Anda di halaman 1dari 8

Nama : Tiffani Shada Nada

NIM : 200231100020ndhu
Kelas : Ekonomi Pembangunan – A

Pendahuluan

a. Latar Belakang
Korupsi dari bahasa latin : corruption dari kata kerja corrumpere yang bermakna busuk,
rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok. Secara harfiah, korupsi adalah perilaku
pejabat publik, baik politis maupun pegawai negeri, yang secara tidak wajar dan tidak legal
memperkaya diri atau memperkaya mereka yang dekat dengannya, dengan menyalahgunakan
kekuasaan publik yang dipercayakan kepada mereka.1 Secara harfiah korupsi merupakan
sesuatu yang busuk, jahat dan merusak. Jika membicarakan tentang korupsi memang akan
menemukan kenyataan semacam itu karena korupsi menyangkut segi-segi moral, sifat dan
keadaan yang busuk, jabatan dalam instansi atau aparatur pemerintah, penyelewengan
kekuasaan dalam jabatan karena pemberian, faktor ekonomi dan politik, serta penempatan
keluarga atau golongan ke dalam kedinasan di bawah kekuasaan jabatannya.

Korupsi merupakan salah satu jenis kejahatan yang semakin sulit dijangkau oleh aturan
hukum pidana, karena perbuatan korupsi bermuka majemuk yang memerlukan kemampuan
berpikir aparat pemeriksaan dan penegakan hukum disertai pola perbuatan yang sedemikian
rapi. Oleh karena itu, perubahan dan perkembangan hukum merupakan salah satu untuk
mengantisipasi korupsi 1 http://id.wikipedia.org/wiki/korupsi. 11/09/1012. 23:45 2 Evi
Hartanti, 2007, Tindak Pidana Korupsi, edisi kedua, sinar grafika, Jakarta, hlm. 9 2 tersebut.3
Karena korupsi terkait dengan berbagai kompleksitas masalah, antara lain masalah moral atau
sikap mental, masalah pola hidup serta budaya, lingkungan sosial, sistem ekonomi, politik
dan sebagainya. Dalam menghadapi karakteristik demikian maka salah satu cara
memberantas tindak pidana korupsi yang selama ini diketahui adalah melalui sarana hukum
pidana sebagai alat kebijakan kriminal dalam mencegah atau mengurangi kejahatan. Tindak
Pidana Korupsi di Indonesia telah berkembang dalam 3 (tiga) tahap yaitu elitis, endemic, dan
sistematik : pada tahap elitis, korupsi masih menjadi patologi sosial yang khas di lingkungan
para elit/pejabat. Pada tahap endemic, korupsi mewabah mengjakau lapisan masyarakat luas.
Lalu ditahap yang kritis, ketika korupsi menjadi sistemik, setiap individu di dalam sistem
terjangkit penyakit yang serupa. Penyakit korupsi di Indonesia ini telah sampai pada tahap
sistematik. Perbuatan tindak pidana merupakan pelanggaran terhadap hak-hak sosial dan hak-
hak ekonomi masyarakat, sehingga tindak pidana korupsi tidak dapat lagi digolongkan
sebagai kejahatan biasa (ordinary-crimes). Dalam upaya pemberantasannya tidak lagi dapat
dilakukan “secara biasa”, tetapi dituntut caracara yang “luar biasa“ (extraordinary)
enforcement.

b. Rumusan Masalah
1. Apa itu korupsi?
2. Bagaimana penyebab terjadinya korupsi

c. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengatahui definisi tentang korupsi
2. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab tindak korupsi

d.Isi
Pengertian korupsi menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi adalah setiap orang yang secara melawan hukum melakukan
perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan
keuangan negara atau perekonomian negara.
Praktik- praktik tindak pidana korupsi yang terjadi di Indonesia hampir setiap hari diberitakan
oleh media massa. Kenyataan praktik korupsi yang terjadi di Indonesia bukan hanya
melibatkan personal, tetapi juga instansi politik dan hukum.

