Bimbingan Dan Konseling Di Perguruan Tinggi Dalam Menjawab Tantangan Era Revolusi Industri 4.0
Bimbingan Dan Konseling Di Perguruan Tinggi Dalam Menjawab Tantangan Era Revolusi Industri 4.0
ABSTRACT
This paper aims to analyze the existence of guidance and counseling at this times, and also one of
efforts towards the Industrial Revolution 4.0. The method used is the result of thoughts and
research using the research library by applying the POINT (Purpose, Over view, Interpret, Note,
Test ) theory, observations during teaching and interview with several lecturers. The step of data
analysis are as follows: 1. Heuristic, 2. Critical source, 3 Analysis and interpretation, 4 Data
selection. The result is: 1. Guidance and counseling have not been carried out optimally. There are
a lot of student problems and there are still universities that don’t have a guidance and counseling
service unit with professional staff. Guidance is usually carried out by academic advisors who do
not yet have knowledge about counseling. There are universities that have not provided training to
students and prospective alumni about job opportunities and procedures. 2. Things that can be
done as an effort towards the Industrial Revolution 4.0 is to provide. 1. A special unit of guidance
and counseling services that as professional counselors and is equipped with various technology
and information facilities. 2. Academic advisors who are trained and have knowledge of guidance
and counseling. 3. Employment unit or carrier center service development. 4. Debriefing for
prospective alumni about various opportunities or employment opportunities and procedures to
obtain them. 5. Carry out job fair and entrepreneur expos on campus. 6. Develop carrier paths
with various agencies within and outside the country.
15
PROCEEDING
Konvensi Nasional XXI
Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia
Bandung, 27-29 April 2019
Pemerintah Indonesia sangat mendukung penjelasan dosen, takut bicara di kelas dan
Revolusi Industri 4.0 yang sedang berkembang di sebagainya.
era globalisasi. Revolusi Industri 4.0 merupakan 5. Keluarga seperti; konflik orang tua dan
suatu momentum yang mengubah tatanan kehidupan anak, komunikasi kurang harmonis, dendam
manusia termasuk dalam mengelola sumber daya terhadap orang tua dan sebagainya.
manusia di Perguruan Tinggi. Perubahan ini tentu
sangat mempengaruhi sistem kerja Perguruan Tinggi Semua permasalahan di atas akan
yang akan menghasilkan lulusan berkualitas dan mengganggu dalam perkuliahan dan bahkan ada
mampu bersaing di dunia kerja. yang sampai mengalami droup out (DO), yang
Era Revolusi Industry 4.0 sekarang ini faktor penyebabnya juga bermacam-macam mulai
memanfaatkan adanya peluang atau kesempatan dan dari urusan finansial, permasalahan pribadi, salah
sekaligus juga merupakan tantangan bagi para jurusan, salah memilih Perguruan Tinggi, terlalu
mahasiswa dan alumni Perguruan Tinggi. Kenapa aktif berorganisasi/komunitas, hingga permasalahan
demikian ? karena peran manusia diambil oleh mental mahasiswa.
mesin-mesin otomatis yang bekerja lebih cepat dan Data statistik Pendidikan Tinggi 2017
akurat bila dibandingkan dengan tenaga manusia. Kemenristekdikti, menunjukkan bahwa angka
Jika para mahasiswa dari Perguruan Tinggi tidak droup out di Perguruan Tinggi cukup tinggi
siap dalam menghadapi arus Revolusi Industri yang misalnya, di PTN dan PTS Propinsi Bengkulu
semakin cepat, akan mengakibatkan tingginya angka mencapai 8,24%, kondisi ini juga tidak jauh berbeda
pengangguran. Disinilah kepiawaian Perguruan dengan provinsi lainnya. Kenyataan ini tidak
Tinggi dalam membaca perubahan yang terjadi mungkin dibiarkan begitu saja mengingat mahasiswa
untuk mempersiapkan lulusan siap pakai dalam harus mampu menghadapi tantangan pada Era
dunia industri yang serba digital. Pertanyaan yang Revolusi Industri 4.0.
menarik adalah bagaimana jika mahasiswa tidak siap Demikian pula menurut Priyanto (2009:5)
menghadapi tantangan Revolusi Industri 4.0 berbagai masalah yang dihadapi mahasiswa di Era
tersebut? Revolusi Industri 4.0 memerlukan adanya cara atau
Kenyataannya saat ini masih banyak metode dalam penyelesaian masalah. Untuk itulah
mahasiswa yang belum maksimal dalam belajar. diperlukan adanya pelayanan bimbingan dan
Padahal belajar di Perguruan Tinggi merupakan konseling di Perguruan Tinggi yang dilakukan oleh
suatu pengalaman yang paling berharga bagi tenaga profesional. Tenaga profesional inilah yang
mahasiswa. Di kampus mahasiswa mulai dapat membantu mahasiswa dalam penyelesaian
mendapatkan kebebasan, pengambilan keputusan masalahnya dengan menggunakan metode serta
serta peran yang harus dimainkan. Hal ini tidak pendekatan penyelesaian masalah.
