60 121 2 PB
60 121 2 PB
*Email: ririnsrihandayani@yahoo.com
Abstrak
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain quasi eksperimen post test only yang bertujuan untuk membuktikan
efektifitas pencegahan luka tekan grade I menggunakan VCO dengan pijat pada klien yang berisiko mengalami luka tekan di
Unit Bedah, Rumah Sakit AB, Provinsi Lampung. Hasil uji Fisher exact dan regresi logistik berganda menunjukkan adanya
perbedaan kejadian luka tekan pada klien yang dirawat menggunakan VCO dengan pijat dibandingkan dengan klien yang
dirawat tanpa VCO (p= 0,033; α= 0,05; OR= 0,733; 95% CI 0,540 – 0,995) setelah dikontrol oleh variabel Indeks Massa Tubuh
(IMT). Disarankan kepada perawat agar dapat melakukan pijat menggunakan VCO, sebagai salah satu intervensi mandiri
keperawatan dalam intervensi pencegahan luka tekan pada klien yang berisiko mengalami luka tekan.
Kata Kunci: efektivitas pencegahan, luka tekan derajat I, VCO
Abstract
This study is a quantitative research design with quasi experiments post test only that aim to prove the effectiveness of
prevention pressure ulcer grade I using VCO with a massage on clients at risk of developing pressure ulcer at Surgical Unit,
AB Hospital, Lampung Province. The results of Fisher exact test and multiple logistic regression showed a difference in the
incidence of pressure ulcer on clients who were treated using VCO with a massage than clients who were treated without
VCO (p= 0,033; α= 0,05; OR= 0,733; 95% CI 0,540-0,995) after controlled by variable body mass index (BMI). It is
recommended to nurses in order to do massage using VCO, as one of the nursing independent intervention in pressure ulcer
prevention interventions on clients at risk of developing pressure ulcer.
Standar Deviasi
Variabel Mean Median Min – Maks 95% CI
(SD)
Usia
Kelompok Intervensi 38,78 28,50 21,218 18 – 89 28,23 – 49,33
Kelompok Kontrol 39,07 35,00 17,086 16 – 73 29,60 – 48,53
Distribusi frekuensi responden berdasarkan pada responden berdasarkan kategori risiko yaitu pada
karakteristik jenis kelamin yang tersaji dalam tabel 2. kelompok intervensi, dimana dari 18 responden yang
Pada kelompok intervensi 88,9% berjenis kelamin termasuk dalam kategori berisiko mengalami luka
laki-laki dan 11,1% berjenis kelamin perempuan. tekan menurut skala Braden yaitu sebanyak sembilan
Untuk responden kelompok kontrol 86,7% berjenis orang (50%), kategori risiko sedang sebanyak enam
kelamin laki-laki dan 13,3% berjenis kelamin (33,3%), kategori risiko tinggi sebanyak tiga orang
perempuan. Jumlah keseluruhan responden yaitu 29 (16,67%), dan kategori risiko sangat tinggi tidak
orang (88%) berjenis kelamin laki-laki dan empat ada (0%).
orang (12%) berjenis kelamin perempuan dari total
responden keseluruhan 33 orang (100%). Pada kelompok kontrol, yaitu dari 15 responden
yang termasuk dalam kategori berisiko mengalami
Karakteristik responden berdasarkan pada diagnosa luka tekan menurut skala Braden sebanyak 12 orang
medis dalam variabel nominal polikotom dianalisis (86,7%), kategori risiko sedang tidak ada (0%),
menggunakan analisis deskriptif distribusi frekuensi. kategori risiko tinggi sebanyak tiga orang (13,3%),
Pada tabel 3 menyajikan karakteristik responden dan kategori risiko sangat tinggi tidak ada (0%).
berdasarkan diagnosa medis. Jika dilihat sebagian
besar responden dalam penelitian adalah klien dengan Karakteristik responden berdasarkan kategori IMT
dignosa medis fraktur. dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif
distribusi frekuensi yang disajikan dalam tabel 5.
