Anda di halaman 1dari 18

BAB VI

PEMBAHASAN

A. Analisis Univariat

1. Evaluasi Capaian Program 1000 Hari Pertama Kehidupan Ditinjau

pada Ibu Hamil

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.2 diketahui dari 50

orang responden, terdapat sebanyak 25 orang (50%) responden sudah

melaksanakan program 1000 hari pertama kehidupan indikator ibu hamil

dan sebanyak 25 orang (50%) responden yang belum melaksanakan.

Kehamilan adalah proses pembuahan dalam rangka memperoleh

keturunan sehingga menghasilkan janin yang tumbuh di dalam rahim

seorang wanita. Kehamilan merupakan masa yang penting dalam

kehidupan. Dimasa kehamilan ibu harus mempersiapkan diri sebaik-

baiknya untuk menyambut kelahiran bayinya. Ibu yang sehat akan

melahirkan bayi yang sehat pula. Salah satu faktor yang mempengaruhi

terhadap kesehatan ibu adalah keadaan gizi ibu (Depkes RI, 2008).

Minggu-minggu pertama kehamilan adalah masa ketika organ tubuh

yang penting terbentuk. Kekurangan gizi pada minggu-minggu ini dapat

menimbulkan kelainan pada bayi atau bahkan kelahiran premature. Oleh

karena itu, gizi seimbang penting untuk pertumbuhan janin. Susunlah

menu makanan secara seimbang dan bervariasi selama kehamilan.

Pastikan mengkonsumsi makanan segar untuk memaksimalkan asupan

vitamin. Ketika seorang wanita dinyatakan hamil, perubuhan fisiologis


tubuh turut berubah, sehingga kebutuhan gizi juga akan berubah

(Waryana, 2010).

Penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh

Bustan, Andi (2017) tentang Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Ibu

Hamil Primigravida Tentang Program 1000 Hari Pertama Kehidupan

Bayi Di Rumah Sakit Ibu Dan Anak Siti Fatimah Makassar yaitu dari 44

responden, sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang cukup

tentang 1000 hari pertama kehidupan bayi yaitu sebanyak 22 responden

(50%), sedangkan responden yang memiliki pengetahuan yang baik

tentang 1000 hari pertama kehidupan bayi yaitu sebanyak 19 responden

(43,2%) dan responden yang memiliki pengetahuan yang kurang tentang

1000 hari pertama kehidupan bayiyaitu sebanyak 3 responden (6,8%).

Penelitian ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh

Branca, Mercedes (2016) tentang Childhood stunting: a global

perspective. Penelitian ini menyatakan bahwa Pengerdilan masa kanak-

kanak adalah indikator keseluruhan terbaik kesejahteraan anak-anak dan

refleksi akurat dari ketidaksetaraan sosial. Pengerdilan adalah bentuk

yang paling umum gizi buruk anak, mempengaruhi jutaan anak secara

global. Meskipun prevalensi dan konsensus yang tinggi mengenai

bagaimana mendefinisikan dan mengukurnya, kerdil sering kali tidak

dikenali dalam komunitas di mana perawakan pendek adalah norma.

Goyah pertumbuhan sering dimulai dalam rahim dan berlanjut

setidaknya selama 2 tahun pertama kehidupan paska kelahiran. Yang

parah Kerusakan fisik dan neurokognitif ireversibel yang menyertai


pertumbuhan terhambat adalah penghalang utama bagi manusia

pengembangan. Meningkatkan kesadaran akan besarnya stunting dan

konsekuensi yang menghancurkan telah menghasilkan diidentifikasi

sebagai prioritas kesehatan global utama dan fokus perhatian

internasional di tingkat tertinggi dengan target pengurangan global

ditetapkan untuk tahun 2025 dan seterusnya. Tantangan ke depan adalah

mencegah kegagalan pertumbuhan linier sambil menjaga anak kelebihan

berat badan dan obesitas di teluk.