mudah dilakukan bagi mahasiswa sehingga banyak Ahli tersebut adalah konselor serta dosen
mereka yang menemukan permasalahan seperti penasehat akademik atau dosen wali akademik yang
pengaturan waktu belajar, tidak paham mengenai terlatih. Mereka mempunyai tugas dan fungsi pokok,
cara belajar yang efektif, kurang dapat yang berbeda antara satu dengan lainnya dan begitu
berkonsentrasi, tidak mengetahui standar tuntutan juga dengan kewenangan yang dimilikinya.
terhadap tugas, kebiasaan belajar yang tidak Berdasarkan uraian di atas kiranya amat
mendukung, mengalami ketegangan, konflik bahkan penting untuk dibahas permasalahan ini dengan
juga frustasi. Hal ini sesuai dengan apa yang judul “Bimbingan dan Konseling di Perguruan
dikemukakan oleh Hidayat (2011) secara umum Tinggi dalam Menjawab Tantangan Era Revolusi
masalah yang dihadapi oleh mahasiswa adalah: Industri 4.0”. Adapun tujuan pembahasan ini adalah
1. Bidang karir dan pekerjaan; seperti belum untuk mengetahui 1). Bagaimana pelayanan
memahami potensi, bidang kerja yang akan bimbingan dan konseling di Perguruan Tinggi saat
dimasuki, ingin mendapat pelatihan ini ? 2). Bagaimana pula upaya Perguruan Tinggi
pendukung kesiapan kerja, khawatir belum dalam menjawab tantangan Revolusi Industri 4.0 ?
mendapatkan pekerjaan.
2. Bidang ekonomi dan keuangan; seperti METODOLOGI
khawatir dengan kondisi keuangan Metodologi dalam penulisan karya ilmiah ini
keluarga, ingin mendapatkan beasiswa, menggunakan hasil pemikiran penulis yang dilandasi
terbatasnya keuangan untuk membeli pada pengalaman mengajar di berbagai Perguruan
peralatan belajar dan sebagainya. Tinggi (selama 33 tahun) seperti FKIP UNRI
3. Diri pribadi; seperti daya juang rendah, Pekanbaru selama 6 tahun, Universitas Islam Riau
kurang serius, ceroboh dan sebagainya. Pekanbaru selama 5 Tahun, STKIP Ahlussunnah
4. Pendidikan dan pelajaran; seperti kurang Bukittinggi selama 16 tahun, STAIN Syech M.
memahami istilah asing, sukar Djamil Djambek Bukittinggi selama 4 tahun, STKIP
menyelesaikan masalah, kurang memahani Adzkia Bukittinggi selama 4 tahun dan STIT
16
PROCEEDING
Konvensi Nasional XXI
Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia
Bandung, 27-29 April 2019
Ahlussunna Bukittinggi selama 8 tahun serta STKIP di Perguruan Tinggi dengan menggunakan
PGRI Sumatera Barat selama 10 tahun. pendekatan langsung atau yang berpusat pada
Pengalaman ini diperkaya dengan berbagai konselor (Directive Counseling) di Negara
referensi kepustakaan. Oleh karena itu penulisan ini tersebut.
menggunakan metode library research. Studi Berbeda dengan di Indonesia, walaupun
kepustakaan ini menggunakan berbagai referensi pelayanan bimbingan dan konseling di Perguruan
seperti dari beberapa buku, jurnal, dekumen serta Tinggi sudah terlaksana akan tetapi masih
sumber belajar lainnya dengan menggunakan teori banyak membicarakan tentang masalah belajar
Reading POINT (Perpouse, Overvieu, Interpreteit, yang mengganggu perkuliahannya bukan
Note, dan Test). Selain itu juga menggunakan hasil masalah pribadinya. Kemudian gagasan
wawancara dengan beberapa orang dosen dari mengenai pentingnya layanan bimbingan dan
Perguruan Tinggi Negeri di luar Provinsi Sumatera konseling di Perguruan Tinggi ini semakin
Barat yaitu dosen Universitas Jambi, Universitas diterima dan menjadi bagian dari urusan
Riau dan Institut Teknologi Sumatera di Lampung. kemahasiswaan. Menurut Gladding (2012: 498)
Untuk analisis data digunakan langkah- bahwa layanan yang dilakukan pada mulanya
langkah sebagai berikut: 1). Hauristik yaitu tahap adalah:
mengumpulkan data dari berbagai sumber baik yang 1. Layanan yang berkaitan dengan
primer seperti dari hasil pengamatan dan hasil perilaku mahasiswa
wawancara beberapa orang dosen maupun data 2. Layanan yang berkaitan dengan
sekunder berupa pendapat pakar dan hasil penelitian gambaran karakteristik mahasiswa.
