Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Aspek kematangan hidup panggilan merupakan salah satu aspek


pembinaan di Seminari Garum, Blitar. Di kelas XI, Seminari menuntut para
seminaris untuk memenuhi beberapa indikator kematangan hidup panggilan
yang telah ditentukan oleh Seminari. Salah satu sarana dalam mematangkan
hidup panggilan yang ada di Seminari Garum adalah bimbingan rohani.
Bimbingan Rohani adalah kesempatan bagi para seminaris untuk bertemu
dengan Romo pembimbing rohani guna mengkomunikasikan segala hal yang
terjadi dalam kehidupan para seminaris.

Namun, berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, para


seminaris kurang menyadari akan peran bimbingan rohani yang turut serta
dalam mengembangkan kematangan hidup panggilan para seminaris.
Terbukti dari para seminaris yang kurang aktif dalam mengisi jadwal
bimbingan rohani dan melakukan bimbingan rohani hanya karena sebuah
kewajiban bukan kebutuhan. Berakar dari keprihatinan tersebut, dalam karya
tulis ini, peneliti menyajikan pengaruh bimbingan rohani terhadap
kematangan hidup panggilan Seminaris Garum kelas XI IPS tahun pelajaran
2018/2019.

1.2. Rumusan Masalah

Bagaimana pengaruh bimbingan rohani terhadap kematangan hidup


panggilan Seminaris Garum kelas XI IPS tahun pelajaran 2018/2019 ?

1
1.3. Tujuan Penelitian

Mengetahui pengaruh bimbingan rohani terhadap kematangan hidup


panggilan Seminaris Garum kelas XI IPS tahun pelajaran 2018/2019.

1.4. Manfaat Penelitian

Memberikan saran dan masukan bagi para seminaris dan pembimbing


rohani untuk memanfaatkan dan mengembangkan bimbingan rohani
sebagai salah satu sarana dalam mengembangkan kematangan hidup
panggilan Seminaris Garum.

2
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Seminari Menengah St. Vinsensius a Paulo

Seminari Menengah Santo Vinsensius a Paulo Garum adalah sekolah


pembinaan calon imam tingkat menengah milik Keuskupan Surabaya.
Seminari Garum berkedudukan di Jl. Merdeka Timur 4-6 Garum, Blitar.
Seminari Garum didirikan oleh para misionaris Kongregasi Misi.

Tujuan seminari adalah menyelenggarakan pembinaan bagi lulusan


SMP (Sekolah Menengah Pertama)/SLTP (Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama) yang bersedia mengikuti panggilan khusus sebagai calon imam.
Pembinaan diselenggarakan agar lulusan seminari mampu memenuhi
persyaratan untuk dapat diterima di Seminari Tinggi. Pembinaan ini juga
bernilai penting bagi tersedianya calon pemimpin pada umumnya, karena
para seminaris yang tidak melanjutkan pembinaan calon imam, dipanggil pula
untuk membina diri sebagai pemimpin dalam Gereja dan masyarakat sebagai
awam Katolik.

Dalam proses pembinaan, Seminari Garum membentuk seminaris agar


dapat memiliki kesadaran yang global dan kepekaan terhadap situasi lokal.
Selain itu, Seminari Garum unggul dalam pendidikan nilai berbasis 26 (dua
puluh enam) nilai kunci yang tersusun dalam 3 (tiga) dimensi pembinaan khas
Seminari Garum, antara lain kekudusan (sanctitas), kepandaian (scientia), dan
kesehatan (sanitas). Dalam penerapannya, Seminari Garum menguraikan tiga
dimensi pembinaan ke dalam 5 (lima) aspek kehidupan, antara lain,
kematangan hidup kepribadian, kematangan hidup intelektual, kematangan
hidup rohani, kematangan hidup panggilan, dan kematangan hidup kerasulan.

3
2.2. Kematangan Hidup Panggilan

Aspek kematangan hidup panggilan adalah salah satu aspek pembinaan


calon imam di Seminari Garum. Sebagai calon imam, perlu memiliki hidup
panggilan yang matang. Dimulai dari Seminari Menengah, para seminaris
diharapkan dapat mengembangkan hidup panggilannya.