Karakteristik responden berdasarkan pada kategori Pada kelompok intervensi diketahui bahwa rata-rata
risiko luka tekan dalam variabel ordinal dianalisis IMT responden 20,02 kg/m2 dengan standar deviasi
dengan menggunakan analisis deskriptif distribusi 3,98, IMT terendah 10,5 kg/m2 dan IMT tertinggi
frekuensi. Pada tabel 4 disajikan distribusi frekuensi 24 kg/m2.
Berdasarkan hasil estimasi interval menunjukkan 12 orang (66,7%). Pada kelompok kontrol, yaitu
bahwa 95% rata-rata IMT responden kelompok dari 15 responden yang tidak merokok sebanyak
intervensi yaitu sebesar 18,04 hingga 21,99 kg/m2. enam orang (40%), merokok sebanyak sembilan
Sedangkan pada kelompok kontrol rata-rata IMT orang (60%).
responden yaitu 25,51 kg/m2 dengan standar deviasi
1,23, dengan IMT terendah 24 kg/m2 dan paling tinggi Kejadian luka tekan Grade I Non Blanchable
27,55 kg/m2. Berdasar hasil estimasi interval 95% Erytema dalam bentuk data proporsi ditampilkan
rata-rata IMT responden kelompok kontrol 24,83 dalam tabel 7. Pada tabel tersebut menyajikan
hingga 25,19 kg/m2. gambaran proporsi kejadian luka tekan grade I
pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol.
Distribusi frekuensi responden berdasarkan riwayat Pada kelompok intervensi, yaitu dari 18 responden
merokok yang tersaji dalam tabel 6. Pada kelompok proporsi kejadian luka tekan grade I sebanyak 0
intervensi dari 18 responden yang tidak merokok (nol) (0%) atau 18 responden (100%) yang tidak
sebanyak enam orang (33,3%), merokok sebanyak mengalami luka tekan grade I selama masa penelitian.
144 Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 14, No. 3, November 2011; hal 141-148
Kelompok Kelompok
Jumlah
Variabel Kategori Intervensi Kontrol
n % n % n %
Diagnosa Cedera Kepala 1 5,6 1 6,7 2 6,1
Medis
Post Op Apendik Perforasi + Peritonitis 1 6,7 1 3
Fraktur Femur dg Traksi 2 11 1 6,7 3 9
Fraktur Femur + Tibia 3 16,7 1 6,7 4 12,1
Fraktur Femur 4 22,2 2 13,3 6 18,2
Fraktur Tibia + Traksi 3 16,7 2 13,3 5 15,2
Cedera Spinal 2 11 1 6,7 3 9
Post Amputasi Tibia-Fibula 1 6,7 1 3
Abses Abdomen 1 6,7 1 3
Ileus + Susp Ca. Colon 1 5,6 1 6,7 2 6,1
Post Op Nefrolithotomi 1 5,6 1 6,7 2 6,1
Post Op Craniotomi 1 5,6 2 13,3 3 9
Pada kelompok kontrol, dari 15 responden selama merupakan kewajiban perawat. Upaya tersebut
masa penelitian ada 4 (empat) orang (26,67%) dilakukan sedini mungkin sejak klien teridentifikasi
responden yang mengalami luka tekan grade I berisiko (Rest Haven, 2008).
dan 11 orang (73,33%) tidak mengalami luka tekan
grade I. Terkait dengan intervensi keperawatan untuk
pencegahan luka tekan, Potter dan Perry (2005)
Perbedaan Kejadian Luka Tekan Grade I pada menyatakan bahwa terdapat tiga area intervensi
Kelompok dengan VCO dan Tanpa VCO keperawatan utama dalam pencegahan luka tekan
yakni (pertama) perawatan kulit; meliputi perawatan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hygiene dan pemberian topikal, (kedua) pencegahan
perbedaan yang bermakna terhadap kejadian luka mekanik dan dukungan permukaan yang meliputi
tekan grade I antara responden yang diberikan penggunaan tempat tidur, pemberian posisi, dan kasur
perawatan pencegahan menggunakan VCO dengan terapeutik, dan (ketiga) edukasi.