dari beberapa jurnal terkait. 2). Kritik sumber 3. Layanan yang berkaitan dengan
dengan pengujian terhadap keaslian dan kesahihan perkembangan mahasiswa
informasi yang diperoleh. 3. Melakukan analisis dan 4. Layanan yang berkaitan dengan kinerja
interpretasi, dengan cara menghubungkan dan akademis.
membandingkan fakta-fakta yang diteliti dan 4. Data Layanan bimbingan dan konseling di
diseleksi dengan kajian yang dapat dipercaya Perguruan Tinggi luar negeri semakin
kebenarannya. berkembang terus. Sementara di Indonesia sudah
mulai mengembangkannya walaupun tidak
HASIL DAN PEMBAHASAN secepat perkembangan bimbingan dan konseling
Hasil pengolahan data primer dan data di Perguruan Tinggi luar negeri.
sekunder adalah sebagai berikut: Pelayanan bimbingan dan konseling di
A. Bimbingan dan Konseling di Perguruan Tinggi Universitas dan Institut dikoordinir oleh Wakil
Saat ini. Rektor III Bidang Kemahasiswaan, sedangkan
Hasil analisis data membuktikan bahwa pada tingkat Fakultas oleh Wakil Dekan III. Pada
pelayanan bimbingan dan konseling di Perguruan prinsipnya pelayanan bimbingan dan konseling
Tinggi masih jauh dari yang seharusnya. di Perguruan Tinggi bertujuan untuk membantu
Terbukti dari banyaknya permasalahan yang mahasiswa dalam menyelesaikan perkuliahan
dihadapi mahasiswa yang berkaitan dengan tepat waktu dan pengembangan potensi
penyelesaian studinya dan masih tingginya angka mahasiswa seoptimal mungkin. Bidang
kelulusan yang tidak tepat waktu serta tingginya bimbingan yang akan dikembangkan adalah
angka drop out di Perguruan Tinggi. Dilihat dari bidang pengembangan pribadi, pengembangan
keberadaan bimbingan dan konseling di sosial, pengembangan belajar dan pengembangan
Perguruan Tinggi juga ditemukan bahwa belum karir.
semua Perguruan Tinggi memiliki pelayanan Tenaga pelaksana pelayanan bimbingan dan
bimbingan dan konseling sebagaimana yang konseling di Perguruan Tinggi dapat dilakukan
diharapkan. oleh konselor dan dosen penasehat akademik
Jika dibandingkan dengan kondisi atau dosen wali akademik yang terlatih,
bimbingan dan konseling di banyak Perguruan menguasai teknik dan pendekatan dalam
Tinggi luar negeri, terutama di Negara maju penyelesaian masalah serta menguasai teori,
seperti Amerika sudah berjalan dengan baik. konsep bimbingan dan konseling secara umum.
Bahkan bimbingan dan konseling di Perguruan Kedua tenaga ini berkolaborasi untuk membantu
Tinggi sudah dilaksanakan semenjak awal abad mahasiswa dalam berbagai kesulitan yang
ke-20 misalnya di Amarika Serikat. Bimbingan dihadapinya. Permasalahan yang ditanganinya
dan konseling ini merupakan hasil pemikiran dari tidak hanya masalah akademik, akan tetapi
Williamson dengan penekanan pada titik semua masalah yang mengganggu terhadap
pandang permasalahan pribadi mahasiswa. perkuliahannya seperti masalah pribadi, masalah
Layanan terhadap permasalahan pribadi sosial, masalah keluarga dan masalah karir serta
mahasiswa menjadi dasar dari layanan konseling masalah lainnya.
17
PROCEEDING
Konvensi Nasional XXI
Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia
Bandung, 27-29 April 2019
18
PROCEEDING
Konvensi Nasional XXI
Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia
Bandung, 27-29 April 2019
19
PROCEEDING
Konvensi Nasional XXI
Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia
Bandung, 27-29 April 2019
20
PROCEEDING
Konvensi Nasional XXI
Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia
Bandung, 27-29 April 2019
21
PROCEEDING
Konvensi Nasional XXI
Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia
Bandung, 27-29 April 2019
22