Anda di halaman 1dari 6

PENANGANAN ULKUS KORNEA DI DAERAH PERIFER: SEBUAH LAPORAN KASUS

Pricilia Olivia Tan1, Samuel Samatara2


1
Dokter Umum, RSUD Tobelo, Halmahera Utara, Maluku Utara, Indonesia
2
Oftalmologi, RSUD Tobelo, Halmahera Utara, Maluku Utara, Indonesia

Pendahuluan: Ulkus kornea adalah suatu peradangan pada mata yang secara patologis ditandai oleh suatu infiltrat
yang menimbulkan suatu diskontinuitas permukaan hingga mengakibatkan kematian jaringan pada kornea. Ulkus
kornea disebabkan oleh bakteri, jamur, dan virus. Penanganan pada ulkus kornea harus dilakukan dengan cepat
untuk mencegah ulkus yang meluas dan menimbulkan komplikasi lainnya.

Ilustrasi kasus: Pasien perempuan usia 71 tahun datang ke Unit Gawat Darat dengan keluhan nyeri mata kanan
disertai penglihatan menurun sejak 4 hari yang lalu, pasien awalnya terkena potongan rumput di mata kanan saat
membersihkan halaman, dan pasien menggosok mata kananya dengan kain. Satu hari kemudian pasien mengeluhkan
mata kanan tampak merah, terasa nyeri hebat dan pandangan buram dan fotofobia Riwayat operasi katarak pada
kedua mata 10 tahun yang lalu, Riwayat penggunaan kacamata dan lensa kontak disangkal. Pemeriksaan
oftalmologis mata kanan didapatkan visus 1/300 ,disertai injeksi siliar dan konjungtiva. COA kesan dalam, kornea
tampak infiltrat putih ukuran kurang lebih 4mmx4mm, iris tidak terdapat sinekia. Selama perawatan pasien
diberikan terapi infus, obat anti nyeri, obat tetes antibiotik, tetes antikolinergik, antibiotik oral, dan vitamin.

Diskusi: Penanganan pada ulkus kornea berupa terapi medikamentosa dan non-medikamentosa. Antibiotik spektrum
luas baik seperti ofloxacin dan levofloxacin yang bertujuan untuk mencegah perkembangan mikroorganisme dan
keruskan kornea. Terapi sulfas atropin diberikan untuk mencegah kerja asetilkolin sehingga mencegah sinekia
posterior dan mengurangi nyeri. Pasien juga harus menjaga higienitas mata agar dapat mempercepat penyembuhan.

Kata Kunci: Ulkus kornea, penanganan, kebutaan

CORNEAL ULCER TREATMENT IN PERIPHERAL AREA : A CASE REPORT

Pricilia Olivia Tan1, Samuel Samatara2


1
General Practitioner, Tobelo Public General Hospital, North Halmahera, North Maluku, Indonesia
2
Ophtalmologist, Tobelo Public General Hospital, North Halmahera, North Maluku, Indonesia

Introduction: Corneal ulcer is the infection of the eye that is pathologically characterized by an infiltarte that
causes discontinuity to result in tissue death in the cornea. Corneal ulcers are caused by bacteria, fungi, and
viruses. The treatment of corneal ulcers must be done immediately to prevent the ulcer spread and causing other
complications.

Case Illustration: A 71-year-old woman came to the emergency room complaining of pain in the right eye and
decreased of vision since 4 days ago. Before that patient was exposed to the grass clipping into the right eye while
cleaning the garden and patient rub her eye with a cloth. One day later she complained redness of the right eye,
severe pain, and blur vision and photophobia. There was history of cataract surgery on both eyes 10 years ago.
There is no history of wearing glassess and contact lens. Opthalmic examination of the right eye shown the visual
acuity of 1/300, accompanied with ciliary injection and conjungtiva. Deep COA, white infiltration shown in the
cornea approximately 4x4mm in size, no synechiae appears in the iris. During treatment patient was given infusion
therapy, analgesic, antibiotic and anticholinergic eye drop, oral antibiotic, and vitamin.

