Anda di halaman 1dari 15

Kelompok :4

Anggota Kelompok :

1. Agus Misbahudin (1817202006)


2. Desi Latifah (1817202010)
3. Dewi Ratnasari (1817202013)
4. Rema Fadia Haya (1817202036)

Kelas : 6 Perbankan Syariah A

AKUNTANSI MUSYARAKAH

A. Definisi
Musyarakah sendiri berasal dari kata syirkah yang berarti pencampuran atau
interaksi. Berdasarkan IAI dalam PSAK 106, musyarakah dimaksudkan sebagai akad
kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu dengan kondisi
masing-masing pihak memberikan kontribusi dana, dengan ketentuan bahwa
keuntungan dibagi berdasarkan kesepakatan, sedangkan kerugian berdasarkan porsi
kontribusi dana.
Rukun pada transaksi musyarakah meliputi, dua pihak transaktor, objek
musyarakah (modal yang berupa kas dan atau asset non-kas serta usaha atau kerja),
serta ijab dan kabul yang menunjukkan persetujuan pihak yang bertransaksi.

B. Jenis Musyarakah
Adapun beberapa jenis musyarakah yakni :
1. Syirkatul amlak (musyarakah hak milik), merupakan kepemilikan bersama antara
pihak yang berserikat yang dapat terjadi tanpa adanya perjanjian kemitraan yang
resmi. Umumnya kepemilikan tersebut berasal dari warisan, jual-beli, dan hibah.
2. Syirkatul uqud (musyarakah akad), merupakan kepemilikan yang diperoleh dari
akad kerjasama antara pihak-pihak yang bermitra dan secara sukarela membuat
perjanjian yang memuat modal, keuntungan, serta kerugian. Terdapat beberapa
pembagian musyarakah akad ini, di antaranya :
1) Syirkah mufawwadah (kerjasama dengan penyertaan modal yang sama dan
bagi hasil maupun risiko ditanggung bersama dalam presentase yang sama)
2) Syirkah inan (kerjasama dengan penyertaan modal yang berbeda porsinya
serta pembagian bagi hasil yang menyesuaikan porsi modal dan kesepakatan)
3) Syirkah wujuh (kerjasama dimana pihak yang terikat masing-masing memiliki
prestise dan reputasi baik dalam bisnis)
4) Syirkah a’mal (kerjasama yang umumnya dilakukan oleh pihak yang seprofesi
dengan memberikan sumbangan atas keahliannya)
5) Syirkah mudharabah (kerjasama dimana salah satu pihak menyediakan modal
100% atau biasa disebut shahibul maal, dengan pihak lain sebagai pengelola
usaha)

C. Skema Musyarakah
Alur dalam transaksi musyarakah meliputi :
1. Nasabah mengajukan pembiayaan ke bank atas rencana atau proyek suatu usaha,
kemudian dilanjutkan dengan negosiasi sampai bank menyetujui proyek tersebut
dengan syarat dan ketentuan yang berlaku
2. Setelah sepakat, perjanjian dibuat dengan beberapa dokumen yang diperlukan.
Terdapat kesepakatan untuk menyediakan modal maupun menggabungkan modal
masing-masing
3. Nasabah dapat ditetapkan sebagai pengelola usaha, sedangkan bank melakukan
monetering dan evaluasi
4. Keuntungan dibagi sesuai dengan kesepakatan
5. Perjanjian kemudian berakhir sesuai waktu yang ditetapkan, nasabah akan
mengembalikan modal awal yang diberikan bank.

D. Pengawasan Syariah
Dewan Pengawas Syariah melakukan pengawasan syariah pada transaksi
musyarakah dengan langkah sebagai berikut :
1. Meneliti apakah akad pembiayaan musyarakah sesuai dengan fatwa DSN – MUI
dan ketentuan BI serta pemberian informasi tentang persyaratan pembiayaan oleh
bank kepada nasabah telah dilakukan dengan jelas dan lengkap
2. Memastikan terpenuhinya syarat dan rukun pembiayaan musyarakah serta adanya
persetujuan para pihak dalam perjanjian tersebut
3. Menguji apakah perhitungan bagi hasil sesuai dengan prinsip syariah
4. Memastikan bahwa biaya operasional telah dibebankan pada modal bersama
musyarakah.

