Anda di halaman 1dari 12

FARMAKOTERAPI HIPERTENSI

Target pembelajaran:

Setelah mempelajari materi ini, peserta diharapkan dapat:

 Memahami factor resiko dan patofisiologi hipertensi


 Memahami tujuan terapi hipertensi
 Memahami farmakologi dan target terapi obat anti hipertensi
 Mampu menggunakan algoritma terapi untuk pasien hipertensi
 Mampu memilih obat yang tepat untuk pasien hipertensi
 Memahami monitoring dan evaluasi yang harus dilakukan pada pasien yang
mendapat terapi antihipertensi
 Mampu memberikan edukasi gaya hidup sehat untuk mencegah hipertensi kepada
masyarakat

1. Pendahuluan
Telah diketahui bahwa tekanan darah merupakan target utama dalam menurunkan
resiko penyakit kardiovaskular. Walaupun berbagai upaya meningkatkan
kewaspadaan, terapi dan hal yang dilakukan untuk mengelola tekanan darah tinggi
secara agresif telah dilakukan, namun control secara umum masih suboptimal. Hingga
saat ini berbagai organisasi nasional maupun internasional terus melakukan upaya
perbaikan rekomendasi, berdasarkan data klinik, dalam pengelolaan pasien hipertensi.
Berbagai algoritma (panduan terapi) telah merekomendasikan terapi farmakologi dan
non-farmakologi, dengan harapan bahwa menurunkan tekanan darah tinggi
mengurangi kerusakan organ target sehingga menurunkan resiko stroke, infark
jantung, gagal ginjal terminal, dan gagal jantung. Beberapa algoritma yang dapat
menjadi acuan antara lain:
1. American Society of Hypertension (ASH)
2. International Society of Hypertension (ISH)
3. Joint Clinical Practice Guidelines for the Management of Hypertension in the
Community,
4. Evidence-Based Guideline for the Management of High BP in Adults by the
former panel members appointed to the Eighth Joint National Committee (JNC 8)
tahun 2014
5. Guidelines from the American Heart Association and American College of
Cardiology
6. National Institute for Health and Clinical Excellence (NICE) tahun 2011
Secara umum, setiap algoritma memberikan panduan terapi non-farmakologi dan
farmakologi untuk mengelola hipertensi. Panduan tersebut merekomendasikan target
tekanan darah yang harus dicapai dengan terapi yang dilakukan, dalam menurunkan
resiko kardiovaskular dan kerusakan ginjal. Rekomenasi terapi obat biasanya dimulai
dengan 1 atau 2 obat (pada kasus hipertensi stage 2) antihipertensi. Rekomendasi
khusus diberikan pada kondisi gagal jantung, post infark jantung, diabetes, dan gagal
ginjal kronik. (Wells et al., 2014)

Menurut JNC8, bahwa hipertensi adalah peningkatan tekanan darah arterial abnormal
yang berlangsung terus menerus, dengan kategori terpisah antara sistolik (140 mmHg)
dan diastolic (>90 mmHg).
1. Definisi hipertensi
Hipertensi adalah adanya kenaikan tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg atau tekanan
darah diastolic ≥ 90 mmHg, atau keduanya, pada pemeriksaan berulang. Definisi
tersebut berlaku untuk pasien usia ≥ 18 tahun. Sedangkan pada pasien usia ≥ 80 tahun
dengan tekanan darah mencapai 150 mmHg masih dianggap normal.
Tujuan terapi hiptertensi adalah menurunkan tekanan darah sampai level di bawah
angka untuk diagnosisnya. Definisi tersebut ditentukan berdasarkan hasil studi klinik
besar yang menunjukkan manfaat terapi pasien mencapai level tekanan darah tersebut.
Algoritma terapi cenderung menggunakan target tekanan darah < 140/90 mmHg yang
harus dicapai untuk pasien dewasa. Algoritma terbaru merekomendasikan target
tekanan darah 130/80 mmHg bagi pasien dengan penyakit penyerta diabetes mellitus
atau gagal ginjal kronik.

