PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Adapun permasalahan yang kami angkat dalam makalah ini adalah “Apakah
yang dimaksud dengan Tetanus dan Bagaimana Asuhan Keperawatan pada pasien
dengan Tetanus?”
C. Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penyusunan malah ini adalah:
PEMBAHASAN
1. Pengertian Tetanus
2. Etiologi Tetanus
3. Patofisiologi Tetanus
1) Luka tusuk dalam, misalnya luka tusuk karena paku, kuku, pecahan kaleng,
pisau, cangkul dan lain-lain.
2) Luka karena kecelakaan kerja (kena parang0, kecelakaan lalu lintas.
3) Luka ringan seperti luka gores, lesi pada mata, telinga dan tonsil.
Toksin diabsorbsi pada ujung saraf motorik dan melalui sumbu limbik masuk
ke sirkulasi darah dan masuk ke Susunan Saraf Pusat (SSP). Toksin bersifak antigen ,
sangat mudah diikat jaringan syaraf dan bila dalam keadaan terikat tidak dapat lagi
dinetralkan oleh toksin spesifik. Toksin yang bebas dalam darah sangat mudah
dinetrakan oleh antitoksin spesifik.
a) Pemeriksaan fisik : adanya luka dan ketegangan otot yang khas terutama pada
rahang
b) Pemeriksaan darah leukosit 8.000-12.000 m/L, peninggian tekanan otak,
deteksi kuman sulit
c) Pemeriksaan ECG dapat terlihat gambaran aritmia ventrikuler
a) Bronkopneumoni
b) Asfiksia dan sianosis
8. Prognosa
Sangat buruk bila ada OMP (Otitis Media Purulenta), luka pada kulit kepala.
Tetanus memiliki angka kematian sampai 50%. Kematian biasanya terjadi pada
penderita yang sangat muda, sangat tua dan pemakai obat suntik. Jika gejalanya
memburuk dengan segera atau jika pengobatan tertunda, maka prognosisnya buruk.
a. Umum
b. Pembedahan
luka
terkontaminasi
clostridium tetani
berproliferasi
mengeluarkan toksin
masuk kesirkulasi
1. Pengkajian Keperawatan
1. Pengkajian
4. Riwayat imunisasi
1. Pertumbuhan fisik
2. Perkembangan tiap tahap
6. Riwayat Nutrisi
1. Pemberian asi
2. Susu Formula
3. Pemberian makanan tambahan
4. Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai nutrisi saat ini
7. Riwayat Psikososial
8. Riwayat Spiritual
9. Reaksi Hospitalisasi
1. Nutrisi
2. Cairan
3. Eliminasi BAB/BAK
4. Istirahat tidur
5. Olahraga
6. Personal Hygiene
7. Aktifitas/mobilitas fisik
8. Rekreasi
14. Terapi
PEMERIKSAAN A, B, C. D
3. Intervensi Keperawatan
Kriteria :
- Hasil pemeriksaan laboratorium darah Analisa Gas Darah dalam batas normal
(pH= 7,35-7,45 ; PCO2 = 35-45 mmHg, PO2 = 80-100 mmHg)
No Intervensi Rasional
1 Bebaskan jalan nafas dengan Secara anatomi posisi kepala ekstensi
mengatur posisi kepala ekstensi merupakan cara untuk meluruskan rongga
pernafasan sehingga proses respiransi
tetap berjalan lancar dengan
menyingkirkan pembuntuan jalan nafas.
2 Pemeriksaan fisik dengan cara Ronchi menunjukkan adanya gangguan
auskultasi mendengarkan suara pernafasan akibat atas cairan atau sekret
nafas (adakah ronchi) tiap 2-4 jam yang menutupi sebagian dari saluran
sekali pernafasan sehingga perlu dikeluarkan
untuk mengoptimalkan jalan nafas.
3 Bersihkan mulut dan saluran nafas Suction merupakan tindakan bantuan
dari sekret dan lendir dengan untuk mengeluarkan sekret, sehingga
melakukan suction mempermudah proses respirasi
4 Oksigenasi Pemberian oksigen secara adequat dapat
mensuplai dan memberikan cadangan
oksigen, sehingga mencegah terjadinya
hipoksia.
5 Observasi tanda-tanda vital tiap 2 Dyspneu, sianosis merupakan tanda
jam terjadinya gangguan nafas disertai dengan
kerja jantung yang menurun timbul
takikardia dan capilary refill time yang
memanjang/lama.
6 Observasi timbulnya gagal nafas. Ketidakmampuan tubuh dalam proses
respirasi diperlukan intervensi yang kritis
dengan menggunakan alat bantu
pernafasan (mekanical ventilation)
7 Kolaborasi dalam pemberian obat Obat mukolitik dapat mengencerkan
pengencer sekresi(mukolitik) sekret yang kental sehingga
mempermudah pengeluaran dan
memcegah kekentalan
Kriteria :
- Tidak sianosis.
