PENGERTIAN AL-QUR’AN - Kata “al-Quran” merupakan bentuk masdar dari kata qara’a
yang mengikuti wazan fu’lan (ْ النَعSecara). ُ فetimologi al-Qur’an artinya adalah bacaan,
yang dibaca, dilihat, dan ditelaah. Penambahan al, pada awal kata memiliki makna
kekhususan tentang sesuatu yang dibaca, yaitu bacaan yang diyakini sebagai wahyu Allah
Swt. Sedang penambahan huruf alif dan nun pada akhir kata memiliki makna bahwa
bacaan tersebut adalah sempurna. kekhususan dan kesempurnaan bacaan tersebut
berdasar pada firman Allah Swt dalam
QS. Al-Qiyamah (75):17-18 dan QS. Fushshilat (41): 3.
Artinya: “Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah (Allah SWT) mengumpulkan
didadamu dan membuatmu pandai membacanya , jika Kami (Allah SWT) telah selesai
membacanya, maka ikutilah (sistem) bacaan itu“.
Artinya: “Kitab yang dijelaskan ayat-ayatnya, yakni bacaan dalam bahasa arab untuk
kaum yang mengetahui”.
Sedangkan secara terminologi terdapat beberapa definisi yang dikemukakan oleh
beberapa ulama sebagai berikut:
KEHUJJAHAN AL-QUR’AN - Sebagaimana yang sudah kalian ketahui bahwa al-Qur’an itu
bersumber dari Allah Swt. untuk dijadikan pedoman hidup bagi manusia. Dengan demikian
ditetapkan bahwa al-Qur’an merupakan sumber utama bagi hukum Islam, sekaligus juga
sebagai dalil utama fikih. Bahkan al-Qur’an dikatakan sebagai sumber dari semua sumber
hukum islam )م َصاِد َم َرKarena kedudukan al-Qur’an itu sebagai sumber utama dan
pertama bagi penetapan hukum, maka bila seorang mujtahid ingin menemukan hukum
untuk suatu peristiwa, tindakan pertama yang harus ia lakukan adalah mencari
penyelesaiannya dari al-Qur’an. Selama hukumnya dapat diselesaikan dengan al-Qur’an,
maka ia tidak boleh mencari jawaban lain diluar al-Qur’an. Selain itu, sesuai dengan
kedudukan al-Qur’an sebagai sumber utama atau pokok hukum Islam, berarti al-Qur’an itu
menjadi sumber dari segala sumber hukum. Karena itu, jika akan menggunakan sumber
hukum lain di luar al-Qur’an, maka harus sesuai dengan petunjuk al-Qur’an dan tidak boleh
melakukan sesuatu yang bertentangan dengan al-Qur’an. Adapun yang menjadi dasar
kehujjahan al-Qur’an sebagai sumber hukum Islam atau dalil syara’, terkandung dalam ayat
al-Qur’an yang menyuruh umat manusia mematuhi Allah Swt. Hal ini disebutkan lebih dari
30 kali dalam al-Qur’an. Perintah mematuhi Allah Swt itu berarti perintah mengikuti apa-
apa yang difirmankan-Nya dalam al-Qur’an. Di antara dasar-dasar tersebut adalah sebagai
berikut:
1. QS. Al-Maidah (5): 44
Artinya: “....Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan
Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir”
2. QS. Al-Maidah (5): 48
Artinya: “Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa
kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan
sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah
perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti
hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang
kepadamu...”
3. QS. Al-Nisa’ (4) :105
Artinya: “Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab kepadamu dengan membawa
kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia dengan apa yang telah Allah
wahyukan kepadamu, dan janganlah kamu menjadi penantang (orang yang tidak
bersalah), karena (membela) orang-orang yang khianat”
Adapun hadis Nabi yang dapat dijadikan dasar kehujjahan al-Qur’an adalah hadis
tentang keharusan berpegang teguh kepada al-Qur’an dan Sunnah agar tidak tersesat yang
diriwayatkan oleh Imam Malik sebagai berikut:
“Dari ‘Amr bin ‘Auf berkata, Rasulullah Saw. bersabda: Aku tinggalkan dua
perkara untuk kalian semua yang kalian tidak akan tersesat selagi kamu berpegang
teguh pada keduanya, yaitu berupa kitab Allah dan Sunnah Nabi-Nya” (HR. Malik)
MACAM-MACAM HUKUM DALAM AL-QUR’AN - Secara garis besar hukum-hukum yang
dijelaskan dalam al-Qur’an terbagi ke dalam tiga kelompok sebagai berikut :
a. Hukum-hukum akidah (keimanan), yaitu terkait dengan kewajiban setiap mukallaf
untuk meyakini Allah, malaikat Allah, kitab-kitab Allah, para rasul Allah dan hari akhir.
Dengan kata lain hukum-hukum yang terkait dengan rukun iman.
b. Hukum-hukum akhlak, yaitu terkait dengan kewajiban mukallaf untuk berhias diri
dengan keutamaan-keutamaan dan menghindarkan dirinya dari hal-hal kehinaan.
c. Hukum-hukum amaliyah, yaitu terkait dengan semua yang keluar dari seorang
mukallaf berupa perkataan, perbuatan, akad atau transaksi, dan pendayagunaan yang
dilakukannya. Hukum kelompok ketiga inilah yang disebut dengan fikih