Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN


GAGAL GINJAL KRONIS

Disusun Oleh:
Denok Putri Ayuningtyas (14.401.18.013)

PROGAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA
KRIKILAN – GLENMORE – BANYUWANGI
2020
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan
rahmat dan karunianya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GAGAL GINJAL
KRONIS”.

Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan
tuntunan AllahSWT dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak untuk itu dalam
kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, penulis telah
berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat
selesai dengan baik dan oleh karenanya, penulis dengan rendah hati dengan tangan
terbuka menerima masukan, saran dan usul guna penyempurnaan makalah ini.

Dan semoga dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh
pembaca dan teman-teman. Aamiin….

Banyuwangi, 5 Desember
2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................2
DAFTAR ISI..................................................................................................................3
BAB I..............................................................................................................................3
PENDAHULUAN..........................................................................................................3
A.Latar Belakang..........................................................................................................3
B. Batasan Masalah........................................................................................................4
C.Rumusan Masalah.....................................................................................................4
D.Tujuan Masalah.........................................................................................................4
1. Tujuan Umum........................................................................................................4
2. Tujuan Khusus.......................................................................................................4
BAB II.............................................................................................................................5
PEMBAHASAN.............................................................................................................5
A.Konsep Penyakit Gagal Ginjal Kronis.....................................................................5
1. Definisi....................................................................................................................5
2. Etiologi....................................................................................................................5
3. Tanda dan gejala...................................................................................................6
4. Patofisiologi............................................................................................................7
Pathway...........................................................................................................................8
5. Klasifikasi...............................................................................................................9
6. Komplikasi.............................................................................................................9
B. Konsep Asuhan Keperawatan................................................................................10
1. Pengkajian............................................................................................................10
2. Diagnosa keperawatan............................................................................................16
3. Intervensi Keperawatan..........................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................22
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kekacauan pada fungsi ginjal mengganggu kemajuan tubuh untuk
menjaga keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam basa. Menurunya fungsi ginjal
berkaitan dengan eritropoietin dan sintesis prostlagadin. Penurunan insulin dan
sitem renin-angiotensin-aldosteron juga dipengaruhi oleh menurunya fungsi ginjal
. kebutuhan psikologis mungkin muncul karena masalah psikologis yang
disebabkan penyakit ginjal kronis. Kehilangan fungsi ginjal berangsur-
angsurselama periodewaktu yang panjang mungkin disertai dengan
glomerulonefritis, hipertensi, pielonefritis kronis, dan penyakit lainya. Oleh
karena ginjal melakukan beragam fungsi, efek uremiatidal hanya terjadi diginjal
tetapi juga pada sistem organ lainya. Oleh karena keterlibatan waktu CKD lebih
dapat menyebabkan perubahan degeneratif diseluruh tubuh dibandingkan uremia.
Koma, serangan jantung, dan kematiandapat terjadi jika proses tidak dihentika
atau dilakukan terapi pengganti. [CITATION Bla23 \p 323 \l 1033 ]
Telah dilakukan suatu estimasi pada populasi di US bahwa sekitar 6%
orang dewasa memiliki penyakit ginjal stadium 1 atau 2, 4, 5% nya stadium 3dan
4. Penyebab tersering CKD di amerika adalah nefropati diabetes, lebih sering
pada DM tipe 2. Nefropati hipertensi merupakan penyebab tersering pada pasien
lanjut usia. Nefrokeloris yang progesif pada penyakit vascular ginjal akan
menjurus kepada penyakit kardiovaskular dan serebrovaskular. Tahap awal CKD
seperti albuminuria dan penurunan GFR merupakan suatu faktor resiko mayor
penyakit kardiovaskular.[CITATION Sut99 \l 1033 ]
Gagal ginjal kronis merupakan kondis penyakit pada ginjal yang persisten
(keberlangsungan ≥ 3 bulan) dengan 1. Kerusakan ginjal; dan 2. Kerusakan
Glomerular Filtration Rae (GFR) dengan angka GFR ≤ 60 ml/menit/1.73 m2.
[ CITATION Pra961 \l 1033 ]
Gagal ginjal adalah kondisi yang menyebabkan ginjal tidak dapat
membuang metabolit yang menumpuk dari darah, yang menyebabkan perubahan
keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam basa.[CITATION bur46 \p 1049 \l 1033 ]

B. Batasan Masalah
Masalah pada studi ini dibatasi pada asuhan keperawatan dengan klienyang
menderita gagal ginjal kronis.

C. Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan pada klien yang menderita gagal ginjal kronis?

D. Tujuan Masalah
1. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat mengaplikasikan dan memahami asuhan keperawatan
pada gagal ginjal kronis.

2. Tujuan Khusus
a) Agar mahasiswa memahami definisi, etiologi, tanda dan gejala,
patofisiologis, komplikasi gagal ginjal kronis.
b) Agar mahasiswa memahami konsep asuhan keperwatan pada klien gagal
ginjal kronis.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Penyakit Gagal Ginjal Kronis


1. Definisi
Gagal ginjal kronis atau penyakit ginjal tahap akhir merupakan gangguan
fungsi ginjal yang progresif dan ireversibel dimana kemampuan tubuh gagal
untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit,
menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah).
[CITATION Mad83 \p 183 \l 1033 ]
Gagal ginjal kronis merupakan gagal ginjal akut yang sudah
berlangsung lama, sehingga mengakibatkan gangguan yang persisten dan
dampak yang bersifat kontinyu.[ CITATION Pra97 \l 1033 ]
Jadi gagal ginjal kronis merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh
penurunan fungsi ginjal yang bersifat progresif. Pasien yang mengalami
gagal ginjal kronis mempunyai lima stadium.

2. Etiologi
Gagal ginjal kronis sering kali menjadi penyakit komplikasi dari
penyakit lainya, sehingga merupakan penyakit sekunder (secondary illness).
Penyebab yang sering adalah diabetes melitus dan hipertensi. Selain itu ada
beberapa penyebab lainya dari gagal ginjal kronis, yaitu: [ CITATION Pra97 \l
1033 ]
a. Penyakit glomerular kronis (glomerulonephritis)
b. Infeksi kronis (pylonefritis kronis, tuberculosis)
c. Kelainan kongenital (polikistik ginjal)
d. Penyakit vaskuler (renal nephrosclerosis)
e. Obstruksi saluran kemih (nephrolithiasis)
f. Penyakit kolagen (systemic lupus erythematosus)
g. Obat-obatan nefrotosik (aminoglikosida)
3. Tanda dan gejala
Tanda dan gejala pada klien gagal ginjal :[CITATION Maj88 \l 1033 ]
1. Ginjal dan gastrointestinal
Hipotensi, mulut kering, penurunan turgor kulit, fatique, dan mual.
2. Kardiovaskuler
Hipertensi, aritmia, kardiomyopati, uremic percarditis, effuse pericardial
(kemungkinan bisa terjadi tamponade jantung), gagal jantung,
edemaperiorbital dan edema perifer.
3. Respiratory system
Edema pulmonal, nyeri pleura, friction rub dan efusi pleura, crackles,
sputum yang kental, uremic pleuritis dan uremic lung, dan sesak napas.
4. Gastrointestinal
Adanya inflamasi dan ulserasi pada mukosa gastrointestinal karena
stomatitis, ulserasi dan perdarahan gusi, dan kemungkinan juga disertai
parotitis.
5. Integumen
Kulit pucat, kekuning-kuningan, kecoklatan, kering dan ada scalp.
6. Neurologis
Neuropathy perifer, nyeri, gatal pada lengan dan kaki.
7. Endokrin
Infertilitas dan penurunan libido, amenorrhea dan gangguan siklus
menstruasi pada wanita, impoten, penurunan sekresi aldosterone, dan
kerusakan metabolism karbohidrat.
8. Hematopoitiec
Anemia, penurunan waktu hidup sel darah merah, trombositopenia
(dampak dari dialysis), dan kerrusakan platelet.
9. Musculoskeletal
Nyeri, pada sendi dan tulang, demineralisasi tulang, fraktur pathologis,
dan klasifikasi (otak, mata, gusi, sendi, miokard).

