Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

GAGAL GINJAL KRONIK

Disusun Dalam Rangka Memenuhi Tugas


Stase Keperawatan Medikal Bedah 2

DI SUSUN OLEH:

ANDI FERDI FEBRIANSA


14420202173

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2021
LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GAGAL GINJAL KRONIK

A. KONSEP MEDIS GAGAL GINJAL KRONIK


1. DEVINISI
Gagal ginjal adalah ginjal kehilangan kemampuan untuk mempertahankan
volume dan komposisi cairan tubuh dlam keadaan asupan makanan normal.
Gagal ginjal biasanya dibagi menjadi dua kategori yaitu kronik dan akut
Gagal Ginjal Kronik merupakan suatu kondisi dimana organ ginjal sudah
tidak mampu mengangkut sampah sisa metabolik tubuh berupa bahan yang
biasanya dieliminasi melalui urin dan menumpuk dalam cairan tubuh akibat
gangguan ekskresi renal dan menyebabkan gangguan fungsi endokrin dan
metabolik, cairan, elektrolit, serta asam basa.Dan juga dimana tubuh tidak
mampu memelihara metabolisme dan gagal memelihara keseimbangan cairan
dan elektrolit yang berakibat pada peningkatan ureum. [ CITATION Soe17 \l 1033 ]

2. ETIOLOGI / PENYEBAB
Pada dasarnya, penyebab gagal ginjal kronik adalah penurunan laju filtrasi
glomerulus atau yang disebut juga penurunan glomerulus filtration rate (GFR)
a. Gangguan pembuluh darah : berbagai jenis lesi vaskuler dapat menyebabkan
iskemik ginjal dan kematian jaringan ginajl. Lesi yang paling sering adalah
Aterosklerosis pada arteri renalis yang besar, dengan konstriksi skleratik
progresif pada pembuluh darah. Hyperplasia fibromaskular pada satu atau
lebih artieri besar yang juga menimbulkan sumbatan pembuluh darah.
Nefrosklerosis yaitu suatu kondisi yang disebabkan oleh hipertensi lama
yang tidak di obati, dikarakteristikkan oleh penebalan, hilangnya
elastistisitas system, perubahan darah ginjal mengakibatkan penurunan
aliran darah dan akhirnya gagal ginjal
b. Gangguan imunologis : seperti glomerulonephritis
c. Infeksi : dapat dijelaskan oleh beberapa jenis bakteri terutama E.Coli yang
berasal dari kontaminasi tinja pada traktus urinarius bakteri. Bakteri ini
mencapai ginjal melalui aliran darah atau yang lebih sering secara ascenden
dari traktus urinarius bagiab bawah lewat ureter ke ginjal sehingga dapat
menimbulkan kerusakan irreversible ginjal yang disebut pielonefritis.
d. Gangguan metabolik : seperti DM yang menyebabkan mobilisasi lemak
meningkat sehingga terjadi penebalan membrane kapiler dan di ginjal dan
berlanjut dengan disfungsi endotel sehingga terjadi nefropati amyloidosis
e. yang disebabkan oleh endapan zat-zat proteinemia abnormal pada dinding
pembuluh darah secara serius merusak membrane glomerulus.
f. Gangguan tubulus primer : terjadinya nefrotoksis akibat analgesik atau
logam berat.
g. Obstruksi traktus urinarius : oleh batu ginjal, hipertrofi prostat, dan
kontstriksi uretra.
h. Kelainan kongenital dan herediter : penyakit polikistik sama dengan kondisi
keturunan yang dikarakteristik oleh terjadinya kista atau kantong berisi
cairan didalam ginjal dan organ lain, serta tidak adanya jaringan ginjal yang
bersifat konginetal (hypoplasia renalis) serta adanya asidosis.
[CITATION Eli19 \l 1033 ]