Penelitian ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh

Tri Sunarsih (2020) tentang Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil Tentang

Program 1000 Hari Pertama Kehidupan Dengan Stimulasi Anak Dalam

Kandungan. Peneliti menyatakan bahwa Pengetahuan ibu hamil tentang

1000 HPK di Puskesmas Mlati II Sleman Yogyakarta dalam kategori

baik. Pemahaman ibu hamil tentang program 1000 hari pertama

kehidupan meliputi pengertian, kegiatan intervensi spesifik, kegiatan

intervensi sensitif dan nutrisi. Stimulasi anak dalam kandungan Di

Puskesmas Mlati II Sleman Yogyakarta dalam kategori baik. Stimulasi

yang diberikan dengan sering melakukan dzikir, membaca Al-Qur’an,

dengan memberikan sentuhan pada janin, memperdengarkan musik.

Semakin banyak aspek pengetahuan yang diketahui, maka akan

menimbulkan sikap yang semakin positif terhadap suatu objek menurut

WHO (World Health Organization) dalam Wawan (2010). Selain itu,

pendekatan multisektoral kepada perempuan juga dibutuhkan untuk


memberikan saran tentang perkembangan dan bagaimana stimulan anak

agar anak didalam kandungan dapat berkembang lebih baik.

Menurut asumsi peneliti berdasarkan hasil penelitian yang telah

dilasanakan dapat disimpulkan bahwa implementasi dari program 1000

hari pertama kehidupan di puskesmas Agam ini sudah berjalan dan

terlaksana dengan cukup baik hal ini dapat terlihat dari hasil penelitian

bahwa separuh responden memiliki pengetahuan yang cukup baik

tentang kehamilan yang berhubungan dengan program 1000 hari

pertama kehidupan. Hasil penelitian ini dapat disebabkan karena faktor

dari tenaga kesehatan tempat ibu melakukan kunjungan untuk ANC dan

juga puskesmas wilayah tempat ibu tinggal sangat mendukung program

dari 1000 hari pertama kehidupan pada indikator kehamilan. Dilihat

dari kuesioner yang telah di isi oleh responden terlihat bahwa tenaga

kesehatan yang berada di wilayah kerja Puskesmas Agam ini sangat

serius dalam melaksanakan program 1000 hari pertama kehidupan dan

hal ini juga dikarenakan masyarakat atau responden yang sedang hamil

juga menerima dan dapat melaksanakan arahan yang diberikan oleh

tenaga kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Agam. Dengan kerja

sama yang baik antara tenaga kesehatan dan juga ibu hamil sehingga

bisa terlaksanakan program 1000 hari pertama kehidupan di wilayah

puskesmas Agam.

Beberapa indikator yang memiliki skor terendah pada penelitian

ini ditemukan pada indikator kunjungan ANC yang dilakukan ibu hamil

dan juga penganjuran penggunaan kelambu oleh tenaga kesehatan.


Kurangnya kunjungan ANC yang dilakukan oleh responden ini dapat

disebabkan karena kurangnya informasi yang didapatkan oleh

responden tentang pentingnya melakukan ANC. Terutama pada

trimester pertama. Pada trimester pertama ini responden sering

melewatkan untuk melakukan INC dikarenakan sebagian responden

beranggapan bahwa hal tersebut kurang penting. Dan juga ada beberapa

responden yang tidak mengetahui kehamilannya dikarenakan pada saat

itu responden sedang menggunakan kontrasepsi sehingga pemerikasaan

kehamilan pada trimester pertama terlewatkan. Beberapa dari responden

juga ada yang beranggapan bahwa pada trimester pertama ini tidak

perlu malakukan pemeriksaan dikarenakan mereka sudah terbiasa

mengalami kehamilan dan tidak pernah terjadi masalah apapun

sehingga beberapa responden hanya melakukan pemeriksaan hanya

ketika sudah dekat dengan hari persalinan.

Untuk rendahnya pencapaian pada indikator penggunaan kelambu

hal ini disebabkan karena kondisi wilayah penelitian yang tergolong ke

daerah tropis sehingga jarang ditemukan kasus malaria dan DBD. Jadi

tenaga kesehatan tidak terlalu menganjurkan ibu untuk menggunakan

kelambu tetapi juga tidak melarang penggunaan kelambu kepada

respoden.

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat terlihat bahwa

pengimplementasian program 1000 HPK berjalan cukup baik.

Meskipun demikian masih ditemukan beberapa indikator yang harus


ditingkatkan pengimplementasiannya dengan turut melibatkan tenaga

kesehatan, ibu dan keluarga serta masyarakat sekitar.