E. Akuntansi Transaksi Pembiayaan Musyarakah


Akuntansi musyarakah diatur dalam PSAK 106 tahun 2007, dimana terdapat
penjelasan mengenai karakteristik dari musyarakah, pengakuan dan pengukuran
mengenai musyarakah, penyajian dan pengungkapan informasi pembiayaan
musyarakah tersebut dalam laporan keuangan, serta adanya pembeda untuk akuntansi
mitra aktif dan mitra pasif. Adapun penjelasan mengenai teknis perhitungan dan
penurnalan transaksi musyarakah sebagai berikut :
Kasus : Pada tanggal 2 Januari 2020, Bapak Ahmad menandatangani akad
pembiayaan usaha pertanian berupa jasa penggilingan padi bersama BMS dengan
ketentuan sebagai berikut :

Nilai Proyek Rp100.000.000


Kontribusi BMS Rp70.000.000 (pembayaran tahap pertama sebesar
Rp40.000.000 dilakukan tanggal 12 Januari,
pembayaran tahap kedua sebesar Rp30.000.000,
dilakukan tanggal 2 Februari)
Kontribusi Bapak Rp30.000.000
Ahmad
Objek Bagi Hasil Laba Bruto
Nisbah Bagi Hasil BMS 25% dan Bapak Ahmad 75%
Jangka Waktu 8 Bulan
Biaya Administrasi Rp700.000
Skema Pelaporan dan Setiap 4 bulan sekali atau 2 kali masa panen pada
Pembayaran Porsi BMS tanggal 2 Mei 2020 dan 2 September 2020
Skema Pelunasan Pada akhir periode sekitar tanggal 2 September 2020

1. Penjurnalan Transaksi Musyarakah pada Saat Akad Disepakati


Bank membuka cadangan rekening pembiayaan musyarakah untuk nasabah
dan membebankan biaya administrasi dengan mendebit rekening nasabah. Adapun
jurnal untuk membuka cadangan pembiayaan musyarakah bagi Bapak Ahmad
dengan disertai pembebanan biaya administrasi adalah sebagai berikut :
Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)
2/1/2020 Pos lawan komitmen administratif 70.000.000
pembiayaan
Kewajiban komitmen administratif 70.000.000
pembiayaan
Kas/Rekening nasabah – Bapak 700.000
Ahmad
Pendapatan administrasi 700.000

2. Penjurnalan Transaksi Musyarakah pada Saat Penyerahan Pembiayaan


Musyarakah oleh BMS kepada Nasabah
Bank pada tanggal 12 Januari mentransfer uang sebesar Rp40.000.000 ke
rekening Bapak Ahmad sebagai pembiayaan tahap pertama, selanjutnya tanggal 2
Februari bank memberikan sisa uang sebesar Rp30.000.000. Penjurnalannya
adalah sebagai berikut :
Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)
12/1/2020 Pembiayaan musyarakah 40.000.000
Kas/Rekening nasabah 40.000.000
Kewajiban komitmen administratif 40.000.000
pembiayaan
Pos lawan komitmen administratif 40.000.000
pembiayaan
2/2/2020 Pembiayaan musyarakah 30.000.000
Kas/Rekening nasabah 30.000.000
Kewajiban komitmen administratif 30.000.000
pembiayaan
Pos lawan komitmen administratif 30.000.000
pembiayaan

3. Penjurnalan Transaksi Musyarakah pada Saat Penerimaan Bagi Hasil bagi Bank
Berikut ini merupakan realisasi laba bruto usaha Bapak Ahmad selama 2 kali
masa panen yang dilaporkan pada tanggal 2 Mei dan 2 September 2020 :
No Periode Jumlah Laba Porsi Bank 25% Tanggal
Bruto (Rp) (Rp) Pembayaran Bagi
Hasil
1. Masa Panen I 17.000.000 4.250.000 2 Mei
2. Masa Panen II 19.000.000 4.750.000 12 September

Transaksi di atas dapat diklasifikasikan menjadi 2 bentuk, yaitu :


