Skabies BAB 2 Kompre
Skabies BAB 2 Kompre
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Etiologi
scabiesi var. Hominis. Penyakit ini menyebar melalui kontak antar kulit dan
Phylum : Arthopoda
Class : Arachnida
Subclass : Acari
Ordo : Ackarina
Family : Sarcoptidae
Genus : Sarcoptes
2.1.2 Epidemiologi
tersering Saat ini angka kejadian skabies meningkat lebih tinggi dari 20 tahun
yang lalu, dan banyak ditemukan pada panti asuhan, asrama (pondok
6
7
dapat terjadi pada semua ras maupun golongan pria dan wanita, pada semua
2.1.3 Morfologi
bentukya oval pungungnnya cembung dan bagian perutnya rata Tugau ini
(Sungkar, 2016) :
3. Tungau Dewasa:
dengan rambut
(Siregar, 2012)
Gambar 2.1
Morfologi sarcoptes scabiei
(Salgado, 2017)
Gambar 2.2
What’s Eating You Scabies in the Developing World
telur, larva, nimfa dan tungau dewasa Infestasi dimulai ketika tungau betina
gravid berpindah dari penderita skabies ke orang sehat. Tungau dewasa ini
setelah kopulasi atau perkawinan yang terjadi diatas kulit, yang jantan akan
kulit untuk mencari tempat dan menggali terowo ngan. Setelah menemukan
dengan permukaan yang sedikit terangkat dari kulit. Biasanya tungau betina
dan sela-sela jari tangan. Tempat lainnya adalah siku, ketiak, bokong, perut,
genitalia, dan payudara. Pada bayi, lokasi predileksi berbeda dengan dewasa.
Predileksi khusus bagi bayi adalah telapak tangan, telapak kaki, kepala dan
stratum korneum kulit yang tipis. Tungau betina hidup selama 30-60 hari di
Tungau betina bertelur sebanyak 2-3 butir setiap hari. Seekor tungau betina
dapat bertelur sebanyak 40-50 butir semasa hidupnya. Dari seluruh telur yang
dihasilkan tungau betina, kurang lebih hanya 10% yang menjadi tungau
dewasa dan pada seorang penderita biasanya hanya terdapat 11 tungau betina
dewasa. Telur menetas menjadi larva dalam waktu 3-5 hari. Larva berukuran
110x140 mikron, mempunyai tiga pasang kaki dan segera keluar dari
menjadi nimfa. Dalam waktu 3-4 hari, larva berubah menjadi nimfa yang
hari. Waktu sejak telur menetas sampai menjadi tungau dewasa sekitar 10-14
hari. Tungau jantan hidup selama 1-2 hari dan mati setelah kopulasi.
(Sungkar, 2016)
Gambar 2.3
Skabies Etiologi Patogenesis Pengobatan Pemberantasan dan Pencegahan
2.1.5 Patogenesis
b. Pada manusia, gejala klinis berupa inflamasi kulit baru timbul 4-8
saliva, dan cairan sekresi lain seperti enzim dan hormon, serta
krusta, dan infeksi sekunder. Di daerah tropis hampir setiap kasus skabies
tampak sebagai lesi berupa garis halus yang berwarna putih keabu-abuan
2. Tempat predileksi yang khas adalah sela jari, pergelangan tangan bagian
volar, siku, lipat ketiak bagian depan, aeola mammae, sekitar umbilikus,
abdomen bagian bawah, genetelia ekterna pria, pada orang dewasa jarang
efektif
4. Gatal hebat pada malam hari (pruritus noktuna) atau saat udara panas dan
(Sungkar, 2016)
Gambar 2.4
Skabies Etiologi Patogenesis Pengobatan Pemberantasan dan
Pencegahan
(Goodheart, 2013)
Gambar 2.5
Goodheart’s photoguide to common skin disorder diagnosis and management
2.1.7 Diagnosis
sebagai berikut:
mikroskop cahaya.
14
mikroskop cahaya.
atau biopsi.
(Goodheart, 2013)
Gambar 2.6
Goodheart’s photoguide to common skin disorder diagnosis and management
hal yaitu usia, jenis kelamin, tingkat kebersihan, penggunaan alat-alat pribadi
tentang skabies :
1. Usia
15
anak-anak lain dengan kontak yang erat, selain itu skabies juga mudah
sawar kuit terhadap (bakteri, virus, atau parasit) dari luar sehingga
2. Jenis kelamin
dibandingkan laki-laki.
