Anda di halaman 1dari 20

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN FAKTOR LAINNYA DENGAN

ASUPAN KALSIUM PADA SISWA-SISWI SMP NEGERI 1


KOTA DEPOK TAHUN 2014

Pradita Sendy Zulhita, Trini Sudiarti

Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia

E-mail: praditasendy@yahoo.co.id

ABSTRAK

Asupan kalsium pada remaja berperan penting untuk memaksimalkan pertumbuhan massa
tulang (peak bone mass). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara faktor
karakteristik individu (jenis kelamin dan pengetahuan gizi), pola makan (frekuensi konsumsi
susu, frekuensi konsumsi sumber kalsium lainnya dan frekuensi konsumsi soft drink),
aktivitas fisik dan sosial ekonomi ( uang saku, pendidikan ayah, pendidikan ibu) dengan
asupan kalsium pada siswa-siswi SMP Negeri 1 Kota Depok. Penelitian ini menggunakan
desain cross sectional dengan jumlah sampel sebanyak 160 siswa-siswi kelas 8 dan data
dianalisis dengan uji chi-square. Hasil penelitian ini menunjukkan sebesar 97,5% siswa
mempunyai asupan kalsium kurang dan rata-rata asupan kalsium siswa adalah 364,83mg±
296,6 atau 30,4% dari AKG 2013. Aktivitas fisik dan pendidikan ayah memiliki hubungan
yang signifikan dengan asupan kalsium. Disarankan untuk pihak sekolah dan Pemerintah
Kota Depok melalui instansi terkait memberikan edukasi mengenai pentingnya asupan
kalsium dan gizi seimbang serta mempromosikan untuk minum susu 2 kali setiap hari.
Kata Kunci: aktivitas fisik; asupan kalsium; remaja; pendidikan ayah

o
The Relation between Physical Activity and Other Factor with Calcium Intake of State
Junior High School 1 of Depok City (SMP Negeri 1 Kota Depok) Students at 2014 Year

ABSTRACT

Calcium intake of adolescent has important roles in maximizing the growth of peak bone
mass. Thus, this research aimed to determine the relation between the characteristics of
individual factors (gender and nutrition knowledge), diet (frequency of milk consumption,
frequency of consumption of other sources of calcium, and frequency of consumption of soft
drinks), physical activity and socio-economic (pocket money, father's education, mother's
education) with calcium intake of students in SMP Negeri 1 Depok (State Junior High School
1 of Depok City). This research used a cross-sectional design with a total sample of 160
students from class 8 and the data were analyzed by chi-square test. The results showed
97.5% of students had less calcium intake and the average calcium intake of students was
364,83mg± 296,6. Physical activity and father's education have significant association with
calcium intake. Thus, it is recommended for the school and Depok City Government through

Hubungan aktivitas…, Pradita Sendy Zulhita, FKM UI, 2014


2

relevant city agencies to provide education about the importance of calcium intake and
balanced nutrition and promoted to drink milk two times in everyday.

Keywords: physical activity; calcium intake; adolescent; father's education

Pendahuluan

Puncak pertumbuhan tinggi badan (peak high velocity) dan berat badan (peak weight velocity)
serta pertumbuhan massa tulang (peak bone mass) terjadi di fase kehidupan remaja (Krummel
& Kris-Etherton, 1996). Untuk mendukung fase ini agar berjalan optimal diperlukan asupan
zat gizi yang cukup, salah satunya adalah kalsium. Kurangnya asupan kalsium pada remaja
akan berdampak pada percepatan tumbuh tulang yang tidak optimal dan dapat menyebabkan
kurangnya massa dan kekerasan tulang (Greer & Krebs, 2006; LIPI, 2004; Kemenkes, 2008).
Kualitas dan kuantitas tulang yang rendah diakibatkan kurang asupan kalsium saat remaja dan
akan meningkatkan risiko osteoporosis saat berusia di atas 50 tahun (Kemenkes, 2008; IOF,
2013; Perosi, 2013).
Osteoporosis merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan berkurangnya massa tulang dan
adanya perubahan mikro-arsitektur jaringan tulang yang berakibat pada menurunnya kekuatan
tulang dan meningkatnya kerapuhan tulang sehingga tulang mudah patah (WHO, 2004 dan
Kemenkes, 2008). Di seluruh dunia 1 dari 3 wanita dan 1 dari 5 pria berisiko menderita
osteoporosis di usia lebih dari 50 tahun (IOF, 2013). Hasil analisa data risiko osteoporosis
pada tahun 2005 yang dilakukan oleh Puslitbang Gizi Depkes RI di 16 wilayah Indonesia
secara selected people menunjukkan 2 dari 5 penduduk Indonesia memiliki risiko terkena
osteoporosis. Hal ini terjadi salah satunya di sebabkan oleh tingkat pengetahuan masyarakat
tentang pencegahan osteoporosis yang masih rendah. Keadaan tersebut ditandai dengan
kurangnya asupan kalsium saat remaja.
Berdasarkan hasil survei pendahuluan, rata-rata asupan kalsium pada siswa-siswi SMP Negeri
1 Kota Depok kurang dari angka kecukupan gizi yang disarankan Kementerian Kesehatan
tahun 2013 yaitu hanya mengasup 423mg dalam sehari yang seharusnya mengasup 1200mg
dalam sehari. Asupan kalsium ini lebih rendah dari penelitian yang yang dilakukan Diastuti
(2013) yaitu sebesar 811mg dalam sehari atau 67,5% dari AKG sehingga perlu dilakukan
penelitian lebih lanjut. Didapat pula hanya 30% siswa-siswi yang terbiasa mengonsumsi susu
dan 65% siswa-siswi makan berat dengan frekuensi 2x dalam sehari. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui gambaran asupan kalsium, karakteristik individu (jenis kelamin dan
pengetahuan gizi), pola makan (frekuensi konsumsi susu, frekuensi konsumsi sumber kalsium

Universitas Indonesia

Hubungan aktivitas…, Pradita Sendy Zulhita, FKM UI, 2014


3

lainnya dan frekuensi konsumsi soft drink), aktivitas fisik dan sosial ekonomi (uang saku,
pendidikan ayah, pendidikan ibu) dan mengetahui hubungan frekuensi karakteristik individu
(jenis kelamin dan pengetahuan gizi), pola makan (frekuensi konsumsi susu, frekuensi
konsumsi sumber kalsium lainnya dan konsumsi soft drink), aktivitas fisik dan sosial ekonomi
(uang saku, pendidikan ayah, pendidikan ibu) terhadap asupan kalsium pada siswa-siswi SMP
Negeri 1 Kota Depok.

