NIM : 2003020013 Dosen PA : Dr. Khalid. K. Moenardy, M.SI Kelas : II A
PRODI ILMU ADMINISTRASI BISNIS
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS NUSA CENDANA KUPANG 2021 Hubungan Antara Inflasi dengan Pengangguran Moneter, Pengetahuan Umum #hubungan #inflasi #pengangguran Inflasi merupakan salah satu masalah ekonomi yang kompleks. Inflasi memiliki hubungan dengan banyak masalah ekonomi yang lain. Inflasi mempengaruhi dan dipengaruhi oleh masalah-masalah ekonomi lain tersebut. Salah satu masalah ekonomi yang berhubungan dengan inflasi adalah pengangguran. Lantas, bagaimana hubungan antara inflasi dengan pengangguran? Selama bertahun-tahun, para ekonom telah mempelajari hubungan antara pengangguran dan inflasi upah serta tingkat inflasi keseluruhan. A.W. Phillips adalah salah satu ekonom pertama yang menyajikan bukti kuat tentang hubungan terbalik antara pengangguran dan inflasi upah. Phillips mempelajari hubungan antara pengangguran dan tingkat perubahan upah di Inggris selama hampir satu abad penuh, yaitu dari tahu 1861 hingga 1957. Phillips berhipotesis bahwa ketika permintaan tenaga kerja tinggi dan ada beberapa pekerja yang menganggur, pengusaha dapat diharapkan untuk menawar upah dengan cukup cepat. Namun, ketika permintaan tenaga kerja rendah dan pengangguran tinggi, pekerja enggan menerima upah lebih rendah dari tingkat yang berlaku. Implikasinya adalah tingkat upah turun sangat lambat. Faktor kedua yang mempengaruhi perubahan tingkat upah adalah tingkat perubahan pengangguran. Jika bisnis sedang dalam keadaan baik, pengusaha akan mengajukan penawaran lebih keras untuk pekerja. Hal ini menandakan bahwa permintaan akan tenaga kerja meningkat dengan cepat daripada jika permintaan akan tenaga kerja tidak meningkat atau hanya meningkat dengan lambat. Karena upah dan gaji adalah biaya input utama bagi perusahaan, kenaikan upah harus mengarah pada harga yang lebih tinggi untuk produk dan jasa dalam suatu ekonomi, yang pada akhirnya mendorong tingkat inflasi keseluruhan yang lebih tinggi. Akibatnya, Phillips membuat grafik hubungan antara inflasi harga umum dan pengangguran, bukan inflasi upah. Grafik tersebut dikenal sebagai Kurva Phillips. Kurva Philips jangka pendek dapat digambarkan sebagai: Dari grafik Kurva Philis tersebut dapat dilihat bahwa tingkat inflasi dan pengangguran memiliki hubungan yang negatif. Semakin tinggi tingkat inflasi, maka tingkat pengangguran akan menurun, begitupun sebaliknya. Bantahan Teori Kurva Philips Seperti halnya pada teori-teori lain, ada teori yang juga membantah teori kurva Philips. Pada akhir tahun 1960-an, sekelompok ekonom moneteret yang dipimpin oleh Milton Friedman dan Edmund Phelps, berpendapat bahwa Kurva Phillips tidak berlaku dalam jangka panjang. Mereka berpendapat bahwa dalam jangka panjang, ekonomi cenderung akan kembali ke tingkat pengangguran alami. Hal ini terjadi karena tingkat pengangguran pada jangka panjang akan menyesuaikan tingkat inflasi. Tingkat alami yang dimaksud adalah tingkat pengangguran jangka panjang yang diamati setelah efek dari faktor siklus jangka pendek telah menghilang dan upah telah disesuaikan ke tingkat dimana pasokan dan permintaan di pasar tenaga kerja seimbang. Jika pekerja mengharapkan harga naik, mereka akan menuntut upah yang lebih tinggi sehingga upah riil mereka yang disesuaikan dengan inflasi menjadi konstan. Saat kebijakan moneter atau fiskal diberlakukan untuk menurunkan pengangguran di bawah tingkat alami, peningkatan permintaan yang dihasilkan akan mendorong perusahaan dan produsen untuk menaikkan harga lebih cepat. Ketika inflasi meningkat, pekerja dapat memasok tenaga kerja dalam jangka pendek karena upah yang lebih tinggi. Hal ini akan mengarah pada penurunan tingkat pengangguran. Namun dalam jangka panjang, ketika