2. Prevalensi dan Epidemiologi


Di Indonesia, penyakit kronik menyebabkan 61% dari total kematian setiap tahunnya
dan penyakit kardiovaskuler yang pencetus utamanya adalah hipertensi menempati
urutan kedua terbanyak. Berdasarkan data dari riset kesehatan dasar (RISKESDAS)
tahun 2013 menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi sebesar 25.6%.
Terdapat hubungan yang erat antara level tekanan darah dan resiko kejadian
kardiovaskular, stroke dan penyakit ginjal. Resiko tersebut semakin berkurang pada
tekanan darah sekitar 115/75 mmHg. Tekanan darah > 115/75 mmHg, setiap kenaikan
tekanan darah sistolik 20 mmHg atau tekanan darah diastolic 10 mmHg, maka resiko
kejadian kardiovaskular dan stroke meningkat 2 kali lipat. Meningkatnya prevalensi
hipertensi di masyarakat disebabkan oleh 2 hal yaitu meningkatnya usia dan
meningkatnya prevalensi obesitas terutama di negara berkembang. Selain itu di
beberapa komunita menunjukkan bahwa asupan garam yang tinggi menjadi factor
resiko utama hipertensi. Tekanan darah sistolik terus meningkat hingga usia di atas 50
atau 60 tahun yang menggambarkan kekakuan sirkulasi arteri. Tekanan darah sistolik
yang tinggi pada pasien lansia menjadi factor resiko utama kejadian kardiovaskular
dan stroke serta progresi penyakit ginjal.

3. Etiologi
Pada sebagian besar kasus (>90%) kenaikan tekanan darah tidak diketahui
penyebabnya atau disebut sebagai hipertensi primer. Pada beberapa kasus hipertensi
diketahui penyebabnya atau disebut sebagai Hipertensi Sekunder. Beberapa penyebab
hipertensi sekunder antara lain:
a. gagal ginjal kronis,
b. Cushing syndrome
c. Penggunaan obat
d. Pheochromocytoma
e. Primary aldosteronism
f. Renovascular hypertension
g. Sleep apnea
h. Thyroid or parathyroid disease
Obat-obat yang dapat memicu kenaikan tekanan darah dan harus dihentikan jika
memungkinkan. Obat tersebut adalah antiinflamasi nonsteroid untuk terapi artritis
dan meredakan nyeri. Antidepresan trisiklik, kontrasepsi oral dosis tinggi, obat
migraine, dan obat flu (mengandung pseudoefedrin). Selain itu, pasien mungkin
menggunakan obat herbal, menyalahgunakan obat (kokain) yang dapat meningkatkan
tekanan darah.

4. Patofisiologi
Patofisiologi hipertensi primer sangat komplek melibatkan 2 hal utama sebagai
determinan tekanan darah yaitu kardiak output dan resistensi perifer. Hal-hal yang
mempengaruhi keduanya sangat banyak dan komplek, kemungkinan multifactorial.
Perkembangan hipertensi primer melibatkan interaksi antara factor genetika dan
factor lingkungan dengan multiple system fisiologi termasuk neural, renal, hormonal,
dan vascular.
 Factor genetic
Telah diketahui adanya efek polimorfisme genetic terhadap tekanan darah
sistolik, tekanan darah diastolic dan respon terhadap obat antihipertensi,
namun perlu penelitian lebih lanjut pada populasi besar atau luas. Sehingga,
informasi yang tersedia hingga saat ini masih jauh dari memadai, informasi
yang diharapkan sebagai panduan praktis untuk klinisi.
 Factor lingkungan
Berbeda dengan factor genetic, kontribusi factor lingkungan terhadap
hipertensi telah diketahui dengan jelas. Rokok dan kafein dapat meningkatkan
tekanan darah melalui pelepasan norepinefrin. Kafein menghambat reseptor
adenosine sebagai vasodilator. Intake alcohol dapat meningkatkan aktivitas
saraf simpatik atau menurunkan vasodilatasi). Beberapa factor lingkungan
lainnya yang dapat mempengaruhi tekanan darah termasuk obesitas,
kurangnya aktivitas fisik, lingkungan janin (malnutrisi maternal, janin terpapar
glukokortikoid), kenaikan bobot badan setelah lahir, lahir premature dan bobot
lahir rendah kekurangan kalium dan magnesium, defisiensi vitamin D, dan
toksin lingkungan.