Tinjauan Teoritis
Remaja merupakan kelompok umur yang harus mengasup kalsium dalam jumlah tinggi.
Asupan kalsium pada remaja menurut beberapa penelitian disebabkan berbagai faktor yaitu,
karakteristik individu (jenis kelamin dan pengetahuan gizi), pola makan (frekuensi konsumsi
susu, frekuensi konsumsi sumber kalsium lainnya dan frekuensi konsumsi soft drink),
aktivitas fisik dan sosial ekonomi (uang saku, pendidikan ayah, pendidikan ibu)
Jenis Kelamin
Berdasarkan penelitian rata-rata asupan kalsium harian remaja laki-laki lebih tinggi daripada
remaja perempuan. Remaja perempuan di China rata-rata hanya mengasup sebesar 809
mg/hari dibandingkan remaja laki-laki yang asupan rata-ratanya sebesar 839 mg/hari (Jing et
al., 2009). Penelitian sebelumnya pada remaja di Minneapolis juga menyatakan asupan
kalsium pada remaja laki-laki lebih besar yaitu sebesar 663 mg/hari dibandingkan asupan
kalsium remaja perempuan yaitu hanya mengasup 588 mg/hari (Larson et al., 2006).
Penelitian oleh Fikawati et.al (2005) pada remaja di Bandung juga menyatakan hal yang sama
disebabkan oleh perbedaan nafsu makan dan pola makan antara remaja laki-laki dengan
remaja perempuan.
Pengetahuan Gizi
Beberapa penelitian menyebutkan pengetahuan gizi pada remaja mempengaruhi asupan
kalsium hariannya. Penelitian Novianty (2007) dan Diastuti (2013) di Indonesia juga
menyebutkan adanya hubungan yang signifikan antara pengetahuan gizi remaja dan asupan
kalsium. Tetapi beberapa penelitian di Indonesia juga menyebutkan tidak ada hubungan
signifikan antara pengetahuan gizi remaja dan asupan kalsium (Fikawati et . al, 2005;
Rahmawati, 2012). Hal ini mendasari bahwa tingkat pengetahuan remaja yang baik tidak
selalu berbanding lurus dengan sikap dan perilaku remaja dalam memenuhi asupan
kalsiumnya.
Frekuensi Konsumsi Susu dan Sumber Kalsium Lainnya

Universitas Indonesia

Hubungan aktivitas…, Pradita Sendy Zulhita, FKM UI, 2014


4

Remaja yang mengonsumsi susu mempunyai asupan kalsium harian lebih tinggi dibandingkan
yang tidak mengonsumsi susu. Konsumsi susu juga berhubungan dengan aktivitas fisik
remaja. Remaja dengan aktivitas tinggi lebih cenderung untuk mengonsumsi susu lebih
banyak dan akan meningkatkan jumlah asupan kalsium harian mereka (Abreu et al., 2012).
Makanan yang mengandung tinggi kalsium tidak hanya terdapat pada susu. Frekuensi
konsumsi makanan sumber kalsium selain susu seperti keju dan makanan olahan dari susu
berhubungan dengan asupan kalsium pada remaja laki-laki dan remaja perempuan (Larson et
al., 2006).
Frekuensi Konsumsi Soft Drink
Soft drink mengandung fosfor yang cukup tinggi yang dapat mengganggu keseimbangan
kalsium dan fosfor dalam tubuh sehingga dapat meningkatkan ekskresi kalsium dalam urin
(Worthington-Robert & Williams, 2000). Remaja yang mengonsumsi soft drink lebih berisiko
mengurangi jumlah dan frekuensi susu dan kebiasaan sarapan, sehingga asupan kalsium
harian akan berkurang (Matthys et al., 2006). Konsumsi soft drink berhubungan dengan
asupan kalsium pada remaja laki-laki di Mineapollis, tetapi tidak berhubungan dengan asupan
kalsium pada remaja perempuan (Larson et al., 2006).
Aktivitas Fisik
Sejumlah penelitian menyebutkan adanya hubungan antara aktivitas fisik dan asupan kalsium.
Kebutuhan kalsium akan meningkat pada orang yang tingkat aktivitas fisiknya cukup dengan
jenis aktivitas yang dapat meningkatkan densitas tulang (Almatsier, 2009). Remaja di Kota
Bandung yang memiliki aktivitas fisik rendah berdasarkan penelitian Fikawati et al. (2005)
mempunyai hubungan yang signifikan dengan rendahnya asupan kalsium yang dikonsumsi.
Remaja perempuan mempunyai aktivitas fisik yang kurang dibanding laki-laki. Hubungan
signifikan antara aktivitas fisik dan asupan kalsium juga ditemukan pada remaja di Amerika
Serikat. Remaja dengan aktivitas yang tinggi mengonsumsi kalsium lebih tinggi daripada
remaja dengan aktivitas rendah (Gutin et al, 2011).
Uang Saku
Besar kecilnya uang saku yang diberikan orang tua berhubungan dengan tingkat ekonomi
seseorang. Tingkatan kelompok ekonomi ini berhubungan dengan pola konsumsi makan
seseorang. Kecenderungan pemilihan pola makan yang sehat terdapat pada seseorang dengan
tingkat ekonomi yang tinggi. Seseorang dengan tingkat ekonomi yang tinggi juga lebih
mempunyai kebebasan dalam memilih mengonsumsi makanan yang lebih tinggi kalsium
(Gibney, 2004).
Pendidikan Orang Tua

Universitas Indonesia

Hubungan aktivitas…, Pradita Sendy Zulhita, FKM UI, 2014


5

Penelitian pada remaja berusia 15 tahun di Swedia dan remaja di Portugal menunjukkan
tingkat pendidikan orang tua berpengaruh terhadap asupan kalsiumnya. Ayah dan ibu yang
menyelesaikan pendidikan formalnya dijenjang yang tinggi, asupan kalsium anak lebih besar
daripada remaja yang pendidikan ayah dan ibunya rendah (Salamoun et al., 2005; Abreu et
al., 2012). Penelitian tahun 2011 pada remaja perempuan di Amerika menyatakan ada
hubungan antara tingkat pedidikan orang tua dengan asupan kalsium putrinya. Orang tua yang
mempunyai pendidikan tinggi, cenderung akan menyediakan susu dan makanan sumber
kalsium lainnya dirumah dan melarang putri mereka untuk mengonsumsi soft drink (Reicks et
al., 2011). Tetapi penelitian Gracia-Marco et al. (2012) menyatakan tidak ada hubungan yang
signifikan antara asupan kalsium remaja dengan tingkat pendidikan ayah dan ibu.