pekerja sepenuhnya menyadari hilangnya daya beli mereka dalam keadaan inflasi, kesediaan mereka untuk memasok tenaga kerja berkurang dan tingkat pengangguran naik ke tingkat alami. Namun, inflasi upah dan inflasi harga umum terus meningkat. Oleh karena itu, dalam jangka panjang inflasi yang lebih tinggi tidak akan menguntungkan ekonomi melalui tingkat pengangguran yang lebih rendah. Dengan cara yang sama, tingkat inflasi yang lebih rendah seharusnya tidak menimbulkan biaya pada ekonomi melalui tingkat pengangguran yang lebih tinggi. Karena inflasi tidak berdampak pada tingkat pengangguran dalam jangka panjang, kurva Phillips jangka panjang berubah menjadi garis vertikal pada tingkat pengangguran alami. Garis merah pada kurva di bawah ini merupakan Kurva Philips jangka panjang. Garis vertikal tersebut menunjukkan bahwa dalam jangka panjang tingkat inflasi tidak berhubungan dengan tingkat pengangguran. Temuan Friedman dan Phelps memunculkan perbedaan antara kurva Phillips jangka pendek dan jangka panjang. Kurva Phillips jangka pendek termasuk inflasi yang diharapkan sebagai penentu tingkat inflasi saat ini. Terlepas dari hubungannya dengan tingkat pengangguran, ternyata inflasi juga memiliki pengaruh terhadap lapangan pekerjaan. Inflasi dinilai dapat menciptakan lebih banyak lapangan kerja. Asumsi tersebut didukung oleh pernyataan Irving Fisher yaitu inflasi cenderung meningkatkan penjualan dan harga jual lebih cepat daripada meningkatkan biaya. Namun keadaan dimana inflasi dapat meningkatkan lapangan pekerjaan dapat terjadi hanya saat inflasi tidak terduga. Hal yang Menyebabkan Kurva Phillips Bergeser Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, Kurva Phillips merupakan kurva yang menunjukkan hubungan antara inflasi dan pengangguran. Dalam jangka pendek, inflasi dan pengangguran berhubungan negatif. Sebaliknya, dalam jangka panjang tingkat inflasi dan tingkat pengangguran tidak memiliki hubungan. Pada tahun 1960-an, para ekonom percaya bahwa kurva Phillips jangka pendek stabil. Pada tahun 1970-an, peristiwa ekonomi menghancurkan asumsi bahwa kurva Phillips dapat diprediksi. Lantas, apa peristiwa ekonomi tersebut? Peristiwa ekonomi tersebut adalah stagflasi yang disebabkan oleh guncangan pasokan agregat. Guncangan pasokan agregat, seperti kenaikan biaya sumber daya, dapat menyebabkan kurva Phillips bergeser. Itulah penjelasan lengkap mengenai hubungan inflasi dengan pengangguran. Hubungan inflasi dengan pengangguran dijelaskan dalam Kurva Philips. Dalam jangka pendek, inflasi dan pengangguran berhubungan negatif. Sedangkan dalam jangka panjang tingkat inflasi dan pengangguran tidak berhubungan. Demikianlah artikel tentang hubungan antara inflasi dengan pengangguran, semoga bermanfaat bagi Anda semua. Tanggapan saya mengenai artikel diatas : Pengaruh inflasi terhadap pengangguran secara tradisional merupakan korelasi terbalik. Akan tetapi, hubungan tersebut lebih rumit dibandingkan apa yang terlihat, karena inflasi dan pengangguran merupakan dua indikator ekonomi yang paling sering dipantau, maka kita harus tahu seperti apa pengaruh yang ditimbulkan dan bagaimana keduanya dapat mempengaruhi perekonomian. Simak ulasan berikut. Ketersediaan Tenaga Kerja dan Permintaan Jika menggunakan inflasi upah, atau tingkat perubahan upah, sebagai proksi inflasi dalam perekonomian. Di saat pengangguran meningkat, jumlah pencari kerja dapat melebihi jumlah pekerjaan yang tersedia secara signifikan. Dengan kata lain, ketersediaan tenaga kerja lebih besar dari jumlah pekerjaan yang ada. Dengan banyaknya jumlah pekerjaan, maka ada sedikit pekerja yang membutuhkan pekerjaan maka pemilik usaha pun akan membayar upah yang jauh lebih tinggi kepada mereka. Namun di saat tingkat pengangguran meningkat, biasanya upah akan tetap