Katarak
PEMBIMBING:
Disusun Oleh :
201810401011060
FAKULTAS KEDOKTERAN
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat-
Nya penulis dapat menyelesaikan referat stase Ilmu Kesehatan Anak dengan
Ilmu Kesehatan Mata di Rumah Sakit Bhayangkara Kediri. Tidak lupa penulis
ucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam
penyusunan Referat ini, terutama Dr. dr. Arti Lukitasari, Sp.M selaku dokter
sempurna, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis
Kediri, 2018
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
JUDUL......................................................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................1
2.3 Katarak.................................................................................................................9
2.3.1 Definisi..............................................................................................................9
2.3.2 Epidemiologi.....................................................................................................9
2.3.3 Etiologi..............................................................................................................10
2.3.4 Patofisiologi......................................................................................................11
2.3.5 Klasifikasi.........................................................................................................12
2.3.7 Diagnosis...........................................................................................................19
2.3.9 Penatalaksanaan................................................................................................21
2.3.10 Komplikasi......................................................................................................29
2.3.11 Prognosis.........................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................33
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
B. Tujuan Penulisan
Referat ini ditulis bertujuan untuk memahami definisi, etiologi, patogenesis,
klasifikasi, gejala klinis, diagnosis, penatalaksanaan, komplikasi dan prognosis
dari katarak.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
Kurang lebih pada umur 7 minggu kehamilan, terbentuk serabut lensa
sekunder dari epitel lensa di area ekuator yang mengalami multiplikasi dan
memanjang secara cepat. Bagian anterior berkembang ke arah kutub anterior
lensa, dan bagian posterior juga mengalami perkembangan ke arah posterior kutub
lensa, namun masih di dalam kapsula lensa. Pada proses ini, serabut baru terus
menerus terbentuk selapis demi selapis. Serabut lensa sekunder yang terbentuk
antara umur kehamilan 2 hingga 8 bulan membentuk nukleus fetalis.
Lensa merupakan bangunan bikonveks, tersusun oleh epitel yang mengalami
diferensiasi yang tinggi. Lensa terdiri dari 3 bagian yaitu: (a) kapsul, yang bersifat
elastis; (b) epitel, yang merupakan asal serabut lensa; dan (c) substansi lensa yang
lentur dan pada orang muda dapat berubah, tergantung tegangan kapsul lensa.
Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskuler, tak berwarna dan hampir
transparan sempurna. Tebalnya sekitar 4 mm dan diameter 9 mm. Dibelakang iris
lensa digantung oleh zonula yang menghubungkan dengan korpus ciliaris. Di
anterior lensa terdapat humor aquaeus; disebelah posteriornya, vitreus. Bagian
lensa terdiri atas kapsul, epithelium lensa, korteks dan nukleus. Enam puluh lima
persen lensa terdiri dari air, sekitar 35% protein (kandungan protein tertinggi
diantara jaringan-jaringan tubuh), dan sedikit sekali mineral yang biasa ada di
jaringan tubuh lainnya2.
4
2.3 Fisiologi Lensa
Lensa merupakan struktur yang memiliki fungsi sangat besar dalam
mekanisme refraksi cahaya. Beberapa aspek fisiologis penting pada lensa adalah
transparasi lensa, aktivitas metabolime pada lensa, dan proses akomodasi.
5
yang paling dahulu dibentuk atau serat lensa yang tertua di dalam kapsul
lensa. Di dalam lensa dapat dibedakan nukleus embrional, fetal,
infantile, dan dewasa. Di bagian luar nukleus ini terdapat serat lensa yang
lebih muda dan disebut sebagai korteks lensa. Korteks yang terletak di
sebelah depan nukleus lensa disebut sebagai korteks anterior, sedangkan
dibelakangnya korteks posterior. Nukleus lensa mempunyai konsistensi
lebih keras dibanding korteks lensa yang lebih muda.