5. Manifestasi klinik hipertensi


a. Tidak ada gejala nyata dengan kenaikan tekanan darah atau disebut sebagai silent
killer disease
b. Gejala muncul ketika ada progresivitas penyakit

6. Tujuan terapi
Tujuan terapi hipertensi adalah untuk menurunkan resiko penyakit kardiovaskular dan
kerusakan organ target seperti infark jantung, gagal jantung, dan gagal ginjal.
Mortalitas dan morbiditas dapat diturunkan jika terapi yang diberikan mencapai target
tekanan darah spesifik (lihat algoritma).
Tujuan terapi hipertensi adalah mengelola tekanan darah dan mengendalikan factor
resiko lainnya termasuk dyslipidemia, diabetes atau intoleransi glukosa, obesitas, dan
merokok. Target tekanan darah yang harus dicapai < 140/90 mm Hg. Namun untuk
pasien hipertensi yang disertai dengan diabetes, gagal ginjal kronik, dan penyakit
arteri coroner target tekanan darah yang harus dicapat adalah < 130/80 mmHg
terutama jika telah terjadi albuminuria pada pasien gagal ginjal kronik.
Pentingnya memberikan informasi kepada pasien bahwa terapi hipertensi dilakukan
seumur hidup secara teratur, tidak boleh menghentikan terapi obat atau perubahan
gaya hidup tanpa konsultasi dengan tenaga kesehatan.

7. Terapi hipertensi
a. Algoritma terapi JNC 8
JNC 8 merekomendasikan bahwa pasien dengan tekanan darah > 140/90 mmHg
usia < 60 tahun, atau tekanan darah > 150/90 mmHg pada usia > 60 tahun, atau
tekanan darah > 140/90 mmH pada pasien resiko tinggi (penyakit penyerta
diabetes, gagal ginjal) mulai mendapatkan terapi non farmakologi dengan cara
perbaikan gaya hidup (menurunkan bobot badan, mengurangi asupan garam dan
alcohol, menghentikan merokok). Jika terapi tunggal non Farmakologi tidak
mencapai target tekanan darah yang diharapkan, maka ditambahkan terapi obat.
 Hipertensi tahap 1 (tekanan darah > 140/90 mmHg): pasien usia < 60 tahun
direkomendasikan obat golongan ARB atau ACE-I jika diperlukan tambahkan
CCB atau thiazide untuk mencapai target tekanan darah < 140/90 mmHg.
Pasien usia > 60 tahun direkomendasikan terapi obat golongan CCB atau
thiazide jika diperlukan tambahkan ACEI atau ARB untuk mencapai target
tekanan darah < 150/90 mmHg.
 Hipertensi tahap 2 (tekanan darah > 160/100 mmHg): semua pasien diberikan
kombinasi 2 obat golongan CCB atau thiazide plus ACEI atau ARB.
 Kasus khusus:
1. Hipertensi dengan diabetes: obat pilihan golongan ACEI atau ARB jika
diperlukan tambahkan CCB atau thiazide untuk mencapai target terapi
140/90 mmHg.
2. Hipertensi dengan gagal ginjal kronik: obat pilihan golongan ARB atau
ACEI (ACEI terbukti memiliki efek protektif terhadap ginjal) jika
diperlukan tambahkan CCB atau thiazide untuk mencapai target terapi
140/90 mmHg.
3. Hipertensi dengan riwayat stroke: obat pilihan golongan ACEI atau ARB
jika diperlukan tambahkan CCB atau thiazide untuk mencapai target terapi
140/90 mmHg.
4. Hipertensi dengan gagal jantung: obat pilihan golongan ARB atau ACEI
plus beta blocker, diuretic, spironolakton tanpa mempertimbangkan
tekanan darah. Golongan CCB dapat ditambahkan jika diperlukan untuk
mengontrol tekanan darah. (Bell et al., 2015)
b. Golongan obat farmakologi untuk hipertensi
JNC 8 merekomendasikan 4 golongan obat sebagai terapi pilihan pertama yaitu
diuretic, angiontensin converting enzyme inhibitor (ACE-I), angiotensin reseptor
blocker (ARB) dan calcium channel blocker (CCB).

 Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor


ACE inhibitor menghambat perubahan angiotensin I menjadi angiotensin II,
dimana angiotensin II adalah vasokonstriktor yang juga merangsang sekresi
aldosteron. ACE inhibitor juga memblok degradasi bradikinin dan
merangsang sintesis zat-zat yang menyebabkan vasodilatasi

Nama obat : Kaptopril


Komposisi : kaptopril
Dosis / posology : Dosis lazim dewasa untuk hipertensi
Dosis awal : 25 mg 2 – 3 x sehari satu jam sebelum makan
secara oral

Dosis pemeliharaan : Dapat ditingkatkan setiap 1 – 2 minggu


hingga 50 mg 3 x sehari secara oral.

Dosis maksimum : 450 mg / hari

Dosis lazim dewasa untuk gagal jantung kongestif


Dosis awal : 25 mg 3 x sehari secara oral

Pemeliharaan : 50 mg 3 x sehari selama setidaknya 2 minggu.


Dosis maksimum : 450 mg / hari

Dosis lazim dewasa untuk disfungsi ventrikel kiri


Dosis awal : 6.25 mg 1 x sehari paling lambat 3 hari pasca
terjadinya infark miokardial, selanjutnya 12.5 mg 3 x sehari;
meningkat menjadi 25 mg 3 x sehari selama beberapa hari ke
depan, kemudian ditingkatkan sampai dosis yang ditargetkan.

Target dosis pemeliharaan : 50 mg 3 x sehari secara oral

Dosis lazim dewasa untuk diabetes nefropati


25 mg 3 x sehari secara oral
Kontraindikasi : Hipersensitif, riwayat angioderma
Efek samping ( khas ) : Proteinuria, batuk
Interaksi obat : Penggunaan bersamaan NSAID (asam mefenamat, natrium
diclofenac, aspirin, ibuprofen) dengan obat-obat ACE
inhibitor. NSAID dapat menurunkan efek antihipertensi ACE
inhibitor
Kategori wanita hamil : C, D pada trimester 2 dan 3
Bentuk Sediaan : Tablet

 Angiotensin II Receptor Blocker (ARB)

ARB bekerja dengan cara memblok aktivitas kimia alami yang disebabkan
angiotensin II. Angiotensin II adalah vasokonstriktor kuat (menyebabkan
pembuluh darah kontriksi (menyempit). Penyempitan ini bisa menyebabkan
tekanan darah tinggi dan sedikit aliran darah yang melalui ginjal.