stagnan, bahkan inflasi upah (atau kenaikan upah) hampir tidak ada. Di saat pengangguran rendah, maka permintaan tenaga kerja (oleh pemilik usaha) akan meningkat melebihi jumlah yang ada. Dalam bursa tenaga kerja yang biasanya begitu ketat, pengusaha umumnya bahkan perlu membayar upah dengan nilai yang lebih tinggi agar bisa menarik karyawan. Hal inilah yang akhirnya menyebabkan kenaikan inflasi upah. Phillips berpendapat bahwa di saat permintaan tenaga kerja meningkat dan ada beberapa pekerja yang menganggur, pengusaha dapat diharapkan untuk memberikan upah dengan cukup cepat. Namun, ketika permintaan tenaga kerja rendah, dan pengangguran tinggi, pekerja enggan menerima upah lebih rendah dari tingkat yang berlaku, hasilnya pun tingkat upah turun cukup lambat. Faktor yang dapat mempengaruhi perubahan tingkat upah ialah tingkat perubahan pengangguran. Jika bisnis sedang booming, pengusaha akan mengajukan penawaran dengan lebih giat untuk pekerja. Hal ini berarti bahwa permintaan akan tenaga kerja juga meningkat dengan cepat, yang membuat persentase pengangguran turut berkurang dengan cepat). Dibandingkan dengan permintaan tenaga kerja yang tak ada peingkatan. Karena upah dan gaji merupakan biaya utama bagi sebuah perusahaan, maka kenaikan upah harus mengarah pada harga yang lebih tinggi untuk produk dan jasa dalam suatu ekonomi. Hal ini yang kemudian akhirnya mendorong membuat inflasi keseluruhan meningkat secara signifikan. Hal tersebut mendorong Phillips untuk kemudian membuat grafik yang menggambarkan adanya hubungan antara inflasi harga secara umum dan pengangguran, bukannya inflasi upah. Grafik tersebut kini dikenal dengan sebutan Kurva Phillips. Pengaruh Inflasi terhadap Pengangguran dalam Jangka Pendek Tingkat pengangguran alamiah ini termasuk juga didalamnya pengangguran friksional, yakni pengangguran yang dihasilkan karena perlu waktu untuk bisa menemukan pekerjaan lain atau pekerjaan baru, dan juga pengangguran struktural, yang dihasilkan karena adanya ketidakcocokan skill yang disediakan oleh angkatan kerja dengan tuntutan pasar. Komponen lain dari pengangguran ialah pengangguran siklis, yakni pengangguran yang terjadi akibat berkurangnya lapangan pekerjaan dibandingkan pencari kerja. Meskipun tingkat pengangguran alami tidak dapat diturunkan begitu saja melalui kebijakan moneter dalam jangka panjang. Namun pengangguran siklus ini masih bisa dikurangi, setidaknya untuk sementara waktu melalui kebijakan moneter yang tepat. Dalam jangka panjang, tingkat pengangguran alam tak akan terpengaruh soal harga. Hal ini sesuai dengan teori prinsip netralitas moneter, yang secara sederhana menyebutkan jika jumlah nominal, seperti harga, tak dapat memengaruhi variabel nyata, seperti output dan kesempatan kerja. Namun jika harga naik, pendapatan biasanya juga bertambah mengikuti kondisi tersebut. Oleh karena itu, dalam kurva Phillips jangka panjang digambarkan dengan garis vertikal, yang menandakan bahwa tingkat pengangguran tidak bergantung dengan adanya pertumbuhan uang ataupun inflasi dalam jangka panjang. Sebaliknya, hal tersebut tergantung pada tingkat pengangguran alami, yang dengan sendirinya, bisa berubah seiring waktu karena adanya berbagai perubahan dalam undang-undang. Misalnya tentang upah minimum, perundingan bersama, asuransi pengangguran, program pelatihan kerja, hingga perubahan teknologi. Grafik kurva Phillips jangka pendek dan jangka panjang, yang menunjukkan hubungan antara tingkat inflasi dan tingkat pengangguran. Inflasi ekspektasi bisa menyebabkan orang menuntut upah yang lebih besar sehingga pendapatan mereka dapatkan bisa sejalan dengan inflasi yang terjadi. Dengan meningkatkan upah tenaga kerja, peningkatan pekerjaan jangka pendek akan mengembalikan tingkat pengangguran alamiah. Hubungan ini