terutama
dan kehendak petani dan sekaligus gambaran petani peserta SLGAP. Dengan pelatihan
perilaku petani dalam melaksanakan melalui pola SLGAP meyakinkan dapat
kegiatan SLGAP, melalui penerapan GAP kepercayaan diri petani, bahwa SOP
dan SOP budidaya tanaman jahe. Persepsi budidaya jahe gajah dapat diterapkan di
petani terhadap perubahan perilaku dalam Kecamatan Ngrayun Kabupaten Ponorogo
pelaksanaan kegiatan SLGAP adalah sebagai dengan baik.
berikut : Sedangkan 20,20 % petani
a. Peningkatan Pengetahuan dan responden terutama pada petani non SLGAP,
Keterampilan. menyatakan bahwa proses pelaksanaan
Sebagian besar responden (86,90 pelatihan dengan metoda SLGAP, masih
%) menyatakan bahwa pelatihan dengan kurang meyakinkan terhadap tingkat
metode SLGAP dapat meningkatkan kepercayaan diri peserta. Dengan alasan
pengetahuan dan keterampilan dalam hal belum mengalami proses pembelajaran
pengelolaan usaha tani dan teknik budidaya dalam hal penerapan GAP/SOP budidaya
yang baik yang berimplikasi pada rimpang, masih belum memahami tahapan
peningkatan produksi dan pendapatan usaha pelaksanaan SOP budidaya rimpang, serta
4 | Jurnal Agriekstensia Vo. 18 No. 1 Juli 2019
Efektifitas Sekolah Lapangan Good Agriculture Practices (SLGAP) ……………………………. (Agus Sukmadjaya)

mereka masih punya keyakinan bahwa tersebut tidak terlepas dari tingkat
faktor alam sangat menentukan dalam pendidikan petani bahwa tingkat pendidikan
keberhasilan usahatani. akan mempengaruhi sikap, kemampuan dan
tingkah laku dalam menghadapi suatu
c. Materi dan Metode Pelatihan permasalahan dan pengambilan keputusan.
Sebagian besar responden (72,60 %),
menyatakan bahwa materi pelatihan dalam Perbedaan Produksi dan Pendapatan
SLGAP, mudah dimengerti dan dipahami Usahatani Jahe antara Petani Peserta
dalam hal meningkatkan kemampuan bidang SLGAP dan Petani Non SLGAP
operasional serta metode simulasi praktek
kerja di lapangan sangat bermanfaat dan Untuk mengetahui perbedaan
membantu pelaksanaan pekerjaan. Hal tingkat produksi dan pendapatan dari
tersebut menunjukkan bahwa proses usahatani jahe gajah antara petani yang
pelatihan melalui metode SLGAP sangat mengikuti SLGAP dengan petani yang tidak
efektif dalam memberikan pemahaman dan mengikuti SLGAP digunakan uji hipotesis
kemampuan kepada petani peserta. yaitu uji t dua sampel bebas (independent
Akan tetapi masih ada juga petani sample test). Lebih jelasnya perbedaan
responden, sebesar 27,40 % menyatakan produksi dan pendapatan usahatani jahe
bahwa materi dan metode pelaksanaan gajah antara petani peserta SLGAP dan Non
SLGAP, masih kurang memahami. Kondisi SLGAP seperti pada tabel berikut :

Tabel 1. Hasil Analisis Uji-t Perbandingan Produksi dan Pendapatan Usahatani Jahe Gajah
Pada Petani Peserta SLGAP dan Non SLGAP
Rata2 Produksi
Status &Pendapatan F Taraf Sig. t Taraf Sign.
Produksi Petani SLGAP 20.0643 .252 .618 12.688 .000
Petani Non SLGAP 13.2839 12.688 .000
Pendapatan Petani SLGAP 46.646.250.00 2.229 .141 12.088 .000
Petani Non SLGAP 24.816.035.71 12.088 .000