1) Penerimaan bagi hasil yang pembayarannya dilakukan bersamaan dengan
pelaporan bagi hasil (seperti pada bagi hasil untuk masa panen I)
Bapak Ahmad melaporkan bagi hasil panen I pada bank tanggal 2 Mei
2020, Bapak Ahmad juga langsung membayar bagi hasil kepada bank sebesar
Rp4.250.000, maka penjurnalannya adalah sebagai berikut :
Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)
2/5/2020 Kas/Rekening nasabah 4.250.000
Pendapatan bagi hasil musyarakah 4.250.000

2) Penerimaan bagi hasil yang waktu pembayarannya berbeda dengan tanggal


pelaporan bagi hasil (seperti pada bagi hasil untuk masa panen II), maka
penjurnalannya adalah sebagai berikut :
Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)
2/9/2020 Piutang pendapatan bagi hasil 4.750.000
musyarakah
Pendapatan bagi hasil 4.750.000
musyarakah—akrual
12/9/2020 Kas/rek. nasabah 4.750.000
Piutang pendapatan bagi hasil 4.750.000
musyarakah
Pendapatan bagi hasil musyarakah— 4.750.000
akrual
Pendapatan bagi hasil 4.750.000
musyarakah

4. Penjurnalan Transaksi Musyarakah pada Saat Akad Berakhir


Pada saat akad berakhir terdapat dua kemungkinan yaitu :
1) Nasabah pembiayaan mampu mengembalikan modal musyarakah bank
Pada tanggal 2 September 2020, saat jauh tempo Bapak Ahmad
melunasi pembiayaan musyarakah sebesar Rp70.000.000.
Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)
2/9/2020 Kas/Rekening nasabah 70.000.000
Pembiayaan musyarakah 70.000.000

2) Nasabah pembiayaan tidak mampu mengembalikan modal musyarakah bank


Bapak Ahmad tidak mampu melunasi modal musyarakah bank, maka
jurnal pada saat jatuh tempo yaitu :
Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)
2/9/2020 Piutang pembiayaan musyarakah 70.000.000
jatuh tempo
Pembiayaan musyarakah 70.000.000

Jika dikemudian hari Bapak Ahmad dapat membayar piutang


pembiayaan musyarakah saat jatuh tempo, maka jurnalnya yaitu :
Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)
Kas/Rekening nasabah 70.000.000
Piutang pembiayaan musyarakah jatuh 70.000.000
tempo

F. Variasi Transaksi
1. Akuntansi Transaksi Pembiayaan Musyarakah Aset Non-Kas
Terdapat 2 kemungkinan penggunaan asset non-kas, di antaranya:
1) Nilai wajar aset non-kas lebih tinggi dari nilai baku
Pada kasus Bapak Ahmad, misalkan pembayaran tahap pertama
(tanggal 12 Januari 2020) dilakukan dalam bentuk aset non-kas. BMS
menyerahkan peralatan penggilingan padi untuk menambah kapasitas produksi
usaha Bapak Ahmad. Aset non-kas tersebut memiliki nilai wajar
Rp40.000.000. Berdasarkan pencatatan bank, peralatan milik bank tersebut
memiliki aset bank dengan nilai buku Rp39.100.000 (harga perolehan
Rp39.500.000 dan akumulasi penyusutan Rp400.000). Adapun bentuk
jurnalnya yaitu :

Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)


2/2/2020 Pembiayaan musyarakah 40.000.000
Akumulasi penyusutan 400.000
Aset non-kas 39.500.000
Keuntungan tangguhan 900.000
Ket: penyerahan
pembiayaan musyarakah
berupa aset non-kas
dengan nilai wajar lebih
tinggi dibanding nilai buku

Berdasarkan PSAK 106 paragraf 29, keuntungan tangguhan


diamortisasi selama masa akad. Misalkan pada kasus di atas, dengan lama
akad 8 bulan, dan bank melakukan amortisasi setiap bulan, maka jurnal
amortisasi keuntungan setiap bulan adalah :
Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)
Keuntungan Tangguhan 112.500
Keuntungan 112.500
Ket: Amortisasi = total keuntungan
tangguhan/jumlah periode amortisasi
*Amortisasi = Rp900.000/8 =
Rp112.500