Discussion: Corneal ulcer’s treatments use the medical and non-medical therapy. Broad-spectrum antibiotics such
as ofloxacin and levofloxacin which aim to prevent the development of microorganisms damaging the cornea.
Atropine sulphate is given to prevent acetylcholine from acting to prevent posterior synechiae and to reduce pain.
Patients also have to maintain eye hygiene in order to accelerate healing.
Keywords: Corneal ulcer, treatment, blindness

Pendahuluan

Kornea adalah selaput bening mata yang merupakan bagian selaput mata yang tembus cahaya dan menutup bola
mata bagian depan, cahaya yang masuk kedalam mata pertama kali akan melewati struktur ini. Berbagai keluhan
bisa terjadi pada kornea, termasuk salah satunya ulkus atau tukak kornea. 1 ulkus kornea merupakan hilangnya
Sebagian permukaan kornea akibat kematian jaringan kornea. Terbentuknya ulkus pada kornea mungkin banyak
ditemukan oleh adanya kolagenase yang dibentuk oleh sel epitel baru dan sel radang. Terdapat dua bentuk ulkus
pada kornea yaitu sentral dan marginal atau perifer. 2 Ulkus kornea merupakan penyebab utama kebutaan di seluruh
dunia. Saat kornea terluka oleh partikel asing memungkinkan terjadinya infeksi dari organisme tersebut yang dapat
berkembang menjadi ulkus.3

Sikatriks yang diakibatkan oleh ulkus kornea merupakan penyebab penurunan penglihatan sampai kebutaan di
seluruh dunia, akan tetapi kejadian ini dapat dihindari dengan meminimalisir faktor pencetus dan diagnosis dini serta
tatalaksana yang tepat.4

Data estimasi yang valid di berbagai negara untuk insidensi tahunan dari ulkus kornea cukup sulit didapatkan. Di
seluruh dunia diperkirakan terdapat 1,5 juta mata yang mengalami kebutaan akibat ulkus kornea, dan angka
sebenarnya kemungkinan lebih besar. Di Indonesia kebutaan yang disebabkan oleh kekeruhan kornea merupakan
penyebab keempat kebutaan di Indonesia menurut infodatin tahun 2014. Jika dibandingkan dengan tahun 1990
prevalensi gangguan penglihatan menurun dari 4,58% menjadi 3,38% di tahun 2015 sedangkan kebutaan menurun
dari 0,75% di tahun 1990 menjadi 0,48% di tahun 2015.5 

Insiden ulkus kornea terdiri dari infeksi dan noninfeksi. Patofisiologi terkait infeksi terjadi akibat bakteri, jamur, dan
virus. Bakteri Pseudomonas aeruginosa merupakan jenis bakteri yang sering menimbulkan ulkus. Penetrasi dari
bakteri yang melalui epitel kornea. Respon dari fagositosis dapat melepaskan radikal bebas dan enzim proteolitik
sehingga menimbulkan suatu nekrosis.

Infeksi jamur penyebab ulkus kornea paling sering disebabkan oleh Aspergillus dan Fusarium yang dapat
menembus epitel kornea hingga menimbulkan respon inflamasi yang lambat. Sedangkan pada infeksi virus
pembengkakan epitel sering terjadi terutama akibat virus Herpes zoster yang berhubunagn juga dengan ujung saraf
yang menimbulkan inflamasi dan nyeri.

Insiden noninfeksi yang dapat mempengaruhi terjadinya ulkus kornea seperti pemakaian lensa kontak. Trauma
okular, operasi, dan pemakaian obat-obatan imunosupresan.6

Gejala yang ditemukan pada pasien berupa mata merah, fotofobia, nyeri, dan penurunan penglihatan. Riwayat
penderita harus diketahui mulai dari adanya trauma sebelum munculnya ulkus atau adakah penyakit lain yang
menyertai keluhan dari penderita, seperti diabetes, artritis rematik, tuberkulosis, dan autoimun lain. Berikut ini
adalah lampiran laporan kasus tentang penanganan ulkus kornea di daerah terpencil dengan keterbatasan fasilitas.
Laporan Kasus

Pasien perempuan usia 71 tahun datang ke IGD RSUD Tobelo tanggal 31 Maret 2021 dengan keluhan nyeri mata
kanan disertai penglihatan menurun sejak 4 hari yang lalu, pasien mengatakan awalnya terkena potongan rumput
saat membersihkan halaman, dan pasien menggosok dengan kain. Kemudian 1 hari setelahnya pasien mengeluhkan
mata kanan tampak merah, terasa nyeri hebat dan tampak pandangan buram dan silau.