3. PATOFISIOLOGI
Gagal ginjal kronik disebabkan oleh berbagai kondisi, seperti gangguan
metabolic (DM), infeksi (Pielonefritis), Obstruksi Traktus Urinarius,
Gangguan Imunologis, Hipertensi, Gangguan tubulus primer (nefrotoksin)
dan Gangguan kongenital yang menyebabkan GFR menurun. Pada waktu
terjadi kegagalan ginjal sebagai nefron (termasuk glomerulus dan tubulus)
diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh). Nefron-nefron
yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang meningkat disertai
reabsorbsi walaupun dalam keadaan penurunan GFR/daya saring. Metode
adaptif ini memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai ¾ dari nefron-nefron
rusak. Beban bahanyang harus dilarut menjadi lebih besar daripada yang bisa
di reabsorbsi berakibat dieresis osmotic disertai poliuri dan haus. Selanjutnya
karena jumlah nefron yang rusak bertambah banyak timbul disertai retensi
produk sisa. Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien menjadi lebih
jelas dan muncul gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul
gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi ginjal telah hilang
80%-90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang demikian lebih rendah itu.
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolism protein (yang normalnya
diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan
mempengaruhi setiap system tubuh. Semakin banyak timbunan produk
sampah maka gejala akan semakin berat[CITATION And15 \l 1033 ]

4. MANIFESTASI KLINIK
Manifestasi klinis GGK tidak spesifik dari biasanya ditemukan pada tahap
akhir penyakit. Pada stadium awal, GGK biasanya asimtomatik. Tanda dan
gejala GGK melibatkan berbagai system organ, diantaranya
a. Gangguan keseimbangan cairan: oedema perifer, efusi pleura, hipertensi,
asites
b. Gangguan elektrolit dan asam basa: tanda dan gejala hyperkalemia,
asidosis metabolic (nafas Kussmaul), hiperfosfatemia
c. Gangguan gastrointestinal dan nutrisi: metallic taste, mual, muntah,
gastritis, ulkus peptikum, malnutrisi
d. Kelainan kulit: kulit terlihat pucat, kering, pruritus, ekimosis
e. Gangguan metabolik endokrin: dislipidemia, gangguan metabolik glukosa,
gangguan hormon seks.
f. Gangguan hematologi: anemia (dapat mikrositik hipokrom maupun
normositik normokrom), gangguan hemostatis.[CITATION pip19 \l 1033 ]

5. KOMPLIKASI
Komplikasi yang mungkin timbul akibat gagal ginjal kronis antara lain :
a. Kelebihan Cairan
Selama ini banyak orang yang beranggapan bahwa banyak minum akan
membuat ginjal sehat. Hal ini ternyata tidak sepenuhnya benar, jika
seseorang dengan fungsi ginjal yang masih baik minum 2-3 liter air dalam
sehari memang baik untuk ginjalnya. Tetapi jika seseorang dalam kondisi
memiliki gejala penyakit ginjal minum 5-6 liter dalam sehari, hal tersebut
bisa berbahaya. Karena bisa menyebabkan kadar garam di dalam tubuh
berkurang, dan bisa membuat seseorang lemah atau bahkan kejang-kejang.
Seseorang dengan penyakit ginjal kronis, memiliki dengan
pembuangan cairan yang ada di dalam tubuhnya. Sehingga ketika ia
minum air dalam jumlah yang banyak, tidak semua air yang ia minum
keluar dan malah menumpuk di pembuluh darah, dan membuat jantung
menjadi bekerja lebih keras.
b. Hiperkalemia
Komplikasi ini merupakan keadaan di mana kalium yang ada di dalam
darah seseorang tinggi. Kalium yang tinggi ini, akan membuat jantung
bekerja dengan tidak sempurna. Sehingga menyebabkan gangguan pada
jantung, yang bisa berujung pada kematian mendadak. Pada orang dengan
gangguan fungsi ginjal kronis, kemampuannya untuk membuang kalium
sangatlah rendah. Sumber kalium bisa didapatkan dari buah-buahan dan
juga sayuran, sehingga dokter menyarankan kepada orang dengan
penyakit ginjak kronis untuk tidak mengonsumsi buah-buahan dalam
jumlah yang banyak.