3. Tingkat kebersihan
Skabies menimbulkan rasa gatal yang hebat terutama pada malam hari
dan pada suasana panas atau berkeringat. Karena rasa gatal yang hebat,
dan meredakan gatal walau untuk sementara. Akibat garukan, telur, larva,
nimfa atau tungau dewasa dapat melekat di kuku dan jika kuku yang
menular dengan mudah dalam waktu singkat. Oleh karena itu, mencuci
jika terpajan suhu 50℃ selama 10 menit. Oleh karena itu, panas setrika
dan terik sinar matahari mampu membunuh tungau dewasa yang melekat
pakaian dalam pakaian yang dipinjam tidak selalu pakaian yang bersih
namun juga pakaian yang telah dipakai dan belum dicuci merupakan salah
satu faktor risiko skabies. Oleh karena tungau dewasa Sarcoptes scabiei
dapat keluar dari stratum korneum dalam kulit, melekat di pakaian serta
dapat hidup di luar tubuh manusia selama tiga hari dalam waktu tersebut
cukup untuk menularkan tungau Sarcoptes scabiei. Oleh sebab itu, santri
17
terutama pakaian yang telah digunakan atau kotor dan belum dicuci.
5. Kepadatan penghuni
serba terbatas. Satu ruangan tempat tidur dapat berisi 30-50 santri dengan
fasilitas yang kurang atau cukup dan tingkat kebersihan yang kurang
7. Budaya setempat
18
menderita skabies, maka tidak boleh mandi dan cuci tangan bahkan tidak
boleh terkena air sama sekali. Budaya seperti itu perlu dihentikan dengan
itu, santri dan pengelola pesantren mengganggap skabies adalah hal biasa
Gatal yang terjadi disebabkan oleh sesitisasi terhadap sekreta dan ekspreta
tungau yang memerlukan waktu kira-kira sebulan setelah infestasi. Pada saat
urtika, dan lain-lain. Dengan garukan dapat timbul erosi ekskoriasi, krusta
1. Skabies in cognito
Skabies yang diobati dengan kortikosteroid gejala dan tanda klinis akan
membaik, tetapi tungau tetap ada dan masih dapat menularkan skabies.
Pasien dengan cacat mental atau fisik, seperti mereka yang memiliki
kondisi tersebut tidak dapat merasakan gatal atau goresan. Gejala yang
rasakan pada pasien crusted skabies pada gejala crusted skabies rasa
gatal yang dirasakan ringan hingga tidak terasa sama sekali sehingga
banyaknya tungau pada crusted skabies jauh lebih besar dan bisa
yang sangat banyak dan sulit dilakukan. (Dewi & Nasrul, 2017).
3. Skabies Nodular
pernah diidentifikasi pada lesi ini (Dewi & Nasrul, 2017). Setelah
seluruh kepala, leher, telapak tangan, telapak kaki dan sering terjadi
2.1.10 Terapi
dengan perilaku hidup bersih dan sehat baik pada penderita dan lingkungan.
obat topikal umumnya selama 8-12 jam namun ada yang perlu digunakan
sampai lima hari berturut-turut, bergantung pada jenis skabisida. Pada bayi
dan anak kecil absorbsi obat lebih tinggi sehingga pengolesan tidak
dianjurkan saat kulit dalam keadaan hangat atau basah setelah mandi. Apabila
terdapat infeksi sekunder oleh bakteri, perlu diberikan antibiotik topikal atau
dan skabisida (membunuh tungau) atau hanya bersifat skabisida. Selain itu,
23
tungau menetas pada hari ketiga dan memerlukan waktu sekitar delapan hari
untuk menjadi tungau dewasa yang akan bertelur lagi. Bila terapi hanya
bersifat skabisida dan tidak ovisida maka telur yang sempat diproduksi
sebelum terapi dimulai, akan menetas dan menginfestasi kembali setelah hari
ketiga. Jika terapi bersifat skabisida dan ovisida, maka terapi akan efektif
membunuh semua stadium tungau baik telur, larva, nimfa maupun tungau
skabisida perlu diulang pada hari ketiga atau keempat sehingga dapat
membunuh tungau dari telur yang baru menetas dan belum sempat terbasmi
pada terapi pertama. Kekurangan obat topikal adalah tidak nyaman digunakan
karena terasa lengket di kulit dan memiliki efek samping (misalnya rasa panas
Penderita skabies yang sedang menjalani terapi dengan obat topikal harus
menerapkan gaya hidup bersih dan sehat. Agar pengobatan berhasil maka
