Anda di halaman 1dari 14

KAJIAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

PADA TAMBANG BAWAH TANAH


PT. FREEPORT INDONESIA

PROPOSAL TUGAS AKHIR

Oleh
TOMY INDARTO
NIM. 97032/TA

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2002
A. JUDUL
“KAJIAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA
TAMBANG BAWAH TANAH PT. FREEPORT INDONESIA”

B. ALASAN PEMILIHAN JUDUL


Masalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada industri
Pertambangan akhir-akhir ini terus berkembang seiring dengan teknologi
dalam bidang industri pertambangan. Kemajuan tersebut telah mengakibatkan
munculnya berbagai persoalan dan dampak industri pertambangan yang
semakin komplek dan telah mengundang perhatian banyak orang. Hal ini
terbukti dari banyaknya tekanan yang datang dari masyarakat luas terhadap
pengelolaan dan kehadiran industri pertambangan di tengah-tengah
kehidupan mereka. Munculnya persaingan yang ketat antar industri
pertambangan, sering dikaitkan dengan berbagai isu masalah Keselamatan
dan Kesehatan Kerja yang dapat digunakan sebagai alat dalam memasuki
pasar dunia.
Keadaan tersebut diatas telah merubah pandangan masyarakat
khususnya masyarakat industri pertambangan terhadap pentingnya penerapan
manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja secara sungguh-sungguh
dalam industri pertambangan. Akan tetapi pada kenyataannya memberikan
pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja tidaklah mudah apabila ditinjau
dari luasnya ruang lingkup yang harus ditangani dan ragam persoalan yang
ada serta dampak terkait yang dapat menimbulkan kecelakaan akibat dari
suatu kegiatan penambangan.
Sesuai dengan uraian singkat tersebut, penulis berusaha untuk
mengkaji manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang diterapkan di
PT. Freeport Indonesia, dalam hal ini penulis memilih lokasi penambangan
bawah tanah dengan pertimbangan lokasi penambangan bawah tanah lebih
mempunyai tingkat resiko yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan lokasi
penambangan di permukaan.
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui hal-hal yang menyebabkan peningkatan resiko Keselamatan
dan Kesehatan Kerja pada Tambang bawah tanah PT. Freepor Indonesia.
2. Menganalisa manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada
tambang bawah tanah PT. Freeport Indonesia.
3. Memberikan solusi untuk meningkatkan program manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja pada tambang bawah tanah PT. Freeport
Indonesia.

D. PERUMUSAN MASALAH
Keselamatan dan Kesehatan kerja dalam industri pertambangan
sebagai suatu konsep dan pekerjaan mempunyai tujuan akhir meniadakan
kecelakaan dan sekaligus menekan seminimal mungkin biaya yang
dikeluarkan sebagai akibat dari adanya kecelakaan. Apapun program yang
dicanangkan akan bermuara pada tujuan tersebut. Kecelakaan, bagaimanapun
tingkat keparahannya akan tetap merugikan, tidak hanya bagi yang
mengalaminya, namun perusahaan akan menanggung dampaknya.
Kecelakaan, apalagi yang mengakibatkan cacat tetap atau kematian pasti
menyisakan penderitaan bagi sanak keluarganya.
Bagi industri pertambangan, kecelakaan kerja berarti kerugian
finansial, moral, dan citra. Terlebih lagi jika kecelakaan kerja tersebut
mempengaruhi nilai sahamnya. Karena begitu besar pengaruh kecelakaan
kerja terhadap citra perusahaan, sehingga perusahaan-perusahaan tambang
harus menyisihkan paling tidak 25 % dari keuntungan bersihnya untuk dana
resiko, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk membayar premi asuransi,
kerugian yang tidak diasuransikan, dan usaha-usaha pencegahan.
Begitu besarnya beaya yang harus dikeluarkan untuk suatu kecelakaan
kerja dan juga dampaknya terhadap citra perusahaan tambang, sehingga
usaha pencegahan merupakan prioritas utama. Studi dan dan penelitian
tentang sistem kecelakaan dan kesehatan kerja tambang menjadi program
yang wajib dilakukan. Dan hal yang tidak bisa ditawar adalah dengan
mengikutkan jajaran manajemen keselamatan dan kesehatan kerja pada
perusahaan tambang tersebut.