Metode Penelitian

Sampel yang diambil untuk diteliti pada penelitian ini adalah siswa kelas VIII yaitu VIII F, G,
I dan J di SMP Negeri 1 Kota Depok yang dipilih oleh pihak sekolah dikarenakan
keterbatasan padatnya kegiatan belajar mengajar. Instrumen yang digunakan pada penelitian
ini, yaitu kuesioner, form FFQ dan form recall 24 hours. Kuesioner digunakan untuk
mengetahui variabel independen (jenis kelamin, pengetahuan gizi, aktivitas fisik, uang saku,
pendidikan ayah dan pendidikan ibu) dengan cara responden mengisi sendiri kuesioner yang
diberikan. Kuesioner Physical Activity Questionnaire for Older Children (PAQ-C) yang
dibuat oleh Kowalski et al. (2004) dan kuesioner variabel pengetahuan gizi merupakan hasil
modifikasi kuesioner penelitian Novianty (2007) dan Diastuti (2013). Food Frequency
Questionnaire (FFQ) digunakan untuk mengetahui variabel independen frekuensi konsumsi
susu, frekuensi konsumsi sumber kalsium lainnya dan frekuensi konsumsi soft drink dengan
cara wawancara oleh enumerator. Variabel dependen didapat dengan mewawancarai
responden menggunakan formulir recall 24 hours pada weekday dan weekend. Penelitian ini
menggunakan desain studi cross-sectional dengan menggunakan 160 responden sebagai
sampelnya. Analisis yang digunakan, yakni analisis univariat dan bivariat. Analisis univariat
digunakan untuk mengetahui gambaran distribusi frekuensi dari variabel-variabel yang diteliti
dan analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen
dengan variabel dependen. Uji yang digunakan adalah uji chi-square karena variabel yang
diteliti bersifat kategorik. Uji ini menggunakan batas kemaknaan (α = 0.05%) yang berarti
apabila p-value ≤ 0.05 maka ada hubungan yang signifikan antara variabel independen dengan

Universitas Indonesia

Hubungan aktivitas…, Pradita Sendy Zulhita, FKM UI, 2014


6

variabel dependen dan apabila p-value > 0.05 maka tidak ada hubungan yang signifikan
antara variabel independen dengan variabel dependen.

Hasil Penelitian

Asupan Kalsium
Tabel 1. Rata-Rata Asupan Kalsium pada Siswa SMP Negeri 1 Kota Depok
Tahun 2014
Jumlah (n) Asupan Kalsium Asupan Kalsium Rata-Rata
Terendah (mg) Tertinggi (mg) (mg)
160 17 1896 364,83

Berdasarkan Tabel 1 asupan kalsium terendah sebesar 17mg dalam sehari , asupan kalsium
tertinggi adalah 1896mg dalam sehari dan rata-rata asupan kalsium hariannya sebesar
364,83mg dalam sehari.

Tabel 2. Distribusi Asupan Kalsium pada Siswa SMP Negeri 1 Kota Depok
Tahun 2014
Asupan Kalsium Jumlah (n) Persentase (%)
Kurang 153 95,6
Cukup 7 4,4
Total 160 100

Berdasarkan Tabel 2 terdapat 95,6% responden asupan kalsium yang dikonsumsi kurang dan
4,4% responden asupan kalsium yang dikonsumsi cukup.
Faktor Karakteristik Individu (Jenis Kelamin dan Pengetahuan Gizi)

Tabel 3. Distribusi Karakteristik Individu pada Siswa SMP Negeri 1 Kota Depok
Tahun 2014
Variabel Jumlah (n) Persentase (%)
Jenis Kelamin
Perempuan 100 62,5
Laki-Laki 60 37,5
Pengetahuan Gizi Jumlah (n) Persentase (%)
Kurang 16 10
Baik 144 90

Berdasarkan Tabel 3 terdapat 62,5% responden berjenis kelamin perempuan dan 10%
responden memiliki pengetahuan gizi kurang.
 
 
 

Universitas Indonesia

Hubungan aktivitas…, Pradita Sendy Zulhita, FKM UI, 2014


7

Faktor Pola Makan (Frekuensi Konsumsi Susu, Frekuensi Konsumsi Sumber Kalsium
Lainnya dan Frekuensi Konsumsi Soft Drink)

Tabel 4. Distribusi Pola Makan pada Siswa SMP Negeri 1 Kota Depok Tahun 2014
Variabel Jumlah (n) Persentase (%)
Frekuensi Konsumsi Susu
Rendah 90 56,3
Tinggi 70 43,8
Frekuensi Konsumsi Sumber
Kalsium Lainnya
Rendah 93 58,1
Tinggi 67 41,9
Frekuensi Konsumsi Soft
Drink
Tinggi 17 10,6
Rendah 143 89,4

Berdasarkan Tabel 4 terdapat 56,3% responden mempunyai tingkat frekuensi konsumsi susu
rendah yaitu kurang dari 10, 58,1% responden mempunyai tingkat frekuensi konsumsi sumber
kalsium lainnya rendah yaitu kurang dari 65 dan 10,6% responden mempunyai tingkat
frekuensi konsumsi soft drink tinggi yaitu lebih dari atau sama dengan 10.

Faktor Aktivitas Fisik

Tabel 5. Distribusi Aktivitas Fisik pada Siswa SMP Negeri 1 Kota Depok Tahun 2014
Aktivitas Fisik Jumlah Persentase (%)
Rendah 92 57,5
Tinggi 68 42,5
Total 160 100

Berdasarkan Tabel 5 terdapat 57,5% responden mempunyai aktivitas fisik rendah yaitu
kurang dari median 18 dan 42,9% responden mempunyai aktivitas fisik tinggi yaitu lebih dari
atau sama dengan median 18.
Faktor Sosial Ekonomi (Uang Saku, Pendidikan Ayah dan Pendidikan Ibu)

Berdasarkan Tabel 6 terdapat 70,6% responden mempunyai uang saku rendah yaitu kurang
dari median 15000, 53,1% pendidikan ayah responden rendah dan 63,8% pendidikan ibu
responden rendah.

Universitas Indonesia

Hubungan aktivitas…, Pradita Sendy Zulhita, FKM UI, 2014


8

Tabel 6. Distribusi Uang Saku pada Siswa SMP Negeri 1 Kota Depok Tahun 2014

Variabel Jumlah (n) Persentase (%)


Uang Saku
Rendah 113 70,6
Tinggi 47 29,4
Pendidikan Ayah Jumlah Persentase (%)
Rendah 84 52,5
Tinggi 76 47,5
Pendidikan Ibu Jumlah Persentase (%)
Rendah 102 63,8
Tinggi 58 36,3

Hubungan Jenis Kelamin dengan Asupan Kalsium

Tabel 7. Analisis Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Asupan Kalsium pada Siswa
SMP Negeri 1 Kota Depok Tahun 2014
Jenis Asupan Kalsium Total OR (95% CI) P value
Kelamin Kurang Cukup
N % n % N %
Perempuan 98 98 2 2 100 100 4,455 0.104
Laki-Laki 55 91,7 5 8,3 60 100 0,836-23,728
Total 153 95,6 7 4,4 160 100