2. Evaluasi Capaian Program 1000 Hari Pertama Kehidupan Ditinjau

pada Ibu Bersalin

Berdasarkan hasil penelitian tabel 5.3 diketahui dari 50 orang

responden, terdapat lebih dari sebagian yaitu sebanyak 46 orang (92%)

responden sudah melaksanakan program 1000 hari pertama kehidupan

indikator ibu bersalin dan ditemukan sebanyak 4 responden (8%) belum

tercapai dalam melaksanakan program 1000 hari pertama kehidupan.

Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin

yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan

dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam,

tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Prawirohardjo,

2010).

Persalinan merupakan proses membuka dan menipisnya serviks

dan janin turun kedalam jalan lahir kemudian berakhir dengan

pengeluaran bayi yang cukup bulan atau hampir cukup bulan atau dapat

hidup di luar kandungan di susul dengan pengeluaran plasenta dan

selaput janin dari tubuh ibu melalui jalan lahir, dengan bantuan atau

tanpa bantuan (kekuatan sendiri) (Marmi, 2012).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Mariyana (2017) tentang

Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Dengan Rencana Memilih Tenaga

Penolong Persalinan Di Wilayah Kerja Puskesmas Pelambuan


Banjarmasin yaitu Pengetahuan ibu hamil dengan rencana memilih

tenaga penolongn persalinan Banjarmasin tahun 2016, yang terbanyak

adalah cukup yaitu 28 responden ( 50 %) Rencana memilih tenaga

penolong persalinan di wilayah kerja puskesmas pelambuan

Banjarmasin tahun 2016 yang terbanyak adalah Nakes yaitu 39

responden (69.6 %).

Penelitian ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh

Aguayo, Viktor (2016) tentang Stop stunting: improving child feeding,

women’s nutrition and household sanitation in South Asia. Penelitian ini

menyatakan bahwa Anak-anak yang bergizi baik lebih sehat dan lebih

pintar daripada rekan-rekan mereka yang kekurangan gizi, mereka

tumbuh dan berkembang sesuai potensi mereka dan mereka berprestasi

lebih baik di sekolah dan sebagai orang dewasa. Meskipun signifikan fi

tidak dapat berkembang selama dua dekade terakhir, diperkirakan 38%

anak di bawah usia five di Asia Selatan terhambat karena kekurangan

nutrisi yang persisten. Selain menjadi keharusan moral, investasi untuk

mencegah stunting di Asia Selatan adalah keharusan pembangunan. Ini

adalah harapan kami bahwa kekayaan penelitian dan bukti program

termasuk dalam edisi khusus ini Nutrisi Ibu dan Anak akan

menginformasikan dorongan pasca-2015 untuk menghentikan stunting

di Asia Selatan.

Menurut asumsi peneliti sudah tercapainya pengimplementasia

program 1000 HPK ini pada masa persalinan dikarenakan berdasarkan

hasil penelitian terlihat bahwa seluruh responden telah melakukan


persalinan dengan tenaga kesehatan dan juga melakukan persalinan di

fasilitas layanan kesehatan. Diketahui dari responden bahwa sudah

sangat jarang masyarakat yang melakukan perslinan selain dengan

tenaga kesehatan atau dukun dan juga melakukan persalinan di rumah.

Dari penelitian juga diketahui bahwa ndikator yang memiliki

pencapaian paling rendah terdapat pada indikator kunjungan nifas ibu.

Kunjungan nifas yang dilakukan pada ibu seharusnya dilaksanakan

minimal 4 kali setelah persalinan. Pada penelitian ini diketahui banyak

ibu yang tidak melakukan kunjungan nifas lengkap. Hal ini dikarenakan

ibu dan keluarga tidak mengetahui pentingnya perawatan dan

pemeriksaan yang dilakukan pada masa nifas. Kebanyakan dari ibu

melakukan kunjungan masa nifas hanya pada saat ibu merasa ada

permasalahan yang dihadapinya. Kurangnya kunjungan nifas yang

dilakukan oleh ibu ini juga mengakibatkan kurangnya informasi yang

didapatkan oleh ibu dalam melakukan perawatan bayi dan juga

pemenuhan nutrisi bayi yang baik dan benar. Kurangnya informasi

yang diperoleh ibu ini nantikan juga dapat mengakibatkan ibu salah

dalam melakukan perawatan pada bayi dan memenuhi nutrisi bayi

sehingga timbulah permasalahan pada bayi.