Nama obat : Diovan


Komposisi : Valsartan
Dosis / posology : Untuk hipertensi : 80 mg 1 kali/hari dapat ditingkatkan sampai
160 mg/hari atau dapat ditambah diuretik jika TD belum dapat
terkontrol. Untuk gagal jantung : awal 40 mg 2 kali/hari.
Maksimal : 320 mg/hari dalam dosis terbagi. Untuk pasca
infark miokard : awal 20 mg 2 kali/hari.
Kontraindikasi : Hamil, laktasi, kerusakan hati yang berat, sirosis
Efek samping ( khas ) : Sakit kepala, diare, infeksi saluran panas
Interaksi obat : Suplemen K, diuretik hemat K
Kategori wanita hamil : D
Bentuk Sediaan : Tablet 160mg, 40mg, 80mg

 Calcium channel blocker


Relaksasi otot jantung dengan memblokir saluran kalsium, sehingga
mengurangi masuknya kalsium ekstraseluler ke dalam sel.

Nama obat : Norvask


Komposisi : Amlodipine
Dosis / posology : 5 mg/hari. Maksimal : 10 mg/hari.
Kontraindikasi : Hipersensitif terhadap dihidropiridin. Stenosis aorta, angina
tidak stabil (kecuali angina Prinzmetal)
Efek samping ( khas ) : Sakit kepala, rasa panas dan kemerahan pada wajah, pusing,
edema
Interaksi obat :
Kategori wanita hamil : D
Bentuk Sediaan : Tablet 5mg, 10mg

 Diuretic loop
Penghambatan kompetitif terhadap aldosteron. Bekerja di tubulus renalis rektus
untuk menghambat reabsorpsi Na+, sekresi K+ dan sekresi H+

Nama obat : Lasix


Komposisi : Furosemide
Dosis / posology : Untuk hipertensi : 12.5-50 mg/hari, dapat ditingkatkan
samapai 50 mg/hari. Untuk gagal jantung kronik klas 2/3 :
awal 25-50 mg/hari. Kasus berat dapat ditingkatkan sampai
100-200 mg/hari. Pemeliharaan : 25-50 mg tiap hari atau 2
hari sekali. Untuk edema : maksimal 50 mg/hari. Untuk anak :
awal 0.5-1 mg/kg berat badan/48 jam. Maksimal : 1.7 mg/kg
berat badan/48 jam.
Kontraindikasi : Anuria , Hipokalemia, hiperkalsemia, hiperurisemia.
Efek samping ( khas ) : hipokalemia, hiperurisemia, peningkatan kadar lemak darah.
Interaksi obat : AINS dapat memperlemah efek diuretik
Kategori wanita hamil : B
Bentuk Sediaan : Tablet 20, 40, 80 mg

 Beta blocker
Memperlambat kerja jantung melalui pengurangan kontraksi otot-otot jantung dan
menurunkan tekanan darah.

Nama obat : Beta-One


Komposisi : Bisoprolol Fumarate (Kardioselektif terhadap beta1 pada dosis
rendah < 20 mg)
Dosis / posology : 5-10 mg/hari. Untuk pasien dengan penyakit ginjal, hepar dan
paru : 2.5 mg/hari.
Kontraindikasi : Gagal jantung, sinus bradikardia, syok kardiogenik
Efek samping ( khas ) : Kram perut, diare
Interaksi obat : penyekat β lain, reserpin, guanetidin, klonidin, rifampulisin,
penghambat pompa Ca seperti verapamil & diltiasem
Kategori wanita hamil : C
Bentuk Sediaan : Tablet 2,5mg, 5 mg

Nama obat : Farmadral


Komposisi : Propranolol (non kardioselektif)
Dosis / posology : Dws & anak >12 thn Angina pektoris 20 mg 3-4 x/hari,
ditingkatkan bertahap s/d 40 mg 3-4 x/hari. Maks 200-280
mg/hari jika perlu. Aritmia jantung 10-30 mg 3-4 x/hari.
Hipertensi 20 mg 3 x/hari. Ditingkatkan stlh 3 hari mjd 40 mg
3-4 x/hari. Migren (profilaksis) Dws 40 mg 2-3 x/hari.
Kardiomiopati obstruktif hipertrofi 10-20 mg 3-4 x/hari. Anak
< 12 thn ½ dosis dws.
Kontraindikasi : Blok AV derajat 2 & 3, syok kardiogenik. Riwayat
bronkospasme & asidosis metabolik.
Efek samping ( khas ) : Gangguan GI, kelemahan otot, lelah.
Interaksi obat :
Kategori wanita hamil : C
Bentuk Sediaan : Tablet