dirangkum dalam tingkat hipotesis alamiah, yang menyatakan bahwa pengangguran pada akhirnya kembali ke tingkat normalnya, atau alami, tanpa terpengaruh adanya tingkat inflasi. Tingkat pengangguran jangka pendek dapat diperkirakan dengan persamaan berikut, di mana p sama dengan parameter pengubah: Tingkat Pengangguran = Tingkat Pengangguran Alami – p × (Inflasi Aktual – Inflasi Ekspektasi) Menurut Friedman, jika tingkat inflasi aktual stabil, maka inflasi ekspektasi akan sama dengan nilai inflasi aktual. Dalam hal ini, periode ke-2 dari persamaan di atas menjadi 0, sehingga jumlah tingkat pengangguran akan sama dengan tingkat pengangguran alami. Tingkat Pengangguran = Tingkat Pengangguran Alamiah Terkadang kenaikan harga terjadi karena adanya peningkatan dari biaya untuk produksi, atau yang kerap disebut dengan guncangan pasokan. Hal ini terjadi karena adanya kenaikan bahan baku produksi yang diiringi dengan pembatasan pasokan sehingga pasokan di lapangan menjadi langka. Hal ini membuat pengangguran meningkat karena adanya pengurangan pasokan, dan karenanya permintaan tenaga kerja berkurang. Di saat harga naik karena biaya yang meningkat maupun karena berbagai macam faktor-faktor produksi, hal tersebut kadang disebut juga dengan stagflasi, atau inflasi yang didorong karena munculnya biaya, karena ada inflasi meskipun output ekonomi turun. Rasio Pengorbanan Banyak ekonom yang percaya jika harus ada pengangguran agar bisa mengurangi inflasi. Jumlah poin persentase dari output tahunan akan hilang saat mengurangi inflasi sekitar 1%, kemudian hal tersebut dikenal sebagai rasio pengorbanan. Rasio Pengorbanan = Pengurangan Persentase dalam Output Ekonomi Per 1% Penurunan Tingkat Inflasi Banyak ekonom percaya jika angka pengangguran harus naik 1% agar bisa mengurangi inflasi sebesar 1%. Jadi, menurut hukum Okun, tingkat pengangguran yang meningkat 1% bisa menurunkan output ekonomi sebesar 2%. Dengan demikian, rasio pengorbanan harus minimal 2. Berikut langkah yang diambil pemerintah Indonesia untuk menekan inflasi dalam negara Kebijakan inflasi di Indonesia Dilansir dari Portal Informasi Indonesia (Juli 2019) Bank Indonesia mengeluarkan tiga poin penting untuk mengendalikan inflasi. Poin tersebut adalah: Sinergitas Sinergitas dilakukan oleh Tim Pengendali Inflasi Pusat (TPIP) dan Tim Pnegendali Inflasi Daerah (TPID). Hal tersebut sudah dilakukan selama lima tahun terakhir. Hal ini menjadi kunci dalam pengendalian inflasi. Dampaknya inflasi pada 2019 mampu dikendalikan dalam tingkat rendah, yaitu sekitar 3 hingga 3,5 persen. Sinergitas ditunjukkan melalui program 4K, yaitu: Keterjangkauan harga Ketersediaan pasokan Kelancaran distribusi Komunikasi efektif Pekerjaan besar tim pengendali adalah menyelesaikan persoalan sinergi dalam memperkuat infrastruktur, berkaitan dengan kelancaran distribusi pangan di luar Pulau Jawa. Adaptasi dalam inovasi Dengan inovasi pada bidang teknologi, mampu memangkas mata rantai dari petani hingga konsumen Sehingga manfaat nilai tambah alan lebih banyak dirasakan oleh petani. Bukan hanya pedagang ataupun masyarakat sebagai end user. Membuka kerja sama perdagangan antardaerah Dengan terbukanya ruang inovasi dalam bisnis kerja sama perdagangan antar daerah, akan meningkatkan jumlah komoditas di berbagai daerah. Saat ini, pedagang antardaerah sudah semakin tumbuh dan berpotensi untuk diperluas ke daerah lain. Salah satunya dengan mengoptimalkan lembaga ekonomi di pedesaan atau badan usaha milik daerah (BUMD). Karena inflasi adalah salah satu penyebab tingginya pengangguran dan banyak masalah lainnya maka pemerintah harus menekan angka inflasi. Saya percaya jika pemerintah Indonesia bersungguh-sungguh maka bukan tidak mungkin Indonesia dapat menjadi negara maju dengan tingkat inflasi yang rendah.