Dari hasil penelitian juga terlihat bahawa masih rendahnya

pengeimplementasian dari inisiasi menyusui dini. Penerapan IMD ini

merupakan tanggung jawab dari penolong persalinan dan juga dari ibu

dalam memenuhi kebutuhan bayinya. Penolong persalinan seharusnya

memberikan edukasi dan membantu pasien pasca bersalin untuk segera


melakukan IMD dengan menjelaskan bagaimana melakukan IMD yang

baik tersebut dan ibu juga harus bersedia melakukan IMD pada

bayinya. Tetapi pada ada suatu kondisi dimana ibu memang tidak bisa

untuk melakukan IMD sehingga kesempatan penerapan IMD

dilewatkan oleh nakes dan juga ibu. Untuk indikator selanjutnya terlihat

bahwa ibu kurang mendapatkan edukasi tentang gizi pada masa

persalinan sehingga ibu bersalin kurang mengetahui nutrisi apa yang

harus ia konsumsi. Indikator selanjutnya adalah kunjungan nifas,

kurangnya pengimplementasian dari kunjungan nifas ini juga dapat

disebabkan oleh tenaga kesehatan dan juga ibu yang kurang peduli

dengan kondisinya. Jika lihat dari segi tenaga kesehatan tergambar

bahwa tenaga kesehatan kurang bisa menekankan kepada ibu bahwa

kunjungan nifas itu sangat penting. Dikarenakan kurangnya penjelasan

dari tenaga kesehatan ini maka ibu juga akan menganggap kunjungan

nifas tidak perlu untuk dilakukan apabila ibu sudah merasa baik-baik

saja. Hal ini juga dipengaruhi oleh kurang pedulinya ibu dan keluarga

tentang kondisinya sehingga ibu dan keluarga tidak melakaukan

kunjungan nifas secara lengkap.

3. Evaluasi Capaian Program 1000 Hari Pertama Kehidupan Ditinjau

pada Ibu Menyusui

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.5 diketahui dari 50

orang responden, terdapat lebih dari sebagian yaitu sebanyak 38 orang

(76%) responden sudah melaksanakan program 1000 hari pertama


kehidupan indikator ibu menyusui dan sebanyak 12 (24%) responden

belum melaksanakan program 1000 hari pertama kehidupan indikator

ibu menyusui.

Menyusui merupakan suatu proses alamiah manusia dalam

mempertahankan dan melanjutkan kelangsungan hidup keturunannya.

Organ tubuh yang ada pada seorang wanita menjadi sumber utama

kehidupan untuk menghasilkan ASI yang merupakan sumber makanan

bayi yang paling penting terutama pada bulan-bulan pertama kehidupan.

Perkembangan zaman membawa perubahan bagi kehidupan manusia,

dengan bertambahnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin

pesat membuat pengetahuan manusia mengetahui pentingnya ASI bagi

kehidupan bayi. Menyusui merupakan suatu pengetahuan yang sudah

ada sejak lama yang mempunyai peranan penting dalam

mempertahankan kehidupan manusia (Astuti, 2013).

Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan

protein, laktosa, dan garam- garam organik yang di sekresi oleh kedua

belah kelenjar payudara ibu, sebagai makanan utama bagi bayi (Jannah,

2013). ASI adalah makanan yang terbaik untuk bayi. ASI khusus di buat

untuk bayi manusia, kandungan dari ASI sangat sempurna, serta sesuai

dengan kebutuhan tumbuh kembang bayi (Dewi & Sunarsih, 2011).