Indikator aspek kematangan hidup panggilan kelas XI di Seminari


Garum antara lain, kesadaran akan pentingnya bimbingan rohani dalam hidup
panggilan, kemampuan memahami dan menghidupi sikap pertemanan dalam
panggilan, kemampuan menjaga citra diri sebagai seminaris dengan belajar
hidup selibat, kemampuan mengembangkan semangat berkorban, dan
kemampuan mengolah motivasi dan gejolak panggilan.

Pada tahun pelajaran 2018/2019, Seminari Garum menuntut lebih pada


kelas XI untuk mampu melakukan discernment dalam mengolah minat
panggilan dan mampu mengekspresikan panggilan ke dalam karya seni dan
budaya. Dengan memenuhi beberapa indikator yang telah dijabarkan,
seminaris kelas XI dinyatakan sudah memiliki hidup panggilan yang matang,
dan dapat melanjutkan pembinaan ke jenjang berikutnya.

2.3. Bimbingan Rohani

Bimbingan Rohani adalah salah satu sarana untuk mematangkan hidup


panggilan para Seminaris Garum. Bimbingan rohani adalah pertemuan
pribadi secara rutin antara seminaris dan romo pembimbing rohani untuk
mengkomunikasikan berbagai perkembangan dan hambatan yang dialami
seminaris berkaitan kehidupan rohaninya.

4
Bimbingan Rohani adalah bimbingan oleh Roh Kudus melalui
pembimbing rohani dalam terang sabda dan dalam suasana doa. Bimbingan
Rohani tidak hanya dilakukan ketika ada masalah atau ketika ingin
mengambil keputusan, melainkan juga saat mengalami perkembangan.

Para seminaris diwajibkan memiliki pembimbing rohani sejak awal


masuk seminari. Pembimbing rohani adalah para staf formator, antara lain,
Romo Animator Domus, Romo Kepala Sekolah, Romo Ekonom, dan Romo
Animator Spiritual. Romo Rektor tidak diperkenankan menjadi pembimbing
rohani agar tetap memiliki sikap netral dalam mengambil keputusan terhadap
seminaris.

Pembimbing rohani adalah teman dalam mencari dan menemukan


makna dari setiap pengalaman iman yang dijumpai oleh seminaris. Seminaris
dan pembimbing rohani bersepakat dalam membuat jadwal dan berusaha
menjalankannya. Dalam pelaksanaanya, kesepakatan jadwal bimbingan,
dilakukan dengan dua cara yakni para seminaris mengisi jadwal sendiri atau
yang kedua para pembimbing rohani yang menentukan jadwal bimbingan.
Bimbingan rohani dilakukan minimal dua kali dalam satu semester.
Pembimbing rohani dan seminaris diharapkan menjalin rasa saling percaya.

5
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian


kuantitatif.

3.2 Data Penelitian

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah bimbingan rohani dan
aspek kematangan hidup panggilan di Seminari Garum. Subjek dalam
penelitian ini adalah Seminaris Garum kelas XI IPS tahun pelajaran
2018/2019 yang berjumlah 17 siswa.

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Seminari Menengah Santo Vinsensius a


Paulo Garum, Blitar. Penelitian ini dilakukan mulai tanggal 1 Oktober 2018
sampai 30 Oktober 2018.

3.4 Teknik Mengumpulkan Data

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini guna mengumpulkan data


yakni dengan memberikan angket berisi beberapa pertanyaan berkaitan
dengan bimbingan rohani dan aspek kematangan hidup panggilan di Seminari
Garum. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada kisi-kisi berikut :

