Seorang laki-kali usia 27 tahun datang ke IGD setelah 3 jam yang lalu
jatuh dari sepeda motor, mata kanan membentur stang sepeda motor,
dan kaca spion pecah . Penderita mengeluh mata kanan buram,
kelopak mata bengkak, merah, dan nrocos. Dari hasil pemeriksaan
didapatkan mata kanan visus 1/60, oedem palpebra, injeksi, oedem
kornea, darah di COA 3mm, pupil mid dilatasi, lain-lain sulit dinilai,
sedangkan mata kiri tenang. Tidak ditemukan benda asing pada
permukaan mata pasien. Pasien disarankan rawat inap oleh dokter
yang menangani.
Step 2 :
Darah di COA : Hifema : atau darah dalam bilik mata depan terjadi
karena trauma tumpul pada mata dapat diakibatkan oleh kerusakan
jaringan bagian dalam bola mata, misalnya terjadi robekan-robekan
jaringan iris, korpus siliaris . Jaringan tersebut mengandung banyak
pembuluh darah, sehingga akan menimbulkan perdarahan. Perdarahan
yang timbul dapat berasal dari kumpulan arteri utama dan cabang dari
badan ciliar, arteri koroid, vena badan siliar, pembuluh darah iris pada
sisi pupil. Perdarahan di dalam bola mata yang berada di kamera
anterior akan tampak dari luar. Perdarahan dapat terjadi segera
sesudah trauma yang disebut perdarahan primer. Perdarahan primer
dapat sedikit dapat pula banyak. Perdarahan sekunder biasanya timbul
pada hari ke 5 setelah trauma. penglihatan pasien menurun
MTrauma
eka
Non-
Trauma:
Mekanik
Mata
Trauma Mekanik
nik
a. Trauma tumpul
Kelopak
Palpebra hematom
Pembengkakan atau penimbunan darah dibawah kulit
kelopak akibat pecahnya pembuluh darah palpebra
o Penyebab
lainnya
Trauma akibat pukulan tinju, atau benda-benda keras
Konjungtiva
Edema konjungtiva
Jaringan konjungtiva yang bersifat selaput lendir dapat
menjadi kemotik pada setiap kelainannya, demikian pula
akibat trauma tumpul. Bila kelopak terpajan ke duania luar
dan konjungtiva secara langsung kena angin tanpa
mengedip, maka keadaan ini telah dapat mengakibatkan
edema pada konjungtiva.
Hematom subkonjungtiva
Hematoma subkonjungtiva terjadi akibat pecahnya
pembuluh darah yang terdapat pada atau di bawah
konjungtiva, seperti arteri konjungtiva dan arteri episklera.
Pecahnya pembuluh darah ini dapat akibat batuk
rejan,trauma tumpul basis kranii, atau pada keadaan
pembuluh darah yang rentan dan mudah pecah. Pembuluh
darah akan rentan dan mudah pecah pada usia lanjut,
hipertensi, areriosklerosis, konjungtiva
meradang(konjungtivitis), anemia, dan obat-obatan tertentu.
Kornea
Edema kornea
Trauma tumpul yang keras atau cepat mengenai mata dapat
mengakibatkan edema kornea ataupun malahan ruptur
daripada membran Descement. Edema kornea yang berat
dapat mengakibatkan serbukan sel radang dan
neurovaskularisaso masuk ke dalam jaringan stroma kornea.
Erosi kornea
Erosi kornea merupakan keadaan terkelupasnya epitel
kornea yang dapat diakibatkan oleh gesekan keras pada
epitel kornea. Hal yang dapat mengakibtkan erosi kornea
adalah lensa kontak, sinar ultra violet, debu, dan asap.
Akibatnya kornea yang mempunyai banyak serabut saraf
sensibel terkena, maka pasien akan merasa sakit sekali,
dengan blefarospasme, lakrimasi, fotofobia, dan
penglihatan akan terganggu oleh media kornea yang keruh.
Pada kornea akan terlihat suatu defek epitel kornea yang
bila di beri pewarnaan fluoresein akan berwarna hijau. Hati-
hati bila memakai obat topikal untuk menghilangkan rasa
sakit pada pemeriksaan karena dapat menambah kerusakan
epitel. Pada erosi kornea yang perlu diperhatikan adalah
adanya infeksi yang timbul kemudian akibat barier epitel
hilang.
