Anda di halaman 1dari 5

JKK, Tahun 2016, Vol 5(1), halaman 24-28 ISSN 2303-1077

OPTIMASI PRODUKSI PROTEIN SEL TUNGGAL (PST) DARI BAKTERI YANG


TERDAPAT PADA GASTROINTESTINAL (GI) IKAN NILA (Oreochromis niloticus)
DAN IKAN KEMBUNG (Scomber canagorta)

Berly Inuhan*1, Savante Arreneuz1, Muhamad Agus Wibowo1


1
Program Studi Kimia, Fakultas MIPA, Universitas Tanjungpura,
Jl. Prof. Dr. H. Hadari Nawawi, Pontianak
*
email: inuhanberly@yahoo.co.id

ABSTRAK

Ikan nila (Oreochromis niloticus) dan ikan kembung (Scomber canagorta) merupakan jenis ikan
yang dikonsumsi hanya bagian daging sedangkan bagian gastrointestinal (GI) dibuang sebagai
limbah terhadap lingkungan. Bagian GI ikan-ikan ini mengandung banyak jenis dari bakteri yang
dapat dimanfaatkan sebagai sumber bakteri penghasil protein sel tunggal (PST) dengan proses
fermentasi. Aplikasi pemanfaatan protein yang bersumber dari bakteri lebih sering digunakan
dibandingkan sumber dari hewan dan fungi, hal ini dikarenakan proses pertumbuhan dan
regenerasinya yang sangat cepat. Tujuan penelitian ini adalah memperoleh kondisi optimum
dalam produksi protein dan penentuan kadar protein yang didapat dari GI ikan nila (O. niloticus)
dan ikan kembung (S. canagorta) menggunakan metode Bradford dengan alat spektrofotometer
UV-Vis. Isolat-isolat terpilih dari sumber ikan nila (O. niloticus) adalah N1, N2, dan N3
sedangkan sumber ikan kembung (S. canagorta) adalah K1, K2, dan K3. Tahapan dalam
penentuan kondisi optimum produksi PST adalah penentuan waktu fermentasi, temperatur dan
pH. Isolat terpilih dari sumber ikan nila (O. niloticus) dan ikan kembung (S. canagorta) N3 dan
K3 berdasarkan kondisi optimum produksi PST. Waktu fermentasi optimum dari isolat N3 dan
K3 adalah 36 jam, temperatur optimum dari isolat N3 dan K3 yaitu 40oC dan derajat keasaman
optimum dari isolat N3 dan K3 adalah pH 7. Hasil penelitian terhadap kondisi optimum produksi
PST pada isolat N3 dan K3 memiliki kondisi optimum yang sama yaitu waktu fermentasi 36
jam, temperatur 40oC dan pH 7 dengan kadar PST masing-masing untuk isolat terpilih N3 dan
K3 yaitu 1,123 dan 1,039 mg/ml.

Kata kunci : Protein sel tunggal, Oreochromis niloticus, Scomber canagorta, pH,
temperatur, fermentasi

PENDAHULUAN Protein sel tunggal merupakan


produk biomassa berkadar protein tinggi
Indonesia merupakan negara
yang berasal dari mikrobia (Batubara,
kepulauan yang memiliki potensi yang
2009). Mikrobia penghasil PST umumnya
besar di bidang perikanan. Sumber Ikan
tumbuh pada limbah yang memiliki unsur
yang didapat berasal dari hasil
karbon dan nitrogen (Pawignya, 2011).
penangkapan di laut dan pembudidayaan
Bakteri, fungi, algae, dan yeast merupakan
(Huffard et al., 2012). Jenis ikan yang
jenis dari mikrobia yang dapat memproduksi
sangat popular berasal dari hasil
PST. Bakteri yang dapat memproduksi PST
penangkapan dilaut adalah ikan kembung
antara lain: Brevibacterium sp,
(Scomber canagorta) (Dirjen Perikanan,
Methylophilus sp, Acromobacter delvaevate,
1990), sedangkan yang berasal dari hasil
Acinetobacter calcoacenticu, Aeromonas
pembudidayaan adalah ikan nila
hydrophilla, Bacillus sp, Lactobacillus sp,
(Oreochromis niloticus) (Kordik, 2010).
Cellulomonas sp, Methylomonas sp,
Bagian ikan yang tidak digunakan dan
Pseudomonas sp, Rhodopseudomonas sp,
menghasilkan limbah terdapat pada bagian
Flavobacterium sp (Adedayo et al., 2011;
gastrointestinal (GI) ikan yang dibuang
Ashok et al., 2014).
begitu saja dapat mengganggu lingkungan.
Mikroba yang digunakan sebagai
Limbah GI ikan ini perlu dimanfaatkan lebih
penghasil PST harus memiliki kriteria yaitu
lanjut sebagai sumber bakteri penghasil
tidak bersifat patogen, memiliki nilai nutrisi
protein sel tunggal (PST) (Balaji et al., 2012;
yang baik, dapat digunakan sebagai
Gethanjali dan Subash., 2011).