c. Metabolik Asidosis
Salah satu fungsi ginjal adalah mengatur elektrolit, cairan, dan juga asam
basa di dalam darah. Jika fungsi tersebut terganggu, maka darah akan
asam dan pH darah akan turun. Jika pH darah turun, maka akan membuat
pembuluh darah melebar, dan juga kontraksi jantung menjadi terganggu.
Jika hal tersebut tidak dikendalikan, maka akan membawa dampak yang
sangat buruk.
d. Gangguan Mineral dan Tulang
Penyakit ginjal kronik yang sudah lama dibiarkan, bisa menganggu
mineral dan juga tulang. Asupan kalsium yang kurang, bisa menyebabkan
tulang menjadi mudah patah. Orang dengan penyakit ginjal kronis,
memiliki tulang yang tidak kuat dan mudah patah, karena gangguan tulang
yang dialaminya.
e. Hipertensi
Hipertensi bisa membuat seseorang terkena penyakit ginjal, tetapi
penyakit ginjal kronis juga bisa menyebabkan hipertensi. Karena
gangguan glomeruler, seseorang bisa mengalami hipertensi. Hipertensi
juga bisa disebabkan karena terlalu banyak cairan atau tekanan darah yang
naik.
f. Anemia
Anemia disebabkan karena kurangnya hormon eritrokosit, sehingga
kemampuan sum-sum tulang untuk membentuk darah juga akan
berkurang.

g. Dislipidemia
Gangguan kolesterol ternyata juga bisa mengganggu. Pada orang dengan
gangguan ginjal kronik bisa mengalami kolesterol yang tinggi.

h. Disfungsi Seksual
Untuk seseorang yang berusia muda dan memiliki penyakit ginjal kronis,
terutama pria, terkadang sering merasakan cepat lelah saat melakukan
hubungan intim.
[ CITATION Bla16 \l 1033 ]

6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan yang dapat dilakukan pada klien gagal ginjal kronik adalah :
a. Pemeriksaan Laboratorium
1) Laboratorium darah :
BUN, Kreatinin, elektrolit (Na, K, Ca, Phospat), Hematologi (Hb,
trombosit, Ht, Leukosit), protein, antibody (kehilangan protein dan
immunoglobulin)
2) Pemeriksaan Urin
Warna, PH, BJ, kekeruhan, volume, glukosa, protein, sedimen, SDM,
keton, SDP, TKK/CCT
b. Pemeriksaan EKG
Untuk melihat adanya hipertropi ventrikel kiri, tanda perikarditis, aritmia,
dan gangguan elektrolit (hiperkalemi, hipokalsemia).
c. Pemeriksaan USG
Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal korteks ginjal, kepadatan parenkim
ginjal, anatomi system pelviokalises, ureter proksimal, kandung kemih
serta prostate.
d. Pemeriksaan Radiologi
Renogram, Intravenous Pyelography, Retrograde Pyelography, Renal
Aretriografi dan Venografi, CT Scan, MRI, Renal Biopsi, pemeriksaan
rontgen dada, pemeriksaan rontgen tulang, foto polos abdomen.
[ CITATION Nur15 \l 1033 ]