Lensa harus dijaga tetap jernih dan transparan. Beberapa faktor yang menjaga
transparansi lensa adalah:
Avaskular
Struktur sel dalam lensa
Pengaturan protein lensa
Karakter kapsul lensa yang semipermeabel
Mekanisme pompa yang mengatur keseimbangan elektrolit dan air dalam
lensa
Lensa memerlukan suplai energi ATP secara kontinyu untuk transpor aktif
dari ion dan asam amino, sintesis protein dan GSH. Sebagian besar energi yang
6
diproduksi digunakan di epitel yang merupakan situs utama dari proses transpor
aktif. Sebagai struktur yang avaskular, lensa sangat bergantung pada pertukaran
kimia dengan aqueous humor untuk metabolismenya. Komposisi kimia dari lensa
dan pertukarannya dengan aqueous humor dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
7
cahaya dapat berlangsung normal. Glutation disintesin dari L- Glutamat, Lsistein,
dan glisin.
Glukosa merupakan sumber energi yang esensial untuk lensa. Pada lensa
80% glukosa dimetabolisme secara anaerobik melalui jalur glikolitik dan 15%
melalui jalur HMP shunt serta sebagian kecil melalui siklus Krebs. Glukosa
masuk lewat diffusi dari celah – celah lensa. Glukosa yang masuk 95% akan
melalui proses fosforilasi oleh enzim hexokinase menjadi Glucose – 6 – PO 4
melalui glikolisis dan jalur pembentukan pentosa lewat jalur hexosa monofosfat.
Pentosa dibutuhkan untuk sinteis protein. Sisanya akan lewat jalur sorbitol dimana
glukosa akan dirubah menjadi fructosa dengan enzime aldose reductase dan
polyol dehidrogenase.
8
retina dikenal dengan akomodasi. Hal ini berkurang seiring dengan bertambahnya
usia2,3.
Lensa dapat membiaskan cahaya karena indeks bias biasanya sekitar 1,4
pada sentral dan 1,36 pada perifer, hal ini berbeda dengan aqueous dan vitreus
yang mengelilinginya. Pada tahap tidak berakomodasi, lensa memberikan
kontribusi sekitar 15-20 dioptri (D) dari sekitar 60 D kekuatan konvergen bias
mata manusia rata-rata3.
2.3 Katarak
2.3.1 Definisi
Katarak berasal dari yunani katarrhakies, inggris cataract, dan latin
cataracta yang berarti air terjun. Katarak adalah kekeruhan yang terjadi pada
lensa mata yang mengarah pada penurunan penglihatan pada seseorang akibat
kurangnya intensitas cahaya yang masuk ke mata2.
9
Gambar 2.9 Persentase Penyakit Mata
2.3.3 Etiologi
Katarak dapat terjadi pada bayi dan anak-anak, disebut sebagai katarak
kongenital. Katarak kongenital terjadi akibat adanya peradangan/infeksi ketika
hamil, atau penyebab lainnya. 3
Penyebab tersering dari katarak adalah proses degenerasi, yang
menyebabkan lensa mata menjadi keras dan keruh. Pengeruhan lensa dapat
dipercepat oleh faktor risiko seperti merokok, paparan sinar UV yang tinggi,
alkohol, defisiensi vit E, radang menahun dalam bola mata, dan polusi asap
motor/pabrik yang mengandung timbal.3
Katarak dapat dikarenakan trauma. Cedera pada mata seperti pukulan keras,
tusukan benda, panas yang tinggi, dan trauma kimia dapat merusak lensa sehingga
menimbulkan gejala seperti katarak. 3
Katarak juga dapat terjadi sebagai komplikasi penyakit infeksi dan metabolik
lainnya seperti diabetes mellitus. 3
10
2.3.4 Patofisiologi
Katarak dapat terjadi dengan banyak faktor dan interaksi yang komplek dari
bermacam-macam proses fisiologis4
a. Berdasarkan usia lensa, terjadi peningkatan berat dan ketebalan serta
menurunnya kemampuan akomodasi. Semakin lanjut, dengan semakin
menuanya lensa, terdapat penurunan rata-rata, sehingga air serta metabolit
larut air dengan berat molekul rendah dapat memasuki sel-sel nukleus
melalui epitel dan kortek yang terjadi dengan diikuti penurunan kecepatan
transport air, nutrisi, dan antioksidan4.
