Anda di halaman 1dari 24

BAGIAN ILMU BEDAH REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN NOVEMBER 2020


UNIVERSITAS HALU OLEO

FRAKTUR GALEAZZI

Disusun Oleh:
Nurul Aulia Humairah Halim, S. Ked
K1A1 14 087

Pembimbing:
dr. Benny Murtaza, M.Kes., Sp.OT

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU BEDAH

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2020

1
HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertandatangan di bawah ini, menyatakan bahwa:

Nama : Nurul Aulia Humairah Halim, S. Ked


NIM : K1A1 14 087
Judul Refarat : Fraktur Galeazzi
Telah menyelesaikan referat dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian Bedah

Fakultas Kedokteran Universitas Halu Oleo.

Kendari, November 2020


Mengetahui,
Pembimbing

dr. Benny Murtaza, M.Kes., Sp.OT

BAB I

PENDAHULUAN

Fraktur adalah suatu diskontinuitas susunan tulang yang disebabkan oleh

trauma atau keadaan patologis. Fraktur adalah suatu diskontinuitas susunan tulang

yang disebabkan oleh trauma atau keadaan Fraktur adalah terputus kontinuitas

2
jaringan tulang dan atau rawan yang umumnya disebabkan. Fraktur adalah terputus

kontinuitas jaringan tulang dan atau rawan yang umumnya disebabkan oleh

rudapaksa.1

Fraktur Galeazzi lebih umum daripada fraktur Monteggia. Penonjolan atau

nyeri pada ujung bawah tulang ulna adalah tanda khas. Ada kemungkinan untuk

menunjukkan ketidakstabilan sendi radio-ulnar dengan 'ballotting' pada ujung distal

ulna ('piano-key' sign) atau dengan memutar pergelangan tangan. Hal ini penting juga

untuk menguji lesi saraf ulnaris, yang mungkin terjadi.2

Tingkat kejadian fraktur galeazzi terjadi pada 3-7% dari semua fraktur lengan

bawah dan lebih sering pada laki-laki disbanding perempuan. Meski jarang

dilaporkan terjadi fraktur Galeazzi, diperkirakan menyebabkan 7% dari semua patah

tulang lengan bawah pada orang dewasa.3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. ANATOMI

Regio antebrachii tersusun atas dua buah tulang yaitu os radius dan os

ulna. Os radius dan ulna secara konseptual dapat diibaratkan sebagai dua kerucut

3
(cones) yang terletak berdampingan dengan satu sama lain saling menunjuk pada

arah yang berlawanan. Karena letaknya yang berdampingan, maka segala cedera

yang terjadi pada regio antebrachii menimbulkan efek pada kedua tulang tesebut

beserta ligamen yang melekat pada os radius dan os ulna.3

Gambar 1. Anatomi normal regio antebrachii.5

Seperti dikatakan sebelumnya bahwa secara konseptual, os radius dan

ulna diibaratkan sebagai dua kerucut (cones) yang ujungnya sejajar, hal ini

memungkinkan gerakan supinasi dan pronasi dengan radius bergulir di sekitar

ulna. Hal ini memunculkan aksioma bahwa fraktur pada salah satu tulang di

region antebrachii, terutama ketika terjadi angulasi dan displacement, biasanya

disertai oleh fraktur atau dislokasi dari tulang regio antebrachii lainnya.(3)

4
1. Ulna

Ulna adalah tulang stabilisator pada lengan bawah, terletak medial dan

merupakan tulang yang lebih panjang dari dua tulang lengan bawah. Ujung

proximal os ulna akan membentuk articulation humeroradialis bersama os

humerus. Untuk artikulasi dengan humerus, ulna memiliki dua proyeksi

menonjol yaitu, olecranon, yang berproyeksi ke proksimal dari aspek

posteriornya (yang membentuk titik siku) dan bekerja sebagai pengungkit

pendek untuk ekstensi siku, dan processus coroideus, yang berproyeksi ke

anterior.(6)

Olecranon dan processus coroideus membentuk dinding incisura

trochlearis, yang dalam profil menyerupai rahang pilinan sabit seperti

“mengenggam” (artikulasi dengan) trochlea humeri. Articulasi diantara ulna

dan humerus terutama hanya memungkinkan fleksi dan ekstensi articulasio

cubiti, meskipun terjadi sedikit abduksi-adduksi selama pronasi dan supinasi

lengan bawah. Diinferior processus caroideus adalah tuberositas ulnae untuk

perlekatan tendo musculus brachialis. (6)