4. Patofisiologi
Pada gagal ginjal kronis, fungsi ginjal menurun secara drastisyang berasal
dari nefron. Insifisiensi dari ginjal tersebut sekitar 20% sampai 50% dalam
hal GFR. Pada penurunan fungsi rata-rata 50%, biasanya muncul tanda
dan gejala azotemia sedang, poliuri, nocturia, hipertensi dan sesekali
terjadi anemia. Selain itu, selama terjadi kegagalan fungsi ginjal maka
keseimbangan cairan dan elektrolit juga terganggu. Pada hakikatnya tanda
dan gejala gagal ginjal kronis hampir sama dengan gagal ginjal akut,
namun awitan waktunya saja yang membedakan. Perjalanan dari gagal
ginjal kronis membawa dampak yang sistemik terhadap seluruh sistem
tubuh dan sering mengakibatkan komplikasi.[ CITATION Pra99 \l 1033 ]
Pathway [ CITATION Pra00 \l 1033 ]
glomerulonefritis

Gagal ginjal kronis


Infeksi kronis

Kelainan kongenital

Penyakit vaskuler
Gangguan
reabsorbsi hipernatremia Produksi urin turun
nephrolithias

SLE Retensi cairan Gangguan eliminasi urine


hiponatremia
Obat nefrotoksik Vol. Vaskuler Vol. Vaskuler
turun meningkat

Proses hemodialisa
kontinyu hipotensi Permeabilitas
kapiler meningkat

Tindakan invasif berulang Perfusi turun

Oedema

Injury jaringan Ketidakefektifan perfusi jaringan


perifer
Stagnansi vena
Resiko infeksi

Infiltrasi

Kerusakan jaringan
kulit

Defisiensi energi
sel
Informasi inadekuat

Intoleran
Ansietas aktifitas

Stress ulcer
HCL. Meningkat Oedema pulmonal

Mual muntah Ekspansi paru turun Retensi CO²

Ketidakseimbangan Nutrisi: kurang


dari kebutuhan tubuh
dyspneu
Asidosis
respiratorik

Ketidakefektifan pola napas

Gangguan pertukaran gas

5. Klasifikasi
Klasifikasi gagal ginjal kronis di bagi atas 5 tingkatan derajat yang
didasarkan pada LFGdengan ada atau tidaknya kerusakan ginjal. Pada
derajat 1-3 biasanya belum terdapat gejala apapun. Manifestasi klinis
datang pada fungsi ginjal yang rendah yaitu terlihat pada derajat 4 dan 5.
[ CITATION Aro15 \l 1033 ]

Derajat LFG (ml/mnt/1.732m²) penjelasan

90 kerusakan ginjal dengan LFG


normal

Atau meningkat

2 60-89 kerusakan ginjal dengan LFG


turun
ringan

3A 45-59 kerusakan ginjal dengan LFG


turun

dari ringan sampai sedang

3B 30-44 kerusakan ginjal dengan LFG


turun

dari sedang sampai berat

4 15-29 kerusakan ginjal dengan LFG


turun

Berat

5 <15 gagal ginjal

6. Komplikasi
Komplikasi dapat di timbulkan dari penyakit gagal ginjal kronis adalah:
[CITATION Pra05 \l 1033 ]
a. Penyakit tulang
Penurunan kadar kalsium (hipokalsemia) secara langsung akan
mengakibatkan dekalsifikasi matriks tulang, sehingga tulang akan
menjadi rapuh (osteoporosis) dan jika berlangsung lama akan
menyebabkan fraktur pathologis.
b. Penyakit kardiovaskuler
Ginjal sebagai kontrol sirkulasi sistemik akan berdampak secara
sistemikberupa hipertensi, kelainan lipid, intoleransi glukosa, dan
kelainan hemodinamik (sering terjadi hipertrofi ventrikel kiri).

c. Anemia
Selain berfungsi dalam sirkulasi, ginjal juga berfungsi dalam
rangkaian hormonal (endokrin). Sekresi eritropoetin yang mengalami
defisiensi di ginjal akan mengakibatkan penurunan hemoglobin.
d. Disfungsi seksual
Dengan gangguan sirkulasi pada ginjal, maka libido sering
mengalami penurunan dan terjadi impotensi pada pria. Pada wanita,
dapat terjadi hiperprolaktinemia.

B. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Identitas
Tidak ada spesifikasi khusus untuk kejadian gagal ginjal, namun laki-laki sering
memiliki resiko lebih tinggi terkait dengan pekerjaan dan pola hidup sehat.
Gagal ginjal akut, sehingga tidak berdiri sendiri. [ CITATION Pra04 \l 1033 ]
b. Status kesehatan saat ini
1) Keluhan utama
Keluhan sistemik: sesak napas, edema malaise,pucat, dan uremia atau
demam disertai menggigil akibat infeksi/urosepsia.
Keluhan local: nyeri, keluhan miksi (keluhan iritasi dan keluhan obstruksi),
hematuria, inkontinensia, disfungsi seksual, atau infertitas. [ CITATION
Mut69 \l 1033 ]
2) Alasan masuk rumah sakit

Karena pasien mengeluhkan atau mengalami keadaan sesak napas, nyeri,


keluhan miksi, hematuria, dan kontinensia. [ CITATION Mut69 \l 1033 ]

3) Riwayat penyakit sekarang

Pada klien dengan gagal ginjal kronis biasanya terjadi penurunan urine
output, penurunan kesadaran, perubahan pola napas karena komplikasi dari
gangguan sistem ventilasi, fatigue, perubahan fisiologis kulit bau urea pada
napas. Selain itu karena berdampak pada proses metabolism (sekunder
karena intoksikasi), maka akan terjadi anoreksi, nausea dan vomit sehingga
beresiko untuk terjadinya gangguan nutrisi.[CITATION Pra05 \l 1033 ]

c. Riwayat kesehatan dahulu


1) Riwayat penyakit sebelumnya
Gagal ginjal kronik dimulai dengan periode gagal ginjal akut dengan
berbagai penyebab (multikausa). Oleh karena itu, informasi penyakit
terdahulu akan menegaskan untuk menegaskan untuk penegakan
masalah. Kaji riwayat penyakit ISK, payah jantung, penggunaan obat
berlebihan (overdosis) khususnya obat yang bersifat nefrototik, BPH dan
lain sebagainya yang mampu mempengaruhi kerja ginjal. Selain itu, ada
beberapa penyakit yang langsung mempengaruhi/menyebabkan gagal
ginjal yaitu diabetes melitus, hipertensi, batu saluran kemih
(urolithiasis). [CITATION Pra05 \l 1033 ]
2) Riwayat penyakit keluarga
Gagal ginjal kronis bukan penyakit menular dan menurun, sehingga
silsilah keluarga tidak terlalu berdampak pada penyakit ini. Namun,
pencetus sekunder seperti DM dan hipertensi memiliki pengaruh
terhadap kejadian penyakit gagal ginjal kronis, karena penyakit tersebut
bersifat herediter.[CITATION Pra05 \l 1033 ]
3) Riwayat pengobatan
Pasien gagal ginjal kronis minum jamu saat sakit. [CITATION Pra05 \l
1033 ]

d. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum.
a. Kesadaran
Kesadaran lemah (fatigue). [ CITATION Pra06 \l 1033 ]
b. Tanda-tanda vital
Pada pemeriksaan TTV sering didapatkan RR meningkat
(tachypnea), hipertensi/hipotensi sesuai dengan kondisi fluktuatif.
[ CITATION Pra06 \l 1033 ]

2) Body system
a. Sistem pernafasan
Pasien mengalami kussmaul, dyspnea, edema paru, pneumonitis.
[CITATION Maj88 \l 1033 ]
b. Sistem kardiovaskuler
Adanya hipertensi, retinopati dan ensefalopati hipertensif, beban
sirkulasi berlebih, edema, gagal jantung kongestif, dan disritma.
[CITATION Maj88 \l 1033 ]
c. Sistem persyarafan
Penurunan kesadaran terjadi jika telah mengalami hiperkabic dan
sirkulasi cerebral terganggu. Oleh karena itu penurunan kognitif dan
terjadinya disorientasi akan dialami klien gagal ginjal kronis.
[ CITATION Pra06 \l 1033 ]
d. Sistem perkemihan
Dengan gangguan/kegagalan fungsi ginjal secara kompleks (filtrasi,
sekresi, reabsorsi dan ekskresi), maka manifestasi yang paling
menonjol adalah penurunan urine output < 400ml/hari bahkan
sampai pada anuria (tidak adanya urine output). [CITATION Pra07 \p
207 \l 1033 ]
e. Sistem pencernaan
Gangguan sistem pencernaan lebih dikarenakan efek dari penyakit
(stress effect). Sering ditemukan anoreksia, nausea, vomit, dan diare.
[CITATION Pra07 \p 204 \l 1033 ]
f. Sistem integument
Pucat, pruritos, kristal uremia, kulit kering, dan memar. [CITATION
Maj88 \l 1033 ]
g. Sistem musculoskeletal