Fakta empirik dari hasil penelitian di banyak negara dan dukungan teoritik oleh para saintis
sosial menunjukkan bahwa korupsi berpengaruh negatif terhadap rasa keadilan sosial dan
kesetaraan sosial. Korupsi menyebabkan perbedaan yang tajam di antara kelompok sosial dan
individu baik dalam hal pendapatan, prestis, kekuasaan dan lain-lain.
Tindak pidana korupsi digolongkan ke dalam kejahatan luar biasa (extraordinary crime).
Tindak pidana korupsi termasuk ke dalam golongan tindak pidana khusus, sehingga
memerlukan langkah-langkah yang khusus untuk memberantasnya.

Hukum positif Indonesia mengatur pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dalam Undang-
Undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

Berbagai upaya pemerintah untuk meminimalisasi penyebaran tindak pidana ini tampaknya
belum memperoleh hasil yang signifikan. Berikut pembahasan lebih lanjut mengenai
penyebab korupsi di Indonesia serta tantangan yang dihadapi dalam upaya
pemberantasannya.

Penyebab Korupsi di Indonesia
Mengutip dari Jurnal Keadilan Progresif Fakultas Hukum Universitas Bandar Lampung,
penyebab korupsi di Indonesia dapat diklasifikasikan menjadi 2, yakni penyebab internal dan
eksternal. Berikut penjelasan selengkapnya;
1. Faktor Internal
Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri seseorang. Persepsi terhadap
korupsi atau pemahaman seseorang mengenai korupsi tentu berbeda-beda. Salah satu
penyebab korupsi di Indonesia adalah masih bertahannya sikap primitif terhadap praktik
korupsi karena belum ada kejelasan mengenai batasan bagi istilah korupsi. Sehingga terjadi
beberapa perbedaan pandangan dalam melihat korupsi.

Kualitas moral dan integritas individu juga berperan penting dalam peyebab korupsi di
Indonesia dari faktor internal. Adanya sifat serakah dalam diri manusia dan himpitan
ekonomi serta self esteem yang rendah dapat membuat seseorang melakukan
korupsi. Adapun beberapa pernyataan ahli yang menyimpulkan beberapa poin penyebab
korupsi di Indonesia adalah sebagai berikut:

 peninggalan pemerintahan kolonial.


 kemiskinan dan ketidaksamaan.
 gaji yang rendah.

 persepsi yang popular.

 pengaturan yang bertele-tele.

 pengetahuan yang tidak cukup dari bidangnya.

Menurut bidang psikologi, terdapat dua teori yang menyebabkan terjadinya korupsi, yaitu
teori medan dan teori big five personality. Teori medan adalah perilaku manusia merupakan
hasil dari interaksi antara faktor kepribadian (personality) dan lingkungan (environment) atau
dengan kata lain lapangan kehidupan seseorang terdiri dari orang itu sendiri dan lingkungan,
khususnya lingkungan kejiwaan (psikologis) yang ada padanya. Melalui teori ini, jelas bahwa
perilaku korupsi dapat dianalisis maupun diprediksi memiliki dua opsi motif yakni dari sisi
lingkungan atau kepribadian individu terkait.

Teori yang kedua adalah teori big five personality. Teori ini merupakan konsep yang
mengemukakan bahwa kepribadian seseorang terdiri dari lima faktor kepribadian, yaitu
extraversion, agreeableness, neuroticism, openness, dan conscientiousness. Selain faktor-
faktor internal di atas, terdapat faktor-faktor internal lainnya, faktor tersebut yaitu :

 Aspek Perilaku Individu:


1. Sifat tamak atau rakus
Korupsi yang dilakukan bukan karena kebutuhan primer atau kebutuhan pangan. Pelakunya
adalah orang yang berkecukupan, tetapi memiliki sifat tamak, rakus, mempunyai hasrat
memperkaya diri sendiri. Unsur penyebab tindak korupsi berasal dari dalam diri sendiri yaitu
sifat tamak/rakus.