Berdasarkan Tabel 7 hasil analisis menunjukkan bahwa pada responden asupan kalsium
kurang dengan jenis kelamin perempuan lebih banyak jumlahnya (98%) dibandingkan
responden dengan jenis kelamin laki-laki (91,7%). Hasil uji statistik menunjukkan p-value
0,104 (p-value < 0,05) artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin
dengan asupan kalsium.
Hubungan Pengetahuan Gizi dengan Asupan Kalsium

Tabel 8. Analisis Hubungan antara Pengetahuan Gizi dengan Asupan Kalsium pada
Siswa SMP Negeri 1 Kota Depok Tahun 2014
Pengetahuan Asupan Kalsium Total OR (95% CI) P value
Gizi Kurang Cukup
N % n % N %
Rendah 15 93,8 1 6,2 16 100 0,652 0,529
Tinggi 138 95,8 6 4,2 144 100 0,073-5,787
Total 153 95,6 7 4,4 160 100

Berdasarkan Tabel 8 hasil analisis menunjukkan bahwa pada responden asupan kalsium
kurang dengan pengetahuan gizi tinggi lebih banyak jumlahnya (95,8%) dibandingkan
responden dengan pengetahuan gizi kurang (93,8%). Hasil uji statistik menunjukkan p-value
0,529 (p-value < 0,05) artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan gizi
dengan asupan kalsium.

Universitas Indonesia

Hubungan aktivitas…, Pradita Sendy Zulhita, FKM UI, 2014


9

Hubungan Frekuensi Konsumsi Susu dengan Asupan Kalsium

Tabel 9 Analisis Hubungan antara Frekuensi Konsumsi Susu dengan Asupan Kalsium
pada Siswa SMP Negeri 1 Kota Depok Tahun 2014

Frekuensi Asupan Kalsium Total OR (95% CI) P value


Konsumsi Kurang Cukup
Susu N % N % N %
Rendah 87 96,7 3 3,3 90 100 1,758 0,700
Tinggi 66 94,3 4 5,7 70 100 0,380-8,123
Total 153 95,6 7 4,4 160 100

Berdasarkan Tabel 9 hasil analisis menunjukkan bahwa pada 153 responden asupan kalsium
kurang dengan frekuensi konsumsi susu rendah lebih banyak jumlahnya (96,7%)
dibandingkan dengan responden dengan frekuensi konsumsi susu tinggi. Hasil uji statistik
menunjukkan p-value 0,700 (p-value < 0,05) artinya tidak ada hubungan yang signifikan
antara frekuensi konsumsi susu dengan asupan kalsium.
Hubungan Frekuensi Konsumsi Sumber Kalsium Lainnya dengan Asupan Kalsium

Tabel 10. Analisis Hubungan antara Frekuensi Konsumsi Sumber Kalsium Lainnya
dengan Asupan Kalsium pada Siswa SMP Negeri 1 Kota Depok Tahun 2014
Frekuensi Asupan Kalsium Total OR (95% CI) P value
Konsumsi Kurang Cukup
Sumber N % n % N %
Kalsium
Lainnya
Rendah 91 97,8 2 2,2 93 100 3,669 0,131
Tinggi 62 92,5 5 7,5 67 100 0,690-19,517
Total 153 95,6 7 4,4 160 100

Berdasarkan Tabel 10 menunjukkan hasil analisis bahwa pada 153 responden asupan kalsium
kurang dengan frekuensi konsumsi sumber kalsium lainnya rendah lebih banyak jumlahnya
(97,8% ) dibandingkan dengan responden dengan frekuensi konsumsi sumber kalsium lainnya
tinggi. Hasil uji statistik menunjukkan p-value 0,131 (p-value < 0,05) artinya tidak ada
hubungan yang signifikan antara frekuensi konsumsi sumber kalsium lainnya dengan asupan
kalsium.
Hubungan Frekuensi Konsumsi Soft Drink dengan Asupan Kalsium

Berdasarkan Tabel 11 menunjukkan hasil analisis bahwa pada 153 responden asupan kalsium
kurang dengan frekuensi konsumsi soft drink rendah lebih banyak jumlahnya (96,5%)
dibandingkan dengan responden dengan frekuensi konsumsi soft drink tinggi. Hasil uji

Universitas Indonesia

Hubungan aktivitas…, Pradita Sendy Zulhita, FKM UI, 2014


10

statistik menunjukkan p-value 0,162 (p-value < 0,05) artinya tidak ada hubungan yang
signifikan antara frekuensi konsumsi soft drink dengan asupan kalsium.

Tabel 11. Analisis Hubungan antara Frekuensi Konsumsi Soft Drink dengan Asupan
Kalsium pada Siswa SMP Negeri 1 Kota Depok Tahun 2014
Frekuensi Asupan Kalsium Total OR (95% CI) P value
Konsumsi Kurang Cukup
Soft Drink N % n % N %
Tinggi 15 88,2 2 11,8 17 100 3,680 0,162
Rendah 138 96,5 5 3,5 143 100 0,656-20,638
Total 153 95,6 7 4,4 160 100

Hubungan Aktivitas Fisik dengan Asupan Kalsium

Tabel 12. Analisis Hubungan antara Aktivitas Fisik dengan Asupan Kalsium pada Siswa
SMP Negeri 1 Kota Depok Tahun 2014
Aktivitas Asupan Kalsium Total OR (95% CI) P value
Fisik Kurang Cukup
n % n % N %
Rendah 91 98,9 1 1,1 92 100 8,806 0,042
Tinggi 62 91,2 6 8,8 68 100 1,035-74,960
Total 153 95,6 7 4,4 160 100

Berdasarkan Tabel 12 menunjukkan hasil analisis bahwa pada 153 responden asupan kalsium
kurang dengan aktivitas fisik rendah lebih banyak jumlahnya (98,9%) dibandingkan dengan
responden dengan aktivitas fisik tinggi. Hasil uji statistik menunjukkan p-value 0,042 (p-
value < 0,05) artinya ada hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik dengan asupan
kalsium.
Hubungan Uang Saku dengan Asupan Kalsium

Tabel 13. Analisis Hubungan antara Uang Saku dengan Asupan Kalsium pada Siswa
SMP Negeri 1 Kota Depok Tahun 2014
Uang Saku Asupan Kalsium Total OR (95% CI) P value
Kurang Cukup
n % n % N %
Rendah 108 95,6 5 4,4 113 100 0.960 1,000
Tinggi 45 95,7 2 4,3 47 100 0,180-5,132
Total 153 95,6 7 4,4 160 100

Berdasarkan Tabel 13 menunjukkan hasil analisis bahwa pada 153 responden asupan kalsium
kurang dengan uang saku tinggi lebih banyak jumlahnya (95,7%) dibandingkan dengan

Universitas Indonesia

Hubungan aktivitas…, Pradita Sendy Zulhita, FKM UI, 2014


11

responden dengan uang saku rendah. Hasil uji statistik menunjukkan p-value 1,000 (p-value <
0,05) artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara uang saku dengan asupan kalsium.