Pada sisi lateral processus coroideus ada cekungan bulat dan halus

yaitu incisura radialis, yang menerima daerah perifer dari caput radii. Di

inferior incisura radialis pada permukaan lateral corpus ulna terdapat crista

yang menonjo. Diantaranya dan bagian distal prosessus coroideus adalah

suatu konkavitas, fossa supinator. Bagian dalam musculus supinator

menempel pada crista dan fossa supinator. Corpus ulna berbentuk silindris dan

5
tebal dan pada bagian proksimalnya berbentuk lancip, diameter mengecil, dan

berlanjut ke distal.(6)

Gambar 2. Bagian proksimal ulna.7

2. Radius
Radius terletak di lateral dan merupakan tulang yang lebih pendek dari

dari dua tulang di lengan bawah. Ujung proksimalnya meliputi caput pendek,

collum, dan tuberositas yang menghadap ke medial. Corpus radii, berbeda

dengan ulna, secara bertahap membesar saat ke arah distal.

Di proksimal, bagian superior caput radii berbentuk konkaf untuk

artikulasi dengan kaput humeri selama fleksi dan ekstensi artikulasio kubiti.

Caput juga berarticulatio diperifer dengan incisura radialis ulnae, oleh karena

itu caput dilapisi cartilage articularis.(6)

6
Gambar 3. Tampak posterior ujung distal radius.7

Corpus radii, berbeda dengan ulna secara bertahap membesar saat

kedistal. Ujung distal radius membesar berbentuk sisi empat ketika dipotong

melintang. Aspek medialnya membentuk suatu cekungan yaitu incisura

ulnaris, yang mengakomodasi caput ulnae. Aspek lateralnya menjadi semakin

seperti rigi, berakhir di distal pada proceccus styloideus radii. Tuberculum

dorsal radii berproyeksi kedistal dan terletak diantara sulcus dangkal untuk

pasase tendo otot-otot lengan bawah. prosesus styloideus radii lebih besar

daripada prosesus styloideus ulnae dan memanjang jauh ke distal. Hubungan

7
tersebut memiliki kepentingan klinis ketika ulna dan/atau radius mengalami

fraktur.(6)

Gambar 4. Tampak Inferior ujung distal ulna dan radius.7

Sebagian besar panjang corpus radii dan ulnae pada dasarnya

berbentuk segitiga pada potongan melintang, dengan basis yang bundar dan

superficial, sarta apex yang mengarah kedalam dengan tajam. Apex terbentuk

oleh suatu potongan batas interosessus radius atau ulna tajam yang

menghubungkannya dengan membrane interossea lengan bawah tipis, fibrosa.

Sebagian besar serat membrane interossea berjalan oblik, ke inferior dari

radius dan memanjang ke medial ulna. Oleh karena itu serat mentransmisikan

kekuatan yang diterima dari radius ke ulna untuk ditransmisikan ke humerus.


(6)

8
Gambar 5. Tampak Inferior potongan melintang melalui corpus ulna dan radii dan membrana
interossei.7

B. DEFINISI

Fraktur Galeazzi adalah fraktur distal radius dengan dislokasi artikulatio

radioulnaris dan subluksasi ulna. Fraktur ini pertama kali dideskripsikan oleh

Ricardo Galeazzi diikuti dengan publikasi yang menjelaskan 18 kasus pada tahun

1934.(2)

C. EPIDEMIOLOGI

Data epidemiologi mengenai kasus fraktur pada regio antebrachii masih

jarang ditemukan pada literatur. Sebagian besar kasus fraktur dari regio

antebrachii terjadi pada anak-anak. Untuk usia diatas 20 tahun, jumlah kasus

tahunan hanya di bawah 2 per 10.000 orang, dominan terjadi pada laki-laki

dibandingkan pada perempuan di semua kelompok umur. Di Amerika Serikat,

insiden kasus ini 4 per 10.000 pada atlet-atlet sekolah menengah atas. Insiden

9
tertinggi pada pemain sepakbola dengan insiden 6 per 10.000 atlet, dan terendah

pada pemain bola voli dengan insiden 1 per 10.000 atlet.(3)

Fraktur Galeazzi mencapai 3-7% dari semua patah tulang lengan bawah.

