Anda di halaman 1dari 2

FILSAFAT ILMU

Nama : Maharani Ayu Lestari


NIM : D032211007
Dosen Pengajar : Prof.Dr.Ir. Ansar Suyuti, M.T
Tugas :1
Tanggal Pertemuan : 16 Agustus 2021

1. Siapa dan bagaimana pendapat dari penganut Ilmu bebas nilai dan ilmu tidak bebas
nilai?
a. Ilmu bebas nilai: Salah satu pencetus dan penganut pemahaman ini adalah
Ahli Sosiologi dari Jerman, yakni Max Weber yang mencetus Werturteilsfreiheit
(Value-Freedom). Max Weber berpendapat bahwa terdapat jurang logis yang
memisahkan hipotesis kausal dan generalisasi empiris sains dari penilaian
nilai. Jurang logis itu adalah moral, politik, dan preferensi estetika (aesthetic
preferences). Max Weber juga berpendapat bahwa seharusnya sains dan nilai
adalah 2 hal yang terpisah. Max Weber juga percaya, dengan perlakuan nilai-
nilai empiris dan kritis maka nilai-nilai tertinggi dapat terlihat.
b. Ilmu tidak bebas nilai: Jean Francouis Lyotard, merupakan salah penganut dari
pandangan Ilmu tidak bebas nilai. Jika dalam Ilmu bebas nilai merupakan
bagian dari Modernisme, maka ilmu tidak bebas nilai merupakan bagian dari
Postmodernisme dan yang memperkenalkan postmodernisme ialah Jean
Francouis Lyotard, seorang filsuf dari Prancis. Dalam bukunya yang berjudul
“The Postmodern Condition: a Report on Knowledge”, Jean Francouis Lyotard
menggambarkan perubahan status pengetahuan dalam masyarakat yang
paling maju. Masyarakat yang memasuki era pasca industri atau era
kapitalisme lanjut. Ia menggunakan istilah “postmodern” untuk menggambarkan
kondisi tersebut. Jean Francouis Lyotard mengkaitkan perubahan status
pengetahuan dengan krisis narasi-narasi. Postmodernisme adalah pandangan
dunia yang menyangkal semua pandangan dunia. Jean Francouis Lyotard
mengartikan postmodernisme sebagai segala kritik atas pengetahuan
universal, atas tradisi metafisik, fondasionalime maupun modernism. Menurut
Jean Francouis Lyotard untuk mengaktifkan sains atau ilmu pengetahuan
adalah dengan menghidupkan perbedaan-perbedaan, keputusan-keputusan,
dan keterbukaan pada tafsiran-tafsiran baru. Postmodernisme mengatakan
bahwa tidak ada kebenaran universal yang valid untuk setiap orang. Individu
terkuncikan dalam perspektif terbatas oleh ras, gender, dan etnis masing-
masing.
2. Kenapa lanjut S2, Ilmu apa yang ingin diketahui di S2, dan bagaimana cara
memperolehnya?
Alasan lanjut S2 karena ingin jauh mengetahui dan mengimplementasikanya nanti
mengenai ilmu elektronika, teknologi, dan kaitannya dengan telekomunikasi yang
bersertifikat resmi di jalur akademik. Cara memperolehnya dengan menyelesaikan
semua mata kuliah dan memilih mata kuliah pilihan yang berkaitan dengan
elektronika, teknologi, dan telekomunikasi.
3. Jelaskan kebenaran pragmatis, korespondensi, dan koherensi!
a. Kebenaran pragmatis: Pragmatis menurut KBBI ialah bersifat mengutamakan
segi kepraktisan dan kegunaan (kemanfaatan) atau bersangkutan dengan nilai-
nilai praktis. Teori Kebenaran Pragmatis (The Pragmatic Theory of Truth)
memandang bahwa kebenaran suatu pernyataan diukur dengan kriteria apakah
pernyataan tersebut bersifat fungsional dalam kehidupan praktis. Dengan kata
lain, suatu pernyataan adalah benar jika pernyataan itu mempunyai kegunaan
praktis dalam kehidupan manusia.
b. Kebenaran Korespondensi: Korespondensi menurut KBBI ialah hubungan
antara bentuk dan isi. Teori Kebenaran Korespondensi (Correspondence
Theory of Truth) ialah teori yang berpandangan bahwa pernyataan-pernyataan
adalah benar jika berkorespondensi terhadap fakta atau pernyataan yang ada
di alam atau objek yang dituju pernyataan tersebut. Kebenaran atau keadaan
benar itu apabila ada kesuaian (correspondence) antara arti yang dimaksud
oleh suatu pernyataan atau pendapat dengan objek yang dituju oleh
pernyataan atau pendapat tersebut.
c. Kebenaran Koherensi: Koherensi menurut KBBI ialah tersusunnya uraian atau
pandangan sehingga bagian-bagiannya berkaitan satu dengan yang lain. Teori
Kebenaran Koherensi /Konsistensi (The Consistence/Coherence Theory of
Truth) memandang bahwa kebenaran ialah kesesuaian antara suatu
pernyataan dengan pernyataan-pernyataan lainnya yang sudah lebih dahulu
diketahui, diterima dan diakui sebagai benar. Menurut teori ini kebenaran tidak
dibentuk atas hubungan antara putusan dengan sesuatu yang lain, yaitu fakta
dan realitas, tetapi atas hubungan antara putusan-putusan itu sendiri. Teori ini
berpendapat bahwa kebenaran ialah kesesuaian antara suatu pernyataan
dengan pernyataan-pernyataan lainnya yang sudah lebih dahulu diketahui,
diterima dan diakui sebagai benar. Suatu proposisi benar jika proposisi itu
berhubungan (koheren) dengan proposisi-proposisi lain yang benar atau
pernyataan tersebut bersifat koheren atau konsisten dengan pernyataan-
pernyataan sebelumnya yang dianggap benar.Dengan demikian suatu putusan
dianggap benar apabila mendapat penyaksian (pembenaran) oleh putusan-
putusan lainnya yang terdahulu yang sudah diketahui,diterima dan diakui
benarnya.

Anda mungkin juga menyukai