Anda di halaman 1dari 4

TUGAS INDIVIDU KRIMINOLOGI

“RESUME SEJARAH KRIMINOLOGI ”

Dosen Pembimbing :

Dr. Sahuri L, S.H., M.Hum.


Dr Herry Liyus, S.H., M.H
Dessy Rakhmawati, S.H., M.H

Di susun oleh :

M. NEXSA NH

NIM : B10018110

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS JAMBI
A. Sejarah Lahirnya Kriminologi

Kriminologi sebagaimana ilmu yang lain baru lahir pada abad XIX dimulai pada tahun 1830
adalah Adolphe dari kota Quetelet Prancis sebagai pelopornya jadi bersamaan dengan
dimualainya sosiologi, namun apabila dirunut ke belakang sebagaimana pada umumnya
pengetahuan dan ilmu yang lain sudah dimulai pada jaman kuno meski kajiannya tidak dapat
atau hampir tidak dapat dikatakan tentang kriminologi.

Plato (427-347 SM) filsuf jaman yunani dalam bukunya Republiek mengatakan bahwa emas,
merupakan sumber dari banyak kejahatan. Makin tinggi kekayaan dalam pandangan manusia
makin merosot penghargaan terhadap kesusilaan dalam setiap negara dimana banyak orang
miskin, dengan diam-diam banyak bajingan, pencopet,pemerkosa agama dan penjahat dari
berbagai macam.

Aristoteles (384-322 SM) murid Plato dalam bukunya Politiek mengemukakan pendapatnya
tentang hubungan antara kejahatan dan masyarakat, bahwa kemiskinan menimbulkan kejahatan
dan pemberontakan. Kejahatan yang besar tidak diperbuat untuk memperoleh apa yang perlu
untuk hidup, namun untuk memperoleh kemewahan. Pendapat plato dan Aristoteles terutama
adagium Plato: hukuman dijatuhkan bukan karena telah berbuat jahat, namun agar tidak ada
perbuatan jahat. Sangat besar pengaruhnya terhadap hukum pidana terutama dalam hal
pemidanaan.

Thomas van Aquino (1226-1274) dalam bukunya Summa Theologica yang diuraikan oleh
Van Kan dalam bukunya The Criminologie (1889) menerangkan dengan keahliannya tentang
penyelidikan keadaan abad pertengahan, memberikan beberapa pendapat tentang pengaruhnya
kemiskinan atas kejahatan. Orang kaya, demikian dinyatakan yang hanya hidup untuk
kesenangan dan memboros-boroskan kekayaannya, jika pada suatu ketika menjadi miskin,
mudah menjadi pencuri. Kemiskinan biasanya memberi dorongan untuk mencuri, secara panjang
lebar Thomas van Aquino mengadakan pembelaan atas pendapatnya bahwa dalam keadaan
sangat memaksa, orang boleh mencuri.

Abad XVI Permulaan sejarah baru adalah Thomas MoRE (1478-1535) Seorang ahli hukum
humanistis dan kanselir Inggris bukunya Utopia sangat dipengaruhi oleh Plato dalam khayalan
sosialistisnya menggambarkan bahwa suatu negara yang alat produksinya dikuasai oleh umum,
penduduknya dalam hal kemanusiaan, kesusilaan dan kebajikan melebihi seluruh bangsa di
dunia. Penyebabnya adalah banyak dipengaruhi oleh keadaan masyarakat yang berlainan. Lebih
lanjut Thomas More melukiskan bahwa keadaaan di Inggris pada waktu itu kejahatan yang tak
terhingga jumlahnya disertai dengan kekerasaan di bidang pengadilan. Inggris dengan
penduduknya 3 sampai 4 juta selama, 24 (dua puluh empat) tahun ada 72.000 (tujuh dua puluh
ribu) pencuri yang digantung. Thomas More mengecam susunan pemidanaan saat itu, karena
pidana yang dijatuhkan pada pencuri terlalu berat. Apabila kejahatan yang relatif ringan dipidana
amat berat maka akan justru menambah bahaya akan dilakukannya kejahatan yang lebih berat
lagi, karena resiko bagi penjahat ringan maupun penjahat berat hukumannya sama. Thomas More
berpendapat bahwa kejahatan apabila diberantas dengan kekerasan dan hukumna berat tidak
akan berhasil, namun harus dicari sebab musababnya terlebih dahulu untuk menanggulangi
kejahatan itu, dan berpendapat bahwa dengan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, akan
berhentilah tindak kejahatan. Penjahat harus menebus kerugian yang ditimbulkan dengan cara
bekerja. Oleh karena Thomas More dikatakan sebagai pelopor tindakan.