E. DASAR TEORI
1. Kerangka Dasar Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang merupakan
bagian dari proses manajemen keseluruhan mempunyai peranan penting di
dalam pencapaian tujuan perusahaan melalui pengendalian rugi perusahaan
tersebut. Alasan ini adalah tepat mengingat penerapan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja dalam suatu perusahaan betujuan mencegah, mengurangi
dan menanggulangi setiap bentuk kecelakaan yang dapat menimbulkan
kerugian-kerugian yang tidak dikehendaki.
Keberhasilan penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam
suatu industri sangat bergantung pada pandangan manajemen terhadap
Keselamatan dan Kesehatan Kerja itu sendiri. Ungkapan ini didasarkan pada
kenyataan dimana masih banyak terdapat perusahaan yang berpandangan
bahwa penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam kegiatannya akan
mengurangi perolehan keuntungan perusahaan. Pandangan ini sama sekali
tidak dapat dibenarkan, karena pada hakekatnya penerapan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja justru akan melipatgandakan keuntungan melalui
pencegahan kecelakaan yang dapat menimbulkan kerugian dan peningkatan
produktifitas. Bahkan tidaklah berlebihan kiranya apabila suatu industri yang
memiliki resiko tinggi seperti industri pertambangan berpandangan bahwa
pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan tanggung jawab
seluruh karyawan dan tidak semata-mata tanggung jawab suatu bagian atau
pimpinan perusahaan. Hal ini dimungkinkan mengingat adanya pernyataan
manajemen yang mengidentikkan masalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja
dengan produk yang dihasilkan. Oleh karena itu segala perlakuan terhadap
produk tidak dapat dibedakan dengan perlakuan terhadap Keselamatan dan
Kesehatan Kerja.
Kerangka dasar manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja dapat
disusun sebagai berikut :
a. Fungsi utama manajemen yang meliputi perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, pengendalian, dan pengambilan
keputusan yang berkaitan dengan masalah Keselamatan dan Kesehatan
Kerja. Contoh dari kelima fungsi ini ditentukan oleh konsep dasar
Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang dianut industri tersebut.
b. Kegiatan utama manajemen yang meliputi pembiayaan dan
pelaporannya, pengoperasian, produk pemasaran dan penjualan serta
sistem komunikasi dan informasi. Kegiatan-kegiatan ini merupakan
sasaran dan tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan.
c. Sumber daya dan pembatas yang meliputi manusia,
materialisme dan peralatan, kebutuhan konsumen, kondisi ekonomi,
masyarakat dan lingkungan kerja serta peraturan pemerintah dapat
merupakan masukan kegiatan manajemen dan fungsi manajemen.
Dengan melandaskan pada kerangka dasar manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja tersebut diatas maka tujuan manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja adalah melakukan pencegahan kecelakaan atau kerugian
perusahaan dengan merealisasikan setiap fungsi manajemen dalam
melaksanakan kegiatan yang dibatasi oleh sumber atau masukan yang
dimiliki.