6
Setelah bimbingan rohani, apakah anda dapat memahami dan menghidupi sikap
pertemanan dalam hidup panggilan anda?
1 o mampu bergaul dan dapat menerima teman apa adanya
o kurang mampu bergaul dan menerima teman apa adanya
o cenderung menyendiri dan tidak dapat bergaul dengan orang lain ( tidak mampu )
Setelah bimbingan rohani, apakah anda mampu menjaga citra diri anda sebagai seminaris?
o mantap terhadap panggilannya, berani menunjukkan identitas sebagai seminaris, dan
mampu berperilaku layaknya seminaris
2
o berani menunjukkan identitasnya sebagai seorang seminaris tetapi perilakunya belum
sesuai dengan statusnya sebagai seminaris
o tidak berani menunjukkan identitas dan perilakunya tidak seperti layaknya seminaris
Setelah bimbingan rohani, apakah anda mampu mengembangkan semangat berkorban
dalam hidup panggilan ?
3 o berani dan rela meninggalkan keluarga dan sahabat
o berani meninggalkan keluarga dan sahabat tapi belum rela
o tidak berani dan tidak rela meninggalkan keluarga dan sahabat
Setelah bimbingan rohani, apakah anda mampu mengolah motivasi dan gejolak dalam
hidup panggilan ?
4 o mampu membedakan antara motivasi dan keinginan sesaat
o belum mampu membedakan antara motivasi dan keinginan sesaat
o tidak mau mengolah gejolak dan motivasi panggilan
Setelah bimbingan rohani, apakah anda mampu ber-discernment dalam hal minat
panggilan ?
5 o mampu ( sudah memilih ordo / diocesan / keputusan lain )
o kurang mampu ( masih bimbang dalam mengambil keputusan )
o tidak mampu ( tidak memiliki gambaran )
Setelah bimbingan rohani, apakah anda mampu mengekspresikan panggilan dalam seni
dan budaya ?
6 o mampu ( sering meluapkan panggilan ke dalam karya seni dan budaya )
o kurang mampu ( masih belajar meluapkan panggilan ke dalam karya seni dan budaya )
o tidak mampu ( tidak mau berusaha )

Angket tersebut diberikan kepada Seminaris Garum kelas XI IPS tahun


pelajaran 2018/2019 dengan jumlah 17 responden.

3.5. Teknik Analisis Data

Angket terdiri dari 6 item pertanyaan yang berhubungan dengan aspek


kematangan hidup panggilan kelas XI dengan 3 alternatif jawaban yakni,
mampu, kurang mampu, dan tidak mampu. Alternatif jawaban dalam angket
diklasifikasikan menjadi berpengaruh (B) untuk jawaban mampu, kurang
berpengaruh (KB) untuk jawaban kurang mampu, dan tidak berpengaruh
(TB) untuk jawaban tidak mampu. Untuk mengetahui seberapa besar

7
pengaruh bimbingan rohani terhadap kematangan hidup panggilan Seminaris
Garum kelas XI tahun pelajaran 2018/2019, digunakan rumus :

P : Presentase ( % )
F : Frekuensi
N : Jumlah sampel

Untuk menganalisis data, peneliti mengelompokkan beberapa pertanyaan


ke jenis indikatornya.

3.6. Penyajian Data

Data yang sudah diolah disajikan dalam tabulasi data yang berisi
indikator aspek kematangan hidup panggilan dan presentase. Presentase
tersebut menjadi bukti pengaruh bimbingan rohani terhadap kematangan
hidup panggilan seminaris garum kelas XI IPS tahun pelajaran 2018/2019.

8
BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

Berikut ini adalah hasil jawaban yang diberikan oleh responden melalui
angket yang telah kami berikan :

1. Pemahaman dan penghidupan sikap pertemanan dalam hidup


panggilan.

B KB TB
Mudah bergaul dan Kurang dapat bergaul Cenderung menyendiri
dapat menerima teman dan menerima teman dan tidak dapat bergaul
apa adanya apa adanya dengan orang lain

94,11% 5,89% 0%
16 / 17 responden 1 / 17 responden 0 / 17 responden

Berdasarkan data diatas, 94,11% responden menyatakan bahwa


bimbingan rohani memengaruhi dalam memahami dan menghidupi
sikap pertemanan dalam panggilan dan 5,89% sisanya menyatakan
bahwa bimbingan rohani kurang memengaruhi dalam memahami dan
menghidupi sikap pertemanan dalam panggilan.

2. Kemampuan menjaga citra diri sebagai seorang seminaris dengan


menghargai hidup selibat.

TB
B KB Tidak berani
Mantap terhadap Berani menunjukkan menunjukkan
panggilannya, berani identitasnya sebagai identitasnya sebagai
menunjukkan seminaris, namun seminaris dan
identitasnya sebagai perilakunya belum perilakunya tidak sesuai

9
seminaris, dan mampu
sesuai layaknya
berperilaku layaknya
seminaris layaknya seminaris
seminaris

52,94% 41,17% 5,89%


9 / 17 responden 7 / 17 responden 1 / 17 responden

Berdasarkan data di atas, 52,94% responden menyatakan bahwa


bimbingan rohani memengaruhi dalam kemampuan menjaga citra diri
sebagai seminaris dan menghargai hidup selibat, sedangkan 41,17%
responden menyatakan bahwa bimbingan rohani kurang memengaruhi
dalam kemampuan menjaga citra diri sebagai seminaris dan
menghargai hidup selibat, 5,89% sisanya menyatakan bahwa
bimbingan rohani tidak memengaruhi dalam kemampuan menjaga
citra diri sebagai seminaris dan menghargai hidup selibat.