7. PENATALAKSANAAN
Tujuan penatalaksanaan adalah menjaga keseimbangan cairan elektrolit dan
mencegah komplikasi, yaitu sebagai berikut:
a. Dialisis
Dialisis dapat dilakukan dengan mencegah komplikasi gagal ginjal yang
serius, seperti hyperkalemia, pericarditis, dan kejang. Dialisis
memperbaiki abnormalitas biokimia, menyebabkan cairan, protein dan
natrium dapat dikonsumsi secara bebas, menghilangkan kecenderungan
perdarahan dan membantu penyembuhan luka.
Dialisis atau dikenal dengan nama cuci darah adalah suatu metode
terpi yang bertujuan untuk menggantikan fungsi/kerja ginjal yaitu
membuang zat-zat sisa dan kelebihan cairan dari tubuh. Terapi ini
dilakukan apabila fungsi kerja ginjal sudah sangat menurun (lebih dari
90%) sehingga tidak lagi mampu untuk menjaga kelangsungan hidup
individu, maka perlu dilakukan terapi. Selama ini dikenal ada 2 jenis
dialisis :
1) Hemodialisis (cuci darah dengan mesin dialiser)
Hemodialisis atau HD adalah jenis dialisis dengan menggunakan
mesin dialiser yang berfungsi sebagai ginjal buatan. Pada proses ini,
darah dipompa keluar dari tubuh, masuk kedalam mesin dialiser.
Didalam mesin dialiser, darah dibersihkan dari zat-zat racun melalui
proses difusi dan ultrafiltrasi oleh dialisat (suatu cairan khusus untuk
dialisis), lalu setelah darah selesai di bersihkan, darah dialirkan
kembali kedalam tubuh. Proses ini dilakukan 1-3 kali seminggu di
rumah salit dan setiap kalinya membutuhkan waktu sekitar 2-4 jam.

2) Dialisis peritoneal (cuci darah melalui perut)


Terapi kedua adalah dialisis peritoneal untuk metode cuci darah
dengan bantuan membrane peritoneum (selaput rongga perut). Jadi,
darah tidak perlu dikeluarkan dari tubuh untuk dibersihkan dan
disaring oleh mesin dialisis.
b. Koreksi hiperkalemi
Mengendalikan kalium darah sangat penting karena hiperkalemi
dapat menimbulkan kematian mendadak. Hal pertama yang harus
diingat adalah jangan menimbulkan hiperkalemia. Selain dengan
pemeriksaan darah, hiperkalemia juga dapat didiagnosis dengan EEG
dan EKG. Bila terjadi hiperkalemia, maka pengobatannya adalah
dengan mengurangi intake kalium, pemberian Na Bikarbonat, dan
pemberian infus glukosa.
c. Koreksi anemia
Usaha pertama harus ditujukan untuk mengatasi factor defisiensi,
kemudian mencari apakah ada perdarahan yang mungkin dapat
diatasi. Pengendalian gagal ginjal pada keseluruhan akan dapat
meninggikan Hb. Tranfusi darah hanya dapat diberikan bila ada
indikasi yang kuat, misalnya ada infusiensi coroner.
d. Koreksi asidosis
Pemberian asam melalui makanan dan obat-obatan harus dihindari.
Natrium Bikarbonat dapat diberikan peroral atau parenteral. Pada
permulaan 100 mEq natrium bikarbonat diberi intravena perlahan-
lahan, jika diperlukan dapat diulang. Hemodialisis dan dialisis
peritoneal dapat juga mengatasi asidosis.
e. Pengendalian hipertensi
Pemberian obat beta bloker, alpa metildopa dan vasodilatator
dilakukan. Mengurangi intake garam dalam mengendalikan hipertensi
harus hati-hati karena tidak semua gagal ginjal disertai retensi
natrium.

f. Transplantasi ginjal
Dengan pencakokkan ginjal yang sehat ke pasien gagal ginjal kronik,
maka seluruh faal ginjal diganti oleh ginjal yang baru.
[ CITATION Nur15 \l 1033 ]
B. KONSEP KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Pengkajian meliputi :
a. Biodata Identitas pasien berisikan nama pasien, tempat tanggal lahir, jenis
kelamin, tanggal masuk sakit, rekam medis.
b. Keluhan utama Keluhan utama yang timbul pada klien dengan asma adalah
dispnea (sampai bisa berhari-hari atau berbulan-bulan), batuk, dan mengi
(pada beberapa kasus lebih banyak paroksimal).
c. Riwayat Kesehatan Dahulu Terdapat data yang menyatakan adanya faktor
prediposisi timbulnya penyakit ini, di antaranya adalah riwayat alergi dan
riwayat penyakit saluran nafas bagian bawah (rhinitis, utikaria, dan
eskrim).
d. Riwayat Kesehatan Keluarga Klien dengan asma sering kali didapatkan
adanya riwayat penyakit turunan, tetapi pada beberapa klien lainnya tidak
ditemukan adanya penyakit yang sama pada anggota keluarganya.
e. Aktifitas/istirahat :
Kelelahan ekstrem, kelemahan, malaise, gangguan tidur (insomnia/gelisah
atau samnolen), kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang
gerak
f. Sirkulasi
Adanya riwayat hipertensi lama atau berat, palpatasi, nyeri dada (angina),
hipertensi, nadi kuat, edema jaringan umum dan pitting pada kaki, telapak
tangan, nadi lemah, hipotensi ortostatik menunjukkan hipovolemia, yang
jarang pada penyakit tahap akhir, pucat, kulit coklat kehijauan, kuning,
kecenderungan perdarahan.
g. Integritas ego
Faktor stress, perasaan tak berdaya, taka da harapan, taka da kekuatan,
menolak, ansietas, takut, marah, mudah terangsang, perubahan kepribadian.