2. Konsep Sebab Kecelakaan


Sebab kecelakaan merupakan landasan dari manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja, karena usaha Keselamatan dan Kesehatan Kerja
diarahkan untuk mengendalikan sebab terjadinya kecelakaan. Untuk dapat
memahami dengan baik tentang konsep sebab kecelakaan kerja maka
manajemen dituntut memahami sumber penyebab terjadinya kecelakaan.
Dalam kaitannya dengan manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja, sebab kecelakaan dapat bersumber dari empat kelompok besar, yaitu :
a. Faktor Lingkungan
Faktor ini berkaitan dengan kondisi fisik ditempat kerja yang meliputi :
- Keadaan lingkungan kerja
- Kondisi proses produksi
- Proses Produksi
b. Faktor Alat Kerja
Dimana bahaya yang ada dapat bersumber dari peralatan dan bangunan
tempat kerja yang salah dirancang atau salah pada saat pembuatan serta
terjadinya kerusakan-kerusakan yang diakibatkan oleh salah rancang.
Selain itu kecelakaan juga bisa disebabkan oleh bahan baku produksi
yang tidak sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan, kesalahan dalam
penyimpanan, pengangkutan dan penggunaan.
c. Faktor Manusia
Faktor ini berkaitan dengan perilaku dan tindakan manusia didalam
melakukan pekerjaan, meliputi :
- Kurang pengetahuan dan ketrampilan dalam bidang kerjanya maupun
dalam bidang keselamatan kerja.
- Kurang mampu secara fisik (karena cacat atau kondisi yang lemah)
atau secara mental.
- Kurang motifasi kerja dan kurang kesadaran akan keselamatan kerja.
- Tidak memahami dan menaati prosedur kerja secara aman.
Bahaya yang ada bersumber dari faktor manusianya sendiri yang
sebagian besar disebabkan tidak menaati prosedur kerja.
d. Kelemahan Sistem Manajemen
Faktor ini berkaitan dengan kurang adanya kesadaran dan pengetahuan
dari pucuk pimpinan untuk menyadari peran pentingnya masalah
Keselamatan dan Kesehatan Kerja, meliputi :
- Sikap manajemen yang tidak memperhatikan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja di tempat kerja.
- Organisasi yang buruk dan tidak adanya pembagian tanggung jawab
dan pelimpahan wewenang bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
secara jelas.
- Sistem dan prosedur kerja yang lunak atau penerapannya tidak tegas.
- Tidak adanya standar atau kode Keselamatan dan Kesehatan Kerja
yang dapat diandalkan.
- Prosedur pencatatan dan pelaporan kecelakaan atau kejadian yang
kuang baik.
- Tidak adanya monitoring terhadap sistem produksi.
Kelemahan Sistem manajemen ini mempunyai peranan yang sangat
besar sbagai penyebab kecelakaan, karena sistem manajemenlah yang
mengatur ketiga unsur produksi (manusia, peralatan, dan tempat kerja).
Ketimpangan yang terjadi pada sistem manajemen akan menimbulkan
ketimpangan pada ketiga unsur sistem produksi yang lain. Sehingga
sering dikatakan bahwa kecelakaan merupakan manifestasi dari adanya
kesalahan manajemen dalam sistem manajemen yang menjadi penyebab
timbulnya masalah dalam proses produksi.

3. Konsep Akibat Kecelakaan


Pengertian terjadinya kecelakaan sering dikaitkan dengan akibat
yang ditimbulkan, untuk memahami dengan baik tentang kecelakaan maka
hal yang harus dipertimbangkan adalah konsepsi akibat yang ditimbulkan.
Didalam penerapannya, para manager harus bepandangan bahwa suatu
kejadian yang mengakibatkan terjadinya kecelakaan tidak hanya terbatas
pada keadaan didalam lingkungan pengolahan saja,akan tetapi lingkungan
luar pengolahan juga harus dipertimbangkan. Karena pada dasarnya kejadian
di dalam berdampak negatif terhadap lingkungan luar.
Demikiian pula terhadap pengertian kecelakaan tersebut tidak harus selalu
dikaitkan dengan akibat yang ditimbulkan atau kerugian yang dialami.
Maksud pengertian ini menekankan bahwa suatu kejadian baru dikatakan
kecelakaan apabila mengakibatkan cedera, korban jiwa, penyakit akibat kerja
atau kerugian-kerugian lainnya.

4. Prinsip Pencegahan Kecelakaan


Pencegahan kecelakaan dalam kaitannya dengan masalah
Keselamatan dan Kesehatan Kerja harus mengacu dan bertitik tolak pada
konsep sebab akibat kecelakaan, yaitu dengan mengendalikan sebab, dan
mengurangi akibat kecelakaan.
Upaya ini dilandasi dengan kenyataan bahwa suatu kecelakaan terjadi bila
adanya bahaya tidak dapat terkendali dan penanganan bahaya akan lebih
mudah bila dilakukan sejak tahap awal. Demikian pula terhadap akibat yang
terjadi dapat ditekan seminimal mungkin.
Berdasarkan prinsip pencegahan kecelakaan tersebut maka fungsi dasar
manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja memegang peranan penting
terhadap upaya pengenalian kecelakaan sesuai dengan program yang telah
ditetapkan.

5. Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja Di industri Pertambangan


Program keselamatan kerja yang baik adalah program yang
didasarkan pada prinsip close the loop atau prinsip penindaklanjutan hingga
tuntas. Secanggih apapun program yang ditawarkan, jikalau berhenti di
tengah jalan dan tidak diikuti dengan tindak lanjut yang nyata tentu tidak
memiliki arti. Baik Internationa Loss Control Institute (ILCI) maupun
National Occupational Safety Association (NOSA) menyebutkan bahwa
sistem keselamatan kerja yang efektif harus memenuhi prinsip-prinsip
sebagai berikut :
a. Identifikasi Bahaya (Identification Hazzard)
Adalah tidak sama bahaya di lingkungan kerja satu dengan yang lain.
Untuk program yang umum dijumpai di industri pertambangan dalam
kaitannya dengan prinsip ini antara lain :
- Program pengenalan dan peduli bahaya (Hazzard
Recognition and awareness Program)
- Program komunikasi bahaya dan inventori bahan
kimia ( Hazard Communication and Chemical Inventory Program)
- Program Pemantauan Higiena Perusahaan
- Program Percontoh (Sampling Program)
- STOP Program
- Program Penilaian Resiko (Risk Assesment Program)
- Program Inspeksi Keselamatan Kerja (Safety
Inspection Program)
- Audit Dasar Pihak Ketiga (Third Party Baseline
Audit)
b. Menyusun Standart Kinerja Dan Sistem Pengukuran (Set
Standart of Performance and Measurement)
Di dalam langkah ini dipandang sangat penting untuk menmbuat standart,
prosedur atau kebijakan yang berkaitan dengan potensi bahaya yang telah
diketahui. Dalam penyusunan prosedur ini sebaiknya melibatkan semua
tingkatan managemen dan pelaksana di lapangan.
- Program Penyusunan Kebijakan, Standart Kerja,
Prosedur dengan tolok ukur standart institusi international, pemerintah
dan pabrik.
- Program Review Prosedur Kritis (Critical Prosedur
Review)
- Program Inspeksi Keselamatan Kerja (Safety
Inspection Program)
- Program Pertanggunggugatan Keselamatan Kerja
(Safety Accountability Program)
- Program Pertemuan Keselamatan Kerja (Safety
Meeting Program)
c. Menyusun Standart Pertangunggugatan (Set Standard of
Accountability)
Langkah ini adalah untuk menetapkan sistem pertanggunggugatan untuk
masing-masing tingkatan manajemen. Program yang sering dijumpai
berkaitan dengan langkah ini adalah :
- Program Standarisasi Penugasan (Assignment
Standardization Program )
- Program Standarisasi Pertanggunggugatan
(Accountability Standardisation Program)
- Program Evaluasi Diskripsi Kerja (Job Description
Evaluation Program)
- Program KRA-KPI
d. Mengukur Kinerja Terhadap Standar yang Ditentukan (Measure
Performance against Standard)
Langkah ini untuk mengetahui seberapa tinggi kinerja yang dipakai
terhadap standar yang ada. Beberapa program yang telah sangat dikenal
dalam langkah ini adalah :
- Audit keselamatan kerja Internal dan Eksternal
(Internal & External Safety Audit)
- Inspeksi Keselamatan Kerja (Safety Inspection
Program)
- Program Analisa Kecelakaan (Accident Investigation
Program)
- NOSA Five Starrs Grading Audit
- Housekeeping Evaluation
e. Mengevaluasi Hasil yang dicapai (Evaluate Outcome)
Termasuk dalam langkah ini adalah mengevaluasi adanya penyimpangan
dari peraturan perundangan dan standar internasional yang berlaku.
Contoh program dalam langkah ini antara lain:
- Program statistik kecelakaan (Safety Statistic
Program)
- Program Pelaporan ke Pemerintah (Government
Reporting )
- Program Analisa Kecelakaan (accident Analysis
Program)
- Evaluasi Kesehatan Karyawan (Medical Evaluation)
- Program Perlindungan Pendengaran dan Pernafasan
- Audit Follow up
f. Melakukan Koreksi Terhadap Penyimpangan yang Ada
(Correct Deviations and Deficiencies )
Salah satu contoh yang amat dikenal dalam langkah ini adalah :
- Program Penghargaan Safety (Safety Recognition
Program)
- Program Koreksi Tuntas (Correction –Close The
Loop Program)
- Program Pertemuan Kepala Teknik Tambang
(Technical Manager Meeting)
- Audit Tindak Lanjut Oleh Manajemen (Audit Follow
Up By Management)