b. Usia juga mempengaruhi kepadatan dari lensa mata, usia semakin tua
maka kepadatan dari epitel lensa juga menurun dan sifat sifat dari serat
lensa juga berubah. Meskipun epitel dari lensa yang mengalami katarak
kejadian apotosisnya rendah, hal ini tidak menyebabkan penurunan yang
signifikan terhadap kepadatan lensa. Sedikit saja perubahan pada epitel
lensa, sudah dapat mengakibatkan perubahan struktur dari serat dan
keseimbangan, hal ini inilah yang menyebabkan lensa kehilangan sifat
transparannya,
c. Pada katarak diabetik, Pada jalur poliol glukosa dirubah menjadi sorbitol
yaitu bentuk alkoholnya. Disini seharusnya kemudian sorbitol dipecah
menjadi fruktosa oleh enzym Polyol Dehydrogenase, namun pada
Diabetes Mellitus kadar enzym Polyol Dehydrogenase rendah sehingga
sorbitol menumpuk di dalam lensa mata. Hal ini menyebabkan terjadinya
kondisi hipertonik yang akan menarik masuk cairan akuos ke dalam lensa
mata, merusak arsitektur lensa dan terjadilah kekeruhan lensa10,
d. Penggunaan kostikosteroid jangka panjang dapat meginduksi terjadinya
PSCs. Tergantung dari dosis dan durasi dari terapi, dan respon individual
terhadap kortikosteroid yang dapat menginduksi PSCs. Terjadinya katarak
telah dilaporkan melalui beberapa rute : sistemik, topikal, subkonjungtival
dan nasal spray4.
11
Terdapat 2 teori yang menyebabkan terjadinya katarak yaitu teori hidrasi dan
sklerosis:
2.3.5 Klasifikasi
a) Berdasarkan morfologi
Terdapat tiga jenis tipe umum dari katarak yaitu nuklear, kortikal, dan
posterior subkapsular. Tabel dibawah merupakan sistem penentuan derajat katarak
dari The Oxford Clinical Cataract Classification and Grading System8.
Tabel 2.1 Grading The Three Common Types Of Cataract
Tipe Katarak Grade 1 Grade 2 Grade 3 Grade 4
Nuclear Mild Moderate Pronounced Severe
Nucleus pada
lensa menjadi
kuning dan
sclerosis
12
Cortical Kekeruhan Kekeruhan Kekeruhan Kekruhan
Dievalusi 10% ruang 10 -50% 50-90% rua mencapai lebih
dengan intra pupil ruang intra ng intra pupil dari 90% ruang
menentukan pupil intra pupil
presentase dari
ruang intra pupil
yang mengalami
kekeruhan
Posterior Kekeruhan Kekeruhan Kekeruhan Kekeruhan
subcapsular mencapai 3 mencapai mencapai mencapai lebih
Dievaluasi % dari area 30% area 50% area dari 50% area
dengan kapsul kapsular kapsular kapsul
menentukan posterior posterior posterior posterior
presentasi dari
area kapsular
posterior yang
mengalami
kekeruhan
Sumber : American Optometric Association, 2004
*penilaian derajat katarak dapat dilakukan jika dilakukan midriatil pada pasien
Pada katarak nuclear (Gambar 2.11), batas dari kataraknya dapat terlihat
karena indeks biasnya meningkat, meskipun dalam pemeriksaan tidak
memperlihatkan bayangan apapun.
13
Gambar 2.12 Katarak Kortikal
Pada katarak subkapsular posterior (Gambar 2.13), pada katarak ini dimulai
dari sentral lensa meluas ke daerah perifer. Dan akhirnya mengganggu tajam
penglihatan. Biasanya pasien mengeluhkan silau8.
1. Katarak kongenital
Katarak kongenital adalah katarak yang mulai terjadi sebelum atau
segera setelah lahir dan bayi berusia kurang dari 1 tahun. Katarak
kongenital merupakan penyebab kebutaan pada bayi yang cukup berarti
terutama akibat penanganannya yang kurang tepat. 23 % dari katarak
kongenital merupakan penyakit keturunan yang diwariskan secara
autosomal dominan dan dapat ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh
ibu yang menderita infeksi seperti rubella, rubeola, chiken pox,
cytomegalo virus, herpes simplek, herpes zoster, poliomyelitis, influenza,
Epstein-Barr syphilis dan toxoplasmosis saat kehamilan terutama pada
trimester I.