24
JKK, Tahun 2016, Vol 5(1), halaman 24-28 ISSN 2303-1077

makanan atau pakan, tidak mengandung FeSO4.7H2O, kasein, larutan buffer, Bovine
senyawa yang beracun, dan biaya Serum Albumin (BSA), pereaksi bradford.
produksinya murah (Adedayo et al., 2011).
Pemanfaatan PST dapat digunakan Preparasi Sampel (Gethanjali dan
sebagai pengganti protein dari sumber Subash., 2011; Balaji et al., 2012).
konvensional seperti hasil pertanian, Ikan dibedah bagian perutnya
perikanan, dan peternakan (Nigam, 1998; dengan pisau steril dan dipisahkan GI dari
Batubara, 2009; Ashok et al., 2014 ) ikan. Selanjutnya dibuat larutan homogen
Protein yang bersumber dari bakteri dengan penambahan GI ke larutan natrium
lebih banyak dimanfaatkan dibandingkan klorida 0.9%. (10:1; volume:berat) dibuat
dengan hewan dan fungi. Hal ini larutan hingga 10-6. Selanjutnya dilarutkan
dikarenakan pertumbuhan dari bakteri sampel (0.1 ml) ke media padat saline
sangat cepat, tidak membutuhkan media nutrient agar kemudian diinkubasi pada
atau ruangan yang besar dan proses temperatur 37oC selama 24 jam. Koloni
regenerasinya sangat cepat. Salah satu dengan kecerahan dan zona diameter
sumber dari bakteri dapat ditemukan pada terbaik yaitu isolat terpilih dari ikan
bagian GI biawak (Megiandari, 2009), ikan kembung (S. canagorta) adalah K1, K2, dan
Cyprinus carpio (Balaji et al., 2012) dan ikan K3 sedangkan ikan nila (O. niloticus) adalah
Labeo rohita (Gethanjali dan Subash., N1, N2, dan N3. Isolat-isolat ini dipindahkan
2011). Jenis bakteri yang mungkin ke media skim milk salt agar sebagai
ditemukan pada ikan adalah Pseudomonas penghasil protein pada waktu fermentasi 24
sp, Bacillus sp, Micrococcus sp, jam dan temperatur 37oC. Selanjutnya
Staphylococcus sp, Streptococcus sp isolat-isolat ini digunakan untuk sampel
(Buller, 2004). investigasi selanjutnya.
Penelitian ini menggunakan bagian
GI ikan nila (O. niloticus) dan ikan kembung Produksi Protein (Gethanjali dan
(S. canagorta) digunakan sebagai sumber Subash., 2011).
bakteri penghasil PST. Habitat antara ikan Media cair yang digunakan dalam
nila yang hidup di air tawar dan ikan produksi protein adalah mengandung 0.5 %
kembung yang hidup di air asin merupakan glukosa (w/v), 0.75 % pepton (w/v), 0.05 %
suatu perbedaan lingkungan yang sangat MgSO4.7H2O (w/v), 0.05 % KH2PO4 (w/v)
menonjol yaitu dari tingkat salinitas yang dan 0,01% FeSO4.7H2O (w/v) kemudian
berbeda dan keanekaragaman sumber dibiakan dengan variasi 6 hingga 48 jam di
makanan yang berbeda sehingga perlu dalam inkubator shaking (140 rpm) pada
dilakukan penelitian mengenai optimasi temperatur 40oC dan pH 7. Setelah proses
produksi protein dari GI ikan nila (O. fermentasi diatas selesai selanjutnya di
niloticus) dan ikan kembung (S. canagorta) lakukan sentrifugal 10.000 rpm selama 15
berdasarkan pH, temperatur dan waktu menit dan dipisahkan supernatan yang
fermentasi serta kadar protein yang bebas sel sebagai protein preparasi
diperoleh menggunakan metode Bradford selanjutnya dilakukan uji kadar protein
dengan alat spektrofotometer UV-Vis. dengan metode Bradford.