Pengobatan biasanya diberikan sikloplegik untuk
menghilangkan rasa sakit ataupun untuk mengurangkan
gejala radang uvea yang mungkin timbul. Antibiotik
diberikan dalam bentuk tetes dan mata ditutup untuk
mempercepat tumbuh epitel baru dan mencegah infeksi
sekunder. Biasanya bila tidak terjadi infeksi sekunder erosi
kornea yang mengenai seluruh permukaan kornea yang
mengenai seluruh permukaan kornea akan sembuh dalam 3
hari. Pada erosi kornea tidak diberi antibiotik.
Erosi kornea rekuren
Uvea
Iridoplegia
Pada trauma tumpul dapat terjadi kelumpuhan otot sfingter
pupil sehingga pupil menjadi lebar atau midriasis. Pupil ini
tidak bereaksi terhadap sinar.
Pasien akan sukar melihat dekat karena gangguan
akomodasi, silau akibat gangguan pengaturan masuknya
sinar pada pupil, akan terlihat anisokoria pada pupil.
Iridoplegia ini akan berlangsung beberap hari sampai
beberapa minggu. Kadang-kadang tidak menjadi normal
lagi.
Pada pasien dengan iridoplegia sebaiknya diberi istirahat
untuk mencegah terjadinya kelelehan sfingter disertai
dengan pemberian.
Iridodialisis
Trauma tumpul dapat mengakibatkan robekan pada pangkal
iris sehingga bentuk pupil menjadi berubah menjadi
lonjong. Biasanya iridodialisis terjadi bersama-sama dengan
terbentuknya hifema. Pasien akan melihat ganda dengan
satu matanya. Bila keluhan demikian maka pada pasien
sebainya dilakukan pembedahan dengan melakukan
resposisi iris yang terlepas.
Hifema
Hifema atau darah di dalam bilik mata depan dapat terjadi
akibat trauma tumpul yang merobek pembuluh darah iris
atau badan siliar. Bila pasien duduk hifema akan terlihat
terkumpul di bagian bawah bilik mata depan, dan
hifema dapat memenuhi seluruh ruang bilik mata depan
Penglihatan pasien akan sangat menurun. Kadang-kadang
terlihat iridoplegia dan iridodialisis. Pasien akan mengeluh
sakit disertai dengan epifora dan blefarospasme.
Pasien dengan hifema harus tinggal dan dirawat di rumah
sakit. Pasien tidur dengan kepala miring 60 derajat, diberi
koagulansia, dan mata ditutup. Pada anak-anak yang gelisah
dapat diberikan obat penenang. Bila terjadi penyulit
glaukoma diberi asetazolamida.
Biasanya hifema akan hilang sempurna. Kadang-kadang
sesudah hifema hilang atau 7 hari setelah trauma dapat
terjadi perdarahan atau hifema baru yang disebut hifema
sekunder yang pengaruhnya akan lebih hebat karena
perdarahan lebih sukar hilang.
Iridosiklitis
Pada trauma tumpul dapat terjadi reaksi jaringan uvea
sehingga menimbulkan iridosiklitis atau radang uvea
anterior. Pada mata akan terlihat mata merah, suar di dalam
bilik mata depan, dan pupil mengecil. Tajam penglihatan
menurun. Pada uveitis anterior diberikan tetes midriatik dan
steroid topikal. Bila terlihat radang berat maka dapat
diberikan steroid sistemik.
Lensa
Dislokasi lensa
Trauma tumpul lensa dapat mengakibatkan dislokasi lensa
akibat putusnya zonula zinii.
Gangguan kedudukan lensa ini dapat dalam bentuk ;
a) Subluksasi lensa
Terjadi akibat zonula zinn putus sebagian sehingga
lensa berpindah tempat. Pasien pasca trauma akan
mengeluh penglihatan berkurang. Subluksasi lensa
akan memberikan gambaran pada iris berupa
iridodonesis. Akibat pegangan lensa pada zonula tidak
ada maka lensa yang elastis akan menjadi cembung,
dan mata akan menjadi lebih miopia. Lensa yang
menjadi sangat cembung mendorong iris ke depan
sehingga sudut bilik mata tertutup. Bila sudut bilik
mata menjadi sempit pada mata ini mudah terjadi
glaukoma sekunder.