Pasien Riwayat operasi katarak pada mata kanan dan kiri 10 tahun yang lalu, Riwayat penggunaan kacamata
disangkal, Riwayat hipertensi, diabetes dan penyakit lain disangkal. Riwayat penyakit yang sama dalam keluarga
disangkal.

pada pemeriksaan fisik didapatkan pasien tampak sakit sedang, kesadaran komposmentis tekanan darah
120/80mmhg, nadi 78x/m, respirasi 20x/m, suhu 36,7 oc kemudian dilakukan pemeriksaan oftalmologis mata kanan
didapatkan visus 1/300 palpebra kesan tenang, TIO n/palpasi, Gerakan bola mata normal ke segala arah, konjungtiva
tarsal superior inferior kesan tenang, konjungtiva bulbi: injeksi siliar(+), injeksi konjungtiva(+), perdarahan
subkonjungtiva(-). COA kesan dalam, kornea tampak infiltrat putih ukuran kurang lebih 4mmx4mm, iris tidak
terdapat sinekia, pupil bulat, isokor RCL+/RCTL+, flouresens dan swab
kornea tidak dilakukan karena keterbatasan fasilitas. Sementara pada
mata kiri didapatkan visus 6/60, palpebra kesan tenang, TIO n/palpasi,
segmen anterior dan posterior tidak ditemukan kelainan.

Gambar 1. OD Perawatan hari Pertama

Pemeriksaan laboratorium pada pasien: Wbc 7.700, Hb


13.2g/dL, Plt 224.000, GDS 94mg/dL, ureum 18mg/dL, kreatinin 0,7 mg/dL, SGOT 22mg/dL, SGPT 20U/L.

Pasien di diagnosis dengan ulkus kornea okuli dekstra dengan hipopion. Dengan dasar diagnosis turunnya tajam
penglihatan, disertai fotofobia, injeksi konjungtiva dan injeksi siliar, dengan defek di sentral. Dan pasien di diagnosa
banding dengan iritis akut OD, glaucoma akut OD, trauma OD.

Pasien rawat inap di Ruangan Inap Bedah RSUD dan diberikan terapi: IVFD RL 1000cc/24 jam, cendo floxa 1gtt
OD/jam, cendo tropin 2x1gtt OD, levofloxacin 1x500mg po, vit C 1x500mg po, injeksi Santagesic 3x1gr intravena.
Pasien diberikan edukasi untuk tidak mengucek mata. Dilakukan perawatan di ruang rawat inap.