METODOLOGI PENELITIAN Pengaruh pH terhadap produksi protein


(Gethanjali dan Subash., 2011).
Alat dan Bahan Penentuan pengaruh pH terhadap
Peralatan yang digunakan dalam produksi protein dilakukan dengan variasi
penelitian ini meliputi peralatan gelas, pisau pH (6.0-9.0), dimana larutan buffer pH 6.0-
steril, orbital shaker incubator, pH universal, 7.0 (posfat buffer), pH 8.0-9.0 (boraks
neraca, spektrofotometer UV-Vis, alat buffer). Produksi protein diinkubasi pada
sentrifugasi, oven dan autoclave. waktu optimum dengan temperatur 40oC.
Sampel berupa GI dari O. niloticus Selanjutnya pengujian kadar protein dengan
dan S. canagorta. Bahan-bahan yang metode yang sama dengan diatas.
digunakan adalah NaCl, akuades, Nutrient
Agar, glukosa, pepton, susu skim milk, agar,
MgSO4.7H2O, KH2PO4, K2HPO4,

25
JKK, Tahun 2016, Vol 5(1), halaman 24-28 ISSN 2303-1077

Pengaruh Temperatur terhadap produksi Berdasarkan kurva pada Gambar 1


protein (Gethanjali dan Subash., 2011). dan 2 maka dapat diketahui fase lag terjadi
Penentuan pengaruh temperatur pada waktu 6-12 jam yaitu penyesuaian
terhadap produksi protein dilakukan dengan bakteri terhadap lingkungan, fase log terjadi
variasi temperatur 30, 40, 50, 60oC pada pH pada waktu 12-24 jam dengan terjadinya
dan waktu fermentasi optimum. Selanjutnya interaksi bakteri dengan substrat yang
pengujian kadar protein dengan metode meningkat membentuk protein,fase
yang sama dengan diatas. stasioner terjadi pada waktu 24-36 jam yang
merupakan waktu optimum dari produksi
HASIL DAN PEMBAHASAN protein, tetapi setelah 36 jam yaitu fase
Pengaruh Variasi Waktu Fermentasi kematian diperoleh konsentrasi protein
Terhadap Produksi protein yang menurun hal ini disebabkan jumlah
Penelitian ini dilakukan pada variasi substrat yang mulai habis, jumlah protein
waktu yaitu 0-48 jam dengan interval 6 jam yang terbentuk dapat menghambat
terhadap Isolat terpilih dari sumber ikan nila pertumbuhan bakteri dan terjadinya
(O. niloticus) yaitu N1, N2, dan N3 degradasi terhadap protein (Nelson dan
sedangkan isolat terpilih dari sumber ikan Cox., 2008; Hui, 2006).
kembung (S. canagorta) adalah K1, K2, dan Berdasarkan nilai konsentrasi
K3. Fermentasi dilakukan pada temperatur protein maksimum maka isolat K3 dan N3
40oC dan tingkat keasaman pH 7 (Balaji et memiliki nilai yang tertinggi dari masing-
al., 2008). masing isolat yaitu 1,039 mg/ml dan 1,123
1,2 mg/ml. Isolat K3 dan N3 terpilih untuk
selanjutnya dilakukan pengaruh variasi
1 temperatur dan variasi pH pada waktu
Konsentrasi (mg/ml)

0,8 fermentasi optimum yaitu 36 jam.