Dengan penurunan/kegagalan fungsi skresi pada ginjal maka


berdampak pada proses demineralisasi tulang, sehingga resiko
terjadinya osteoporosis tinggi. [CITATION Pra07 \p 207 \l 1033 ]

h. Sistem endokrin
Berhubungan dengan pola seksualitas, klien dengan gagal
ginjalkronis akan mengalami disfungsi seksualitas karena penurunan
hormone reproduksi. Selain itu, jika kondisi gagal ginjal kronis
berhubungan dengan penyakit diabetes melitus, maka aka nada
gangguan dalam skresi insulin yang berdampak pada proses
metabolism. [ CITATION Pra06 \l 1033 ]
i. Sistem reproduksi
Libido hilang, amenore, impotensi dan sterilitas. [CITATION Maj88 \l
1033 ]
j. Sistem pengindraan
Kadar batas pendengaran menunjukan devisit frekuensi tinggi pada
awal penyakit, setelah itu pendengaran secara bertahap memburuk.
Amourosis uremia adalah onset tiba-tiba kebutuhan bilateral, yang
harus dikembalikan dalam waktu beberapa jam sampai beberapa
hari. Mata sering mengandung garam kalsium, yang membuatnya
terlihat seperti iritasi. [CITATION Bla23 \p 339 \l 1033 ]
k. Sistem imun
Protein, sintesis abnormal, hiperglikemia, kebutuhan insulin
menurun lemak, peningkatan kadar trigeliserid.[CITATION Maj88 \l
1033 ]
e. Pemeriksaan Penunjang
1) Biokimiawi
Pemeriksaan utama dari analisa fungsi ginjal adalah ureum dan kreatinin
plasma. Untuk hasil yang lebih akurat untuk mengetahui fungsi ginjal
adalah dengan analisa creatinine clearance. Selain pemeriksaan fungsi
ginjal (renal function test), pemeriksaan kadar elektrolit juga harus
dilakukan untuk mengetahui status keseimbangan elektrolit dalam tubuh
sebagai bentuk kinerja ginjal.
2) Urinalisis
Urinalisis dilakukan untuk menapis ada tidaknya infeksi pada ginjal atau
ada tidaknya perdarahan aktif akibat inflamasi pada jaringan parenkim
ginjal.
3) Ultrasonografi ginjal
Imaging (gambaran) dari ultrasonogrfi akan memberikan informasi yang
mendukung untuk menegakan diagnosis gagal ginjal. Pada klien gagal
ginjal biasanya menunjukan adanya obstruksi atau jaringan parut pada
ginjal. Selain itu, ukuran dari ginjal pun akan terlihat. [ CITATION Pra01 \l
1033 ]
f. Penatalaksanaan
1) Tindakan pengobatan pada tahap ini adalah untuk meredakan atau
memperlambat gangguan fungsi ginjal progrsif.
Pengobatan:
a) Pengaturan diet protein, kalium, natrium, dan cairan
1. Pembatasan protein
Pembatasan protein tidak hanya mengurangi kadar BUN, tetapi
serta mengurangi asupan kalium dan fosfat, serta mengurangi
produksi ion hidrogen yang berasal dari protein. Pembatsan
asupan protein telah terbukti menormalkan kembali kelainan ini
dan memperlambat terjadinya gagal ginjal.
2. Diet rendah kalium
Hyperkalemia biasanya merupakan masalah pada gagal ginjal
lanjut. Asupan kalium dikurangi. Diet yang dianjurkan adalah
40-80 mEq/hari. Penggunaan makanan dan obat-obatan yang
tinggi kadar kaliumnya dapat menyebabkan hyperkalemia.
3. Diet rendah natrium
Diet Na dianjurkan adalah 40-90 mEq/hari (1-2 g Na). asupan
natrium yang terlalu luas dapat mengakibatkan retensi cairan,
edema perifer, edema paru, hipertensi dan gagal jantung
kongestif.
4. Pengaturan cairan
Cairan yang diminum penderita gagal ginjal tahap lanjut harus
diawasi dengan teliti. Parameter yang tepat diikuti selain data
asupan dan pengeluaran cairan yang dicatat dengan tepat adalah
pengukuran berat badan harian. Aturan yang dipakai untuk
menentukan banyaknya asupan cairan dalah:
Jumlah urin yang keluar selama 24jam terakhir + 500ml
(IWL)