pijat dan tanpa VCO (p= 0,033; α= 0,05; RR=
0,733; 95% CI 0,540 – 0,995) (lihat pada tabel 8). Rekomendasi National Guideline Clearinghouse
Dengan demikian artinya responden yang diberi (NGC) and Institute for Clinical Systems
perawatan dengan VCO terlindungi sebesar 0,733 Improvement (ICSI) (2007) untuk meminimalkan
kali dari kejadian luka tekan grade I dibandingkan gesekan dan shear yang dapat menyebabkan
dengan responden yang dirawat tanpa menggunakan penurunan toleransi jaringan dan mendukung
VCO. terjadinya luka tekan adalah melakukan tindakan
sebagai berikut; secara teratur gunakan pelumas
Pembahasan dari minyak hypoallergenic, cream atau lotion
pada permukaan kulit yang tertekan, lumasi atau
Intervensi perawatan untuk mencegah terjadinya taburi bedak pada bedspan sebelum digunakan
luka tekan pada klien yang teridentifikasi berisiko oleh klien, dan melindungi kulit dari kelembaban.
Pencegahan luka tekan melalui pijat menggunakan virgin coconut oil (Ririn Sri Handayani, Dewi Irawaty, Ria Utami Panjaitan) 145
Pemberian bahan topikal yang berfungsi sebagai kulit, dan mempercepat penyembuhan pada kulit
pelembab akan memberikan perlindungan terhadap (Agero & Verallo-Rowell, 2004; Lucida, Salman,
kulit dari kerusakan. & Hervian, 2008). Hal ini sesuai pernyataan Bryant
(2007), menjelaskan pelembab mempertahankan
Menurut pendapat peneliti bahwa minyak hidrasi epidermis sehingga meminimalkan efek dari
hypollergenic seperti yang diisyaratkan oleh NGC gesekan dan shear.
dan ICSI di atas dapat diperoleh dari VCO.
Proses pembuatan VCO yang diolah dengan minimal Penelitian mengenai pemanfaatan VCO sebagai
pemanasan atau tanpa pemanasan sama sekali bahan kosmetik menunjukkan bahwa VCO bagus
dapat menghasilkan minyak kelapa dengan tekstur untuk kulit (Broto dalam Gustia 2009). Selain itu,
yang lembut dan berwarna jernih serta beraroma Siswono (2006) juga menyatakan bahwa VCO
kelapa segar. Cara pengolahan seperti ini diyakini diyakini baik untuk kesehatan kulit karena mudah
mampu mempertahankan sifat-sifat menguntungkan diserap kulit dan mengandung vitamin E.
dari kandungan berbagai asam lemak yang ada pada
daging buah kelapa. Rajamohan dan Nevin (2010), menyatakan bahwa
hasil penelitiannya terhadap penggunaan VCO secara
Kandungan asam lemak jenuh pada VCO bisa topikal pada luka buatan tikus percobaan yang
mencapai 92% yang terdiri dari 48% – 53% asam dibagi dalam tiga kelompok yaitu satu kelompok
laurat (C12), 1,5 – 2,5 % asam oleat dan asam sebagai kontrol, satu kelompok diberi perlakuan 0,5
lemak lainnya, seperti 8% asam kaprilat (C:8) dan ml VCO dan satu kelompok diberi 1,0 ml VCO. Hasil
7% asam kaprat (C:10) (Syah, 2005 dalam Lucida, pengamatan setelah 10 hari tampak peningkatan
Salman, & Hervian, 2008). Disamping itu, VCO aktivitas enzim antioksidan secara bermakna dan
juga mengandung Vitamin E (Amin, 2009). Asam penurunan glutathione serta malondialdehyde,
laurat dan oleat dalam VCO bersifat melembutkan peningkatan secara bermakna proliferasi fibroblast
kulit selain itu VCO efektif dan aman digunakan dan neovaskularisasi pada kelompok intervensi
sebagai moisturizer untuk meningkatkan hidrasi dibandingkan dengan kelompok kontrol.