Subluksasi lensa dapat juga terjadi spontan akibat
pasien menderita kelainan pada zonula zinn yang
rapuh (sindrom Marphan).
b) Luksasi lensa anterior
Bila seluruh zonula zinn di sekitar ekuator putus akibat
trauma maka lensa dapat masuk ke dalam bilik mata
depan. Akibat lensa terletak di dalam bilik mata depan
ini maka akan terjadi gangguan pengaliran keluar
cairan bilik mata sehingga akan timbul glaukoma
kongestif akut dengan gejala-gejalnya. Pasien akan
mengeluh penglihatan menurut mendadak, disertai rasa
sakit yang sangat, muntah, mata merah dengan
blefarospasme. Terdapat injeksi siliar yang berat,
edema kornea, lensa di dalam bilik mata depan. Iris
terdorong ke belakang dengan pupil yang lebar.
Tekanan bola mata sangat tinggi. Pasien secepatnya
dikirim pada dokter mata untuk dikeluarkan lensanya
dengan terlihat dahulu diberikan asetazolamida untuk
menurunkan tekanan bola mata.
c) Luksasi lensa posterior
Pada keadaan putusnya zonulla zinn di seluruh
lingkaran ekuator lensa sehingga lensa jatuh ke dalam
badan kaca dan tenggelam di datarn bawah polus
posterior fundus okuli. Mata ini akan menunjukkan
gejala mata tanpa lensa atau afakia. Pasien akan
melihat normal dengan lensa + 12.0 dioptri untuk jauh,
bilik mata depan dalam dan iris tremulans. Pasien akan
mengeluh adanya skotoma pada lapang pandangannya
akibat lensa mengganggu kampus pasien.
Katarak traumatic
Trauma tumpul dapat mengakibatkan katarak pungtata,
selain daripada dapat mengakibatkan katarak, yang
biasanya berjalan lambat, dan proses degenerasinya dapat
berjalan lanjut. Proses degenerasi lanjut ini dapat
mengakibatkan pencairan korteks lensa dan bocor melalui
kapsul lensa. Bahan lensa di luar kapsul sebagai benda
asing menimbulkan reaksi di dalam bilik mata depan
sehingga menimbulkan reaksi uveitis yang disebut sebagai
uveitis fakotoksik dan glaukoma fakolitik.
Bila katarak telah menimbulkan reaksi fakolitik maka
pasien akan mengeluh mata sakit disertai dengan gejala
uveitis lainnya sehingga lensa perlu dikeluarkan dengan
segera.
Retina dan koroid
Edema retina dan koroid
Trauma tumpul pada retina dapat mengakibatkan edema
retina. Edema retina akan memberiakn warna retina yang
lebih abu-abu akibat sukarnya melihat jaringan uvea
melalui retina yang sembab. Berbeda dengan oklusi arteri
retina sentral dimana terdapat edema retinakecuali daerah
makula, sehingga pada keadaan iniakan terlihat ”cherry red
spot” yang berwarna merah. Edema retina akibat trauma
tumpuljuga mengakibatkanedema makula sehingga tidak
terdapat cherry red spot.
Pada trauma tumpul yang paling ditakutkan adalah terjadi
edema makula atau edema berlin. Pada keadaan ini akan
terjadi edema yang luas sehingga seluruh polus posterior
fundus okuli berwarna abu-abu.
Ablasi retina
Trauma diduga merupakan pencetus untuk terlepasnya
retina dari koroid pada penderita ablasi retina. Biasanya
pasien telah mempunyai bakat untuk terjadinya ablasi retina
ini seperti retina tipis akibat retinitis sanata, miopia, dan
proses degenerasi retina lainnya. Bila terjadinya ablasi
retina setelah suatu trauma tidak diketahui dengan jelas
karena waktu terjadinya tidak selalu sama.