Sedangkan menurut Arif (2009) ASI adalah satu-satunya makanan

tunggal secara alamiah yang paling sempurna bagi bayi hingga bayi

berusia 6 bulan. ASI sebagai makanan alamiah adalah makanan terbaik

yang dapat diberikan oleh seorang ibu pada anak yang baru
dilahirkannya. Komposisinya berubah sesuai dengan kebutuhan bayi

pada setiap saat, yaitu kolostrum pada hari pertama 4 - 7 hari,

dilanjutkan dengan ASI peralihan sampai 3 - 4 minggu, selanjutnya ASI

matur. ASI yang keluar pada permulaan menyusu (foremilk = susu awal)

berbeda dengan ASI yang keluar pada akhir penyusuan (bindmilk=susu

akhir).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Elvi Simanjuntak, (2017)

tentang Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Pola Pemberian Asi, Mp-

Asi Dan Pola Penyakit Pada Bayi Usia 0-12 Bulan Di Dusun Iii Desa

Limau Manis Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang

diketahui bahwa 13 orang (43,3%) mempunyai pengetahuan kurang, 13

orang (43,3%) mempunyai pengetahuan cukup dan 2 orang (6,7%)

mempunyai pengetahuan yang baik dan ditemukan sebanyk 10 orang

(33,3%) mempunyai pengetahuan kurang, 15 orang (50,0%)mempunyai

pengetahuan cukup dan 5 orang (16,7%) mempunyai pengetahuan yang

baik.

Penelitian ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh

Rakotomanan, Hasina (2016) tentang Determinants of stunting in

children under 5 years in Madagascar. Penelitian ini menyatakan bahwa

Faktor-faktor penentu stunting berbeda pada anak kecil (0 - 23 bulan)

dan pada anak usia 8 dari 10 RAKOTOMANANA ET AL.24 - 59 bulan,

mengarah pada kesimpulan bahwa intervensi nutrisi harus berbeda untuk

setiap kelompok umur. Karena faktor-faktor mendasar dan mendasar

sangat mempengaruhi status gizi anak-anak, pertimbangan faktor-faktor


ini diperlukan ketika merancang program dan tindakan gizi yang

menargetkan pengurangan stunting. Malnutrisi adalah masalah

multifaktorial, jadi solusi berkelanjutan harus mencakup banyak sektor

terutama pertanian, pendidikan, dan kesehatan masyarakat serta

peningkatan pendapatan rumah tangga.

Menurut asumsi peneliti berdasarkan hasil penelitian yang telah

dilasanakan bahwa sudah banyaknya tercapai penerapan program 1000

HPK dikarenekan tenaga kesehatan sudah melaksankan penerapan

program 100 HPK dengan baik hal ini terlihat dari hasil pengisian

kuesioner dimana seluruh responden telah mendapatkan edukasi tentang

ASI ekslusif dari tenaga kesehatan. Dari hasil penelitian ini juga terlihat

bahwa pada saat pemberian edukasi tentang pemberian ASI eksklusif

tenaga kesehatan dan juga responden juga melibatkan anggota keluarga

lain dari responden dalam melakukan edukasi tentag ASI ekslusif.

Dari penelitian juga diketahui bahwa responden masih banyak

yang belum melakukan perawatan payudara untuk menunjang produksi

ASI pada ibu sehingga pada beberapa ibu ditemukan ibu yang

memebrikan susu formula kepada bayi dikarenkan pada saat pertama

setelah persalinan ASI ibu tidak keluar sehingga ibu meraa khawatir

jika bayinya kelaparan dan akhirnya memberikan susu formula kepada

bayi.

Kesalahan dalam menyusui bayi merupakan kesalahan yang

umum terjadi pada ibu, terutama pada ibu yang baru pertama kali

memiliki anak. Kesalahan umum ini diantaranya adalah masih adanya


ibu yang khawatir ketika ASI tidak keluar ketika 2 hari pertama setelah

melahirkan, sehingga ibu ada yang berfikiran untuk memberikan susu

formula ada bayinya dikarenakan khawatir jika bayi kelaparan. Ibu

yang dalam masa menyusui ini mengetahui bahwa ASI merupakan

makanan terbaik bagi bayinya tetapi masih banyak ibu yang

beranggapan bahwa susu formula juga sangat baik untuk bayi. Sehingga

ketika ASI yang keluar sedikit ibu akan memberikan susu formula

sebagai pengganti ASI.