2) Nilai wajar aset non-kas lebih rendah dari nilai buku


Dalam kasus Bapak Ahmad di atas, misalkan pembayaran tahap
pertama (tanggal 12 Januari 2020) dilakukan dalam bentuk aset non-kas. Bank
syariah menyerahkan peralatan penggilingan padi untuk menambah kapasitas
produksi usaha Bu Nasibah. Aset non-kas tersebut memiliki nilai wajar
Rp38.000.000. Berdasarkan pencatatan bank, peralatan milik bank tersebut
memiliki aset bank dengan nilai buku Rp39.100.000 (harga perolehan
Rp39.500.000 dan akumulasi penyusutan Rp400.000). Adapun bentuk
jurnalnya adalah sebagai berikut :
Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)
2/2/2020 Pembiayaan musyarakah 38.000.000
Akumulasi penyusutan 400.000
Kerugian 900.000
Aset non-kas 39.500.000
Ket: penyerahan pembiayaan
musyarakah berupa aset non-
kas dengan nilai wajar lebih
rendah dibanding nilai buku

2. Pelunasan Pembiayaan Musyarakah secara Bertahap


Musyarakah menurun atau biasa disebut dengan musyarakah mutanaqisha
berdasarkan PSAK 106 paragraf 4 adalah musyarakah dengan ketentuan bagian
dana salah satu mitra akan dialihkan secara bertahap kepada mitra lainnya
sehingga bagian dananya akan menurun dan pada akhir masa akad mitra lain
tersebut akan menjadi pemilik penuh usaha tersebut. Pada musyarakah menurun,
pengembalian pokok investasi bank oleh nasabah dilakukan sesuai dengan jadwal
dan jumlah yang ditentukan bersama pada saat akad musyarakah disepakati.
Misalkan pada kasus di atas disepakati bahwa pengembalian pokok dilakukan
setiap tanggal 2 mulai bulan Mei hingga bulan September 2020 (5 bulan) dengan
jadwal dan realisasi pengembalian sebagai berikut :
No Jadwal Jumlah pokok pembiayaan Tanggal pembayaran
pengembalian yang dikembalikan
1 2 Mei 2020 Rp14.000.000 2 Mei 2020
2 2 Juni 2020 Rp14.000.000 2 Jun 2020
3 2 Juli 2020 Rp14.000.000 2 Juli 2020
4 2 Ags 2020 Rp14.000.000 12 Ags 2020
5 2 Sept 2020 Rp14.000.000 12 Sept 2020

Terdapat 2 kemungkinan, yakni :


1) Pembayaran cicilan pokok pembiayaan sesuai dengan jadwal
Pada kasus di atas disepakati pengembalian pokok pada bulan Mei dan
Juni yang dibayar pada tanggal jatuh tempo 2 Mei dan 2 Juni, penjurnalannya
sebagai berikut :
Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)
2/5/2020 Kas/rekening nasabah 14.000.000
Pembiayaan musyarakah 14.000.000
2/6/2020 Kas/rekening nasabah 14.000.000
Pembiayaan musyarakah 14.000.000

2) Pembayaran cicilan pokok pembiayaan melewati jadwal


Berdasarkan PSAK 106 paragraf 33, disebutkan bahwa jika
pembiayaan musyarakah belum dikembalikan oleh mitra aktif saat jatuh
tempo, pembiayaan musyarakah tersebut selanjutnya diakui sebagai piutang.
Pada kasus di atas, jurnal untuk pengembalian pokok pada bulan Agustus dan
September yang dibayar setelah tanggal jatuh tempo adalah sebagai berikut :
Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)
2/8/2020 Piutang musyarakah jatuh tempo 14.000.000
Pembiayaan musyarakah 14.000.000
12/8/2020 Kas/rekening nasabah 14.000.000
Piutang musyarakah jatuh 14.000.000
tempo
2/9/2020 Piutang musyarakah jatuh tempo 14.000.000
Pembiayaan musyarakah 14.000.000
12/9/2020 Kas/rekening nasabah 14.000.000
Piutang musyarakah jatuh 14.000.000
tempo