Terdapat paling sering pada pria. Meskipun fraktur Galeazzi jarang dilaporkan,

fraktut ini diperkirakan mencapai 7% dari seluruh fraktur lengan bawah pada

orang dewasa.(4)

D. ETIOLOGI

Fraktur galeazzi paling sering terjadi akibat jatuh yang menyebabkan

beban aksial terpusatkan pada lengan bawah yang mengalami hiperpronasi.

Energi dari fraktur radius akan ditransmisikan ke radioulnar junction yang

menyebabkan dislokasi distal radioulnar joint (DRUJ). Fraktur ini terjadi dengan

bimodal distribusi, patah tulang lengan bawah diafisis pada pria muda biasanya

karena energi tinggi trauma (misalnya, cedera olahraga, jatuh dari ketinggian,

tabrakan kendaraan bermotor) dan patah tulang karena penuaan pada wanita

disebabkan oleh trauma ringan seperti jatuh dari permukaan tanah.

E. MEKANISME TRAUMA
Ada beberapa perbedaan pendapat pada mekanisme yang tepat yang

menyebabkan terjadinya fraktur Galeazzi. Mekanisme yang paling mungkin

adalah jatuh dengan tumpuan pada tangan disertai dengan pronasi lengan bawah

yang ekstrim. Daya tersebut diduga melewati artikulasi radiocarpal,

10
mengakibatkan dislokasi dan pemendekan dari tulang radius. Terjadi fraktur pada

1/3 distal radius dan subluksasi atau dislokasi sendi radioulnar distal ( Solomon L

2010). Deforming forces termasuk brakioradialis, kuadriseps pronator, dan

ekstensor ibu jari, serta berat tangan. Cedera otot dan jaringan lunak yang

deformasi yang terkait dengan fraktur ini tidak dapat dikontrol dengan

imobilisasi plester.(4)

Gambar 6. A, Fraktur tipe I (apex volar). B, fraktur tipe II (apex


dorsal).4

Fraktur tipe I (apex volar) dideskripsikan dengan pergeseran fragmen

distal radius ke dorsal dengan dislokasi distal ulna. Secara khas, fraktur tipe I

disebabkan oleh beban axial dengan lengan bawah dalam posisi supinasi. Pada

fraktur tipe II (apeks dorsal), fragmen distal radius bergeser ke anterior dengan

dislokasi posterior (dorsal) dari distal ulna. Fraktur ini secara tipikal muncul

sebagai hasil dari beban aksial dengan lengan bawah dalam posisi pronasi. Pada

penelitian retrospektif, 73% pasien pediatrik dengan fraktur Galeazzi tipe II,

dimana memiliki risiko tinggi cedera pronasi pada populasi pediatrik. (1)

11
F. Klasifikasi
Klasifikasi berdasarkan posisi dari distal radius (8) :

1) Tipe 1: Volar galeazzi

2) Tipe 2: Dorsal galeazzi

Klasifikasi berdasarkan stabilitas fraktur

1) Tipe 1: Fraktur terjadi di 7,5 cm dari bagian distal (yaitu, lebih dekat ke

pergelangan tangan). Terkait dengan ketidakstabilan DRUJ yang

signifikan di lebih dari 50% kasus

2) Tipe 2: Fraktur terjadi di 7,5 cm dari bagian proksimal (yaitu, jauh dari

pergelangan tangan). Terkait dengan ketidakstabilan DRUJ yang

signifikan hanya pada sekitar 5% kasus

Macule Beneyto, mengklasifikasikan fraktur galeazzi - dislokasi

didasarkan pada lokasi dari fraktur radius. Pada 33 pasien yang diteliti, 20

diantaranya yaitu sekitar 61 persen terdapat fraktur yang berlokasi pada jarak 0 -

10 cm dari processus styloideus (type I), dan 10 diantaranya yakni sekitar 30 %

mengalami fraktur radius pada 10 - 15 cm dari processus styloideus (type II).

Sedangkan 3 pasien lainnya (9%) tergolong sebagai type III, dimana lokasi

fraktur terletak >15 cm dari processus styloideus. Pada penelitian ini, diperoleh

bahwa hasil terburuk didapatkan pada fraktur dengan jenis tipe I (distal). (9)

Empat puluh pasien dengan fraktur galeazzi dan dislokasi, Rettig dan

Raskin membagi jenis fraktur ini menjadi 2 jenis berdasarkan jarak dari fraktur

12
radius dari permukaan midarticular dari radius distal. 22 fraktur berada pada

lokasi <= 7.5 cm dari permukaan midarticular radius distal, intraoperative DRUJ

tidak stabil didapatkan 12 dari jenis fraktur yang tercatat. Sebaliknya, 1 dari 18

fraktur yang berada pada lokasi >7.5 cm dari permukaan sendi dari DRUJ

didapatkan tidak stabil dalam melakukan tindakan ORIF terhadap fraktur radius.
(9)

G. DIAGNOSIS

1) Gejala Klinis

Terdapat gejala fraktur dan dislokasi pada daerah distal lengan bawah.