Pada hari kedua pasien masih mengalami keluhan nyeri mata kanan namun sudah berkurang. Hasil pemeriksaan
Visus mata kanan 1/300, palpebra kesan tenang, TIO n/palpasi, Gerakan bola mata normal ke segala arah,
konjungtiva tarsal superior inferior kesan tenang, konjungtiva bulbi: injeksi siliar(+),injeksi konjungtiva(+),
perdarahan subkonjungtiva(-) COA kesan dalam, kornea tampak infiltrat putih ukuran kurang lebih 4mmx4mm, iris
tidak terdapat sinekia, pupil bulat, isokor RCL+/RCTL. Sementara pada mata kiri didapatkan visus 6/60, palpebra
kesan tenang, TIO n/palpasi, segmen anterior dan posterior tidak ditemukan kelainan. Terapi yang diberikan berupa
infus RL1000cc/24 jam, Cendo Floxa 1gtt OD / jam, Cendo tropin 2x1gtt OD, levofloxacin 1x500mg po, vit C
1x500mg po, injeksi Santagesic 3x1gram intravena.
Perawatan hari ketiga nyeri mata semakin berkuran Hasil pemeriksaan Visus mata kanan 1/300, palpebra kesan
tenang, TIO n/palpasi, Gerakan bola mata normal ke segala arah, konjungtiva tarsal superior inferior kesan tenang,
konjungtiva bulbi: injeksi siliar(-),injeksi konjungtiva(-), perdarahan subkonjungtiva(-).COA kesan dalam, kornea
tampak infiltrat putih ukuran kurang lebih 4mmx4mm, iris tidak terdapat sinekia. pupil bulat, isokor RCL+/RCTL.
Sementara pada mata kiri didapatkan visus 6/60, palpebra kesan tenang, TIO n/palpasi, segmen anterior dan
posterior tidak ditemukan kelainan. Pasien diberikan Cendo Floxa 1gtt OD / jam, Cendo tropin 2x1gtt OD,
levofloxacin 1x500mg po, vit C 1x500mg po, asam mefenamat 3x500mg po tetap pasien dianjurkan untuk rawat
jalan dan kontrol poli 3 hari.

Diskusi

Ulkus kornea merupakan salah satu penyakit mata yang memicu gangguan penglihatan hingga kebutaan. Kondisi ini
menjadi suatu kegawatdaruratan yang perlu perawatan segera untuk mencegah komplikasi. Salah satu komplikasi
seperti perforasi kornea hingga invasi dari infeksi terkait menyebabkan suatu kerusakan mata permanen. 2

Infeksi bakteri Stafilokokus dan Streptokokus menimbulkan suatu ulkus oval dengan warna putih kekuningan. Ulkus
tersebut dikelilingi korena jernih. Pada infeksi jamur Fusarium dan Aspergillus, ini dapat menimbulkan suatu
keratitis dan endoftalmitis. Jamur yang menghasilkan ragi seperti Candida albicans, Cryptococcus neoformans, dan
Zygomycetes dapat menimbulkan suatu lesi di kelopak mata dan konjungtiva.3

Pada infeksi bakteri, munculnya ulkus kornea disebabkan suatu kerusakan pertahanan okuler hasil dari penetrasi
bakteri. Kerusakan epitel serta infeksi menimbulkan tahapan patogenesis yang terdiri dari tahap infiltrasi yang
merupakan proses infiltrasi sel dan limfosit ke lapisan epitelium , ulserasi aktif yang merupakan proses nekrosis sel ,
regresi yang merupakan tahap perbaikan karena proses antibodi , dan sikatrisasi berupa pembentukan sikatriks
apabila ulkus mengenai membran Bowman.7-8

Pada kasus pasien ini dimana datang dengan keluhan nyeri pada mata kanan serta penglihatan menurun yang
disebabkan oleh suatu trauma akibat potongan rumput yang mengenai mata setelah memotong rumput 2 hari
sebelum datang ke rumah sakit. Hari kedua pasien mengeluh mata merah, nyeri dan penglihatan buram juga silau.

Dari gejala serta riwayat kejadian dari kondisi pasien identik dengan suatu kejadian ulkus kornea dimana gejala
subjektif seperti mata merah, penurunan tajam penglihatan, mata berair, dan nyeri. Pada pemeriksaan ditemukan
konjungtiva tarsal superior inferior kesan tenang, konjungtiva bulbi: injeksi siliar(+),injeksi konjungtiva(+),
perdarahan subkonjungtiva(-).COA kesan dalam, kornea tampak infiltrat putih ukuran kurang lebih 4mmx4mm, iris
tidak terdapat sinekia, pupil bulat, isokor RCL+/RCTL. Kondisi ini sesuai dengan gejala objektif seperti tampakan
hipopion dan injeksi silier yang ditemukan pada pasien tersebut terkait ulkus kornea

Diagnosis yang berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik sangat penting dalam penentuan suatu terapi. Riwayat
penyakit serta pengobatan lainnya turut berperan dalam perawatan pasien. Pemeriksaan diagnostik seperti
pewaranaan dengan zat floureseins untuk melihat defek terhadap kornea juga untuk mengetahui organisme
penyebab, namun karena ketidak tersediaan pemeriksaan tersebut, maka pemeriksaan tidak dilakukan.