5. Pencegahan dan pengobatan komplikasi


a. Hipertensi
1) Hipertensi dapat dikontrol dengan pembatasan natrium
dan cairan.
2) Pemberian diuretic: furosemid (Lasix)
b. Hyperkalemia
Hiperkalemia dapat diobati dengan pemberian glukosa dan
insulin intravena yang akan memasukan K⁺ ke dalam sel,
atau dengan pemberian kalsium glukonat 10%.
c. Anemia
Pengobatanya adalah pemberian hormon eritropoeitin yaitu
rekombinan eritropoeitin (r-EPO) selain dengan pemberian
vitamin dan asam folat, besi dan tranfusi darah.
d. Asidosis
Asidosis ginjal biasanya tidak diobati kecuali HCO⁻₃ plasma
turun dibawah angka 15 mEq/L. bila asidosis berat akan
dikoreksi dengan pemberian Na HCO⁻₃ (natrium bikarbonat)
parenteral. Koreksi pH darah yang berlebih dapat
mempercepat timbulnya tetani, maka harus dimonitor dengan
seksama.
e. Diet rendah fosfat
Diet rendah fosfat dengan pemberian gel dapat mengikat
fosfat didalam usus. Gel yang dapat mengikat fosfat harus di
makan Bersama dengan makanan.
f. Pengobatan hiperurisemia
Obat pilihan untuk mengobati hiperurisemia pada penyakit
ginjal lanjut adalah pemberian alopurinol. Obat ini
mengurangi kadar asam urat dengan menghambat biosintesis
sebagian asam urat total yang dihasilkan oleh tubuh.
2) Dialisis dan transplatasi
Pengobatan gagal ginjal kronis stadium akhir yaitu dengan dialisis dan
transplantasi ginjal. Dialisis dapat digunakan mempertahankan penderita
dalam keadaan klinis yang optimal sampai tersedia donor ginjal.
Dialisi dilakukan apabila kadar kreatinin serum biasanya diatas 6
mg/100ml pada laki-laki atau 4 ml/100ml pada wanita, dan GFR kurang
dari 4 ml/menit.[CITATION Maj88 \l 1033 ]