Dari penelitian ini dketahui juga bahwa ibu menyusui tidak

mengetahui bahwa terlambatnya memberikan MPASI akan dapat

mengganggu pertumbuhan dan perkembangan si bayi. Hal ini

berkemungkinan disebabkan karena pada saat kunjngan nifas tenaga

kesehatantidak terlalu menjelaskan secara detail tentang pentingnya MP

ASI ini, sehingga ibu tidak memiliki pengetahuan tentang pentingnya

MP ASI.

Terlambatnya dalam pemberian MP ASI dpat mempengaruhi

tumbuh kembang bayi. Hal ini dikarenakan pada saat bayi berusia 6

bulan atau bayi sudah siap menerima MP ASI, kebutuhan bayi akan

nutrisi akan bertamabah. Pada saat bayi berusia 6 bulan kalori yang

dibutuhkan bayi adalah sekitar 600 kalori sedangkan pada ASI hanya

mengandung 400 kalori sehingga jika tidak diberikan MP ASI makan

kebutuhan bayi akan nutrisi tidak akan terpenuhi.


4. Evaluasi Capaian Program 1000 Hari Pertama Kehidupan Ditinjau

pada Anak Usia 0 – 23 Bulan

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.8 diketahui dari 50

orang responden, terdapat lebih dari sebagian yaitu sebanyak 28 orang

(56%) responden sudah melaksanakan program 1000 hari pertama

kehidupan indikator anak usia 0 – 23 bulan dan sebanyak 22 (44%)

responden belum melaksanakan program 1000 hari pertama kehidupan

dengan baik.

Usia 0-24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan

perkembangan yang pesat, sehingga kerap diistilahkan sebagai periode

emas sekaligus periode kritis. Periode emas dapat diwujudkan apabila

pada masa ini bayi dan anak memperoleh asupan gizi yang sesuai untuk

tumbuh kembang yang optimal. Sebaiknya apabila bayi dan anak pada

masa ini tidak memperoleh makanan sesuai kebutuhan gizinya, maka

periode emas akan berubah menjadi periode kritis yang akan

mengganggu tumbuh kembang bayi dan anak, baik pada saat ini maupun

masa selanjutnya.(Minarti dan Mulyani, 2014).

Kelompok usia dibawah 5 tahun (Balita) merupakan kelompok

yang rawan gizi karena mempunyai kebutuhan untuk tumbuh kembang

yang relatif tinggi dibandingkan orang dewasa. Sedangkan umur 7 bulan

merupakan titik awal timbulnya masalah gizi kurang karena

diperkirakan pada usia 6 bulan kandungan zat gizi ASI sudah mulai

berkurang, sedangkan pemberian makanan pendamping ASI mulai

mencukupi. (Kalsum, 2015).


Makanan bayi yang paling utama adala Air Susu Ibu (ASI) karena

ASI mengandung hampir semua zat gizi dengan komposisi sesuai

kebutuhan bayi tetapi kecukupan komposisinya hanya sampai usia 4

bulan. Cadangan vitamin dan mineral dalam tubuh bayi yang didapat

dari ibu semasa dalam kandungan dan selama usia 3 bulan sejak lahir

sudah mulai menurun, sedangkan dari ASI kandungan vitamin A dan C

serta zat besi sudah tidak terlalu tinggi oleh karena itu sejak usia 4 bulan

sudah perlu diberikan makanan tambahan yang mengandung vitamin

dan mineral selain tetap memberikan ASI. Pada usia 6 bulan pencernaan

bayi mulai kuat sehingga pemberian MP-ASI bisa diberikan karena jika

terlalu dini akan menurunkan konsumsi ASI dan mengalami gangguan

pencernaan tetapi apabila terlambat akan menyebabkan kurang gizi bila

terjadi dalam waktu yang panjang (Septiani, 2014).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Trinawati, Yuli (2016)

tentang Studi Deskriptif Pengetahuan Dan Sikap Ibu Hamil Tentang

Gizi 1000 Hari Pertama Kehidupan Di Puskesmas Sokaraja Kabupaten

Banyumas diketahui bahwa sebagian besar pengetahuan responden

tentang gizi 1000 hari pertama kehidupan adalah baik. Diketahu dari 30

orang responden sebanyak 25 responden pemiliki pengetahuan yang

baik tentang 1000 hari pertama kehidupan.