Adanya tonjolan tulang atau nyeri pada ujung ulnar adalah manifestasi yang

paling sering ditemukan. Nyeri dan edema pada jaringan lunak bisa

didapatkan pada daerah fraktur radius 1/3 distal dan pada pergelangan tangan.

Cedera ini harus dikonfirmasi dengan pemeriksaan radiologi.(4)

Anterior interroseous nerve palsy juga bisa terjadi tapi sering dilewati

karena tidak ada komponen sensorik pada temuan ini. Nervus interosseous

anterior merupakan cabang dari nervus medianus. Cedera pada nervus

interosseous anterior ini bisa mengakibatkan paralisis dari fleksor polisis

longus dan fleksor digitorum profundus pada jari telunjuk, dan menyebabkan

hilangnya mekanisme menjepit antara ibu jari dengan jari telunjuk. (4)

13
Gambar 8. Fraktur Galeazzi

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1) Foto polos

Diagnosis dapat ditegakkan dengan pemeriksaan foto polos lengan

bawah posisi anteroposterior (AP) dan lateral. Foto radiologi ekstremitas

kontralateral bisa diambil untuk perbandingan. Foto polos lengan bawah bisa

ditemukan cedera pada sendi radioulnar distal. (4)

a) Pelebaran dari ruang sendi radioulnar distal yang bisa terlihat pada foto

posisi PA

b) Fraktur pada styloideus ulnaris

c) Dislokasi dorsal ulna pada foto lateral

d) Pemendekan tulang radius lebih dari 5 mm

14
Gambar 9. Foto radiologi posisi anteroposterior menunjukkan fraktur Galeazzi klasik: fraktur
radius yang berbentuk oblik dan transversum dengan adanya dislokasi sendi radioulnar distal. 4

Gambar 10. Fraktur Galeazzi. Tipe Galeazzi sebelum dan setelah reduksi dan pemasangan plat. 4

15
2) Computed tomography (CT)

Penilaian integritas seringkali sulit dilakukan dengan radiografi polos saja.

Aksial bilateral lengan bawah dapat menjadi pencitraan pilihan untuk

mendiagnosis gangguan distal radioulnar joint (DRUJ).

I. Diagnosis Banding Radiologi

1) Fraktur Colles

Karakteristik dan gambaran klinis: (8)

a. Ditemukan oleh Abraham Colles pada tahun 1814

b. Fraktur pergelangan tangan paling umum pada orang dewasa, terutama

dengan osteoporosis

c. Mekanisme : jatuh dengan tangan terulur

d. Fraktur tranversal 1 inch (2,54 cm) dari permukaan artikuler, dengan

angulasi dan displacement dorsoradial. Biasa disertai dengan fraktur

styloid ulnar

e. Nyeri pergelangan tangan

f. Bengkak di daerah terkait

g. Dinner Fork deformity

2) Fraktur Smith

Karakteristik dan gambaran klinis : (8)

a. Ditemukan oleh Robert William Smith tahun 1847

16
b. Mekanisme : Jatuh dengan tahanan pada tangan bagian dorsal (tertekuk)

atau pukulan langsung pada bagian belakang pergelangan tangan.

c. Bengkak pada pergelangan tangan yang terkait.

d. Reverse Colles Fracture

e. “garden spade deformity”