Hubungan Pendidikan Ayah dengan Asupan Kalsium

Tabel 14. Analisis Hubungan antara Pendidikan Ayah dengan Asupan Kalsium pada
Siswa SMP Negeri 1 Kota Depok Tahun 2014
Pendidikan Asupan Kalsium Total OR (95% CI) P value
Ayah Kurang Cukup
N % n % N %
Rendah 84 100 0 0 84 100 1,101 0,005
Tinggi 69 90,8 7 9,2 76 100 1,025-1,183
Total 156 97,5 4 2,5 160 100

Berdasarkan Tabel 14 menunjukkan hasil analisis bahwa pada 153 responden asupan kalsium
kurang dengan pendidikan ayah rendah lebih banyak jumlahnya (100%) dibandingkan dengan
responden dengan pendidikan ayah tinggi. Hasil uji statistik menunjukkan p-value 0,005 (p-
value < 0,05) artinya ada hubungan yang signifikan antara pendidikan ayah dengan asupan
kalsium.
Hubungan Pendidikan Ibu dengan Asupan Kalsium

Tabel 15. Analisis Hubungan antara Pendidikan Ibu dengan Asupan Kalsium pada
Siswa SMP Negeri 1 Kota Depok Tahun 2014
Pendidikan Asupan Kalsium Total OR (95% CI) P value
Ibu Kurang Cukup
N % n % N %
Rendah 99 97,1 3 2,9 102 100 2,444 0,256
Tinggi 54 93,1 4 6,9 58 100 0,528-11,325
Total 156 97,5 4 2,5 160 100

Berdasarkan Tabel 15 menunjukkan hasil analisis bahwa pada 156 responden asupan kalsium
kurang dengan pendidikan ibu tinggi banyak jumlahnya (97,1%) dibandingkan dengan
responden dengan pendidikan ibu rendah. Hasil uji statistik menunjukkan p-value 0,256 (p-
value < 0,05) artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara pendidikan ibu dengan
asupan kalsium.

Universitas Indonesia

Hubungan aktivitas…, Pradita Sendy Zulhita, FKM UI, 2014


12

Pembahasan

Asupan Kalsium
Gambaran asupan kalsium pada siswa SMP Negeri 1 Kota Depok dalam penelitian ini
menunjukkan rata-rata asupan kalsium adalah 364,83mg dalam sehari. Rata-rata asupan
kalsium ini lebih rendah dibandingkan penelitian pendahuluan di tempat yang sama pada
bulan Februari 2014 dan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Fikawati et al. (2005),
Larson et al. (2013), Jing et al. (2009) dan Diastuti (2013). Asupan kalsium dikategorikan
menjadi 2 berdasarkan 80% Angka Kecukupan Gizi (AKG) 2013 yaitu asupan kalsium
kurang (<960mg/hari) dan asupan kalsium cukup (≥960mg). Dalam penelitian ini digunakan
cut off point 80% dari AKG karena AKG 2013 terlalu tinggi untuk digunakan karena
rendahnya asupan kalsium responden. Hasil analisis yang dalam penelitian ini menunjukkan
sebesar 153 responden (95,6%) memiliki asupan kalsium kurang dan 7 responden (4,4%)
memiliki asupan kalsium cukup. Sebagian besar responden memiliki asupan kalsium kurang
disebabkan oleh makanan yang dikonsumsi sehari-hari mengandung sedikit kalsium seperti
mie instan dan kurangnya konsumsi susu yang tinggi kalsium.
Jenis Kelamin
Hasil analisis penelitian ini didapatkan responden yang berjenis kelamin perempuan yaitu
98% memiliki asupan kalsium kurang lebih banyak dibandingkan responden laki-laki yaitu
96,7%. Hasil analisis ini serupa dengan penelitian Larson et al. (2006) dan penelitian Jing et
al. (2009) yang menyebutkan bahwa remaja perempuan mempunyai kecenderungan memiliki
asupan kalsium yang lebih rendah dibandingkan remaja laki-laki. Hal ini disebabkan oleh
pemilihan makan dan porsi makanan yang diasup oleh remaja perempuan yang cenderung
lebih sedikit dibandingkan remaja laki-laki (Brown, 2006; Neumark-Sztainer, 2012). Hampir
sebagian besar remaja perempuan di negara-negara maju memiliki ketidakpuasan terhadap
bentuk tubuhnya dan berat badannya (Mond, et al., 2011). Remaja perempuan yang tidak puas
akan bentuk tubuhnya akan terlibat dalam diet yang tidak sehat sehingga kebutuhan gizinya
tidak terpenuhi (Liechty, 2010). Berdasarkan hasil analisis hubungan jenis kelamin dengan
asupan kalsium dalam penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan
(p-value 0,631) antara jenis kelamin dan asupan kalsium. Hasil analisis ini sejalan dengan
Boot et al. (1997) tetapi tidak sejalan dengan penelitian Fikawati et.al (2005) pada remaja di
Kota Bandung.

Universitas Indonesia

Hubungan aktivitas…, Pradita Sendy Zulhita, FKM UI, 2014


13

Pengetahuan Gizi
Berdasarkan hasil analisis antara pengetahuan gizi dengan asupan kalsium di peroleh p- value
0,347 yang artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan gizi dengan
asupan kalsium. Hasil analisis ini sejalan dengan penelitian Fikawati et al. (2005), Veu &
Reicks (2007) dan Rahmawati (2012) yang menyebutkan bahwa tidak ada hubungan yang
signifikan antara pengetahuan gizi dengan asupan kalsium. Tetapi penelitian ini tidak sejalan
dengan penelitian Novianty (2007) dan Diastuti (2013) yang menyebutkan ada hubungan
yang signifikan antara pengetahuan gizi dengan asupan kalsium. Pengetahuan gizi merupakan
langkah awal seseorang untuk peduli terhadap apa yang dikonsumsinya, tetapi informasi
yang mereka peroleh tentang gizi juga tidak menjamin terhadap kebiasaan makan seseorang
(Syafiq & Fikawati., 2004). Seseorang yang mempunyai pengetahuan gizi baik tetapi
mempunyai perilaku pemilihan makanan yang buruk juga di pengaruhi oleh berbagai faktor.
Faktor teman sebaya adalah salah satu faktor yang mempengaruhi pemilihan makanan remaja
(Susiyanti et al., 1996).
Frekuensi Konsumsi Susu
Berdasarkan hasil penelitian, hanya 27,4% responden yang mengonsumsi susu setiap hari
dalam 1 bulan. Selanjutnya hasil analisis pada penelitian ini menyebutkan bahwa p-value nya
adalah 0,632 yang artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara frekuensi konsumsi susu
dengan asupan kalsium. Hasil ini sejalan dengan penelitian Salamoun et al. (2005). Penelitian
Abreu et al. (2014) menyebutkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara frekuensi
konsumsi susu dengan asupan kalsium. Jenis susu yang terbanyak dikonsumsi oleh responden
saat di lakukan wawancara recall 24 hours adalah susu kental manis yang mengandung
sedikit kalsium sehingga walaupun responden mengonsumsi susu setiap hari tetapi kebutuhan
kalsium hariannya tidak tercukupi dari susu kental manis yang dikonsumsinya.
Frekuensi Konsumsi Sumber Kalsium Lainnya
Berdasarkan penelitian ini, responden yang mempunyai frekuensi rendah lebih banyak yaitu
58,1% dibandingkan responden yang mempunyai frekuensi tinggi. Hasil analisis frekuensi
konsumsi sumber kalsium lainnya dengan asupan kalsium menyebutkan tidak ada hubungan
yang signifikan ditunjukkan dengan nilai p-value 1,000. Hasil ini sejalan dengan penelitian
Salamoun et al. (2005). Berbeda dengan penelitian Larson et al. (2006) dan Veu & Reicks
(2007) yang menunjukkan ada hubungan signifikan antara frekuensi konsumsi sumber
kalsium lainnya dengan asupan kalsium.
Frekuensi Konsumsi Soft Drink