3. Kemampuan mengembangkan semangat berkorban dalam hidup


panggilan.

B KB TB
Berani dan rela Berani meninggalkan Tidak berani dan tidak
meninggalkan keluarga keluarga dan sahabat, rela meninggalkan
dan sahabat tapi belum rela keluarga dan sahabat

52,94% 41,17% 5,89%


9 / 17 responden 7 / 17 responden 1 / 17 responden

Berdasarkan data di atas, 52,94% responden menyatakan bahwa


bimbingan rohani memengaruhi dalam kemampuan mengembangkan
semangat berkorban, sedangkan 41,17% responden lainnya
menyatakan bahwa bimbingan rohani kurang memengaruhi dalam
kemampuan mengembangkan semangat berkorban, 5,89% sisanya

10
menyatakan bahwa bimbingan rohani tidak memengaruhi dalam
mengembangkan semangat berkorban.

4. Kemampuan mengolah motivasi dan gejolak panggilan.

B KB TB
Mampu membedakan Belum mampu Tidak mau mengolah
antara motivasi dan membedakan antara motivasi dan gejolak
keinginan sesaat motivasi dan keinginan panggilan
sesaat

70,58% 29,42% 0%
12 / 17 responden 5 / 17 responden 0 / 17 responden

Berdasarkan data di atas, 70,58% responden menyatakan bahwa


bimbingan rohani memengaruhi dalam kemampuan mengolah
motivasi dan gejolak panggilan, sedangkan 29,42% responden sisanya
menyatakan bahwa bimbingan rohani kurang memengaruhi dalam
kemampuan mengolah motivasi dan gejolak panggilan.

5. Melakukan discernment dalam mengolah minat panggilan.

B KB TB
Sudah memilih tarekat Masih bimbang dalam Tidak memiliki
atau diocesan atau mengambil keputusan gambaran atau
keputusan lain alternative pilihan

58,82% 41,18% 0%
10 / 17 responden 7 / 17 responden 0 / 17 responden

Berdasarkan data di atas, 58,82% responden menyatakan bahwa


bimbingan rohani memengaruhi dalam kemampuan mengolah minat
panggilan, sedangkan 41,18% responden sisanya menyatakan bahwa

11
bimbingan rohani kurang memengaruhi dalam kemampuan mengolah
minat panggilan.

6. Mengekspresikan panggilan melalui karya seni dan budaya

B KB TB
Sering meluapkan Masih belajar Tidak mau berusaha
panggilan ke dalam meluapkam panggilan untuk berkarya
karya seni dan budaya ke dalam karya seni dan
budaya

35,29% 64,71% 0%
6 / 17 responden 11 / 17 responden 0 / 17 responden

Berdasarkan data di atas, 32,59% responden menyatakan bahwa


bimbingan rohani memengaruhi dalam kemampuan mengekspresikan
panggilan kedalam karya seni dan budaya, sedangkan 64,71%
responden sisanya menyatakan bahwa bimbingan rohani kurang
memengaruhi dalam kemampuan mengekspresikan panggilan kedalam
karya seni dan budaya.

4.2. Pembahasan

No Indikator B KB TB

Pemahaman dan penghidupan


1 94,11% 5,89% 0%
sikap pertemanan.

Kemampuan menjaga citra diri


2 sebagai seminaris dan menghargai 52,94% 41,17% 5,89%
hidup selibat.

Kemampuan mengembangkan
3 52,94% 41,17% 5,89%
semangat berkorban.

12
Kemampuan mengolah motivasi
4 70,58% 20,42% 0%
dan gejolak panggilan

Kemampuan discernement dalam


5 58,82% 41,18% 0%
minat panggilan

Kemampuan mengekpresikan
6 panggilan ke dalam karya seni 35,29% 64,71% 0%
atau sastra.

