KEJURUAN DI INDONESIA" Oleh: RINI SAFITRI, UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR Tahun: 2017
1. Model Penyelenggaraan Pendidikan Kejuruan
Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan formal
pada jenjang pendidikan menengah yang berorientasi pada dunia kerja. Model pendidikan kejuruan yang diterapkan di negara – negara maju menurut Wardiman Djojonegoro (Djojonegoro, 1998) yaitu :
a. Model Sekolah, yaitu pemberian pelajaran
sepenuhnya dilaksanakan di sekolah. b. Model sistem ganda, yaitu kombinasi pemberian pengalaman belajar di sekolah dan pengalaman kerja sarat nilai di dunia usaha. c. Model magang, yaitu menyerahkan sepenuhnya kegiatan pelatihan kepada industri dan masyarakat tanpa dukungan sekolah. d. Model ”school-based-enter” (unit produksi), yaitu dengan mengembangkan dunia usaha di sekolah dengan maksud selain untuk menambah penghasilan sekolah, juga untuk memberikan pengalaman kerja yang benar-benar nyata kepada siswanya. 2. Kelebihan dan kekurangan Sekolah Menengah Kejuruan
a. Memiliki pengalaman kerja dan keterampilan
yang memadai sehingga tamatannya diminati oleh perusahaan. b. Lulusan SMK dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, sepanjang memenuhi persyaratan baik nilai maupun program studi atau jurusan sesuai dengan kriteria yang dipersyaratkan. c. Melatih bakat dan kemampuan dalam bidang keahlian yang telah dipilih. d. Memiliki kurikulum yang fleksibel sesuai perkembangan jaman dan kebutuhan pasar. e. Mampu menyiapkan peserta didik yang kreatif, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, serta memiliki kompetensi yang sesuai dengan tuntutan dunia kerja.
Adapun kekurangan SMK, yaitu :
a. Terbatas pilihan jurusan di dunia perkuliahan dikarenakan disiplin ilmu yang diberikan di SMK menjurus pada satu bidang. b. Pembelajarannya hanya mengarah pada satu bidang keahlian sehingga pengetahuan yang dimiliki sedikit dibandingkan SMA. c. Tidak semua SMK mencetak lulusan yang sesuai dengan dunia kerja. Hal ini disebabkan ketidaktersediaan fasilitas bengkel atau laboratorium kerja yang layak dan modern, serta membangun kerja sama yang kuat dengan dunia kerja. d. Dilihat dari aspek tenaga pendidik, banyak guru khususnya guru produktif kejuruan ketinggalan dalam meng-update keahlian dan kompetensi yang dimiliki agar sesuai dengan perkembangan di dunia industri sehingga lulusan yang dihasilkan memiliki kompetensi yang kurang memadai. e. Belum ada kesesuaian antara program di SMK dengan dunia industri sehingga kualitas lulusan belum bisa menjawab tantangan dunia industri.
3. Prinsip penyelenggaraan Sekolah Menengah
Kejuruan di Indonesia menurut Prosser
Dr. Charles Allen Prosser (1871-1952) adalah
seorang praktisi dan akademisi Amerika Serikat yang sering dianggap sebagai bapak pendidikan kejuruan, terutama di Amerika. Di kalangan akademisi pendidikan vokasi dan kejuruan di Indonesia, Prosser cukup dikenal sebagai penyusun 16 Prinsip Pendidikan Vokasi atau sering juga disebut sebagai 16 Dalil Prosser.
(1) Pendidikan kejuruan akan efisien jika
lingkungan dimana siswa dilatih merupakan replika lingkungan dimana nanti dia akan bekerja. Salah satu permasalahan adalah keterbatasan sarana dan prasarana terutama fasilitas praktek yang kurang sesuai dengan tuntutan dunia kerja. (2) Pendidikan kejuruan yang efektif hanya dapat diberikan dimana tugas-tugas latihan dilakukan dengan cara, alat, dan mesin yang sama seperti yang diterapkan di tempat kerja. (3) Pendidikan kejuruan akan efektif jika melatih seseorang dalam kebiasaan berpikir seperti yang diperlukan pekerjaan itu sendiri. Manajemen SMK belum mampu menerapkan hal tersebut karena sebagian besar sekolah kejuruan dipimpin dan dibina oleh pendidik yang tidak memiliki pengalaman yang cukup di dunia industri. (4) Pendidikan kejuruan akan efektif jika dapat memampukan setiap individu mengembangkan minatnya, pengetahuannya dan keterampilannya pada tingkat yang paling tinggi. (5) Pendidikan kejuruan yang efektif untuk setiap profesi, jabatan atau pekerjaan hanya dapat diberikan kepada seseorang yang memerlukannya, yang menginginkannya dan yang mendapat untung darinya. (6) Pendidikan kejuruan akan efektif jika pengalaman latihan untuk membentuk kebiasaan kerja dan kebiasaan berpikir yang benar diulang- ulang sehingga sesuai seperti yang diperlukan dalam pekerjaan nantinya. (7) Pendidikan kejuruan akan efektif jika gurunya telah mempunyai pengalaman yang sukses dalam penerapan keterampilan dan pengetahuan pada operasi dan proses kerja yang akan dilakukan. (8) Pada setiap jabatan ada kemampuan minimum yang harus dipunyai oleh seseorang agar dia tetap dapat bekerja pada jabatan tersebut. Hal ini seuai diterapkan karena dapat menjadi bekal bagi peserta didik sebelum memasuki dunia kerja. (9) Pendidikan kejuruan harus memperhatikan permintaan pasar. Penyesuaian dengan permintaan pasar akan membantu peserta didik dalam menyesuaikan diri dengan tuntutan di dunia industri. (10) Proses pembinaan kebiasaan yang efektif pada siswa akan tercapai jika pelatihan diberikan pada pekerjaan yang nyata (pengalaman sarat nilai). (11) Sumber yang dapat dipercaya untuk mengetahui isi pelatihan pada suatu okupasi tertentu adalah dari pengalaman para ahli okupasi tersebut. (12) Setiap pekerjaan mempunyai ciri-ciri isi (body of content) yang berbeda-beda antara satu dengan yang lain. Di SMK terdapat bidang keahlian yang dikelompokkan berdasarkan jurusan dan program keahlian. (13) Pendidikan kejuruan akan merupakan layanan sosial yang efisien jika sesuai dengan kebutuhan seseorang yang memang memerlukan dan memang paling efektif jika dilakukan lewat pengajaran kejuruan. (14) Pendidikan kejuruan akan efisien jika metode pengajaran yang digunakan dan hubungan pribadi dengan peserta didik mempertimbangkan sifat- sifat peserta didik tersebut. (15) Administrasi pendidikan kejuruan akan efisien jika luwes. Manajemen administrasi sekolah di Indonesia pada umumnya relatif fleksibel dan tidak kaku. (16) Pendidikan kejuruan memerlukan biaya tertentu dan jika tidak terpenuhi maka pendidikan kejuruan tidak boleh dipaksakan beroperasi.