Penelitian ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh

Trisnawati, Yuli (2016) tentang Studi Deskriptif Pengetahuan Dan Sikap

Ibu Hamil Tentang Gizi 1000 Hari Pertama Kehidupan Di Puskesmas

Sokaraja Kabupaten Banyumas. Peneliti menyatakan bahwa sebagian


besar pengetahuan responden tentang gizi 1000 hari pertama kehidupan

adalah baik, dan sebagain besar sikap responden terhadap gizzi 1000

haari pertama kehidupan adalah mendukung. Namun setelah diuji

korelasikan tidak terhadap hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu

hamil terhadap gizi 1000 hari pertama kehidupan, yaitu hasil nilai fisher

exact adalah 0,589.

Menurut asumsi peneliti berdasarkan hasil penelitian yang telah

dilasanakan bahwa penerapa program 1000 hari pertama kehidupan pada

ibu yang memiliki anak usia 0-23 bulan ini sudah teraplikasikan secara

baik. Hal ini dapat terlihat dari hasil pencapaian beberapa indikator pada

kuesioner yang sudah tinggi. Salah satunya adalah tenaga kesehatan

yang sudah berperan sangat baik dalam menyampaikan informasi

tentang pemberian MP-ASI pada anak. Seluruh responen mengaku telah

mendapatkan informasi dan edukasi tentang pemeberian MP-ASI pada

anak.

Meskipun sudah mendapatkan informasi dan edukasi dari tenaga

kesehatan tetapi masih saja ditemukan rendahnya kunjungan responden

ke posyandu untuk melakukan pemeriksaan dan pemantauan tumbuh

kembang pada bayinya. Pemeriksaan ini seharusnya dilakukan setiap

bulan atau minimal 8 kali dalam 1 tahun. Akibat dari ini ibu akan

kurang mengatahui kondisi anaknya apakah pemenuhan nutrisinya

sudah baik atau belum. Kurangnya antusias responden dalam

melakukan kunjungan ke posyandu dalam rangka pemeriksaan tumbuh

kembang anak ini nantinya juga dapat menimbulkan masalah lain


seperti terjadinya wasting, stunting ataupun gizi buruk pada bayi. Untuk

kejadian wasting dan stunting hal ini apabila terlambat diketahui maka

tidak akan bisa untuk disembuhkan lagi karena apabila anak sudah

mengalami stuntng maka hal tersebut akan bersifat permanen ketika

anak sudah melewati usia 2 tahun.

Pemenuhan nutrisi dan memberikan imunisasi sebagi bentuk

pencegahan penyakit pada anak merupakan suatu hal yang sangat

penting dalam tumbuh kembang anak yang akan sangat berpengaruh

pada kelansungan hidupnya. Pada masa baduta ini apabila anak tidak

terpenuhi nutrinya makan hal tersebut akan dapat mengganggu

pertumbuhan dan perkembangannya dimasa selanjutnya. Memang pada

saat itu tidak akan lansung terlihat tetapi ketika anak sudah mulai

bergaul dengan teman-teman sebayanya kan nampak perbedaan pada

anak. Anak yang tidak berhasil melalui golden age nya maka dapat

terlihat dari tinggi dan berat badanya yang berbeda dengan anak

seusianya. Hal ini diluar faktor genetik. Anak yang gagal dalam 1000

HPK ini akan terlihat lebih lambat dalam menangkap pelajaran yang

diberika oleh guru dan juga terlihat lebih lemah.

Salah satu masalah yang disebabkan oleh gagalnya 1000 HPK ini

adalah kejadian Stunting. Anak yang mengalami stunting tidak akan

dapat disembuhkan ketika anak sudah berumur lebih dari 2 tahun,

sehingga hal ini akan menjadi permanen.


5. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini dilakukan ketika masa Pandemi Covid-19 dan

sedang diterapkannya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) sampai

new normal, akan tetapi penelitian ini dilakukan dengan penyebaran

kuesioner secara langsung ditempat penelitian. Dikarenakan

keterbatasan ini peneliti tidak terlalu bnayak untuk mnedapatkan

informasi secara detail dan mendalam karna keterbatasan waktu dalam

responden mengimplementasikan program 1000 Hari Pertama

Kehidupan.

Anda mungkin juga menyukai