Berdasarkan dari Tabel 1. diatas petani Non SLGAP, terdapat selisih Rp.
diketahui rata-rata produksi usahatani jahe 21.830.214,00.
gajah dari petani peserta SLGAP sebesar Dikarenakan pernyataan Ho dan Hi
20,06 ton/ha. Sedangkan rata-rata petani mengadung pertidaksamaan maka diuji
non SLGAP sebesar 13,28 ton/ha. Dari dua dengan dua sisi antara produksi usahatani
analisis ini dapat diketahui rata-rata produksi Jahe Gajah petani peserta SLGAP dan non
usahatani jahe gajah petani peserta SLGAP SLGAP. Diketahui nilai probabilitas sebesar
lebih besar dari pada petani yang non 0,00. karena probabilitas kurang dari 0,05
SLGAP terdapat selisih 6,78 ton/ha. maka Ho ditolak atau Hi diterima, atau jika
Sedangkan ditinjau dari tingkat dilihat dari nilai thitung yaitu sebesar 12,688
pendapatan bersih (keuntungan) usahatani lebih besar dari nilai ttabel yaitu sebesar 2,052,
jahe gajah, rata-rata petani peserta SLGAP yang diartikan kedua rata-rata tingkat
sebesar Rp. 46.646.250,00. Sedangkan, rata- produksi usahatani peserta SLGAP berbeda
rata petani non SLGAP sebesar Rp. nyata dengan petani yang non SLGAP.
24.816.035,00. Selanjutnya dari tingkat pendapatan
Dari dua hasil analisis ini dapat usahatani jahe gajah juga diketahui nilai
diketahui rata-rata pendapatan usahatani, probabilitas 0,00 atau probabilitas kurang
petani peserta SLGAP lebih besar dari pada dari 0,05, maka Ho ditolak atau Hi diterima,
5 | Jurnal Agriekstensia Vo. 18 No. 1 Juli 2019
Efektifitas Sekolah Lapangan Good Agriculture Practices (SLGAP) ……………………………. (Agus Sukmadjaya)

atau jika dilihat dari nilai thitung yaitu sebesar lahan, benih, pupuk dan penggunaan tenaga
12,088 lebih besar dari nilai ttabel yaitu kerja yang digunakan dalam kegiatan proses
sebesar 2,052 yang diartikan kedua rata-rata produksi mulai pengolahan tanah sampai
tingkat pendapatan usahatani petani peserta dengan panen berbeda antara petani peserta
SLGAP berbeda nyata dengan petani yang SLGAP dan non SLGAP, yang dapat dilihat
non SLGAP. dari masing-masing faktor produksi seperti
Perbedaan produksi dan pendapatan pada tabel berikut :
usahatani tersebut, terjadi karena
penggunaan dari faktor-faktor produksi yaitu

Tabel 2. Biaya Benih, Pupuk dan Tenaga Kerja yang Dikeluarkan untuk Usahatani Jahe
Gajah per Hektar Dari Petani Peserta SLGAP dan Non SLGAP
No URAIAN PETANI PETANI Non SELISIH
SLGAP SLGAP
1. Biaya Benih (Rp/Ha) 28.247.698 16.203.569 12.044.129
2 Biaya Pupuk (Rp/Ha) 9.894.049 9.256.729 637.320
3 Biaya Tenaga Kerja (Rp/Ha) 10.489.500 10.034.240 455.260
JUMLAH USAHATANI 48.631.247 35.494.538 13.136.709
(Rp/Ha)

Pada tabel 2. dapat dilihat bahwa pemeliharaan sampai dengan pemanenan.


penggunaan faktor-faktor produksi yang akan dapat meningkatkan produksi dan
digunakan dalam kegiatan usahatani jahe menghasilkan pendapatan usahatani yang
gajah dari petani peserta SLGAP sebesar diterima petani lebih besar.
Rp.48.631.247 per hektar, lebih besar
dibanding dengan penggunaan faktor-faktor KESIMPULAN
produksi yang digunakan dalam kegiatan
usahatani jahe gajah petani non SLGAP, Berdasarkan data hasil dan
sebesar Rp.35.494.538 per hektar, ada selisih pembahasan dapat disimpulkan bahwa
Rp.13.136.709 per hektar. Kondisi tersebut pelatihan dengan metode SLGAP terhadap
menunjukkan bahwa penggunaan faktor- persepsi perubahan perilaku dalam
faktor produksi dari petani peserta SLGAP peningkatan pengetahuan, ketrampilan dan
lebih optimal, atau dapat diartikan sikap sangat efektif. Hal ini ditunjukkan
implementasi SOP melalui metode SLGAP dengan hasil analisis data bahwa : a)
telah dilakukan dengan baik, sehingga Persepsi petani terhadap peningkatan
produksi yang dihasilkan hampir mencapai pengetahuan dan ketrampilan sebanyak
produksi optimal. Sedangkan produksi 86,90 % responden menyatakan meningkat.
optimal jahe putih besar (Cimanggu-1) rata- b) tingkat kepercayaan diri petani, sebanyak
rata bisa menghasilkan 27 ton/ha rimpang 79,80% responden menyatakan dapat
segar (Otih Rostiana, Rosita dan Mono meningkatkan kepercayaan diri dan c)
Rahardjo, 2009). terhadap penyampaian materi dan medode
Dengan demikian penggunaan pelatihan sebanyak 72,60 % responden
faktor-faktor produksi yang optimal, seperti menyatakan bahwa materi pelatihan dalam
penggunaan benih yang bermutu dan SLGAP, mudah dimengerti dan dipahami.
berlabel, penggunaan pupuk yang Lebih lanjut hasil kajian terhadap
berimbang, serta pemanfaatan sumber tenaga produksi jehe antara petani peserta alumnus
kerja sesuai dengan kebutuhan dalam SLGAP dan non SLGAP menunjukkan
pengelolaan sistem budidaya yang tepat bahwa tingkat produksi usahatani peserta
mulai dengan pengolahan tanah, SLGAP berbeda nyata dengan petani yang