2. Katarak senilis
Katarak senilis (age-related cataract) merupakan jenis katarak
didapat yang paling sering ditemukan karena proses degeneratif pada
laki-laki maupun perempuan, biasanya berusia di atas 50 tahun. Pada usia
sekitar 70 tahun, hampir 90% individu menderita katarak. Kondisi
kekeruhan biasanya bilateral akan tetapi hampir selalu kondisi salah satu
mata lebih berat dari mata lainnya. Secara morfologis katarak senilis
dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu katarak kortikal dan katarak nuklear.
Kedua jenis katarak ini sering terjadi secara bersamaan.
14
3. Katarak traumatik
Katarak yang dapat terjadi karena trauma tumpul, trauma tembus,
dan trauma kimia. Pada trauma basa yang masuk mengenai mata
menyebabkan peningkatan pH cairan akuos dan menurunkan kadar
glukosa dan askorbat. Trauma tumpul dapat langsung menyebabkan lensa
menjadi opaqe namun bisa juga kekeruhan terjadi beberapa tahun
setelahnya.
4. Katarak komplikata
Katarak komplikata terjadi akibat gangguan keseimbangan susunan
sel lensa faktor fisik atau kimiawi sehingga terjadi gangguan kejernihan
lensa. Katarak komplikata dapat terjadi akibat iridosikiitis, miopia tinggi,
ablasi retina, dan glaukoma. Katarak komplikata dapat terjadi akibat
kelainan sistemik (diabetes mellitus) yang akan mengenai kedua mata
atau kelainan lokal yang akan mengenai satu mata.
5. Katarak toksik
Katarak yang disebabkan oleh zat zat kimia yang dapat berupa obat
ataupun zat lain yang bisa menyebabkan kekeruhan pada lensa. Beberapa
jenis obat yang paling sering menyebabkan kekeruhan lensa antara lain
kortikosteroid, fenotiazin, miotikum, amiodaron, dan statin.
c) Berdasarkan stadium
Menurut tebal tipis nya kekeruhan pada lensa, katarak senilis dibagi menjadi
4 stadium6 :
1. Katarak insipien
Kekeruhan lensa tampak terutama dibagian perifer korteks berupa
garis-garis yang melebar dan makin ke sentral menyerupai ruji sebuah
roda. Biasanya pada stadium ini tidak menimbulkan gangguan tajam
penglihatan dan masih bisa dikoreksi mencapai 6/6
15
Gambar 2.14 Katarak insipien
2. Katarak imatur atau katarak intumesen
Kekeruhan terutama di bagian posterior nukleus dan belum
mengenai seluruh lapisan lensa. Terjadi pencembungan lensa. Karena
lensa menyerap cairan, akan mendorong iris ke depan yang menyebabkan
bilik mata depan menjadi dangkal dan bisa menimbulkan glaucoma
sekunder. Lensa menjadi lebih cembung, akan meningkatkan daya bias,
sehingga kelainan refraksi menjadi lebih miop.
16
4. Katarak hipermatur
Apabila stadium matur dibiarkan akan terjadi pencairan korteks
dan nukleus tenggelam ke bawah (katarak morgagni) atau lensa akan
terus kehilangan cairan dan keriput (shrunken cataract). Operasi pada
stadium ini kurang menguntungkan karena menimbulkan penyulit.
Sudut bilik
Normal Sempit Normal Terbuka
mata
17
jauh semakin kabur7. Penderita merasa lebih enak membaca dekat tanpa kacamata
seperti biasanya karena miopisasi6. Penglihatan ganda dan melihat adanya bayang
bayang lain jarang terjadi7
18
penyakit, pasien dilakukan pemeriksaan mata lengkap, dimulai dengan
kelainan refraksi.
b. Silau, Keluhan ini termasuk seluruh spectrum dari penurunan sensitivitas
kontras terhadap cahaya terang lingkungan atau silau pada siang hari
hingga silau ketika mendekat ke lampu pada malam hari. Peningkatan
sensitivitas terutama timbul pada katarak posterior subkapsular.