Universitas Indonesia

Hubungan aktivitas…, Pradita Sendy Zulhita, FKM UI, 2014


14

Sebanyak 10,6% responden mengonsumsi soft drink dengan kategori tinggi dan 89,4%
mengonsumsi soft drink dengan jumlah yang rendah. Hasil analisis frekuensi konsumsi soft
drink dengan asupan kalsium menyebutkan p-value 0,365 yaitu tidak ada hubungan yang
bermakna antara frekuensi konsumsi soft drink dengan asupan kalsium. Hasil ini sejalan
dengan penelitian Novianty (2007) dan Veu & Reicks (2007) dan berbeda dengan penelitian
Salamoun et al. (2005). Penelitian oleh Larson et al. (2006) juga menunjukkan ada hubungan
yang bermakna antara konsumsi soft drink dengan asupan kalsium pada remaja laki-laki,
tetapi tidak ada hubungan yang signifikan pada remaja perempuan. Remaja yang
mengonsumsi soft drink lebih berisiko mengurangi jumlah dan frekuensi susu dan kebiasaan
sarapan sehingga asupan kalsium harian akan berkurang (Mattys et al., 2006).
Aktivitas Fisik
Responden yang memiliki aktivitas fisik rendah lebih banyak daripada responden yang
memiliki aktivitas fisik tinggi yaitu sebesar 98,9%. Hasil analisis antara aktivitas fisik dengan
asupan kalsium menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik dengan
asupan kalsium yang ditunjukkan dengan p-value 0,042. Hasil ini sejalan dengan penelitian
Boot et al. (1997), Salamoun et al. (2005), Harvey et al. (2012) yang menyebutkan ada
hubungan yang bermakna antara aktivitas fisik dengan asupan kalsium pada remaja. Remaja
yang beraktivitas tinggi juga mempunyai nafsu makan dan porsi makan lebih besar
dibandingkan dengan remaja yang mempunyai aktivitas fisik rendah terutama pada remaja
laki-laki (Madan et al., 2014 ; Cuenca-Garc_ıa et al., 2014). Aktivitas fisik yang dilakukan
membuat remaja cenderung mudah lapar dan ingin makan terutama pada remaja laki-laki
sehingga berpeluang untuk meningkatkan asupan kalsium hariannya dari makanan yang
dikonsumsi.
Uang Saku
Hasil analisis penelitian ini sejalan dengan Novianty (2007) dan Diastuti (2013). Penelitian
Salamoun (2005) menyebutkan hasil yang berbeda dikarenakan perbedaan karakteristik
responden dan metode pengukuran data asupan kalsium yang menggunakan food record 7
hari. Penelitian juga di lakukan dengan sekolah swasta dan sekolah negeri tidak hanya di satu
sekolah, sehingga uang saku responden lebih bervariasi. Kecenderungan pemilihan makanan
yang sehat lebih didominasi dengan tingkat ekonomi yang tinggi. Seseorang dengan tingkat
ekonomi tinggi akan mempunyai kebebasan untuk memilih makanan dan lebih banyak
mengonsumsi makanan serta menjangkau susu tinggi kalsium sehingga asupan kalsium harian
akan tercukupi ( Gibney, 2004).
Pendidikan Ayah

Universitas Indonesia

Hubungan aktivitas…, Pradita Sendy Zulhita, FKM UI, 2014


15

Berdasarkan hasil analisis pendidikan ayah dengan asupan kalsium didapat p-value 0,046
yang artinya ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan ayah dengan asupan kalsium.
Hasil analisis penelitian ini sejalan dengan Salamoun et al. (2005).dan Veu & Reicks (2007)
dan berbeda dengan penelitian yang dilakukan Gracia-Marco et al. (2012). Penelitian pada
remaja di Swedia dan remaja di Portugal menyebutkan tingkat pendidikan berpengaruh
dengan asupan kalsium remaja, orang tua dengan pendidikan yang tinggi mempunyai anak
dengan asupan kalsium lebih tinggi di bandingkan dengan yang berpendidikan rendah
(Salamoun et al., 2005; Abreu et al., 2012). Pendidikan formal juga berdampak terhadap
pekerjaan dan pendapatan. Dengan pendidikan yang tinggi, pekerjaan dan pendapatan yang di
peroleh lebih baik dibandingkan dengan pendidikan renda sehingga dapat menyediakan susu
dan makanan tinggi kalsium lainnya di rumah dan melarang anaknya untuk mengonsumsi soft
drink (Veu & Reicks 2007; Reicks et al., 2011).
Pendidikan Ibu
Hasil analisis antara pendidikan ibu dengan asupan kalsium menunjukkan tidak ada hubungan
yang signifikan antara pendidikan ibu dengan asupan kalsium yaitu p-value 1,000. Hasil ini
sejalan dengan penelitian Gracia-Marco et al. (2012) dan berbeda dengan penelitian Salamoun
et al. (2005) Pendidikan ibu mempunyai peran yang penting dalam menentukan pola asuh dan
jenis makanan yang disajikan di keluarganya (Apriadji, 1986). Sebagian besar makanan yang
disajikan di rumah direncanakan dan dimasak oleh ibu. Ibu yang mempunyai pendidikan
tinggi mempunyai kecenderungan untuk menyediakan makanan yang lebih sehat dan bergizi
seimbang dibandingkan ibu yang mempunyai pendidikan rendah dikarenakan ibu
berpendidikan tinggi lebih banyak mempunyai akses informasi terkait gizi dan kesehatan
(Larson et al., 2006).