3) Fraktur Barton

Karakteristik dan gambaran klinis : (2)

a. Ditemukan oleh Rhea Barton tahun 1938

b. Mekanisme : cedera benturan dengan kecepatan tinggi

c. Fraktur oblik intraartikuler tulang radius dengan dislokasi distal radius ke

volar (fraktur barton volar) atau ke dorsal (fraktur barton dorsal)

d. Disertai dislokasi sendi radiocarpal

4) Fraktur Monteggia

Karakteristik dan gambaran klinis : (8)

a. Ditemukan oleh Monteggia tahun 1814

b. Mekanisme : Jatuh dengan tahanan pada tangan bagian lateral

c. Fraktur 1/3 proksimal ulna dengan dislokasi radial head

J. TATALAKSANA

Fraktur bersifat tidak stabil dan terdapat dislokasi sehingga sebaiknya

dilakukan operasi dengan fiksasi interna. Pada fraktur Galeazzi harus dilakukan

reposisi secara akurat dan mobilisasi segera karena bagian distal mengalami

17
dislokasi. Dengan reposisi yang akurat dan cepat maka dislokasi sendi ulna distal

juga tereposisi dengan sendirinya. Apabila reposisi spontan tidak terjadi maka

reposisi dilakukan dengan fiksasi K-Wire. Operasi terbuka dengan fiksasi rigid

mempergunakan plate dan screw.(11)

Open reduction internal fixation merupakan terapi pilihan, karena

closed treatment dikaitkan dengan tingkat kegagalan yang tinggi. Fiksasi plate

dan screw adalah terapi pilihan. Pendekatan Henry anterior (interval antara

fleksor karpi radialis dan brakioradialis) biasanya menyediakan eksposur yang

cukup untuk melihat fraktur radius, dengan fiksasi plate pada permukaan yang

datar, permukaan volar dari radius.(1)

Cedera sendi radioulnar distal biasanya menyebabkan ketidakstabilan

bagian dorsal, karena itu, capsulotomy dorsal dapat dilakukan untuk mendapatkan

akses ke sendi radioulnar distal jika tetap dislokasi setelah radius difiksasi. Fiksasi

Kirschner wire mungkin diperlukan untuk mempertahankan reduksi dari sendi

radioulnar distal jika tidak stabil. Jika sendi radioulnar distal diyakini stabil,

imobilisasi plester pasca operasi mungkin sudah cukup. (10)

Ada 3 kemungkinan yang bisa terjadi pada pasien dengan fraktur Galeazzi (3):

1. Sendi radio-ulnar tereduksi dan stabil

Tidak dilakukan tindakan lanjut. Lengan di istirihatkan untuk beberapa

hari, kemudian dilakukan pergerakan aktif dengan hati-hati. Sendi radio-ulnar

harus diperiksa baik secara klinis dan radiologis setelah 6 minggu. (3)

18
2. Sendi radio-ulnar tereduksi tapi tidak stabil

Imobilisasi lengan dalam posisi stabil (biasanya supinasi), jika

diperlukan disertai juga dengan K-wire transversum. Lengan di balut dengan

cast di bagian atas siku selama 6 minggu. Jika terdapat fragmen styloideus

ulnaris yang besar, maka harus direduksi dan difiksasi. (3)

3. Sendi radio-ulnar tidak tereduksi

Keadaan ini jarang didapatkan. Open reduction harus dilakukan untuk

membersihkan jaringan lunak yang rusak. Setelah itu lengan di imobilisasi

dalam posisi supinasi selama 6 minggu.(3)

Manajemen pascaoperasi (10):

1. Jika sendi radioulnar distal stabil: Pergerakan dini adalah dianjurkan.

2. Jika sendi radioulnar distal tidak stabil: Imobilisasi lengan dalam posisi

supinasi selama 4 sampai 6 minggu dengan menggunakan long arm splint

atau cast.

3. Pin sendi radioulnar distal, jika diperlukan, dan akan dilepas pada 6 sampai 8

minggu

K. KOMPLIKASI

19
Komplikasi setelah pengobatan operatif fraktur galeazzi dilaporkan sebanyak

32-39%, diantaranya adalah komplikasi nonunion, malunion, infeksi, refraktur

dan nyeri serta ketidakstabilan DRUJ. Gejala instabilitas DRUJ post-traumatik

kemungkinan disebabkan oleh adanya inkompetensi ligamen, deformitas tulang,

atau keduanya. Manifestasi klinisnya meliputi nyeri dan rotasi yang terbatas pada

lengan bawah. 13

1. Nonunion: Ini jarang terjadi dengan fiksasi yang stabil, tetapi mungkin

memerlukan bone grafting.

2. Malunion: Reduksi nonanatomik dari fraktur radius disertai dengan

kegagalan untuk mengembalikan alignment rotasi atau lateral dapat

mengakibatkan hilangnya fungsi supinasi dan pronasi, serta nyeri pada range

of motion. Ini mungkin memerlukan osteotomi atau ulnar distal shortening

untuk kasus-kasus di mana gejala pemendekan dari radius mengakibatkan

impaksi ulnokarpal.