6 | Jurnal Agriekstensia Vo. 18 No. 1 Juli 2019


Efektifitas Sekolah Lapangan Good Agriculture Practices (SLGAP) ……………………………. (Agus Sukmadjaya)

non SLGAP (selisih produksi sebesar 20,06 Diperta Provinsi Jawa Timur, 2011. Laporan
ton/ha - 13,28 ton/ha = 6,78 t/ha). Tahunan Dinas Pertanian Provinsi
Sedangkan terhadap pendapatan usahatani Jatim Tahun 2011.
antara petani peserta alumnus SLGAP dan
non SLGAP menunjukkan tingkat Emory, William C. and Cooper Donald R.
pendapatan usahatani peserta SLGAP 1991. Business Research Method.
berbeda nyata dengan petani yang non Fourth Edition. Richard D Irving
SLGAP (selisih pendapatan sebesar Inc. New York.
Rp.46.646.250,00 - Rp.24.816.035,00 =
Rp.21.830.214,00. Frans Hero Kamsia Purba, 2012.
Dengan demikian pelatihan dengan http://heropurba.blogspot.com/2012
metode SLGAP ini, akan membentuk /10/potensi-jahe-dalam-peluang-
perubahan pola pikir dan perilaku petani, hal usaha.html
ini berimplikasi pada peningkatan produksi
dan pendapatan usahatani komoditas jahe Gujarati, D N. 1995. Basic Econometrics.
gajah di Kecamatan Ngrayun kabupaten Third Edition. McGraw-Hill,
Ponorogo. Singapore.

DAFTAR PUSTAKA Hair J. F., Anderson R. E., Tatham R. L., and


Black W. C. 1992. Multivariate
Afandi. M, 2006. Dampak Sekolah Data Analysis. McMillan Publising
Lapangan Pengendalian Hama Company. New York.
Terpadu Terhadap Peningkatan
Produksi dan Pendapatan Otih Rostiana, Rosita, dan Raharjo. 2009.
UsahanTani Padi (Studi Kasus di Standar Prosedur Operasional
Kecamatan Cerme, Kabupaten Budidaya Jahe, Kencur, Kunyit dan
Gresik). Tesis Pasca sarjana UPN Temulawak. Badan Penelitian dan
’Veteran” Jawa Timur Surabaya. Pengembangan Pertanian. Balai
Penelitian Tanaman Obat dan
Agus dan Pudji, 2009. Analisis Dampak Aromatik.
Sekolah Lapang Pengelolaan
Terpadu Kedelai Terhadap Santoso Singgih, 2001. SPSS Statistik
Peningkatan Produktivitas dan Parametrik. Elex Media
Pendapatan Usahatani di Jawa Komputindo, Jakarta
Timur (Kasus di Kabupaten Jember
dan Bojonegoro). Sugiyono, 2012. Metode Penelitian Bisnis.
Cetakan ke 16 Penerbit Alfabeta
Departemen Pertanian. Badan Bandung.
Pengembangan SDM Pertanian.
2007. Pedoman Umum
Penyelenggaraan Sekolah
Lapangan.

Departemen Pertanian. Dirjen Hortikultura.


Direktorat Budidaya tanaman
Sayuran Dan Biofarmaka. 2008.
Budidaya Jahe (Zingeber officinale)
Standar Operasional Prosedur.

7 | Jurnal Agriekstensia Vo. 18 No. 1 Juli 2019

Anda mungkin juga menyukai