Pemerikasaan silau (test glare) dilakukan untuk mengetahui tingkat
gangguan penglihatan yang disebabkan oleh submber cahaya yang
diletakkan di dalam lapang pandangan pasien.
c. Perubahan miopik, Progesifitas katarak sering meningkatkan kekuatan
dioptrik lensa yang menimbulkan myopia derajat sedang hingga berat.
Sebagai akibatnya, pasien presbiop melaporkan peningkatan penglihatan
dekat mereka dan kurang membutuhkan kaca mata baca, keadaan ini
disebut dengan second sight. Secara khas, perubahan miopik dan second
sight tidak terlihat pada katarak subkortikal posterior atau anterior.
d. Noda, berkabut pada lapangan pandang.
e. Ukuran kaca mata sering berubah.
2.3.7 Diagnosis
Katarak biasanya didiagnosis melalui pemeriksaan rutin mata. Sebagian
besar katarak tidak dapat dilihat oleh pengamat awam sampai menjadi cukup
padat (matur atau hipermatur) dan menimbulkan kebutaan. Namun, katarak, pada
stadium perkembangannya yang paling dini, dapat diketahui melalui pupil yang
didilatasi maksimum dengan oftalmoskop, kaca pembesar, atau slitlamp9.
Fundus okuli menjadi semakin sulit dilihat seiring dengan semakin padatnya
kekeruhan lensa, sampai reaksi fundus sama sekali hilang. Pada stadium ini
katarak biasanya telah matang dan pupil mungkin tampak putih.
Pemeriksaan yang dilakukan pada pasien katarak adalah pemeriksaan sinar
celah (slitlamp), funduskopi pada kedua mata bila mungkin, tonometer selain
daripada pemeriksaan prabedah yang diperlukan lainnya seperti adanya infeksi
19
pada kelopak mata, konjungtiva, karena dapat penyulit yang berat berupa
panoftalmitis pasca bedah dan fisik umum.
a) Anamnesis
Data demografi penderita (contoh: usia, jenis kelamin) harus
dikumpulkan terlebih dahulu sebelum melakukan anamnesis lebih lanjut.
Anamnesis pada pasien harus menunjukkan hilangnya penglihatan secara
mendadak atau bertahap. Biasanya baru dikeluhkan dalam hitungan
tahun, karena penglihatan masih bsa dikompensasi oleh mata satunya
dengan penglihatan yang lebih baik. Penderita juga ditanyakan tentang
gangguan penglihatan lainya misalnya silau7.
Pada anamnesis juga harus ditanyakan riwayat penyakit sebelumnya
meliputi riwayat pada mata dan riwayat kesehatan secara umum. Riwayat
pada mata meliputi riwayat refraksi sebelumnya atau pemakaian
kacamata sebelumnya berapa ukuranya, adanya penyakit mata
sebelumnya, riwayat pembedahan pada mata, dan riwayat trauma7.
Riwayat kesehatan secara umum juga ditanyakan, karena dapat menjadi
etiologi, atau menentukan prognosis dan kesesuain terapi bedah yang
akan dipilih. Riwayat terapi yang sudah didapat sebelumnya. Ditanyakan
juga adanya alergi terhadap obat khususnya antibiotik7.
b) Pemeriksaan Fisik
1) Pemeriksaan tajam penglihatan dengan kartu Snellen. Pada stadium
insipien atau imatur bisa dikoreksi dengan lensa kacamata terbaik7,6.
2) Lampu senter : reflek pupil terhadap cahaya pada katarak masih
normal. Tampak kekeruhan pada lensa terutama bila pupil dilebarkan,
berwarna putih keabu abuan. Diperiksa proyeksi iluminasi dari segala
arah pada katarak matur untuk mengetahui fungsi retina secara garis
besar6.
3) Oftalmoskop, sebelum melakukan pemeriksaan sebaiknya pupil
dilebarkan. Pada stadium insipient dan imatur tampak kekeruhan
kehitam hitaman dengan latar belakang jingga sedangkan pada
20
stadium matur hanya didapatkan warna kehitaman tanpa latar
belakang jingga atau reflek fundus negatif6.