Standar Deviasi
Variabel Mean Median Min – Maks 95% CI
(SD)
IMT
Kelompok Intervensi 20,02 21,28 3,98 10,5 – 24,00 18,04 – 21,99
Kelompok Kontrol 25,51 25,00 1,23 24,00 – 27,55 24,83 – 25,19
146 Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 14, No. 3, November 2011; hal 141-148
Rajamohan dan Nevin (2010) menyimpulkan bahwa mudah diabsorbsi permukaan kulit. Efek pelumas
man faat VCO dikaitkan dengan pengaruh kumulatif yang dimiliki oleh VCO menghindarkan kulit yang
dari berbagai komponen biologis aktif yang ada dipijat dari cidera gesekan akibat pijat.
didalamnya. Virgin Coconut Oil dikombinasikan
dengan pemakaian secara pijat dapat meningkatkan Trevithick dan Mitton (1999) dalam penelitiannya
sirkulasi aliran darah. Meskipun, cara pijat masih menyimpulkan bahwa vitamin E dari VCO yang
kontroversi, namun melakukan pijat yang kuat dan di diberikan secara topical dapat terserap dalam 24
daerah tonjolan tulang perlu dihindarkan, sedangkan jam. Wang dan Quinn (1999) menyatakan bahwa
pijat secara ringan di bagian lain diperbolehkan. vitamin E adalah zat yang berfungsi sebagai stabilizer
membran sel, melindungi kerusakan sel dari radikal
Penggunaan VCO dengan pijat tidak hanya dapat bebas, dan sebagai simpanan lemak dalam organel
meningkatkan relaksasi otot dan meningkatkan sel. Selain itu, bahwa VCO mempunyai kemampuan
sirkulasi, tetapi juga dapat meningkatkan absorbsi antioksidan, antimikrobial, anti fungi, melindungi kulit
kandungan biologis VCO melalui kulit. Molekul dari bahaya radikal bebas dan degenerasi jaringan
medium chain fatty acids (MCFA) yang kecil (Villariba, 2004).
Kulit sehat mempunyai pH permukaan berkisar memberikan hasil maksimal. Upaya mempertahankan
5 (lima), yang dibentuk oleh aktivitas sebum dan atau memperbaiki elastisitas jaringan kulit, mencegah
mikroba kulit, lingkungan yang melindungi kulit kulit kering atau lembab berlebihan, dan menjaga
dari bahaya mikroorganisme patogen, tanpa sebum kebersihan kulit mendukung intervensi pencegahan
kulit menjadi kering dan retak. Sebum sendiri terdiri luka tekan secara maksimal.
dari asam lemak rantai sedang seperti yang ada pada
VCO. Penelitian oleh Ogbolu, et al. (2007) yang Potter dan Perry (2005), menyatakan setelah kulit
menerangkan bahwa secara invitro dengan media dibersihkan, gunakan pelembab untuk melindungi
agar-agar membuktikan VCO dapat digunakan epidermis sebagai pelumas, tapi tidak boleh terlalu
sebagai anti fungi pada candida yang resisten obat, pekat. Jika klien mengalami inkontinensia atau
klien dengan kelembaban tinggi karena keringat mendapatkan makanan melalui sonde, sebaiknya
atau inkontinen bermasalah dengan risiko infeksi klien selalu dibersihkan dan area yang terpapar
jamur pada kulit. Dengan demikian, peneliti berasumsi cairan diberi lapisan pelembab sebagai pelindung.
pemberian VCO secara topikal dapat menghambat
infeksi jamur sebagai faktor yang menurunkan resistensi Reddy, Gill, dan Roccon (2006) dalam Dealey (2009)
jaringan. merekomendasikan bahwa penanganan kulit kering
pada sakrum secara khusus dengan menggunakan
Memberikan pelembab memang bukan intervensi pelembab sederhana. Dijelaskan pula bahwa penting
utama untuk mencegah terbentuknya luka tekan. untuk memberikan pelembab secara teratur untuk
Namun, pencegahan luka tekan hanya melakukan mendapat keuntungan yang maksimal dan mengurangi
perubahan posisi tanpa upaya mempertahankan lingkungan yang menyebabkan kulit kering dan
toleransi jaringan kulit terhadap tekanan tidak berkurangnya kelembaban kulit seperti suhu dingin,
Pencegahan luka tekan melalui pijat menggunakan virgin coconut oil (Ririn Sri Handayani, Dewi Irawaty, Ria Utami Panjaitan) 147
Tabel 7. Distribusi Proporsi Responden Berdasarkan Kejadian Luka Tekan Grade I Non Blanchable Erytema
dan hidrasi tidak adekuat. Kulit kering dapat VCO dengan pijat dalam perawatan kulit untuk
meningkatkan risiko terbentuknya fissura dan mencegah luka tekan. Selain itu, pencegahan juga
rekahan stratum corneum. Penggunaan pelembab dapat dilakukan dengan status nutrisi pada klien
topikal memiliki manfaat untuk mempertahankan yang berisiko mengalami penurunan status nutrisi
kelembaban kulit dan keutuhan stratum corneum (TG, RS, NN).