Pada pasien ekan terdapat keluhan seperti adanya selaput
yang seperti tabir menganggu lapang pandangannya. Bila
terkena atau tertutup daerah makula maka tajam penglihatan
akan menurun. Pada pemeriksaan funduskopi akan terlihat
retina yang berwarna abu-abu dengan pembuluh darah yang
terlihat terangkat dan berkelok-kelok. Kadang-kadang
terlihat pembuluh darah seperti yang terputus-putus.
Rupture koroid
Pada trauma keras dapat terjadi perdarahan subretina yang
dapat merupakan akibat daripada ruptur koroid. Ruptur ini
biasanya terletak di polus posterior bola mata dan
melingkar konsentris di sekitar papil saraf optik. Bila ruptur
koroid ini terletak atau mengenai daerah makula lutea maka
tajam penglihatan akan turun dengan sangat.
Ruptur ini bila tertutup oleh perdarahan subretina agak
sukar dilihat akan tetapi bila darah tersebut telah diabsorbsi
maka akan terlihat bagian yang ruptur berwarna putih
karena sklera dapat dilihat langsung tanpa tertutup koroid.
Saraf optic
Avulse papilsaraf optic
Pada trauma tumpul dapat terjadi saraf optik terlepas dari
pangkalnya di dalam bola mata yang disebut sebagai avulsi
papil saraf optik. Keadaan ini akan mengakibatkan turunnya
tajam penglihatan yang berat dan sering berakhir dengan
kebutaan. Penderita perlu dirujuk untuk dinilai kelainan
fungsi retina dan saraf optiknya.
Pengobatan
Setiap trauma kimia pada mata memerlukan tindakan
segera.
lrigasi daerah yang terkena trauma kimia merupa tindakan
yang segera harus dilakukan karena dapat memberikan
penyulit yang lebih berat.
Pembilasan dilakukan dengan memakai garam fisiologi atau
air bersih lainnya selama mungkin dan paling sedikit 15-30
menit.
Luka bahan kimia harus dibilas secepatnya dengan air yang
tersedia pada saat itu seperti dengan air keran, larutan
garam fisiologik, dan asam berat.
Anestesi topikal diberikan pada keadaan dimana terdapat
blefarospasme berat.
Untuk bahan asam digunakan larutan natrium bikarbonat
3% sedang untuk basa larutan asam borat, asam asetat 0.5%
atau bufer as asetat pH 4.5% untuk menetralisir.
Diperhatikan kemungkinan terdapat benda asing penyebab
luka tersebut.
Untuk bahan basa diberikan EDTA. Pengobatan yang diberi
adalah antibiotika topikal, sikioplegik dan bebat mata
selama mata masih sakit.
Regenerasi epitel akibat asam lemah dan alkali sangat
lambat yang biasanya sempurna setelah 3-7 hari.
Klasifikasi
Trauma Asam
Etiologi
Bahan asam yang dapat merusak mata terutama bahan anorga
organik (asetat, forniat),d an organik anhidrat (asetat).
Patofisiologi
Bila bahan asam mengenai mata maka akan segera terjadi
pengendapan ataupun penggumpalan protein permukaan
sehingga bila konsentrasi tidak tinggi maka tidak akan
bersifat destruktif seperti trauma alkali. Biasanya akan terjadi
kerusakan hanya pada bagian superfisial saja. Bahan asam
dengan konsentrasi tinggi dapat bereaksi seperti terhadap
trauma basa sehingga kerusakan yang diakibatkannya akan
lebih dalam.
Pengobatan
a. Pengobatan dilakukan dengan irigasi jaringan yang
terkena secepatnya dan selama mungkin untuk
menghilangkan dan melarutkan bahan yang
mengakibatkan trauma.
b. Biasanya trauma akibat asam akan normal kembali,
sehingga tajam penglihatan tidak banyak terganggu.
Trauma tumpul : shuttle kock, peluru angin, terpukul, kena bola tenis,
atau shutlecock, membuka tutup botol tidak dengan alat, ketapel.
Trauma kimia
Beberapa zat-zat kimia yang terkandung di dalam pembersih perabotan rumah
tangga:
Klorin sering kali dijumpai di produk pembersih toilet dan kamar mandi
seperti Domestos, penghilang jamur, dan pemutih pakaian.
Amonia sering dijumpai di produk pembersih kaca dan pembersih lantai.