Dari tabel di atas, bimbingan rohani dapat dikatakan memengaruhi


indikator kematangan hidup panggilan apabila presentase pada kolom B lebih
besar dari pada presentase pada kolom KB dan TB. Bimbingan rohani dapat
dikatakan kurang memengaruhi indikator kematangan hidup panggilan
apabila presentase pada kolom KB lebih besar dari pada presentase pada
kolom B dan TB. Bimbingan rohani dapat dikatakan tidak memengaruhi
indikator kematangan hidup panggilan apabila presentase pada kolom TB
lebih besar dari pada presentase pada kolom B dan KB.

Berdasarkan jawaban responden dalam angket, bimbingan rohani


memengaruhi kematangan hidup panggilan para seminaris dalam memahami
dan menghidupi sikap pertemanan dalam hidup panggilan sebesar 94,11%,
dalam menjaga citra diri sebagai seorang seminaris dan menghargai hidup
selibat sebesar 52,94%, dalam mengembangkan semangat berkorban sebesar
52,94%, dalam mengolah gejolak dan motivasi panggilan sebesar 70,58%,
dalam berdiscernment dalam mengolah minat panggilan sebesar 58,82%, dan
dalam mengekspresikan panggilan kedalam karya seni dan budaya sebesar
35,29%.

Berdasarkan jawaban responden dalam angket, bimbingan rohani kurang


memengaruhi kematangan hidup panggilan para seminaris dalam memahami
dan menghidupi sikap pertemanan dalam hidup panggilan sebesar 5,89%,
dalam menjaga citra diri sebagai seorang seminaris dan menghargai hidup

13
selibat sebesar 41,17%, dalam mengembangkan semangat berkorban sebesar
41,17%, dalam mengolah gejolak dan motivasi panggilan sebesar 20,42%,
dalam berdiscernment dalam mengolah minat panggilan sebesar 41,18%, dan
dalam mengekspresikan panggilan kedalam karya seni dan budaya sebesar
64,71%.

Berdasarkan jawaban responden dalam angket, bimbingan rohani tidak


memengaruhi kematangan hidup panggilan para seminaris dalam menjaga
citra diri sebagai seorang seminaris dan menghargai hidup selibat sebesar
5,89%, dan dalam mengembangkan semangat berkorban sebesar 5,89%.

14
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil kuisioner yang dibagikan kepada para responden, dapat


disimpulkan bahwa bimbingan rohani memengaruhi kematangan hidup
panggilan para seminaris. Bimbingan rohani membantu para seminaris dalam
memahami dan menghidupi sikap pertemanan dalam hidup panggilan,
menjaga citra diri sebagai seorang seminaris dan menghargai hidup selibat,
mengembangkan semangat berkorban, mengolah gejolak dan motivasi
panggilan, dan berdiscernment dalam mengolah minat panggilan.

3.2. Saran

Penelitian ini hanya menyoroti seberapa besar bimbingan rohani


mempengaruhi kematangan hidup panggilan para seminaris. Penulis
menyarankan agar para seminaris dan pembimbing rohani hendaknya
memanfaatkan bimbingan rohani dengan baik, dalam rangka mematangkan
hidup panggilan, dengan cara lebih konsisten dalam menepati jadwal
bimbingan rohani dan lebih terbuka pada bimbingan rohani.

15
DAFTAR PUSTAKA

Anjuran Apostolik Sri Paus Yohanes Paulus II. 1992. Pastores Dabo Vobis.
Departemen Dokumentasi dan Penerangan Komisi Waligereja Indonesia.

Komisi Seminari Seksi Seminari Menengah. 1994. Pedoman Dasar Pembinaan


Calon Imam di Indonesia Bagian Seminari Menengah. Departemen
Dokumentasi dan Penerangan Komisi Waligereja Indonesia.

Kongregasi Untuk Lembaga Hidup Bakti dan Serikat Hidup Kerasulan. 1992.
Pedoman Pembinaan Dalam Lembaga Religius. Departemen
Dokumentasi dan Penerangan Komisi Waligereja Indonesia.

Seminari Menengah St. Vinsensius a Paulo. 2008. Pedoman Seminari.

Seminari Menengah St. Vinsensius a Paulo. 2008. Tata Hidup Siswa.

16
17

Anda mungkin juga menyukai