Kesimpulan

Sebanyak 95,6% siswa di SMP Negeri 1 Kota Depok mempunyai asupan kalsium kurang dari
80% Angka Kecukupan Gizi (AKG) 2013 . Distribusi variabel independen adalah siswa yang
berjenis kelamin perempuan sebesar 62,5%, 10% siswa berpengetahuan gizi kurang, siswa
yang mempunyai frekuensi konsumsi susu rendah yaitu 56,3%, siswa yang mempunyai
frekuensi konsumsi sumber kalsium lainnya rendah yaitu 58,1%, siswa yang mempunyai
frekuensi konsumsi soft drink tinggi yaitu 11,6%, aktivitas fisik pada siswa rendah yaitu
57,5%, siswa yang mempunyai uang saku rendah yaitu 70,6%, pendidikan ayah responden

Universitas Indonesia

Hubungan aktivitas…, Pradita Sendy Zulhita, FKM UI, 2014


16

rendah yaitu 52,5% dan pendidikan ibu responden rendah yaitu 63,8%. Terdapat hubungan
yang signifikan antara asupan kalsium dengan aktivitas fisik dan pendidikan ayah dengan p-
value 0,042 dan 0,005 dan tidak ada hubungan yang signifikan antara asupan kalsium dengan
jenis kelamin, pengetahuan gizi, frekuensi konsumsi susu, frekuensi konsumsi sumber
kalsium lainnya, frekuensi konsumsi soft drink, uang saku dan pendidikan ibu.

Saran

• Melalui sekolah orang tua siswa diharapkan untuk lebih peduli terhadap asupan gizi
anaknya dengan lebih banyak mencari tahu informasi terkait gizi dan kesehatan,
menyediakan makan-makanan yang bergizi seimbang dan susu dirumah dan
mengurangi penyajian mie instan serta mengajak dan menemani anak untuk
beraktivitas diluar ruangan.
• Pihak sekolah melakukan sosialisasi dan pendidikan gizi kepada siswa-siswinya atau
melalui orang tua agar makanan yang dikonsumsi siswa lebih bervariasi dan sehat agar
kebutuhan kalsium harian terpenuhi serta memaksimalkan jam pelajaran olahraga
untuk mengajak siswa-siswi beraktivitas fisik.
• Pihak sekolah menyarankan penjual di kantin untuk menjual makanan dan minuman
yang sehat khususnya tinggi kalsium seperti susu bubuk, bayam, ikan teri, sarden,
keju, yogurt, es krim dan mengurangi penjualan mie instan, gorengan dan soft drink.
• Pemerintah Kota Depok melalui instansi terkait seperti dinas pendidikan dan dinas
kesehatan melakukan sosialisasi gizi seimbang dan anjuran minum susu kepada
remaja kepada remaja di Kota Depok untuk mencapai salah satu misi yaitu
peningkatan kualitas kesehatan masyarakat.
• Bagi penelitian selanjutnya diharapkan mengadakan penelitian di lebih dari 1 sekolah
sehingga hasil variabel dapat bervariasi. Untuk variabel frekuensi konsumsi susu
sebaiknya susu di pisah berdasarkan jenis dan kandungan kalsium seperti susu kental
manis, susu cair dan susu bubuk yang berbeda-beda kadar kalsium persaji. Intoleransi
laktosa sebaiknya ditambahkan sebagai variabel untuk mengetahui adakah yang
mempunyai alergi terhadap susu sehingga asupan kalsiumnya menjadi kurang.

Universitas Indonesia

Hubungan aktivitas…, Pradita Sendy Zulhita, FKM UI, 2014


17

Daftar Referensi

Abreu, S., Santos, R., Moreira, C., et al. (2012). Relationship of milk intake and physical
activity to abdominal obesity among adolescents. Pediatric Obesity, 9(1), 71-80.
February 18, 2014. http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/j.2047-
6310.2012.00130.x/full

Almatsier, S. (2009). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Apriadji, W.H. (1986). Gizi Keluarga. Jakarta: PT Penebar Swadaya

Boot, A. M., de Ridder, M. A., Pols, H. A., Krenning, E. P., & de Muinck Keizer-Schrama,
S. M. (1997). Bone Mineral Density in Children and Adolescents: Relation to Puberty,
Calcium Intake, and Physical Activity 1. The Journal of Clinical Endocrinology &
Metabolism, 82(1), 57-62. June 04, 2014.
http://press.endocrine.org/doi/abs/10.1210/jcem.82.1.3665

Brown, J. D., L'Engle, K. L., Pardun, C. J., Guo, G., Kenneavy, K., & Jackson, C. (2006).
Sexy media matter: exposure to sexual content in music, movies, television, and
magazines predicts black and white adolescents' sexual
behavior. Pediatrics, 117(4),1018-1027. May 30, 2014
http://pediatrics.aappublications.org/content/117/4/1018.short

Cuenca-García, M., Ortega, F. B., Ruiz, J. R., Labayen, I., Moreno, L. A., Patterson, E., ... &
Sjöström, M. (2014). More physically active and leaner adolescents have higher
energy intake. The Journal of pediatrics, 164(1), 159-166. June 05, 2014.
http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0022347613010627

Diastuti, E.M. (2013). Faktor-faktor yang berhubungan dengan asupan kalsium pada siswa
SMPN 28 Jakarta pada tahun 2012. Skripsi: Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia.

Fikawati, S., Syafiq, A., & Puspasari, P. (2005). Faktor-faktor yang berhubungan dengan
asupan kalsium pada remaja di Kota Bandung. Universa Medicina, 24 (1). February
15, 2014. http://www.univmed.org/wp-content/uploads/2011/02/fIKA.pdf

Gibney, M.J., Margetts, B.M., Kearney, J.M., et al. (2005). Gizi Kesehatan Masyarakat.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Gracia-Marco, L., Ortega, F.B., Casajus, J.A., et al. (2012). Sosioeconomic status and bone
mass in Spanish Adolescents The HELENA study. Journal of Adolescent Health,
(50), 484-490. February 21, 2014.
www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1054139X11003077

Greer, F. R., & Krebs, N. F. (2006). Optimizing bone health and calcium intakes of infants,
children, and adolescents. Pediatrics, 117(2), 578-585. February 20, 2014.
http://pediatrics.aappublications.org/content/117/2/578.short

Gutrie, H.A., & Picciano, M.F. (1995). Human Nutrition. Saint Lowis: Mosby Year Book
Inc.