Surfaktan sering kali dijumpai di detergen, sabun cuci piring cair, dan
pembersih permukaan—misalnya Rinso, Molto, Sunlight, dan Cif.
#KLORIN#
Klorin adalah bahan kimia yang biasanya digunakan sebagai pembunuh kuman. Zat
klorin akan bereaksi dengan air membentuk asam hipoklorus yang diketahui dapat
merusak sel-sel dalam tubuh. Klorin berwujud gas berwarna kuning kehijauan
dengan bau cukup menyengat. Penggunaan klorin dalam pangan bukan hal yang
asing. Klorin sekarang bukan hanya digunakan untuk bahan pakaian dan kertas saja,
tetapi telah digunakan sebagai bahan pemutih atau pengkilat beras, agar beras yang
berstandar medium menjadi beras berkualitas super.
Klorin merupakan unsur kedua dari keluarga halogen, terletak pada halogen VII A
periode III. Sifat kimia klorin sangat ditentukan oleh konfigurasi elektron pada kulit
terluarnya. Keadaan ini membuatnya tidak stabil dan sangat reaktif. Hal ini
disebabkan karena struktuk electron gas mulia. Disamping itu, klorin juga bersifat
sebagai oksidator. Seperti halnya oksigen, klorin juga membantu reaksi pembakaran
dengan mengahasilkan panas cahaya.
Gas klor yang mudah dikenal karena baunya yang khas itu, bersifat merangsang
(iritasi terhadap selaput lendir pada mata/conjunctiva). Selaput lender hidung, selaput
lender tenggorok, tali suara dan paru-paru. Menurut World Health Organization
(WHO) nilai ambang batas residu klorin dalam air adalah 0,5 ppm
Cairan pembersih lantai yang bersifat basa dan mengandung Hidrogen Chlorida
(HCl) 20% yang mempunyai sifat sebagai asam kuat yang dapat menyebabkan
reaksi koagulasi dan denaturasi. Asam terdisosiasi menjadi ion-ion Hidrogen dan
anion di kornea. Molekul hidrogen merusak permukaan bola mata dengan merubah
pH, sedangkan anion menyebabkan denaturasi, presipitasi dan koagulasi protein
pada epitel–epitel kornea yang terpajan. Presipitasi dan koagulasi permukaan bola
mata disebut nekrosis koagulatif. Koagulasi protein mencegah terjadinya penetrasi
asam lebih dalam, sehingga bila konsentrasi tidak tinggi tidak akan bersifat
destruktif seperti trauma alkali. Umumnya kerusakan yang terjadi bersifat
nonprogresif dan hanya pada bagian superfisial saja.
Trauma radiasi
- Sinar inframerah
- Sinar X
- Sinar
6. Apa saja pemeriksaan yang harus dilakukan pada kasus
tersebut?
a. Pemeriksaan Fisik : dimulai dengan pengukuran dan
pencatatan ketajaman penglihatan.
b. Slit lamp : untuk melihat kedalaman cedera di segmen
anterior bola mata.
c. Tes fluoresin : digunakan untuk mewarnai kornea,
sehingga cedera kelihatan jelas.
d. Tonometri : untuk mengetahui tekakan bola mata. nilai
normal tekanan bola mata (normal 12-25 mmHg).
e. Pemeriksaan fundus yang di dilatasikan dengan
oftalmoskop indirek : untuk mengetahui adanya benda asing
intraokuler.
f. Tes Seidel : untuk mengetahui adanya cairan yang keluar
dari mata. Tes ini dilakukan dengan cara memberi anastesi pada
mata yaang akan diperiksa, kemudian diuji pada strip
fluorescein steril. Penguji menggunakan slit lamp dengan filter
kobalt biru, sehingga akan terlihat perubahan warna strip akibat
perubahan pH bila ada pengeluaran cairan mata.
g. Pemeriksaan ct-scan dan USG B-scan : digunakan untuk
mengetahui posisi benda asing.
k. Pemeriksaan dengan menggunakan optalmoskop:
mengkaji struktur internal dari okuler, papiledema, retina
hemoragi.
l. Pemeriksaan Radiologi : Pemeriksaan radiology pada
trauma mata sangat membantu dalam menegakkan diagnosa,
terutama bila ada benda asing .Pemeriksaan ultra sonographi
untuk menentukan letaknya, dengan pemeriksaan ini dapat
diketahui benda tersebut pada bilik mata depan, lensa,
retina.pemeriksaan radiologi pada trauma mata sangat
membantu dalam menegakkan diagnosa, terutama bila ada
benda asing.