3. Kerugian Usaha Musyarakah


Kerugian usaha musyarakah dapat dibedakan menjadi dua jenis yakni :
1) Kerugian disebabkan bukan karena kelalaian pengelola
Misalkan pada bagi hasil masa panen II, dilaporkan pada tanggal 2
September 2020 bahwa usaha Bapak Ahmad mengalami kerugian sebesar
Rp2.000.000 akibat bencana alam banjir yang mengenai gudang penyimpanan
berasnya. Berdasarkan ketentuan musyarakah, kerugian yang diakui bank
adalah sesuai porsi bank. Adapun perhitungannya sebagai berikut :
Porsi tanggung jawab bank =

Porsi tanggung jawab bank =

Porsi tanggung jawab bank = Rp 1.400.000

Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)


Beban kerugian musyarakah 1.400.000
Cadangan kerugian pembiayaan musyarakah 1.400.000

Kerugian musyarakah sebesar Rp1.400.000 tersebut menunjukkan


bahwa bank syariah menanggung 70% kerugian Rp2.000.000 pembiayaan
musyarakah yang terjadi. Implikasi dari adanya kerugian tersebut adalah
berkurangnya pengembalian modal pembiayaan musyarakah milik bank
syariah. Berdasarkan PSAK 106 paragraf 26, disebutkan bahwa bagian mitra
pasif atas pembiayaan musyarakah dengan pengembalian dana mitra pasif di
akhir akad dinilai sebesar jumlah kas yang dibayarkan untuk usaha
musyarakah pada awal akad dikurangi dengan kerugian (jika ada); atau nilai
wajar asset musyarakah non-kas pada saat penyerahan untuk usaha
musyarakkah setelah dikurangi penyusutan dan kerugian (jika ada).
Dengan demikian, jurnal pada saat Bapak Ahmad mengembalikan
modal musyarakah pada waktu jatuh tempo adalah sebagai berikut.

Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)


Kas/Rekening nasabah 68.600.000
Cadangan kerugian pembiayaan musyarakah 1.400.000
Pembiayaan musyarakah 70.000.000

2) Kerugian disebabkan karena kelalaian pengelola


Terdapat 2 kemungkinan yakni :
a. Kerugian disebabkan karena kelalaian pengelola dan dipandang masih
mampu melanjutkan usaha, maka kerugian ditangung oleh mitra aktif atau
pengelola usaha musyarakah.
b. Kerugian disebabkan karena kelalaian pengelola dan dipandang tidak
mampu melanjutkan usaha (bangkrut), dalam hal ini, bank syariah bisa
mengikuti perlakuan kebijakan kolektibilitas Bank Indonesia.
Berikut merupakan ilustrasi pembiayaan musyarakah menurun dengan
kasus nasabah pengelola melakukan kelalaian dan dipandang tidak mampu
melanjutkan usaha (bangkrut) :

Transaksi Pembiayaan Musyarakah Menurun – Kasus Bermasalah

Informasi singkat pembiayaan musyarakah menurun:

a. Besarnya investasi bank 1.000.000.


b. Besarnya investasi nasabah 500.000.
c. Angsuran pokok dibayarkan 10x dalam setiap bulan @100.000.
d. Bagi hasil ditentukan berdasarkan profit sharing dengan nisbah nasabah :
bank = 40 : 60
e. Pencairan dilakukan 10 Januari 2009.
f. Angsuran pokok dan bagi hasil dijadwalkan dibayar setiap tanggal 10,
yaitu tanggal 10 Februari 2009 s.d. 11 November 2009.