0,6 K1
Pengaruh Variasi Temperatur dan pH
0,4 K2 Terhadap Produksi Protein
0,2 K3 Pengaruh variasi temperatur
0 dilakukan pada pH 7 (Balaji et al., 2008)
terhadap isolat N3 dan K3 dengan waktu
-0,2 0 6 12 18 24 30 36 42 48 54
fermentasi 36 jam. berikut ini gambar grafik
-0,4 Waktu ( Jam ) variasi temperatur terhadap kadar protein.

Gambar 1. Kurva konsentrasi protein 1,2


1,123
Kadar Protein (mg/ml)

terhadap waktu fermentasi 1


isolat terpilih ikan kembung (S.
canagorta) 0,8 0,836

1,2 0,6
1,0 0,4
Konsentrasi (mg/ml)

0,8 0,2 0,259 0,209


N1
0,6
N2 0
0,4 20 30 40 50 60 70
0,2 N3
Temperatur (oC)
0,0
-0,2 0 6 12 18 24 30 36 42 48 54 Gambar 3. Isolat N3 variasi temperatur
-0,4 pada pH 7 dan waktu
Waktu (Jam) fermentasi 36 jam
Gambar 2. Kurva konsentrasi protein
terhadap waktu fermentasi Berdasarkan Gambar 3 dan 4
isolat terpilih ikan nila (O. diperoleh konsentrasi protein meningkat
niloticus) hingga temperatur 40oC, hal ini karena
semakin sesuai kondisi temperatur yang
dibutuhkan bakteri untuk pertumbuhan dan

26
JKK, Tahun 2016, Vol 5(1), halaman 24-28 ISSN 2303-1077

berkembangbiak, tetapi setelah temperatur perubahan struktur molekul dan


40oC terjadi penurunan konsentrasi protein kelarutannya (Pawignya, 2011; Mathews et
hal ini karena temperatur tinggi dapat al., 2004).
mengubah sifat fisik dari membran sel dan 1,2

kadar protein (mg/ml)


mempengaruhi sistem sekresi ekstraseluler 1 1,039
dari bakteri (Gethanjali dan Subash., 2011;
Balaji et al., 2012). 0,8
0,6
1,2 0,517 0,522
kadar protein (mg/ml)

0,4
1 1,039 0,465
0,2
0,8
0,6 0
5 6 7 8 9 10
0,4 pH
0,345 0,313
0,2 Gambar 6. Isolat K3 variasi pH pada
0,128
0 temperatur 40oC dan waktu
20 30 40 50 60 70 fermentasi 36 jam
Temperatur (oC) Berdasarkan hasil penelitian maka
Gambar 4. Isolat K3 variasi temperatur dapat diketahui bahwa isolat dari N3 dan K3
pada pH 7 dan waktu memiliki kondisi optimum yang sama yaitu
fermentasi 36 jam pada temperatur 40oC, pH 7, dan waktu
fermentasi 36 jam sehingga N3 dan K3
Pengaruh variasi pH dilakukan pada memiliki potensi sebagai penghasil PST.
temperatur dan waktu fermentasi optimum Hal ini dapat dilihat pada penelitian
yaitu 40oC dan 36 jam terhadap isolat N3 terdahulu yaitu pH 7 dan temperatur 40oC
dan K3. Berikut ini adalah gambar grafik untuk GI ikan Cyprinus carpio (Balaji et al.,
variasi pH terhadap kadar protein. 2012), pH 9 dan temperatur 40oC untuk GI
ikan Labeo rohita (Gethanjali dan Subash.,
2011), pH 9 dan temperatur 55oC usus
1,2 biawak Varanus salvator (Megiandari,
1,123
Kadar Protein (mg/ml)