7. Apa diagnosis dari scenario?
Penjelasan :
a. Sangat gawat
Yang dimaksud dengan keadaan sangat gawat adalah keadaan atau kondisi pasien
memerlukan tindakan yang harus sudah diberikan dalam waktu beberapa menit.Terlambat
sebentar saja dapat mengakibatkan kebutaan. Adapun keadaan atau kondisi pasien yang
termasuk dalam kategori ini adalah :
- Luka karena bahan kimia (karena alkali, basa atau asam)
b. Gawat
Yang dimaksud dengan keadaan gawat adalah keadaan atau kondisi pasien memerlukan
diagnosis dan pengobatan yang harus sudah diberikan dalam waktu satu atau beberapa
jam. Adapun keadaan atau kondisi yang termasuk dalam kategori ini adalah :
- Laserasi kelopak mata
- Konjungtivitis gonorrhoea
- Erosi kornea
- Laserasi benda asing
- Benda asing di kornea
- Descemetocele
- Tukak kornea
- Hifema
- Skleritis
- Iridosiklitis akut
- Endoftalmitis
- Glaukoma kongestif
- Glaukoma sekunder
- Ablasi retina
- Selulitis orbita
- Trauma tembus mata
- Trauma radiasi
c. Semi gawat
Yang dimaksud dengan keadaan semi gawat adalah keadaan atau kondisi pasien
memerlukan pengobatan yang harus sudah diberikan dalam waktu beberapa hari atau
minggu. Adapun keadaan atau kondisi pasien yang termasuk dalam kategori ini adalah :
- Defisiensi vitamin A
- Trakoma yang disertai dengan entropion
- Oftalmia simpatika
- Katarak kongenital
- Glaucoma kongenital
- Glaucoma simpleks
- Perdarahan badan kaca
- Retinoblastoma (tumor ganas retina)
- Neuritis optika/papilitis
- Eksoftalmus atau lagoftalmus
- Tumor intraorbita
- Perdarahan retrobulbar
a. rawat inap?
Buat pengawasan TIO nya kerna ada nya hifema
Trauma pada mata merupakan suatu kedaruratan mata. Oleh karena itu,
penanganan harus segera dilakukan.
Penatalaksanaan hifema sangat bergantung kepada derajat hifema, komplikasi
yang terjadi, serta respons pasien terhadap pengobatan. Demikian pula hal-hal
inilah yang menjadi parameter dalam menentukan apakah pasien perlu dirawat
atau hanya berobat jalan saja. Untuk kasus ringan, penatalaksanaan dapat
meliputi terapi konservatif, seperti:
1. Membatasi aktivitas pasien
2. Melakukan penutupan mata dengan eye patch atau eye cover
3. Melakukan elevasi kepala 30-45o. Adapun maksud dari elevasi kepala adalah
untuk membuat darah mengumpul di bagian inferior dari COA dan tidak
menghalangi tajam penglihatan. Posisi ini juga mempermudah dalam evaluasi
harian COA tentang resorpsi hifema sehingga dapat menunjukkan kemajuan
pengobatan. Selain itu posisi ini merupakan posisi optimal dalam mencegah
kontak sel-sel darah merah dengan korena dan trabekula Fontana.
Perdarahan ini berasal dari iris atau badan siliar. Merupakan keadaan yang gawat. Sebainya
dirawat, Karena takut timbul perdarahan sekunder yang lebih hebat daripada perdaran primer,
yang biasanya timbul hari kelima setelah trauma. Perdarahan sekunder ini terjadi karena bekuan
darah terlalu cepat diserap, sehingga pembuluh darah tak mendapat waktu cukup untuk
regenerasi kembali, dan menimbulkan perdarahan lagi. Adanya darah di dalam bilik mata depan,
dapat menghambat aliran aquos ke dalam trabekula, sehingga dapat menimnbulkan galukoma
sekunder. Hifema dapat pula menyebabkan uveitis. Darah dapat terurai dalam bentuk
hemosiderin, yang dapat meresap masuk ke dalam kornea, menyebabkan kornea berwarna
kuning dan disebut hemosiderosis atau imbibisio kornea. Jadi penyulit yang harus diperhatikan
pada hifema adalah : glaucoma sekunder, uveitis dan hemosiderosis atau imbibisio kornea.