2. Diagnosa keperawatan
Menurut SDKI (2017) diagnose keperawatan gagal ginjal kronis yang muncul antara
lain:[ CITATION PPN17 \l 1033 ]
a. Termoregulasi Tidak Efektif
Definisi: Disfungsi eliminasi urin.
Penyebab: penurunan kapasitas kandung kemih
Gejala dan Tanda Mayor:
Subjektif: desakan berkemih (urgensi), urin menetes (dribbling), sering buang air
kecil, nocturia.
Objektif: distensi kandung kemih, berkemih tidak tuntas, volume residu urin
meningkat.
Gejala dan Tanda Manor:
Subjektif: -
Objektif: -
Kondisi klinis Terkait: infeksi ginjal dan saluran kemih, hiperglikemia, trauma,
kanker, cedera/tumor/infeksi/medulla spinalis, neuropati diabetikum, neuropati
alkoholik.
b. Perfusi Perifer Tidak Efektif
Definisi: penurunan sirkulasi darah pada level kapiler yang dapat mengganggu
metabolism tubuh.
Penyebab: hiperglikemia, penurunan kosentrasi hemoglobin, kekurangan volume
cairan.
Gejala dan Tanda Mayor:
Subjektif: -
Objektif: pengisian >3 detik, nadi perifer menurun atau tidak teraba, akral teraba
dingin,warna kulit pucat, turgor kulit menurun.
Gejala dan Tanda Manor:
Subjektif : parastesia, nyeri ekstermitas (klaudikasi intermiten).
Objektif: edema, penyembuhan luka terlambat, indeks ankle-brachial <0,90.
Kondisi Klinis Terkait: tromboflebitis, diabetes melitus, anemia, gagal jantung
kongetif.
c. Gangguan Pertukaran Gas
Definisi: kelebihan atau kekurangan oksigenisasai dan atau eliminasi karbondioksida
pada membran alveolus-kapiler.
Penyebab: ketidakseimbangan ventilasi-perfusi.
Perubahan membran alveolus-kapiler.
Gejala dan Tanda Mayor:
Subjektif: dyspnea.
Objektif: PCO2 meningkat/menurun, PO2 menurun, takikardia, pH arteri
meningkat/menurun, bunyi nafas tambahan.
Gejala dan Tanda Manor:
Subjektif: pusing, penglihatan kabur.
Objektif: sianosis, diaphoresis, gelisah, napas cuping hidung.
Kondisi Klinis Terkait: penyakit paru obstruksi kronis (PPOK), gagal jantung
kongestif, asma, pneumonia, tuberkolosis paru.

3. Intervensi Keperawatan
a. Gangguan eliminasi urin
1. Tujuan:menunjukan eliminasi urin, yang dibuktikan oleh indicator berikut
(sebutkan 1-5: selalu, sering, kadang-kadang, jarang, atau tidak mengalami
gangguan):
a) Pola eliminasi
b) Pola mengosongkan kandung kemih sepenuhnya
c) Mengenali urgensi
2. Kriteria hasil
a) Kontinensia urine
b) Menunjukan pengetahuan yang adekuat tentang obat yang mempengaruhi
fungsi perkemihan
c) Eliminasi tidak terganggu:
1) Bau, jumlah dan warna urine dalam rentang yang diharapkan
2) Tidak ada hematuria
3) Pengeluaran urine tanpa nyeri, kesulitan diawal berkemih, atau urgensi
4) BUN, kreatinin serum dan berat jenis urine dalam batas normal
5) Protein, glukosa, keton, pH, dan elektrolit urine batas normal.
3. Intervensi NIC
a) Latihan otot panggul: menguatkan dan melatih otot levator ani dan
orogenital melalui kontraksi volunteer dan berulang untuk menurunkan
inkontinensia urine jenis stress, urgensi, atau campuran.
b) Berkemih tepat waktu: meningkatkan kontinensia urine dengan diingatkan
secara verbal pada waktu tertentu untuk berkemih dan umpan balik social
yang positif demi keberhasilan eliminasi.
c) Kateterisasi urine: memasang kateter kedalam kandung kemih untuk
drainase urine sementara atau permanen.
4. Aktifitas keperawatan
a) Pengkajian:
Manajemen eliminasi urine (NIC):
1) Pantau eliminasi urine, meliputi frekuensi, konsistensi, bau, volume, dan
warn ajika perlu.
2) Kumpulkan specimen urine porsi tengah untuk urinalisis jika perlu.
b) Penyuluhan untuk pasien/keluarga
Manajemen eliminasi (NIC):
1) Ajarkan pasien tentang tanda dan gejala infeksi saluran kemih.
2) Instruksikan pasien dan keluarga untuk mencatat haluaran urine, bila
diperlukan.
3) Instruksikan pasien untuk berespon segera terhadap kebutuhan
eliminasi, jika perlu.
4) Ajarkan pasien untuk minum 200 ml cairan pada saat makan, diantara
waktu makan, dan diawal petang.

c) Aktivitas kolaboratif
Manajemen eliminasi urine (NIC):

1). Rujuk ke dokterjika terdapat tanda dan gejala infeksi saluran kemih.
b. Ketidakefektifan jaringan perifer
1. Tujuan:menunjukan status sirkulasi, yang dibuktikan oleh indicator
(sebutkan 1-5: gangguan ekstrem, berat sedang, ringan, atau tidak ada
penyimpangan dari rentang normal):

PaO2 dan PaCO2 atau tekanan parsial oksigen dan karbon dioksida pada
darah arteri.