Jurnal untuk ilustrasi di atas adalah sebagai berikut :

a. Jurnal Saat Pencairan


Misalnya pada tanggal 10 Januari 2009 bank melakukan pencairan ke
rekening nasabah, maka jurnal saat pencairan adalah sebagai berikut.
Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)
Pembiayaan musyarakah 1.000.000
Kas/Rekening nasabah 1.000.000

b. Jurnal Penyisihan
Saat akhir bulan 31 Januari 2009 bank melakukan penilaian atas
kualitas asset. Karena baru cair dan status lancar, maka bank wajib
membentuk cadangan kerugian sebesar 1%.
Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)
Beban penyisihan penghapusan 10.000
Penyisihan penghapusan 10.000
Keterangan: 1% x 1.000.000 = 10.000
Biaya penyisihan penghapusan sebesar Rp10.000 masuk L/R,
sedangkan penyisihan penghapusan sebesar Rp10.000 masuk sisi asset
neraca sebagai contra account musyarakah.
Atas jurnal penyisihan ini, maka penyajian di neraca sisi asset adalah:
Pembiayaan musyarakah Rp1.000.000
Penyisihan penghapusan Rp (10.000)
Pembiayaan musyarakah net Rp 990.000
Misalkan selama bulan Februari, Maret, dan April, nasabah secara
rutin mengangsur pokok dan bagi hasil kepada bank syariah dengan
jumlah sebagai berikut.
Jumlah Laba (Rp) Porsi Bank 60% Jumlah Angsuran
Bulan
(Rp) Pokok
Feb 20.000 12.000 100.000
Mar 22.000 13.200 100.000
Apr 19.000 11.400 100.000

Misalkan pada 10 Februari 2009, nasabah mengangsur pokok dan bagi


hasil. Realisasi profit adalah 20.000. jurnal untuk angsuran pokok dan bagi
hasil pada tanggal tersebut adalah sebagai berikut.
Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)
Rekening nasabah 100.000
Pembiayaan musyarakah 100.000
Rekening nasabah 12.000
Pendapatan bagi hasil 12.000
Ket: angsuran pokok porsi bagi hasil diterima
bulan Januari
Rekening nasabah 100.000
Pembiayaan musyarakah 100.000
Rekening nasabah 13.200
Pendapatan bagi hasil 13.200
Ket: angsuran pokok porsi bagi hasil diterima
bulan Februari
Rekening nasabah 100.000
Pembiayaan musyarakah 100.000
Rekening nasabah 11.400
Pendapatan bagi hasil 11.400
Ket: angsuran pokok porsi bagi hasil diterima
bulan Maret

Misalkan pada tanggal 10 Mei 2009, nasabah tidak mengangsur pokok


dan bagi hasil. Realisasi profit adalah 0. Diketahui 7 hari kemudian, usaha
nasabah berhenti total karena kebakaran akibat kecerobohan nasabah.
Maka, Jurnal angsuran pokok : tidak ada dan Jurnal bagi hasil : tidak ada
Atas kejadian ini, bank menentukan kolektibilitas 5 pada investasi
yang disalurkan tersebut. Hal ini disebabkan karena sudah tidak
dimungkinkan lagi usaha yang dibiayai memberikan hasil atau
keuntungan. Diketahui juga bahwa agunan yang digunakan dalam
investasi turut terbakar.
Saldo pokok investasi saat ini yang belum terbayar adalah 700.000
(besarnya investasi awal 1.000.000 dikurangi 3× angsuran pokok
@100.000). Berdasarkan ketentuan BI, maka investasi kolektibilitas
harus membentuk cadangan kerugian 100% dari saldo pokok investasi
yang belum terbayar.
Penyisihan yang harus dibentuk: 100% × 700.000 = 700.000
Penyisihan yang telah dibentuk pada 31 Jan 2009 = (10.000)
Kekurangan penyisihan adalah = 690.000

c. Jurnal Penyisihan Penghapusan


Sesuai ketentuan Bank Indonesia, tingkat kolektibilitas atau kualitas
investasi ditentukan di akhir bulan. Maka pada tanggal 31 Mei 2009, bank
mengakui adanya biaya penyisihan penghapusan dengan jurnal sebagai
berikut:

Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)


Beban penyisihan penghapusan 690.000
Penyisihan penghapusan 690.000

Berdasarkan jurnal penyisihan diatas, maka penyajian di neraca sisi


aset adalah:
Pembiayaan musyarakah = 700.000
Penyisihan penghapusan = (700.000)
Pembiayaan musyarakah net =0

d. Jurnal Penghapusbukuan
Bank sebagai perusahaan berbadan hukum, melakukan
penghapusbukuan atas investasi ini sesuai prosedur, misalnya melalui
Rapat Umum Pemegang Saham. Disepakati bahwa hapus buku dilakukan
12 bulan kemudian setelah diajukan ke Rapat Umum Pemegang Saham
tahun buku 2009. Hapus buku dilakukan pada tanggal 31 Mei 2010. Maka
jurnal penghapusbukuan pembiayaan musyarakah menurun adalah sebagai
berikut:

Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)


Penyisihan penghapusan 700.000
Pembiayaan musyarakah 700.000

e. Jurnal Penerimaan Kembali Investasi yang Telah Dihapus Buku


Misalkan pada tanggal 1 Juni 2010, nasabah dengan itikad baik
melakukan angsuran pokok investasi. Hal ini dikarenakan kerugian
pembiayaan musyarakah menurun terjadi akibat kelalaian nasabah. Sesuai
kemampuan arus kasnya, maka nasabah mengangsur 300.000. Jurnal atas
penerimaan angsuran atas investasi yang telah dihapus buku :

Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)


Kas/rekening nasabah 300.000
Penyisihan Penghapusan 300.000

4. Penyajian Transaksi Musyarakah


Berdasarkan PAPSI 2013 (h. 5.8) terdapat beberapa akun terkait transaksi
pembiayaan musyarakah. Akun tersebut adalah pembiayaan musyarakah, piutang
bagi hasil, cadangan kerugian penurunan nilai pembiayaan musyarakah. Berikut
merupakan penjelasannya :
1) Pembiayaan musyarakah disajikan sebesar saldo pembiayaan musyarakah
nasabah kepada bank. Tagihan kepada mitra aktif yang disebabkan akibat
kelalaian atau penyimpangan mitra aktif (nasabah) disajikan sebagai bagian
dari pembiayaan musyarakah. Pembiayaan musyarakah yang diakhiri sebelum
jatuh tempo atau sudah berakhir dan belum diselesaikan oleh nasabah tetap
disajikan sebagai bagian dari pembiayaan musyarakah.
2) Piutang bagi hasil disajikan sebagai bagian dari aset lainnya pada saat nasabah
tergolong performing. Sedangkan, apabila nasabah tergolong non-performing
maka piutang bagi hasil disajikan pada rekening administratif.
3) Cadangan Kerugian Penurunan Nilai Pembiayaan Musyarakah disajikan
sebagai pos lawan (contra account) Pembiayaan Musyarakah.
5. Pengungkapan Transaksi Musyarakah
Berdasarkan PAPSI 2013 (h. 5.9-10), hal-hal yang harus diungkapkan terkait
dengan transaksi pembiayaan berdasarkan musyarakah adalah:
1) Rincian jumlah pembiayaan musyarakah berdasarkan modal mitra, jenis
valuta, jenis penggunaan, sektor ekonomi, status bank dalam pembiayaan
musyarakah (mitra pasif), dan mitra aktif (jika mitra aktif bukan berasal dari
salah satu mitra musyarakah).
2) Klasifikasi pembiayaan musyarakah menurut jangka waktu akad pembiayaan,
kualitas pembiayaan, dan tingkat bagi hasil rata-rata.
3) Jumlah dan persentase pembiayaan musyarakah yang diberikan kepada pihak-
pihak berelasi
4) Jumlah dan persentase pembiayaan musyarakah yang telah direstrukturisasi
dan informasi lain tentang pembiayaan musyarakah yang direstrukturisasi
selama periode berjalan.
5) Kebijakan manajemen dalam pelaksanaan pengendalian risiko portofolio
pembiayaan musyarakah.
6) Besarnya pembiayaan musyarakah bermasalah dan cadangan kerugian
penurunan nilai untuk setiap sektor ekonomi.
7) Kebijakan dan metode yang dipergunakan dalam penanganan musyarakah
bermasalah.
8) Ikhtisar pembiayaan musyarakah yang dihapus buku yang menunjukkan saldo
awal, penghapusan selama tahun berjalan, penerimaan atas pembiayaan
musyarakah yang telah dihapusbukukan dan pembiayaan musyarakah yang
telah dihapustagih dan saldo akhir pembiayaan musyarakah yang dihapus
buku.

Anda mungkin juga menyukai