2. Moral yang kurang kuat


Orang yang moralnya kurang kuat mudah tergoda untuk melakukan tindak korupsi. Godaan
bisa datang dari berbagai pengaruh di sekelilingnya, seperti atasan, rekan kerja, bawahan,
atau pihak lain yang memberi kesempatan.

3. Gaya hidup yang konsumtif


Gaya hidup di kota besar mendorong seseorang untuk berperilaku konsumtif. Perilaku
konsumtif yang tidak diimbangi dengan pendapatan yang sesuai, menciptakan peluang bagi
seseorang untuk melakukan tindak korupsi.

 Aspek Sosial
Keluarga dapat menjadi pendorong seseorang untuk berperilaku korup. Menurut kaum
bahviouris, lingkungan keluarga justru dapat menjadi pendorong seseorang bertindak korupsi,
mengalahkan sifat baik yang sebenarnya telah menjadi karakter pribadinya. Lingkungan
justru memberi dorongan, bukan hukuman atas tindakan koruptif seseorang.

2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri seseorang. Faktor eksternal
yang menjadi penyebab korupsi di Indonesia adalah sebagai berikut;

 Hukum
Sistem hukum di Indonesia untuk memberantas korupsi masih sangat lemah. Hukum tidak
dijalankan sesuai prosedur yang benar, aparat mudah disogok sehingga pelanggaran sangat
mudah dilakukan oleh masyarakat.

 Politik
Monopoli Kekuasaan merupakan sumber korupsi, karena tidak adanya kontrol oleh lembaga
yang mewakili kepentingan masyarakat. Faktor yang sangat dekat dengan terjadinya korupsi
adalah budaya penyalahgunaan wewenang yang berlebih dalam hal ini terjadinya KKN.
Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) yang masih sangat tinggi dan tidak adanya sistem
kontrol yang baik menyebabkan masyarakat meng anggap bahwa korupsi merupakan suatu
hal yang sudah biasa terjadi.
 Sosial
Lingkungan sosial juga dapat mempengaruhi seseorang untuk melakukan korupsi. Korupsi
merupakan budaya dari pejabat lokal dan adanya tradisi memberi yang disalahgunakan oleh
orang-orang yang tidak bertanggung jawab

Aspek-Aspek Penyebab Korupsi di Indonesia


Terdapat aspek-aspek yang menjadi penyebab orang-orang melakukan tindak
pidana korupsi, terutama di Indonesia. Aspek-aspek penyebab korupsi di Indonesia tersebut
meliputi:
1. Aspek Sikap Masyarakat terhadap Korupsi 
Aspek pertama yang menjadi penyebab korupsi di Indonesia adalah sikap masyarakat
terhadap praktik korupsi. Misalnya, dalam sebuah organisasi, kesalahan individu sering
ditutupi demi menjaga nama baik organisasi. Demikianlah tindak korupsi dalam sebuah
organisasi sering kali ditutup-tutupi. Akibat sikap tertutup ini, tindak korupsi seakan
mendapat pembenaran, bahkan berkembang dalam berbagai bentuk. Sikap masyarakat yang
berpotensi memberi peluang perilaku korupsi antara lain:

 Nilai-nilai dan budaya di masyarakat yang mendukung untuk terjadinya korupsi.


Misalnya masyarakat menghargai seseorang karena kekayaan yang dimilikinya.
Akibatnya masyarakat menjadi tidak kritis terhadap kondisi, seperti dari mana kekayaan
itu berasal.

 Masyarakat menganggap bahwa korban yang mengalami kerugian akibat tindak


korupsi adalah negara. Padahal justru pada akhirnya kerugian terbesar dialami oleh
masyarakat sendiri. Contohnya, akibat korupsi anggaran pembangunan menjadi
berkurang, pembangunan transportasi umum menjadi terbatas.