3. Sindrom kompartemen: Kecurigaan klinis harus diikuti dengan pemantauan

tekanan kompartemen dengan fasiotomi darurat setelah didiagnosa sebagai

sindrom kompartemen.

4. Cedera neurovaskuler:

a. Biasanya iatrogenik.

b. Cedera saraf radialis superfisial (dibawahnya brakioradialis) adalah

beresiko dengan pendekatan radius anterior.

20
c. Cedera saraf interoseus posterior (di supinator) adalah beresiko dengan

pendekatan radius proksimal.

d. Jika pemulihan tidak terjadi, eksplorasi saraf setelah 3 bulan.

5. Synostosis radioulnar: Jarang terjadi (3% sampai 9,4% kejadian).

1. Faktor risiko meliputi:

a. Fraktur kedua tulang pada tingkat yang sama (11% kejadian).

b. Closed head injury

c. Penundaan operasi > 2 minggu.

d. Satu sayatan untuk fiksasi kedua fraktur lengan bawah.

e. Penetrasi pada membran interoseus oleh bone grafting atau screw,

fragmen tulang, atau peralatan bedah.

f. Crush injury.

g. Infeksi.

2. Prognosis terburuk adalah dengan sinostosis distal, dan yang terbaik

adalah dengan sinostosis diafisis.

6. Dislokasi rekuren: Ini bisa terjadi akibat dari malreduksi dari radius. Ini

menekankan bahwa perlunya pemulihan secara anatomi pada fraktur radius

untuk memastikan penyembuhan yang cukup dan fungsi biomekanik dari

sendi radioulnar distal. (10)

L. PROGNOSIS

21
Keberhasilan perawatan untuk fraktur galeazzi tergantung pada reduksi

radius dan distal Radioulnar joint (DRUJ) serta pemulihan lengan bawah.

Hughston menguraikan kesulitan dan komplikasi perawatan nonoperatif pada

tahun 1957.

DAFTAR PUSTAKA

1. Apley, A Graham & Solomon, Louis. 1995. Ortopedi dan Fraktur sistem Apley.

Jakarta : Widya Medika.

2. Brett Owens, MD, study co-author. March, 2010. Studies show high rates of

shoulder dislocation in young men and elderly women an orthopedic surgeon at

the Keller Army Hospital at West Point, New York and Associate Professor at

the Uniformed Services University of Health Sciences

22
3. Eko Ardi P, M.Subhan Zuhdi, Tony Wahyu P, Satrio Yudi Er.2011. Dislokasi

Pada Sendi Bahu. Digitasl Library USU.

4. Johnson, NP., Smolensky A. 2020. Galeazzi Fracture. NCBI Bookshelf. National

Institute of Health.

5. Lutz, M. 2006. Sholder Dislocation (Anterior Glenohumeral). Colorado.

6. Legiran, Lubis N. R., Kasyn, F.A. Dislokasi Sendi Bahu : Epideemiologi Klinis

dan Tinjauan Anatomi.

7. Sufitni. Cedera pada Extremitas Superior. Anatomi Fakultas

Kedokteran.2004.Universitas Sumatera Utara.

8. asjad, Chairuddin.Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi edisi V.2007. Yarsif

Watampone : Jakarta.

9. Cole A, Pavlou P. The Shoulder and Pectoral Girdle. Dalam : Solomon

Louis,Warwick David, Nayagam Selvadurai. Apley’s system of Orthopedic and

Fracture 9th ed.2010.London : Hodder Arnold.

10. Crenshaw. AH:Dislocation in Campbell’s Operative Orthopaedics,8th ed. Vol II

1992.Mosby Year Book, St.Louis Baltimore Boston Chicago London

Philadelphia Sydney Toroto.

11. Hardianto Wibowo, mPencegahan dan penatalaksaan cedera olahraga, cetakan I,

EGC, 1995.

12. Scheibel M, Kuke A, Nikulka C, Magosch P, Ziesler O, Schroeder RJ. How Log

Shoulder Acute Anterior Dislocations Of The Shoulder Be Immobilized In

External Rotation. Am J Sports Med. 2009

23
13. Ruchelsman, DE., Baskin, KB., Rettig, ME. 2009. Galeazzi Fracture-Dislocation.

Science Direct

24

Anda mungkin juga menyukai