c. Terapi Non Farmakologi


 Makanan rendah garam sebagai bagian pola makan sehat
 Mengurangi/ menghindari konsumsi alkohol
 Meningkatkan aktivitas fisik
 Berhenti merokok
 Lebih banyak makan buah, sayur-sayuran, produk susu rendah lemak, dan
kaya akan kalium, kalsium dan magnesium (peran ion kalsium, kalium, dan
magnesium terhadap perbaikan hipertensi)
 Asupan kalium telah diketahui menurunkan tekanan darah baik pada pasien
hipertensi maupun non hipertensi. Kalium menurunkan tekanan darah secara
signifikan menurunkan kejadian stroke, penyakit jantung coroner, infark
miokard, dan kejadian kardiovaskular lainnya. Meningkatkan konsumsi kalium
4,7 gram perhari dapat menurunkan kejadian kardiovaskular di masa yang
akan datang. (Houston, 2011)
 Asupan magnesium dosis 368 mg/hari selama 3 bulan dapat menurunkan
tekanan darah sistolik dan diastolic sebanyak 2 point. (Zhang et al., 2016)

8. Monitoring dan evaluasi terapi hipertensi


a. Monitoring pengobatan:
 Tekanan darah, harus dievaluasi 2 sampai 4 minggu setelah dimulai terapi
 Kerusakan organ target : Jantung, ginjal, mata, otak
 Interaksi obat dan efek samping obat
 Kepatuhan pasien
b. Evaluasi terapi:
 Menilai gaya hidup dan identifikasi factor-faktor resiko kardiovaskular atau
penyakit penyerta yang mungkin dapat mempengaruhi prognosis sehingga
dapat memberi petunjuk dalam pengobatan
 Mencari penyebab tekanan darah naik
 Menentukan ada tidaknya kerusakan organ target dan penyakit
kardiovaskular

9. Daftar pustaka
Bell, K. et al. (2015) ‘Hypertension: The silent killer: updated JNC-8 guideline
recommendations’, Alabama Pharmacy Association, pp. 1–8.
Houston, M. C. (2011) ‘The importance of potassium in managing hypertension’, Current
hypertension reports. Springer, 13(4), pp. 309–317.
Wells, B. G. et al. (2014) Pharmacotherapy Handbook, 9/E. McGraw Hill Professional.
Zhang, X. et al. (2016) ‘Effects of magnesium supplementation on blood pressure: a meta-
analysis of randomized double-blind placebo-controlled trials’, Hypertension. Am Heart
Assoc, p. HYPERTENSIONAHA-116.