2009).
1
SIMPULAN
0,8
Berdasarkan hasil penelitian yang
0,6 0,655 telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
0,452 1. Waktu fermentasi, temperatur dan pH
0,4
0,462 untuk menghasilkan produk protein dari
0,2 isolat K3 dan N3 memiliki kondisi
optimum yang sama yaitu 36 jam, pH 7
0
dan suhu 40oC.
5 6 7 pH 8 9 10
2. Kadar protein dari isolat K3 dan isolat
Gambar 5. Isolat N3 variasi pH pada N3 yaitu 1,039 mg/ml dan 1,123 mg/ml.
temperatur 40oC dan waktu
fermentasi 36 jam DAFTAR PUSTAKA
Adedayo, M.R., Ajiboye, E.A., Akintunde,
Berdasarkan gambar 5 dan 6 diperoleh
J.K., dan Odaibo, A., 2011, Single Cell
konsentrasi protein yang meningkat hingga
Proteins: As Nutritional Enhancer,
pH 7 karena kesesuaian kondisi keasaman
Pelagia Research Library, Vol.2 (5):
dengan lingkungan hidup dari bakteri
396-409.
sehingga aktivitas pertumbuhannya untuk
Ashok, G.V., Pounikar, M.A dan Gulhane,
mengubah substrat menjadi protein juga
P.A., 2014, Liquid Whey: A Potential
meningkat, tetapi setelah pH 7 konsentrasi
Substrate for Single Cell Protein
protein menurun yang disebabkan proses
Production from Bacillus subtilis NCIM
denaturasi protein sehingga aktivitas
2010, Int. J. of Life Sciences, Vol. 2(2):
biologis dari bakteri terganggu akibat dari
119-123.

27
JKK, Tahun 2016, Vol 5(1), halaman 24-28 ISSN 2303-1077

Buller N.B., 2004, Bacteria from Fish and Hui, Y.H., 2006, Food Biochemistry And
Other Aquatic Animals A Practical Food Processing, First
Identification Manual, CABI Publishing. Edition,Blackwell Publishing, IOWA.
Balaji N., Rajasekaran K. M, Kanipandian Kordik, K., 2010, Budidaya Ikan Nila di
N., Vignesh V dan Thirumurugan R., Kolam Terpal, Lily Publisher,
2012, Isolation and screening of Yogyakarta.
proteolytic bacteria from freshwater Mathews, Von Holde and Ahren, 2004,
Fish Cyprinus Carpio, International Biochemistry, Third Edition, Companio
Multidisciplinary Research Journal, Vol Website.
2(6):56-59. Megiandari, A., 2009, Isolasi Dan Pencirian
Batubara, U. M., 2009. Pembuatan Pakan Enzim Protease Keratinolitik Dari Usus
Ikan dari Protein Sel Tunggal Bakteri Biawak Air, Departemen Kimia Fakultas
Fotosintetik Anoksigenik dengan Matematika Dan Ilmu Pengetahuan
Memanfaatkan Limbah Cair Tepung Alam Institut Pertanian Bogor (Skripsi).
Tapioka yang Diuji pada Ikan Nila Nelson D.L and Cox M. M., 2008, Lehninger
(Oreochormis niloticus), Departemen Priciples of Biochemistry, fifth edition,
Biologi USU: Medan (Skripsi). W.H. Freeman and Company, New
Direktorat Jenderal Perikanan, 1990, Buku York.
Pedoman Pengenalan Sumber daya Nigam, J.N., 1998. Single cell Protein from
Perikanan Laut, Jakarta. Pineapple Cannery Effluent. World
Geethanjali, S., dan Subash, A., 2011, Journal of Microbiology &
Optimization Of Protease Production Biotechnology. 14: 693-696.
By Bacillus subtilis Isolated From Mid Pawignya, H., 2011, Pembuatan Protein Sel
Gut Of Fresh Water Fish Labeo Rohita, Tunggal dari Limbah Nanas dengan
world journal of fish and marine Proses Fermentasi, Prosiding Seminar
sciences, Vol.3(1) : 88-95. Nasional Teknik Kimia “Kejuangan”,
Huffard, C.L., Mark V.E., dan Tiene G., ISSN 1693 – 4393.
2012, Prioritas Geografi
Keanekaragaman Hayati Laut Untuk
Pengembangan Kawasan Konservasi,
Kementerian Kelautan dan Perikanan.

28

Anda mungkin juga menyukai