No Intervensi Rasional
1 Monitor irama pernafasan dan Indikasi adanya penyimpangan atau
respirati rate kelaianan dari pernafasan dapat dilihat dari
frekuensi, jenis pernafasan,kemampuan
dan irama nafas.
2 . Atur posisi luruskan jalan nafas. Jalan nafas yang longgar dan tidak ada
sumbatan proses respirasi dapat berjalan
dengan lancar.
3 Observasi tanda dan gejala sianosis Sianosis merupakan salah satu tanda
manifestasi ketidakadekuatan suply O2
pada jaringan tubuh perifer
4 . Oksigenasi Pemberian oksigen secara adequat dapat
mensuplai dan memberikan cadangan
oksigen, sehingga mencegah terjadinya
hipoksia
5 Observasi tanda-tanda vital tiap 2 Dyspneu, sianosis merupakan tanda
jam terjadinya gangguan nafas disertai dengan
kerja jantung yang menurun timbul
takikardia dan capilary refill time yang
memanjang/lama.
6 Observasi timbulnya gagal nafas. Ketidakmampuan tubuh dalam proses
respirasi diperlukan intervensi yang kritis
dengan menggunakan alat bantu
pernafasan (mekanical ventilation).
7 Kolaborasi dalam pemeriksaan Kompensasi tubuh terhadap gangguan
analisa gas darah. proses difusi dan perfusi jaringan dapat
Dx.3.Peningkatan suhu tubuh (hipertermia) berhubungan dengan efeks toksin
(bakterimia) yang dditandai dengan suhu tubuh 38-40 oC, hiperhidrasi, sel
darah putih lebih dari 10.000 /mm3
Kriteria : 36-37oC, hasil lab sel darah putih (leukosit) antara 5.000-
10.000/mm3
NO Intervensi Rasional
1 . Atur suhu lingkungan yang Iklim lingkungan dapat mempengaruhi
nyaman. kondisi dan suhu tubuh individu sebagai
suatu proses adaptasi melalui proses
evaporasi dan konveksi.
2 Pantau suhu tubuh tiap 2 jam Identifikasi perkembangan gejala-gajala
ke arah syok exhaution
3 Berikan hidrasi atau minum ysng Cairan-cairan membantu menyegarkan
cukup adequat badan dan merupakan kompresi badan
dari dalam
4 Lakukan tindakan teknik aseptik dan Perawatan lukan mengeleminasi
antiseptik pada perawatan luka. kemungkinan toksin yang masih berada
disekitar luka.
.
5 Berikan kompres dingin bila tidak Kompres dingin merupakan salah satu
terjadi ekternal rangsangan kejang. cara untuk menurunkan suhu tubuh
dengan cara proses konduksi.
6 Laksanakan program pengobatan Obat-obat antibakterial dapat mempunyai
antibiotik dan antipieretik spektrum lluas untuk mengobati
bakteeerria gram positif atau bakteria
gram negatif. Antipieretik bekerja sebagai
proses termoregulasi untuk mengantisipasi
panas.
7 Kolaboratif dalam pemeriksaan lab Hasil pemeriksaan leukosit yang
leukosit. meningkat lebih dari 10.000 /mm3
mengindikasikan adanya infeksi dan atau
untuk mengikuti perkembangan
pengobatan yang diprogramkan
Kriteria :
- BB optimal
- Intake adekuat
Criteria :
Intervensi Rasional
1 Identifikasi dan hindari faktor Menghindari kemungkinan terjadinya
pencetus cedera akibat dari stimulus kejang
2 Tempatkan pasien pada tempat tidur Menurunkan kemungkinan adanya trauma
pada pasien yang memakai pengaman jika terjadi kejang
3 Sediakan disamping tempat tidur Antisipasi dini pertolongan kejang akan
tongue spatel mengurangi resiko yang dapat
memperberat kondisi klien
4 Lindungi pasien pada saat kejang Mencegah terjadinya benturan/trauma
yang memungkinkan terjadinya cedera
fisik
5 Catat penyebab mulai terjadinya Pendokumentasian yang akurat, memudah-
kejang kan pengontrolan dan identifikasi kejang
kriteria:
4. Implementasi Keperawatan
Lakukanlah apa yang harus anda lakukan pada saat itu. Dan catat apa yang
telah anda lakukan tidakan pada pasien.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi semua tindakan yang telah anda berikan pada pasien. Jika dengan
tindakan yang diberikan pasien mengalami perubahan menjadi lebih baik. Maka
tindakan dapat dihentikan. Jika sebaliknya keadaan pasien menjadi lebih buruk,
kemungkinan besar tindakan harus mengalami perubahan atau perbaikan
DAFTAR PUSTAKA
http://keperawatan-agung.blogspot.com/2009/05/askep-
tetanus.htmlhttp://id.wikipedia.org/wiki/Tetanus
http://7hidayat2.wordpress.com/2009/04/23/askep-tetanus/+askep+tetanus
http://keperawatan-gun.blogspot.com/2008/05/asuhan-keperawatan-dengan-
tetanus.html