10. Soal ujian CBT


Pilih salah satu jawaban yang tepat!
1. Seorang pasien laki-laki usia 45 tahun datang ke apotek dengan keluhan flu, hidung
tersumbat, bersin-bersin, dan agak demam. Pasien tersebut meminta obat flu kepada
apoteker. Apoteker bermaksud memberikan obat yang mengandung pseudoefedrin.
Riwayat apakah yang penting ditanyakan apoteker kepada pasien tersebut ?
A.tukak lambung
B. hipertensi
C. hiperurikemia
D. hiperlipidemia
E. asma
2. Seorang pasien laki-laki 60 tahun dengan riwayat diabetes, diagnosis hipertensi.
Pasien tersebut mendapat obat HCT (hidroklorotiazid). Bagaimanakah mekanisme
kerja obat tersebut?
a. Menghambat enzim ACE
b. Menghambat reseptor angiotensin
c. Menghambat absorpsi Natrium dan klorida
d. Menghambat reseptor beta 1
e. Vasodilator langsung
3. Seorang pasien laki-laki usia 35 tahun, TD 160/90 didiagnosis dokter hipertensi. Pasien
mendapatkan resep captopril 12,5mg 3 kali 1 tablet sehari. Apakah informasi yang penting
disampaikan oleh apoteker berkaitan dengan efek samping obat pada kasus diatas ?
a. Diare
b. Mual
c. Muntah
d. Batuk kering
e. Sakit kepala
4. Seorang pasien laki-laki usia 35 tahun, TD 160/90 mmHg didiagnosis dokter hipertensi.
Pasien mendapatkan resep captopril 12,5mg 3 kali 1 tablet sehari. Berapakah target tekanan
darah yang harus dicapai pada pasien tersebut menurut JNC 8 ?
a. < 110/90 mmHg
b. < 120/90 mmHg
c. < 130/90 mmHg
d. < 140/90 mmHg
e. < 150/90 mmHg
5. Seorang pasien laki-laki usia 35 tahun, TD 160/90 mmHg didiagnosis dokter hipertensi.
Pasien memiliki riwayat hiperurekimia dengan kadar 9,2 mg/dL. Manakah obat antihipertensi
yang kontraindikasi untuk kasus pasien tersebut?
a. Captopril
b. Furosemid
c. Amlodipin
d. Propanolol
e. Valsartan
6. Seorang laki-laki 50 tahun dengan riwayat hipertensi dan mendapat terapi lisinopril, namun
tekanan darah pasien saat ini 150/100 mmHg. Dua minggu lalu dirawat inap karena
mengalami serangan infark jantung. Dokter memutuskan untuk menambahkan obat kedua
untuk menurunkan tekanan darahnya dan membantu mengurangi beban jantungnya
(kontraktilitas jantung). Obat apakah yang direkomendasikan untuk pasien tersebut?
a. Bisoprolol
b. Losartan
c. HCT
d. Furosemid
e. Clonidin
7. Seorang perempuan 42 tahun memiliki riwayat diabetes 20 tahun. Pasien mengalami
hipertensi dengan tekanan darah 150/94 mmHg. Hasil pemeriksaan urinalisis
menunjukkan adanya proteinuria. Manakah obat yang tepat untuk mengatasi hipertensi
pada pasien tersebut?
a. Enalapril
b. Propranolol
c. Hydrochlorothiazide
d. Nifedipine
e. Amlodipin
8. Seorang laki-laki usia 68 tahun didiagnosa hipertensi dengan tekanan darah. Pasien
mengeluhkan kesulitan berkemih walaupun ingin berkemih dan nokturia. Dokter
menemukan adanya pembesaran prostat. Manakah obat antihipertensi yang dapat
direkomendasikan untuk mengatasi keluhan pasien tersebut?
a. Furosemide
b. Aliskiren
c. Propranolol
d. Terazosin
e. Amlodipin
9. Seorang pasien dengan riwayat rhinitis alergi, dan hipertensi datang ke apotek
meminta obat untuk mengatasi hidung tersumbat. Apoteker akan memberikan obat
untuk mengatasi keluhannya. Komponen obat apakah yang kontraindikasi untuk
pasien tersebut?
a. Difenhidramin
b. Pseudoefedrin
c. Dekstrometorfan
d. Budesonide
e. Ambroksol
10. Seorang perempuan 50 tahun dengan riwayat asma yang terkontrol. Datang ke klinik
dengan keluhan pusing sejak 3 hari lalu, namun keluhan tidak berkurang dengan
parasetamol 500 mg. Hasil pemeriksaan diketahui tekanan darah pasien 150/90
mmHg. Pasien didiagnosis hipertensi. Dokter akan meresepkan obat antihipertensi.
Obat apakah yang kontraindikasi untuk pasien tersebut?
a. Captopril
b. Amlodipin
c. HCT
d. Losartan
e. Propanolol

Anda mungkin juga menyukai