h. Eliminasi
Penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria (pada gagal ginjal tahap
lanjut),abdomen kembung, diare, atau konstipasi, perubahan warna urine,
contoh kuning pekat, merah, coklat, oliguria.
i. Makanan/Cairan
Peningkatan berat badan cepat (oedema), penurunan berat badan
(malnutrisi), anoreksia, nyeriulu hati, mual/muntah, rasa metalik tak sedap
pada mulut (pernapasan ammonia), penggunaan diuretic, distensi
abdomen/asietes, pembesaran hati (tahap akhir), perubahan turgor
kulit/kelembaban, ulserasi gusi, perdarahan gusi/lidah
j. Nyeri/kenyamanan
Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot/nyeri kaki dan perilaku
berhatihati/distraksi, gelisah.
k. Pernapasan
Napas pendek, dyspnea, batuk dengan/tanpa sputum kental dan
banyak,takipnea, dyspnea, peningkatan frekuensi/kedalaman dan batuk
dengansputum encer (edema paru).

2. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
a. Hipervolemia
b. Perfusi perifer tidak efektif
c. Nyeri akut
(SDKI, 2016)
NO DIAGNOSA KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL
1 Hipervolemia Setelah dilakukan tindakan Observasi 1. Edema adalah kondisi dimana terjadi
keperawatan selama 1x 24 jam , maka . 1. Periksa tanda dan gejala peningkatan elektrolit dan cairan
Hipervolemia meningkat dengan hypervolemia (edema, dalam tubuh, makanya diperlukan
kriteria hasil : dispnea, suara napas pemantauanuntuk mencega
1. Asupan cairan meningkat tambahan) perburukan pada kondisi pasien
2. Haluaran urine meningkat
3. Edema menurun Terapeutik 2. Dengan diet rendah garam ini
4. Tekanan darah membaik 2. Batasi asupan cairan dan garam diharapkan jumlah garam yang di
5. Turgor kulit membaik keluarkan tubuh sama dengan
Edukasi jumlah garam yang dikonsumsi.
3. Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan cairan
3. Agar keluarga pasien mengetahui
guna dari pemantauan pemberian
Kolaborasi
cairan tindakan hidrasi ataupun
4. Kolaborasai pemberian diuretik eletrolit tambahan.

4. HCT adalah salah satu jenis diuretic


yang akan meningkatkan
pembetukan urine oleh ginjal yang
akan membantu mengurangi kadar
cairan dalam tubuh .
2 Perfusi perifer tidak Setelah dilakukan tindakan Observasi
efektif keperawatan selama 1x 24 jam , maka . 1. Periksa sirkulasi perifer ( mis;nadi
perfusi perifer meningkat dengan perifer, edema, pengisian
kriteria hasil : kapiler, warna ,suhu)
1. denyut nadi perifer meningkat
2. warna kulit pucat menurun Terapeutik
3. pengisian kapiler membaik 2. lakukan penjcegahan infeksi
4. akral membaik
5. turgor kulit membaik Edukasi
3. anjurkan meminum obat
pengontrol tekanan darah secara
teratur