Selama perawatan, pasien ini diberikan terapi berupa : IVFD RL 1000cc/24 jam, cendo floxa 1gtt OD / jam, Cendo
tropin 2x1gtt OD, levofloxacin 1x500mg po, vit C 1x500mg po, injeksi Santagesic 3x1gr iv, serta penatalaksanaan
nonmedikamentosa seperti meminta pasien untuk tidak menggosok mata yang radang. Pada pemberian terapi
medikamentosa, obat Cendo Floxa merupakan obat steril dengan sediaan tetes yang mengandung antibiotik
ofloxacin untuk bakteri spektrum luas. Terapi ini diberikan sebagai medikamentosa untuk mencegah perkembangan
mikroorganisme bakteri, mencegah timbulnya erosi kornea, dan memperbaiki infiltrat pada kornea. Terapi
levofloxacin 500mg diberikan secara oral sebagai terapi antibiotic spektrum luas pengobatan bakteri pada ulkus
kornea.9

Pasien diberikan terapi cendo tropin tetes yang berisikan sulfas atropin. Terapi ini diberikan untuk mencegah kerja
asetilkolin dengan merelaksasikan otot spinkter mata sehingga menimbulkan midriasis pupil. Sulfas atropin juga
bekerja mengurangi nyeri dan memudahkan sinekia posterior untuk terlepas. 10 Juga ditambahkan terapi anti nyeri
sebagai penghilang nyeri.8

Kesimpulan

Ulkus kornea merupakan salah satu penyakit mata yang memicu gangguan penglihatan hingga kebutaan. Kondisi ini
menjadi suatu kegawatdaruratan yang perlu perawatan segera. Salah satu komplikasi seperti perforasi kornea hingga
invasi dari infeksi terkait menyebabkan suatu kerusakan mata permanen yang berujung kebutaan. Dibutuhkan terapi
nonmedikamentosa dan medikamentosa antara lain antibiotik topikal, dan antibiotik oral spektrum luas untuk
mencegah perkembangan mikroorganisme, dan antikolinergik untuk mencegah terjadinya sinekia posterior, serta
pemberian analgesik. pasien harus menjaga higienitias mata untuk meningkatkan fase penyembuhan.

Daftar pustaka

1. Suwono, W. ulkus Kornea,. Cermin Dunia Kedokteran, , 2007. .

2. Ilyas, Sidarta, Ilmu Penyakit Mata, Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2010

3. Rajesh, S.K., Patel, D.N, Sinha, M. A Clinical Microbiological Study of Corneal Ulcer Patients at Western
Gujarat, India. Microbiological study of corneal ulcer. 2013;51(6):399.

4. Biswell R. Cornea. In: Eva PR, Cunningham ET, editors, Vaughan & Asbury's General Ophtalmology, 18th
ed. New York: Lange Medical Books/McGraw-Hill, 2011: 120.
5. https://pusdatin.kemkes.go.id/article/view/19111100001/situasi-gangguan-penglihatan-2018.html
6. Vaishal P Kenia, Raj V Kenia , Onkar H Pirdankar International Journal of Health Sciences and Research
Vol.10; Issue: 3; Diagnosis and Management Protocol of Acute Corneal Ulcer, March 2020

7. https://www.ijhsr.org/IJHSR_Vol.10_Issue.3_March2020/10.pdf

8. Ulkus Kornea dalam: Ilmu Penyakit Mata Untuk Dokter Umum dan Mahasiswa Kedokteran. Penerbit
Sagung Seto Jakarta. 2012.

9. Kumar R, Andrea C, Pedram H. Current State of In Vivo Confocal Microscopy in Management of


Microbial Keratitis. Semin Ophthalmol. 2010;25(5-6):166-170.

10. https://www.medsafe.govt.nz/profs/Datasheet/a/Atropteyedrop.pdf

Anda mungkin juga menyukai