Universitas Indonesia

Hubungan aktivitas…, Pradita Sendy Zulhita, FKM UI, 2014


18

Gutin, B., Stallmann-Jongensen, I.S., Johnson, M.H., et al. (2011). Relations of diet and
physical activity to bone mass and height in black and white adolescents. Pediatric
Reports, 3(11), 31-36. February 19, 2014.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3133492/

Harel, Z., Riggs, S., Vaz, R., et al. (1998). Adolescents and calcium: what they do and do
not know and how much they consume. Journal of Adolescents Health, 22, 225-228.
February 28, 2014.
http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1054139X97001742

Harvey, N. C., Cole, Z. A., Crozier, S. R., Kim, M., Ntani, G., Goodfellow, L., ... & Cooper,
C. (2012). Physical activity, calcium intake and childhood bone mineral: a population-
based cross-sectional study. Osteoporosis International,23(1), 121-130. June 04, 2014.
http://link.springer.com/article/10.1007/s00198-011-1641-y#page-1

International Osteoporosis Foundation. (2013). Epidemiology. February 15, 2014, from


www.iofbonehealth.org/epidemiology

International Osteoporosis Foundation. (2013).What is Osteoporosis. February 15, 2014,


from www.iofbonehealth.org/what-is-osteoporosis

Jing Yin, Qian Zhang, Ailing Liu, et al. (2009). Factors affecting calcium balance in Chinese
adolescents. Bone, (46), 162-166. February 20, 2014.
www.sciencedirect.com/science/article/pii/S8756328209019310

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2008). Keputusan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia nomor 1142/MENKES/SK/XII/2008 tentang Pedoman
Pengendalian Osteoporosis. February 15, 2014.
http://www.depkes.go.id/downloads/Kepmenkes/fil- osteoporosis.pdf

----------------------------------. (2013). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


nomor 75 tahun 2013 tentang Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan Bagi Bangsa
Indonesia. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Kowalski, K.C., Crocker, P.R.E., Donen, R.M. (2004). The physical activity quesionnaire
for older children (paq-c) and adolescents (paq-a) manual. College of Kinesiology,
University of Saskatchewan, 87. March 12, 2014. http://www.dapa-
toolkit.mrc.ac.uk/documents/en/PAQ/PAQ_manual.pdf

Krummel, D.A., & Kris-Etherton, P.M. (1996). Nutrition in Women Health. Maryland:
Aspen Publishers Inc.

Larson, N.I., Story, M., Wall, M., et al. (2006). Calcium and dairy intakes of adolescents are
associated with their home enviroment, taste preferences, personal health beliefs, and
meal patterns. Journal of American Dietetic Association, (106), 1816-1824. February
16, 2014. http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0002822306018426

Liechty, J. M. (2010). Body image distortion and three types of weight loss behaviors
among nonoverweight girls in the United States. Journal of Adolescent Health, 47(2),
176-182. June 03, 2014.
http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1054139X10000236

Universitas Indonesia

Hubungan aktivitas…, Pradita Sendy Zulhita, FKM UI, 2014


19

LIPI. (2004). Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII: Ketahanan Pangan dan Gizi di
Era Otonomi Daerah dan Globalisasi (pp. 377-378). Jakarta: LIPI.

Madan, J., Gosavi, N., Vora, P., & Kalra, P. (2014). Body fat percentage and its correlation
with dietary pattern, physical activity and life-style factors in school going children of
Mumbai, India. Journal of Obesity and Metabolic Research,1(1), 14. June 06, 2014.
http://www.jomrjournal.org/article.asp?issn=2347-
9906;year=2014;volume=1;issue=1;spage=14;epage=19;aulast=Madan

Matthys, C., Henauw, S.D., Bellemans, M., et al. (2006). Breakfast habits affect overall
nutrient profiles in adolescents. Public Health Nutrition, 10(4), 413-421. February 17,
2014.
http://journals.cambridge.org/action/displayAbstract?fromPage=online&aid=937736

Mond, J., Van den Berg, P., Boutelle, K., Hannan, P., & Neumark-Sztainer, D. (2011).
Obesity, body dissatisfaction, and emotional well-being in early and late adolescence:
findings from the project EAT study. Journal of Adolescent Health, 48(4), 373-378.
June 02, 2014. http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1054139X10003721

Neumark-Sztainer, D., Wall, M., Story, M., & Standish, A. R. (2012). Dieting and unhealthy
weight control behaviors during adolescence: associations with 10-year changes in
body mass index. Journal of Adolescent Health, 50(1), 80-86.June 03, 2014.
http://www.jahonline.org/article/S1054-139X(11)00176-5/abstract

Novianty, E.N. (2007). Konsumsi susu dan faktor-faktor lainnya yang berhubungan dengan
kecukupan asupan kalsium pada anak sekolah di SD Islam Terpadu Nurul Fikri Kota
Depok tahun 2007.Skripsi: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

Perosi. (2013). Sekilas Pandang Osteoporosis. February 15, 2014, from


www.keropos.com/sekilas-pandang-osteoporosis/

Rahmawati, R.F. (2012). Pengetahuan gizi, sikap, perilaku makan dan asupan kalsium pada
siswi SMA. Hasil Penelitian: Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. February
25, 2014. http://eprints.undip.ac.id/35952/

Reicks, M., Ballejos, M.E., Goodell, L.S., et al. (2011). Individual and family correlates of
calcium rich food intake among parents of early adolescent children. Journal of the
American Dietetic Association, 111(3), 376-384. February 28, 2014.
http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0002822310019796

Salamoun, MM., Kizirian, AS., Tannous, RI., et al. (2005). Low calcium and vitamin D
intake in healthy children and adolescents and their correlates. European Journal of
Clinical Nutrition, (59), 177-184. March 02, 2014.
www.nature.com/ejcn/journal/v59/n2/abs/1602056a.html

Susiyanti, A. E., Chambers IV, E., Pearson, M., & Lewis, N. M. (1996). Calcium intake,
attitudes toward calcium-containing foods, and number of risk factors for osteoporosis
in two groups of 18-to 35-year-old women. Nutrition Research, 16(8), 1313-1329.
June 03, 2014. http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/0271531796001406

Vue, H., & Reicks, M. (2007). Individual and environmental influences on intake of
calcium-rich food and beverages by young Hmong adolescent girls. Journal of

Universitas Indonesia

Hubungan aktivitas…, Pradita Sendy Zulhita, FKM UI, 2014


20

nutrition education and behavior, 39(5), 264-272. June 03, 2014.


http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1499404607002898

WHO. (2009). Calcium and magnesium in drinking-water: public health significance.


March 01, 2014. http://whqlibdoc.who.int/publications/2009/9789241563550_eng.pdf

WHO. (2004). WHO scientific group on the assessment of osteoporosis at primary health
care level. February 15, 2014. www.who.int/chp/topics/Osteoporosis.pdf

Universitas Indonesia

Hubungan aktivitas…, Pradita Sendy Zulhita, FKM UI, 2014

Anda mungkin juga menyukai