F. METODOLOGI PENELITIAN
1. Pengumpulan Data
Merupakan proses pengambilan data dari berbagai sumber yang akan
digunakan dalam penyusunan Tugas Akhir ini. Data-data yang akan
diambil antara lain :
a. Sistem Penambangan yang diterapkan
b. Kondisi Front kerja dan lingkungan sekitar
c. Program keselamatan dan Kesehatan Kerja Di PT. Freeport Indonesia.
d. Besar angka kekerapan kecelakaan.
e. Proses terjadinya kecelakaan.
f. Mencatat kejadian yang terjadi dan wawancara seperlunya.
2. Urutan Penelitian
a. Studi Literatur
Mempelajari literatur yang menunjang yang dapat diperoleh dari :
- Instansi yang terkait dengan permasalahan
- Perpustakaan
- Brosur-brosur
- Peta, grafik,tabel dan lain-lain
b. Pengamatan di Lapangan
Pengamatan di lapangan dilakukan untuk memperoleh pengertian dan
gambaran kondisi kerja dan lingkungan sekitar, serta hal-hal yang
berpengaruh terhadap program Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
c. Pengumpulan Data
Pelaksanaan untuk memperoleh data yang diperlukan dari berbagai
sumber dalam penyusunan Tugas Akhir.
d. Pengolahan Data
Pengolahan data merupakan usaha untuk menyusun dan mengolah
data. Data yang terkumpul kemudian diklasifikasikan sesuai dengan
kegunaannya.
e. Analisa Hasil Pengolahan Data
f. Kesimpulan

G. RENCANA DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
BAB
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Penelitian
C. Identifikasi Masalah
D. Pembatasan Masalah
E. Pemecahan Masalah
F. Hasil Yang Diharapkan

II. TINJAUAN UMUM


A. Lokasi Penelitian
B. Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Di PT.
Freeport Indonesia.
C. Program Keselamatan Kerja di PT. Freeport Indonesia

III. DASAR TEORI


A. Kerangka Dasar Keselamatan dan Kesehatan Kerja
B. Konsepsi Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
C. Pengenalan Bahaya
D. Prinsip Pengendalian bahaya

IV. KAJIAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI PT.


FREEPORT INDONESIA
A. Permasalahan Dalam Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Di PT. Freeport Indonesia
B. Statistik Kecelakaan
C. Penyebab dan Faktor-faktor Pendukung Terjadinya
peningkatan Kekerapan Kecelakaan Kerja.
D. Kelemahan Dalam Pelaksanaan Program Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Di PT. Freeport Indonesia

V. PEMBAHASAN
A. Sistem Keselamatan Kerja dan Metode Analisa Keselamatan
Kerja
B. Sosialisasi Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja di Seluruh Departemen
C. Peningkatan Efektifitas Pengidentifikasian Bahaya

VI. KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

H. RENCANA DAFTAR PUSTAKA


1. Roger L. Brauer, “safety and health for Engineers”, Van Nonstrand
Reinhold, New York, 1994

2. Suma’mur P.K, Dr. Msc,”Keselamatan Kerja dan Pencegahan


Kecelakaan”, Gunung Agung, Jakarta, 1981.

3. John V Crimaldi, Rollin H. Simonds, “Safety Management”, Fifth


Edition, ASSE, Illinois,1993.

Anda mungkin juga menyukai