4) Slit lamp biomikrskopi : dengan alat ini dapat mengevaluasi luas,
tebal dan lokasi kekeruhan pada lensa7.
2.3.9 Penatalaksanaan
Katarak hanya dapat diatasi melalui prosedur operasi. Akan tetapi jika gejala
katarak tidak mengganggu, tindakan operasi tidak diperlukan. Kadang kala cukup
dengan mengganti kacamata. Sejauh ini tidak ada obat-obatan yang dapat
menjernihkan lensa yang keruh. Namun, aldose reductase inhibitor, diketahui
dapat menghambat konversi glukosa menjadi sorbitol, sudah memperlihatkan
hasil yang menjanjikan dalam pencegahan katarak gula pada hewan. Obat anti
katarak lainnya sedang diteliti termasuk diantaranya agen yang menurunkan kadar
sorbitol, aspirin, agen glutathione-raising, dan antioksidan vitamin C dan E2,9.
Penatalaksanaan definitif untuk katarak adalah ekstraksi lensa. Lebih dari
bertahun tahun, tehnik bedah yang bervariasi sudah berkembang dari metode yang
kuno hingga tehnik hari ini phacoemulsifikasi. Hampir bersamaan dengan evolusi
IOL yang digunakan, yang bervariasi dengan lokasi, material, dan bahan
implantasi. Bergantung pada integritas kapsul lensa posterior, ada 2 tipe bedah
lensa yaitu Intra Capsuler Cataract Exstraction (ICCE) dan Exstra Capsuler
Cataract Exstraction (ECCE).
Indikasi operasi katarak ialah:
1. Fungsi penglihatan: Ini merupakan indikasi yang paling sering. Operasi
katarak dilakukan ketika cacat visus menjadi menyebabkan gangguan
signifikan pada kehidupan sehari-hari pasien.
21
2. Indikasi medis: meskipun pasien merasa nyaman dari aspek penglihatan,
operasi dapat dianjurkan apabila pasien menderita:
- Glaukoma lens-induced
- Endoftalmitis fakoanafilaktik
- Penyakit retina seperti retinopati diabetikum dan ablasio retina yang
terapinya terganggu karena adanya kekeruhan lensa.
3. Indikasi kosmetik: Terkadang pasien dengan katarak matur meminta
ekstraksi katarak agar pupil kembali menjadi hitam.
22
3. Selain itu, juga harus diketahui pasien tersebut memiliki riwayat alergi
atau tidak dan juga mengetahui apakah pasien sedang mengkonsumsi obat-
obatan tertentu seperti warfarin, antiplatelet
Jika dipastikan tidak ada kontraindikasi operasi, maka persiapan operasi ialah:
1. Tandai mata yang akan dioperasi
2. Pasien dipuasakan pada hari operasi,
3. Bulu mata dicukur,
4. Diberi tetes midriatikum untuk memperlebar pupil pada mata yang akan
dioperasi interval 15 menit
5. Tetes pantocain mata kanan dan kiri 1 tetes
Berikut ini akan dideskripsikan secara umum tentang prosedur operasi pada
ekstraksi katarak yang sering digunakan yaitu ICCE, ECCE, Phacoemulsification
dan Small Incision Cataract Surgery (SICS).
a) Intra Capsuler Cataract Exstracsion (ICCE)
Tindakan pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama
kapsul. Seluruh lensa dibekukan di dalam kapsulnya dengan cryophake
dan dipindahkan dari mata melalui incisi korneal superior yang lebar.
Sekarang metode ini hanya dilakukan hanya pada keadaan lensa
subluksatio dan dislokasi. Pada ICCE tidak akan terjadi katarak sekunder
dan merupakan tindakan pembedahan yang sangat lama populer. ICCE
tidak boleh dilakukan atau kontraindikasi pada pasien berusia kurang dari
40 tahun yang masih mempunyai ligamen hialoidea kapsular. Penyulit
23
yang dapat terjadi pada pembedahan ini astigmatisme, glukoma, uveitis,
endoftalmitis, dan perdarahan2,3,4.
