Salah satu bentuk upaya pemerintah dalam menyelenggarakan kesehatan kepada masyarakat maka di tiap kecamatan dibangun instansi pemerintah sebagai unit penyelenggara pelayanan kesehatan masyarakat, yakni Pusat Kesehatan Masyarakat atau yang biasa disebut Puskesmas. Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) merupakan suatu organisasi fungsional yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata, dapat diterima dan terjangkau oleh masyarakat, dengan peran serta aktif masyarakat dan menggunakan hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna, dengan biaya yang dapat dipikul oleh pemerintah dan masyarakat. Upaya kesehatan tersebut diselenggarakan dengan menitikberatkan kepada pelayanan untuk masyarakat luas guna mencapai derajat kesehatan yang optimal, tanpa mengabaikan mutu pelayanan kepada perorangan (Hatmoko, 2006). Kualitas merupakan standar yang harus dicapai oleh seseorang atau sekelompok atau lembaga atau organisasi mengenai kualitas sumber daya manusia, kualitas cara kerja, proses dan hasil kerja berupa produk atau pelayanan jasa (Sugiyarto, 2001). Kualitas pelayanan kesehatan puskesmas dalam rangka pemenuhan keperluan pelayanan kesehatan masyarakat ditentukan oleh dua faktor. Pertama adalah faktor puskesmas yang berhubungan dengan kualitas pelayanan kesehatan dan tingkat kepuasaan pasien. Artinya, selama kualitas pelayanan kesehatan memenuhi kepuasan pasien, maka tingkat kesesuaian akan tinggi dan puskesmas diperlukan oleh masyarakat. Maksud kesesuaian yaitu adanya kesamaan dalam tujuan, puskesmas dapat memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat dan masyarakat menerima pelayanan sesuai dengan harapan. Sebaliknya, selama kualitas pelayanan kesehatan tidak memenuhi tingkat kepuasaan pasien, maka tingkat kesesuaian akan rendah, mengakibatkan puskesmas akan ditinggalkan oleh masyarakat. Kedua adalah faktor adanya perubahan (transisi) demografi, epidemiologi, sosio-ekonomi serta nilai dan sikap kritis masyarakat akan menciptakan keperluan keperluan pelayanan kesehatan yang sangat komplek dan beragam. Dengan demikian kedudukan dan peran kualitas pelayanan puskesmas sangatlah penting untuk dilaksanakan (Santoso, 2010). Pemanfaatan fasilitas kesehatan Puskesmas dapat dilihat dari beberapa indikator yaitu rata-rata kunjungan per hari buka Puskesmas dan frekuensi kunjungan Puskesmas. Pada tahun 2005, AKFKM (angka kunjungan fasilitas kesehatan modern) di Indonesia sebesar 9.0%, lebih kecil dibanding tahun sebelumnya (2004) sebesar 9.9%. Sedangkan propinsi yang memiliki AKFKM kurang dari 6% antara lain Sumatera Utara (5.8%), Banten (5.7%), Kalimantan Tengah (5.7%) dan Riau (5.5%). Banten, Sumatera Utara dan Riau mempunyai wilayah yang luas, kebanyakan penduduk di pedesaan kurang memanfaatkan fasilitas kesehatan modern yang ada (DEPKES RI, 2007). Rendahnya persentase penduduk yang berobat ke puskesmas diperkirakan karena kualitas pelayanan yang kurang memadai, terbatasnya ketersediaan obat yang dibutuhkan, terbatasnya waktu pelayanan dan untuk beberapa puskesmas secara geografis masih sulit dijangkau serta beberapa faktor lainnya (DEPKES RI, 2007). Menurut data Simpus Puskesmas Paringin Kota dalam tiga tahun terakhir menunjukkan kenaikan jumlah kenaikan kunjungan pengguna layanan kesehatan di Puskesmas Paringin Kota. Untuk tahun 2015 terdapat 15.380 kunjungan, tahun 2016 terdapat 16527 kunjungan sedangkan untuk tahun 2017 terdapat 20692 kunjungan. Letaknya yang strategis dari pemukiman warga dan biayanya yang murah membuat masyarakat lebih memilih berobat di puskesmas ini. Puskesmas sebagai pusat pelayanan kesehatan mempunyai dua fungsi, yaitu fungsi pelayanan publik dan fungsi pelayanan klinis atau medikal. Indikasi kualitas pelayanan di puskesmas dapat tercermin dari persepsi pasien atas layanan kesehatan yang diterima. Dari persepsi ini, pasien dapat memberikan penilaian tentang kualitas pelayanan. Kepuasan pasien dalam pelayanan kesehatan sangat penting untuk diperhatikan karena dapat menggambarkan kualitas pelayanan ditempat pelayanan kesehatan tersebut. Mengetahui kepuasan pasien sangat bermanfaat bagi instansi terkait. Berdasarkan hal tersebut, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui bagaimana tingkat kepuasan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan di Puskesmas Paringin Kota. Hasil penelitian ini nantinya dapat digunakan oleh manajemen Puskesmas sebagai evaluasi program yang sedang dijalankan dan dapat menemukan bagian mana yang membutuhkan peningkatan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut: bagaimana tingkat kepuasan pasien terhadap mutu layanan kesehatan Puskesmas Paringin Kota Kabupaten Balangan?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah menilai tingkat kepuasan pengguna layanan Puskesmas Kecamatan Paringin Kota berdasarkan persepsi dan harapan pengguna layanan menggunakan 9 unsur pelayanan menurut Keputusan Menteri Pendayaan Aparatur Negara dan Reformasi Brokrasi Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2017.
1.4 Manfaat Penelitian
a. Bagi Peneliti - Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan informasi dan pengetahuan bagi peneliti selanjutnya. - Mengembangkan daya nalar, minat, dan kemampuan dalam bidang penelitian. - Memperoleh pengalaman dan pengetahuan dalam melakukan penelitian. b. Bagi Puskemas - Merupakan bahan informasi bagi staf Puskesmas tentang tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan yang sudah diberikan di setiap poli yang dituju. - Mengetahui kelemahan dan keunggulan pelayanan yang sudah diberikan sehingga dapat menetapkan prioritas dalam menangani ketidakpuasan pasien dalam pelayanan kesehatan dan meningkatkan kinerja. c. Bagi Pasien - Sebagai sumber aspirasi pasien dan pasien dapat mengevaluasi sejauh mana mutu pelayanan kesehatan di Puskesmas Paringin Kota diberikan. - Ikut berpartisipasi dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di Puskesmas Paringin Kota.