dari paparan langsung.
Tabel 8. Distribusi Kejadian Luka Tekan Grade I pada Responden yang Dirawat dengan VCO dan Tanpa VCO
Fitriyani, N. (2008). Pengaruh posisi inklin 30º Potter, P.A., & Perry, A.G. (2005). Fundamental of
terhadap kejadian dekubitus pada pasien nursing. USA: Mosby Inc.
stroke di bangsal Anggrek I RSUD Dr.
Moewardi Surakarta (Tesis master, tidak Rajamohan, T., & Kevin, K.G. (2010). Effect of
dipublikasikan). Fakultas IlmuKesehatan – topical application of virgin coconut oil on
Keperawatan Universitas Muhammadiyah, skin component and antioxidant status during
Surakarta. dermal wound healing in young rats. Journal
of Pharmacology & Bhiophysical Research,
Gustia, I. (2009). Minyak kelapa sehat tanpa proses 23 (6). Diperoleh dari http://content.kar
pemanasan. Diperoleh dari http://health.detik. ger.com/ProdukteDB/produkte.asp?Doi=313
com. 516.
Lemeshow, S., et al. (1990). Besar sampel dalam Reddy, M., Gill, S.S., & Roccon, P.A. (2006).
penelitian kesehatan (Dibyo Pramono, Preventing pressure ulcer: A systemic review.
Penerjemah). Yogyakarta: Gadjah Mada University JAMA, 296 (8), 974–984.
Press.
Rest Haven. (2008). Pressure ulcer protocol. New
Lucida, et al. (2008). Uji daya peningkat penetrasi York: Rest Haven.
virgin coconut oil (VCO) dalam basis krim.
Jurnal Sains & Teknologi Farmasi, 13 (1). Siswono. (2006). Manfaat minyak kelapa murni
Diperoleh dari http://ffarmasi.unand.ac.id/ (VCO) untuk kesehatan. Diperoleh dari http://
pub/Publikasi %20Sukma.pdf. www.republika.co.id.
Lucida, Salman, & Hervian. (2008). Pengaruh Trevithick, J.R., & Mitton, K.P. (1999). Uptake
virgin coconut oil (VCO) di dalam basis krim of vitamin E succinate by the skin, conversion
terhadap penetrasi zat aktif. Diperoleh dari to free vitamin E, and transport to internal
http://ffar masi.unand.ac.id/pub/Publikasi organs. Biochemical Molekul Biology
%20Sukma.pdf. International, 47 (3), 509–518.
National Guideline Clearinghouse (NGC) & Villariba, C.C. (2004). Virgin coconut oil wins
Institute for Clinical Systems Improvement the war of oils. Diperoleh dari http://www.
(ICSI). (2007). Skin safety protocol: Risk coconut researchcenter.org/virgincoconutoil.
assessment and prevention of pressure htm.
ulcers. Diperoleh dari www.essentialevidence
plus.com. Wang, X., & Quinn, P.J. (1999). The effect of tocopherol
on the thermotropic phase behaviour of
Ogbolu, D.O., Oni A.A., Daini, O.A., & Oloko, d i p a l mi t o y l p h o s p h a t i d y l et h a n o l a mi n e:
A.P. (2007). In vitro antimicrobial properties A synchrotron X-ray diffraction study. Eur J
of coconut oil on candida species in Ibadan, Biochem, 264, 1–8.
Nigeria. J Med Food, 10 (2), 3847.