Tetapi, beberapa kelemahan dan komplikasi bisa ditemukan pada
ICCE. Insisi yang besar pada limbus, biasanya 160 0-1800, biasanya
beresiko: penyembuhan yang lambat, rehabilitasi penglihatan yang
lambat, againt the rule astigmatisma, iris inkarserasi, kebocoran luka
pasca operasi, dan inkarserasi vitreous. edema kornea biasanya terjadi
saat operasi dan komplikasi segera post operatif4.
Kontraindikasi absolut ICCE yaitu katarak pada anak-anak dan usia
muda, katarak dengan trauma rupture kapsular. Kontraindikasi relatif
ICCE yaitu, myopia tinggi, sindrom marfan, katarak morgagni4.
24
Penempatan IOL bisa lebih baik karena kapsul posterior masih utuh
Kapsul posterior yang masih utuh menjadi penghalang yang
membatasi pertukaran beberapa molekul antara aquos dan vitreous.
Kapsul yang masih utuh mencegah bakteri dan mikroorganisme lain
masuk ke bagian posterior dan dapat menyebabkan endophtalmitis.
Pada kapsul yang utuh jika dilakukan implant IOL yang kedua, bedah
filtrasi, transplantasi kornea dan perbaikan luka, maka dapat dilakukan
lebih mudah dan dengan tingkat keamanan yang tinggi.
c) Phacoemulsification
Phacoemulsification (phaco) maksudnya membongkar dan
memindahkan kristal lensa. Pada tehnik ini diperlukan irisan yang sangat
kecil (sekitar 2-3mm) di kornea. Getaran ultrasonic akan digunakan
untuk menghancurkan katarak, selanjutnya mesin PHACO akan
menyedot massa katarak yang telah hancur sampai bersih. Sebuah lensa
Intra Okular yang dapat dilipat dimasukkan melalui irisan tersebut.
Karena incisi yang kecil maka tidak diperlukan jahitan, akan pulih
dengan sendirinya, yang memungkinkan pasien dapat dengan cepat
kembali melakukan aktivitas sehari-hari. Tehnik ini bermanfaat pada
katarak kongenital, traumatik, dan kebanyakan katarak senilis. Tehnik ini
25
kurang efektif pada katarak senilis padat, dan keuntungan incisi limbus
yang kecil agak kurang kalau akan dimasukkan lensa intraokuler,
meskipun sekarang lebih sering digunakan lensa intra okular fleksibel
yang dapat dimasukkan melalui incisi kecil seperti itu.
ECCE dan phacoemulsification merupakan ekstraksi nuklues lensa
yang hampir sama, dilakukan dengan membuka anterior kapsul. Kedua
tekhnik tersebut menggunakan irigasi dan aspirasi cairan dan material
kortikal selama pembedahan. Penempatan IOL dari kedua tekhnik ini
pada kapsul posterior yang lebih anatomis dibandingkan anterior IOL4
Pada ECCE membuang kapsul lensa dilakukan secara manual dengan
standard ECCE atau dengan memasukkan jarum ultrasonically ke
nuklues kemudian aspirasi substrat lensa melalui jarum, hal ini yang
disebut phacoemulsification4.
Keuntungan Phacoemulsification insisi kecil, meminimalkan
komplikasi dari luka yang tidak ditutup dengan benar, penyembuhan luka
lebih cepat, rehabilitasi penglihatan lebih cepat. Dengan tekhnik yang
relatif tertutup saat operasi tekanan intraokuli lebih bisa terkontrol,
tekanan vitreous juga bisa lebih terjaga dan menurunkan resiko
pendarahan khoroidal. Teknik phacoemulsification membutuhkan mesin
dan alat alat yang lebih canggih dibandingkan tekhnik yang lain4.