Kolaborasi
4.Kolaborasi pemberian
kortikosteroid, jika perlu
3. Nyeri Akut Setelah dilakukan tindakan Observasi
keperawatan selama 1x 24 jam , maka . 1. Identifikasi PQRST tingkat
nyeri berkurang dengan kriteria nyeri
hasil :
1. Melaporkan nyeri terkontrol Terapeutik
meningkat 2.Ajarkan Teknik nonfarmakologis
2. Kemampuan mengenali onset untuk mengurangi rasa nyeri
nyeri meningkat
3. Kemampuan menggunakan Edukasi
teknik nonfarmakologis 3. Anjurkan memonitor nyeri
meningkat secara mandir
4. Keluhan nyeri penggunaan
analgesic menurun Kolaborasi
5. Meringis menurun 4.Kolaborasi pemberian obat
6. Frekuensi nadi membaik analgetik
7. Pola nafas membaik
8. Tekanan darah membaik
4. IMPLEMENTASI

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan


oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang
dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria
hasil yang diharapkan.
Didalm implementasi terdapat evaluasi dari tidakan keperawatan yang
dilakukan kepada pasien yang terdiri dari subjektif, objektif, analisis,
perencanaan selanjutnya, atau biasa disingkat dengan SOAP.

Tugas evaluator S Subjektif ungkapan perasaan atau keluhan

adalah melakukan evaluasi, yang dikeluhkan secara subjektif

menginterprestasi data sesuai oleh keluarga setelah diberikan

dengan kriteria evaluasi, implementasi keperawatan


O Objektif Keadaan objektif yang dapat di
menggunakan penemuan dari
identifikasi oleh perawat
evaluasi untuk membuat
menggunakan pengamatan yang
keputusan dalam memberikan
objektif
asuhan keperawatan. A Analisis Analisis perawat setelah mengetahui
respon subjektif dan objektif
P Perencanaan Perencanaan selanjutnya setelah
perawat melakukan analisis

DAFTAR PUSTAKA
Anggeria, E., & Resmita, M. (2019). hubungan dukungan keluarga dengan
kecemasan pasien gagal ginjal kronik di ruang hemodialisa rumah sakit royal
prima medan. jurnal keperawatan priority, vol 2, no 1.
Black, J, & Hawks, J. (2016). Keperawatan medikal bedah : Manajemen Klinis untuk
Hasil yang Diharapkan. jakarta: salemba emban patria.

Nurarif, & Kusuma. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Dianosa


dan NANDA NIC -NoC Jilid 2. jakarta: Medaction.

PPNI. (2016). Standar diagnosis Keperawatan Indonesia : devinisi dan Indikator


Diagnostik, Edisi 1. jakarta: DPP PPNI.

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesi : Devinisi dan Tindakan


Keperawatan,Edisi 1. jakarta: DPP PPNI.

soegijanto, S. (2017). Kumpulan Makala Penyakit Tropis dan Iinfeksi di Indonesia


jilid 3. surabaya: Airlangga University Prees.

SW, A., & M.P, Y. (2015). Keperawatan medikal bedah keperawatan dewasa teori
dan contoh askep. yogyakarta: Nuha medika.

wiliyanarti, p. f., & muhith, A. (2019). life experience of choronic kidney diseases
undergoing hemodialysis theraphy. NurseLine journal, vol. 4 no.1.
Pathway

GGK

Sekresi protein Sekresi eritropoetin


Sindrom uremia
terganggu menurun

Gangguan keseimbangan
asam basa Produksi Hbturun

Produksi asam lambung


Suplai nutrisi dalam darah
naik
turun

Iritasi lambung
Gangguan nutrisi

Hematemesis melena

Oksihemoglobin turun
anemia

keletihan
Suplai o2 kasar turun

Aliran darah ginjal Suplai o2


jaringan
menurun menurun Perfusi perifer
tidak efektif
Metabolism
Retensi NA dan H2o
aenaerob

Asam laktat naik


Hipovolemia

Fatigue nyeri sendi

Nyeri akut

Anda mungkin juga menyukai