 Masyarakat kurang menyadari bila dirinya terlibat dalam perilaku korupsi. Setiap
tindakan korupsi pasti melibatkan masyarakat, namun masyarakat justru terbiasa terlibat
dalam tindak korupsi sehari-hari dengan cara-cara terbuka namun tidak disadari.
 Masyarakat kurang menyadari bahwa korupsi dapat dicegah dan diberantas bila
masyarakat ikut aktif dalam agenda pencegahan dan pemberantasan korupsi. Umumnya
masyarakat menganggap bahwa pencegahan dan pemberantasan korupsi adalah
tanggung jawab pemerintah.

2. Aspek Ekonomi
Aspek kedua yang menjadi penyebab korupsi di Indonesia adalah ekonomi. Kondisi ekonomi
sering membuka peluang bagi seseorang untuk korupsi. Pendapatan yang tidak dapat
memenuhi kebutuhan atau saat sedang terdesak masalah ekonomi membuka ruang bagi
seseorang untuk melakukan jalan pintas, dan salah satunya adalah dengan melakukan
korupsi.

3. Aspek Politis
Aspek ketiga yang menjadi penyebab korupsi di Indonesia adalah masalah politis. Politik
uang (money politics) pada Pemilihan Umum adalah contoh tindak korupsi, yaitu seseorang
atau golongan tertentu membeli suatu atau menyuap para pemilih/anggota partai agar dapat
memenangkan pemilu. Perilaku korup seperti penyuapan, politik uang merupakan fenomena
yang sering terjadi.

Terkait hal itu, Terrence Gomes (2000) memberikan gambaran bahwa politik uang sebagai
use of money and material benefits in the pursuit of political influence (menggunakan uang
dan keuntungan material untuk memperoleh pengaruh politik). Penyimpangan pemberian
kredit atau penarikan pajak pada pengusaha, kongsi antara penguasa dan pengusaha, kasus-
kasus pejabat Bank Indonesia dan Menteri Ekonomi, dan pemberian cek melancong yang
sering dibicarakan merupakan sederet kasus yang menggambarkan aspek politik yang dapat
menyebabkan kasus korupsi.

4. Aspek Organisasi
Aspek ke empat yang menjadi penyebab korupsi di Indonesia adalah organisasi. Organisasi
dalam arti yang luas adalah yang dimaksud, termasuk sistem pengorganisasian lingkungan
masyarakat. Organisasi biasanya memberi andil pada praktik terjadinya korupsi karena
membuka peluang atau kesempatan terjadinya korupsi. Aspek-aspek penyebab korupsi dalam
sudut pandang organisasi meliputi:

 Kurang adanya sikap keteladanan pemimpin.

 Tidak adanya kultur budaya organisasi yang benar.

 Kurang memadainya sistem akuntabilitas.

 Kelemahan sistem pengendalian manajemen.

 Pengawasan yang terbagi menjadi dua, yakni pengawasan internal (pengawasan


fungsional dan pengawasan langsung oleh pemimpin) dan pengawasan
eksternal (pengawasan dari legislatif dalam hal ini antara lain KPKP, Bawasda,
masyarakat dll).

DAFTAR PUSTAKA

https://www.merdeka.com/jatim/ketahui-penyebab-korupsi-di-indonesia-dan-tantangan-
dalam-pemberantasannya-kln.html?page=4

https://id.wikipedia.org/wiki/Korupsi._11/09/1012

Evi Hartanti, 2007, Tindak Pidana Korupsi, edisi kedua, sinar grafika, Jakarta, hlm. 9

Surachim dan Suhandi Cahaya, 2011, Strategi dan Tekni Korupsi, cetakan pertama, sinar
grafika, Jakarta, hlm. 11

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001

Anda mungkin juga menyukai