26
d) Small Incision Cataract Surgery (SICS)
Teknik operasi Small Incision Cataract Surgery (SICS) yang
merupakan teknik pembedahan kecil.teknik ini dipandang lebih
menguntungkan karena lebih cepat sembuh dan murah ³. Apabila lensa
mata penderita katarak telah diangkat maka penderita memerlukan lensa
pengganti untuk memfokuskan penglihatannya dengan cara sebagai
berikut:
kacamata afakia yang tebal lensanya
lensa kontak
lensa intra okular, yaitu lensa permanen yang ditanamkan di dalam
mata pada saat pembedahan untuk mengganti lensa mata asli yang
telah diangkat
Tabel 2.3 keuntungan dan kerugian teknik bedah katarak
Jenis teknik bedah Keuntungan Kerugian
katarak
Extra capsular Incisi kecil Kekeruhan pada
cataract extraction Tidak ada komplikasi kapsul posterior
(ECCE) vitreus Dapat terjadi
Kejadian perlengketan iris
endophtalmodonesis lebih dengan kapsul
sedikit
Edema sistoid makula
lebih jarang
Trauma terhadap
endotelium kornea lebih
sedikit
Retinal detachment
lebih sedikit
Lebih mudah
dilakukan
Intra capsular Semua komponen Incisi lebih besar
cataract extraction lensa diangkat Edema cistoid
(ICCE) pada makula
Komplikasi pada
vitreus
Sulit pada usia <
27
40 tahun
Endopthalmitis
Fakoemulsifikasi Incisi paling kecil Memerlukan dilatasi
Astigmatisma jarang pupil yang baik
terjadi Pelebaran luka jika
Pendarahan lebih sedikit ada IOL
Teknik paling cepat
28
Penanganan rutin pasca operasi dengan menggunakan tetes mata steroid dan
antibiotik 4 kali sehari selama 2-4 minggu setelah pembedahan. Selama waktu
tersebut penderita dapat membaca, melakukan aktivitas ringan, berbelanja, mandi
dan berkeramas secara hati hati. Implant yang dimasukkan pada pembedahan
secara normal memberikan penderita penglihatan jelas untuk jarak jauh tetapi
perlu menggunakan kacamata baca. Kacamata dapat diresepkan mulai 8 minggu
setelah pembedahan7.
2.3.10 Komplikasi
Rasa berair dan sensasi adanya benda asing umum terjadi setelah
pembedahan. Biasanya penderita dapat ditenangkan tetapi kemungkinan
endophtalmitis, komplikasi paling penting yang mengancam penglihatan harus
dipertimbangkan. Hal ini merupakan kejadian akut pasca operasi yang
mengancam penglihatan yang memerlukan rawat inap di rumah sakit dan
pengobatan segera. Onset biasanya 4-5 hari setelah pembedahan. Gejala –
gejalanya meliputi memburuknya penglihatan dan nyeri7.
1. Komplikasi Intra Operatif
Edema kornea, COA dangkal, ruptur kapsul posterior, pendarahan atau
efusi suprakoroid, pendarahan suprakoroid ekspulsif, disrupsi vitreus,
incacerata kedalam luka serta retinal light toxicity.
2. Komplikasi dini pasca operatif
COA dangkal karena kebocoran luka dan tidak seimbangnya antara
cairan yang keluar dan masuk, adanya pelepasan koroid, block pupil
dan siliar, edema stroma dan epitel, hipotonus, brown-McLean
syndrome (edema kornea perifer dengan daerah sentral yang bersih
paling sering)
Ruptur kapsul posterior, yang mengakibatkan prolaps vitreus
Prolaps iris, umumnya disebabkan karena penjahitan luka insisi yang
tidak adekuat yang dapat menimbulkan komplikasi seperti
penyembuhan luka yang tidak sempurna, astigmatismus, uveitis
anterior kronik dan endoftalmitis.
29
Pendarahan, yang biasa terjadi bila iris robek saat melakukan insisi
3. Komplikasi lambat pasca operatif
Ablasio retina
Endoftalmitis kronik yang timbul karena organissme dengan virulensi
rendah yang terperangkap dalam kantong kapsuler
Post kapsul kapacity, yang terjadi karena kapsul posterior lemah
Malformasi lensa intraokuler, jarang terjadi
Tabel 2.4 Komplikasi Dini Pasca Operasi
30
menjadi endophtalmitis
31
pembedahan) kekeruhan anestesi).
kembali Kornea,
pada lensa kamera okuli
anterior dan
implant tidak
dipengaruhi
oleh laser
2.3.11 Prognosis
32
DAFTAR PUSTAKA
33