Abad XVIII hingga revolusi prancis timbul gerakan penentangan terhadap hukum pidana
waktu itu. Hukum pidana pada akhir abad pertengahan hingga abad XVIII semata-mata
ditujukan untuk menakuti masyarakat dengan cara pemidanaan yang sangat berat. Pidana mati
dilaksanakan dengan berbagai cara bahkan sebelum eksekusi diawali dengan penganiayaan
Hukuman badan merupakan hukuman sehari-hari dilakukan dan yang dipentingkan adalah
pencegahan umum. Kepribadian penjahat tidak diperhatikan, yang dianggap penting adalah
tindakan kejahatannya, penjahat hanyalah sebagai contoh atau alat untuk menakuti masyarakat.
Hukum pidana tidak jelas perumusannay sehingga menimbulkan berbagai penafsiran. Cara
pembuktian amat bergantung pada kemauan pemeriksa dan pengakuan dipandang sebagai syarat
utama pembuktian. Acara pidana bersifat inquisitor, terdakwa hanya dipandang sebagai benda
pemeriksaan yang dilakukan secara rahasia yang hanay berdasarkan pada laporan tertulis.

Gerakan penentang ancie regime pada umumnya berasal dari golongan menengah yang
berpengaruh terhadap perubahan hukum pidana dan hukum acara pidana. Aufklarung juga
menyoroti keadaan gerakan penentang ini, hak asasi manusia juga berlaku bagi penjahat.
Monstesquieu nama lengkapnya Charles de Schondat Baron de la Brede et de Monstesquieu
(1689-1755) dalam bukunya Esprit des Lois (1748) menentang tindakan sewenang-wenang,
banyaknya pemidanaan dan pelaksanaannya secara kejam. Rousseau (1712-1778) menyuarakan
perlakuan kejam terhadap penjahat. Voltaire (1749-1778)menjadi penentang yang paling keras
terhadap peradilan pidana yang sewenang-wenang, dengan melakukan pembelaannya untuk jean
Calas yang dieksekusi mati tanpa dosa. C. Beccaria (1738-1794) dalam karangannya Dei Delitti
e delle pene’ (1764) sebagai tokoh utama dalam gerakan menentang hukum pidana yang
sewenang-wenang, menguraikan dengan cara yang menarik segala keberatan terhadap hukum
pidana dan pemidanaan yang berlaku. J. Bentam (1748-1832) ahli hukum dan filusuf pencetus
aliran utilitarisme, the greatest happines for the greatest number, sebagai penganjur pidana
tujuan tahun 1791 merancang penjara model baru dengan nama : Panopticon or the inspction
penjara waktu itu dapat dikatakan tidak ada, sebab tempat-tempat untuk penjahat hanya
digunakan untuk penahanan sementara yang keadaannya sangat menyedihkan baik dipandang
dari segi kesehatan maupun moral. Pada waktu itu hukuman mati dan penyiksaan yang umum
dijatuhkan terhadap penjahat.
Usaha para penentang pemidaan sewenang-wenang sebagian telah berhasil dengan : Prancis
menghapuskan pidana penganiayaan 1780, bahkan Fredirik Agung telah menghapuskan terlebih
dulu, pada tahun 1740, Joseph II menghapuskan pidana mati. Pada tahun 1786 di pensylvania
menghapuskan pidana mati. Akan tetapi perubahan secara total adalah sejak timbulnya recolusi
prancis. Pada akhir abad XVI mulai didirikan penjara. John Howard ( 1726-1790) dalam
bukunya The stat of prisions (1777) melukiskan keadaan penjara-penjara yang menyedihkan di
inggris, sehingga berjasa dalam perbaikan di bidang kepenjaraan. Atas pengaruh golongan
Quaker, pada tahun 1880 di Amerika Serikat didirikan perkumpulan yang mempersoalkan
keadaan penjara yang menyedihkan dan sangat merusak akibat penutupan bersama dalam
penjara. Kelompok tersebut bertujuan agar mengganti penutupan secara individual agar penjahat
tersebut dapat intropeksi dan menyesali tindakannya.

Anda mungkin juga menyukai