benzyl benzoate, crotamiton dan sulfur yang diendapkan. Obat skabies topikal
memiliki efek neurotoksik pada tungau dan larva . Obat skabies oral yaitu
1. Permetrin
tubuh yang terkena skabies selama 8-12 jam sebelum tidur, bila krim
lagi (Dewi & Nasrul, 2017). Permetrin memiliki keamanan yang sangat
baik tetapi memiliki rasa lengket ketika di oleskan di kulit. Efek samping
yang muncul adalah rasa panas, kemerahan, dan iritasi pada sebagian
2. Lindane
penyembuhan dari lindane berkisar antara 49% sampai 96% bila diukur
3. Krotamiton
dalam bentuk krim atau losio dengan konsentrasi 10%. Cara pemakaian
pada bayi baru lahir dan infant belum dapat dibuktikan. Efek samping
berupa iritasi di kulit yang erosif sensitisasi pada pemakaian yang lama,
harus di jauhkan dari mata, mulut , uretra dapat terjaadi efek samping
4. Benzyl Benzoate
bentuk emulsi atau losio dengan konsentrasi 20-25% , efektif untuk semua
aplikasi. Benzil benzoat tidak boleh di gunakan pada ibu hamil dan
Dengan kadar 5-10% dalam bentuk salap atau krim. Prepaat ini di
larva, nimfa dan tungau skabies tetapi tidak efektif pada stadium telur,
maka penggunaannya tidak boleh kurang dari 3 hari atau di gunakan 3 hari
adalah H2S dan asam pentationik Kekuragan yang lain ialah berbau,
pada bayi berumur kurang dari 2 tahun, anak balita , ibu hamil dan
6. Ivermektin
skabies dan biasanya digunakan untuk skabies krustosa atau pada saat
menunjukkan bahwa satu atau dua dosis ivermektin (200 mg/kg, 3-9 hari)
2017).
2.1.11 Pencegahan
1. Pencegahan Primer
2. Pencegahan sekunder
diperiksa.
3. Pencegahan Tersier
handuk dan sprei yang digunakan lima hari terakhir oleh penderita harus
dicuci bersih dengan deterjen dengan air panas dan dijemur di bawah terik
sinar matahari agar seluruh tungau mati. Barang-barang yang tidak dapat
tungau mati.
2.2.1 Definisi
yang terdapat dalam berbagai bidang studi. jika konsentrasi siswa rendah,
maka akan menimbulkan aktivitas yang berkualitas rendah pula serta dapat
degan pelajaran (Slameto, 2013). Belajar ialah suatu proses usaha yang di
29
semua hal yang tidak berhubungan dengan proses yang di usahakan. Dengan
tema umum atau khusus, sebagai contoh: menulis kesimpulan pendek dari
situasi sekarang
1. Faktor Internal
terdiri dari :
a. Faktor Jasmaniah
jasmaniah terbagi menjadi dua, yaitu faktor kesehatan dan cacat tubuh.
yang bergizi, ibadah dan rekreasi. Cacat tubuh seperti buta, tuli, patah
tangan dan patah kaki akan menganggu pada saat proses belajar dan
b. Inteligensi
c. Minat
d. Bakat
e. Kesiapan
saat proses belajar akan menimbulkan konsentrasi yang baik pada saat
f. Kelelahan
Kelelahan terdiri dari dua jenis yaitu kelelahan jasmani dan rohani.
pada saat proses belajar dan mengajar. Kelelahan rohani bisa dilihat
2. Faktor Eksternal
terdiri dari :
a. Lingkungan sosial
seorang siswa . Para guru yang menunjukan sikap dan perilaku yang
simpatik suri teladan yang baik dan raji dapat menjadi daya dorong
dan letaknya, rumah tempat tinggal, keadaan cuaca dan waktu belajar
atau waktu tidur pada seorang individu (Haryono et al., 2009). Skabies
satu gejala penyakit skabies ini yaitu Pruritus Nokturna, artinya gatal pada
var. hominis ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas. Gatal
pada malam hari ini berhubungan dengan ritme sikardian dari mediator
gatal atau di sebabkan oleh perubahan fisiologis kulit seperti suhu kulit
dan juga fungsi pertahanan kulit (Patel et al. 2007). Gejala tersebut
lesu ketika terbangun, rasa kantuk pada siang hari, tidak bersemangat, dan
kulit atau hanya sebagian, seperti pada kulit kepala, lengan, punggung
bagian atas maupun selangkangan (Stander et al. 2010). Gatal yang terjadi
penderita merasakan lelah dan lesu ketika terbangun (Patel et al. 2007).
oleh rasa mengantuk dan lelah akibat kurang tidur, sehingga berpengaruh