Hifema dapat sedikit dapat pula banyak. Bila sedikit ketajaman penglihatan mungkin masih baik
dan tekanan intraokuler normal. Perdarahan yang mengisi setengah bilik mata depan, dapat
menyebabkan gangguan visus dan kenaikan tekanan intraokuler, sehingga mata terasa sakit oleh
glaukomanya. Jika hifemanya mengisi seluruh bilik mata depan rasa sakit bertambah dan visus
lebih menurun lagi, karena tekanan intraokulernya bertambah pula.
Pengobatan: Harus masuk rumah sakit. Istirahat ditempat tidur dengan elevasi kepala 30 – 45
derajat. Kepala difiksasi dengan bantal pasir dikedua sisi, supaya tak bergerak. Keadaan ini
harus dipertahankan minimal 5 hari.
Kornea
Edema kornea
Penatalaksanaannya : Pengobatan yang diberikan adalah larutan
hipertonikseperti Nacl 5 %. Bila terdapat peninggian tekananbola
mata maka diberikan asetazolamida.
Erosi kornea.
Penatalaksanaannya : Pengobatan biasanya diberikan sikloplegik
untuk menghilangkan rasa sakit ataupun untuk mengurangkan gejala
radang uvea yang mungkin timbul. Antibiotik diberikan dalam bentuk
tetes dan mata ditutup untuk mempercepat tumbuh epitel baru dan
mencegah infeksi sekunder.
TERAPI
1. Trauma tumpul
a. Tirah baring sempurna dalam posisi fowler untuk menimbulkan gravitasi
guna membantu keluarnya hifema dari mata.
b. Berikan kompres es.
c. Pemnatauan tajam penglihatan.
d. Batasi pergerakan mata selama 3-5 hari untuk menurunkan kemungkinan
perdarahan ulang.
e. Batasi membaca dan melihat TV.
f. Pantau ketaatan pembatasan aktivitas, imobilisasi sempurna.
g. Berikan stimulasi sensori bentuk lain seperti musik, perbincangan.
h. Berikan diet lunak dan semua keperluan klien dibantu.
i. Tetes mata siklopegik seperti atropin untuk mengistirahatkan mata.
j. Mata dilindungi dengan kasa jika terdapat luka.
k. Laporkan peningkatan nyeri mata secara mendadak, ini mungkin indikasi
perdarahan ulang.
l. Persiapan parasentesis (pengeluaran hifema).
· Indikasi Parasentesis
o Hifema penuh (sampai pupil) dan berwarna hitam
o Hifema yang tidak bisa sembuh/berkurang dengan perawatan konvensional
selama 5 hari.
o Hifema dengan peningkatan TIO (glaukoma sekunder) yang tidak dapat
diatasi/diturunkan dengan obat-obatan glaukoma
o Terlihat tanda-tanda imbibisi kornea.
2. Trauma tajam
Penatalaksanaan sebelum tiba di RS
a. Mata tidak boleh dibebat dan diberikan perlindungan tanpa kontak.
b. Tidak boleh dilakukan manipulasi yang berlebihan dan penekanan bola
mata.
c. Benda asing tidak boleh dikeluarkan tanpa pemeriksaan lanjutan.
d. Sebaiknya pasien dipuasakan untuk mengantisipasi tindakan operasi.
Penatalaksanaan setelah tiba di RS
a. Pemberian antibiotik spektrum luas.
b. Pemberian obat sedasi, antimimetik dan analgetik sesuai indikasi.
c. Pemberian toksoid tetanus sesuai indikasi.
d. Pengangkatan benda asing di kornea, konjungtiva atau intraokuler (bila mata
intak).
e. Tindakan pembedahan/penjahitan sesuai dengan kausa dan jenis cedera.
Pencegahan Trauma Mata
tumpul perkelahian
trauma tajam.
matanya.