Anda di halaman 1dari 3

Mengapa kita harus merasul? Itu kan tugasnya para pastor, bruder,dan suster.

Kita ini sudah hidup


susah, kerjaan tak menentu, masih disuruh merasul lagi. Mending kalau ada honor, sarana saja tidak
disediakan, siapa mau? Ya, merasul dianggap tugasnya kaum berjubah saja.

Yesus mengutus kedua belas muridnya pergi berdua dua dengan pesan: “ Jangan membawa apa apa
dalam perjalanan......” Yesus ingin agar mereka sepenuhnya mengandalkan Allah, mereka hanya boleh
membawa yang minimal, tongkat dan alas kaki untuk bergerak cepat. Mereka boleh menerima uluran
tangan dari orang yang menawarkan tumpangan, tetapi tidak boleh pilih pilih tumpangan yang enak.

Jika ditolakpun mereka harus menerima dengan lapang dada, lalu pergi dan kebaskan debu sebagai
peringatan, Pengebasan debu adalah kebiasaan orang orang Yahudi yang terpaksa harus melewati
daerah orang orang kafir. Dengan pengebasan itu mereka membuang segala kotoran dari daerah itu
yang menajiskan dan mendatangkan hukuman Allah.

Maka sehubungan dengan pengutusan para murid, pengebasan debu merujuk pada peringatan agar
orang merenungkan sikapnya dalam menanggapi pemberitaan Injil, Menolak pemberitaan itu berarti
menolak tawaran penyelamatan Allah. Untuk itulah Yesus mengutus para murid pergi berdua dua .
Berdua dua penting demi terjaminnya kebenaran sebuah kesaksian (bdk. Ul 17:6 , Bil 35:50).

Berdua dua dapat meringankan beban pekerjaan dan derita kegagalan. Berdua dua menjauhkan diri dari
kesombongan pribadi atas kesuksesan. Warta yang sama dari dua orang pun jauh lebih meyakinkan.

Merasul bukan melulu pekerjaan kaum berjubah saja, melainkan menjadi pekerjaan semua murid
Kristus dengan lebih mengandalkan bantuan Allah dari pada kemampuan diri sendiri dan kelengkapan
sarana.

Agama dalam mengatur kehidupan masyarakat berperan sangat penting. Agama adalah salah satu
medium yang dapat dijadikan sandaran bagi setiap hidup individu dalam mengeliminasi persoalan
kehidupan, seperti kasus penyebaran COVID-19 yang saat ini  semakin mengkhawatirkan
melihat peran agama yang kuat dan dominan dalam masyarakat modern, kami berpendapat bahwa ilmu
pengetahuan dan agama tidak boleh dipisahkan sebagai upaya kita mengatasi pandemi. Para pemimpin
agama dan institusi agama harus melakukan upaya terbaik untuk menjadi bagian dari solusi
menghentikan penyebaran virus.
Selama pandemi, agama telah menunjukkan peran-peran pentingnya dalam membantu memotong
rantai penyebaran coronavirus.

Indonesia merupakan rumah bagi populasi Muslim terbesar di dunia dan agama merupakan jantung dari
kehidupan warganya. Selain Islam, Kristen Protestan dan Katolik, Hindu, Budha, dan Konghucu juga
memiliki pemeluk jutaan di sini.

Para pemimpin agama adalah pemimpin yang dimuliakan dan sangat dihormati di masyarakat.

Negara ini telah menunjukkan bahwa agama dapat digunakan sebagai sarana yang realistis dalam
membantu memerangi penyebaran COVID-19.

Pada Maret 2020, saat penyebaran COVID-19 masih sangat awal di Indonesia, umat Hindu di
Bali memodifikasi ritual Nyepi dengan merayakan ritual tanpa Karnaval Ogoh-Ogoh.
Karena coronavirus sangat menular, para pemimpin agama memutuskan untuk membatalkan karnaval
untuk menghindari pertemuan besar.

Protestan dan Katolik juga telah memodifikasiperayaan Paskah pada April. Sebagian besar gereja telah
menggunakan layanan virtual untuk menyampaikan pesan agama kepada para penganutnya sejak kasus
COVID-19 ditemukan di Indonesia.

Organisasi Muslim Indonesia telah mengeluarkan fatwa untuk mengganti salat Jumat, yang seharusnya
diselenggarakan di masjid dan wajib bagi pria Muslim, menjadi anjuran salat zuhur di rumah.

Selama bulan puasa Ramadan, umat Islam juga diminta untuk sembahyang di rumah untuk mengganti
salat Tarawih berjamaah yang biasanya dilakukan di masjid atau di lapangan.

Tapi tantangan besar masih ada.

Untuk mencegah penyebaran virus corona, pemerintah Indonesia telah melarang mudik, sebuah ritual
keagamaan tahunan untuk menyambung kembali, mengingat, dan memperbaharui hubungan sosial

Tetapi, masih banyak yang tidak mengindahkan anjuran tersebut, dan berdampak pada
meningkatnya risikopenularan virus kepada orang lain.

Penyebaran virus terjadi mengikuti pola pergerakan orang, barang dan jasa. Ini bukan hanya terkait
mobilitas lintas batas tapi pergerakan orang di semua level yang bisa menyebabkan terjadinya
penyebaran virus.

Dalam hal ini, agama memiliki peran penting dalam mengajak masyarakat untuk mencegah jatuhnya
puluhan ribu jiwa, yang secara secara realistis membutuhkan upaya lebih besar daripada sekadar doa.

Anda mungkin juga menyukai