Nadi karotis, kiri dan kanan, brachial, radial, femoral dan pedal.
Tekanan darah sistolik dan diastolik, tekanan nadi, tekanan darah rerata,
CVP, dan tekanan baji pulmonal.
2. Kriteria hasil:
a) Menunjukan fungsi otonom yang utuh.
b) Melaporkan kecukupan energi
c) Berjalan 6 menit dengan tidak merasakan nyeri ekstermitas bawah.
3. Intervensi NIC:
a) Pemantauan ekstermitas bawah: mengumpulkan, menganalisa, dan
menggunakan data pasien untuk mengkategorikan risiko dan mencegah
cedera pada ekstermitas bawah.
b) Manajemen tekanan: meminimalkan tekanan kebagian tubuh.
4. Aktivitas keperawatan:
a) Pengkajian
1) Kaji ulkus stasis dan gejala selulitis (yaitu nyeri, kemerahan, dan
pembengkakan ekstermitas).
2) Kaji integritas kulit perifer.
3) Kaji tonus otot, pergerakan motoric, gaya berjalan, dan propriosepsi.
b) Penyuluhan untuk pasien/keluarga:
1) Ajarkan manfaat latihan fisik pada sirkulasi perifer.
2) Ajarkan pentingnya latihan fisik secara bergantian dengan istirahat,
terutama pada pasien yang mengalami insufisien arteri.
3) Ajarkan efek merokok pada sirkulasi perifer.
c) Aktivitas kolaboratif:
1) Berikan medikasi berdasarkan instruksi atau protocol (mis.,
medikasi analgesic, antikoagulan, nitrogliserin, vasodilator, diuretic,
dan inotropic positif dan kontraktilis.

c. Gangguan pertukaran gas


1. Tujuan :
Gangguan pertukaran gas akan berkurang, yang dibuktikan oleh tidak
terganggunya respon alergi: sistemik, keseimbangan elektrolitdan asam
basa, respon ventilasi mekanis: orang dewasa, status pernapasan,:
ventilasi , perfusi jaringan paru, dan tanda-tanda vital.
2. Intervensi NIC
a) Manajemen jalan napas: memfasilitasi kepatenan jalan napas.
b) Terapi oksigen: terapi oksigen dan memantau efektivitasnya.
3. Aktifitas keperawatan:
a) Pengkajian:
1) Kaji suara paru; frekuensi napas, kedalaman, dan usaha napas;
dan produksi sputum sebagai indicator keefektifan penggunaan
alat penunjang.
2) Pantau saturasi O2 dengan oksimeter nadi.
3) Pantau kadar elektrolit.
b) Penyuluhan untuk pasien/ keluarga:
1) Jelaskan penggunaan alat bantu yang diperlukan (oksigen,
pengisap, spirometer, dan IPPB.
2) Ajarkan kepada pasien Teknik bernapas dan relaksasi.
3) Jelaskan kepada pasien dan keluarga alasan pemberian oksigen
dan tindakan lainya.
c) Aktivitas kolaboratif
1) Konsultasikan dengan dokter tentang pentinya pemeriksa gas
darah arteri (GDA) dan penggunaan alat bantu yang dianjurkan
sesuai dengan adanya perubahan kondisi pasien.
2) Laporkan perubahan pada data pengkajian terkait (mis.,
sensorium pasien,, suara napas, pola napas, analisis gas darah
arteri, sputum, efek obat).
3) Berikan obat yang diresepkan (mis., natrium bikarbonat) untuk
mempertahankan keseimbangan asam basa.
d) Aktivitas lain
1) Jelasakan kepada pasien sebelum memulai pelaksanaan prosedur,
untuk menurunkan ansietas dan meningkatan rasa kendali.
2) Beri penangan kepada pasien selama periode gangguan atau
kecemasan.
3) Lakukan hygiene oral secara teratur.
[ CITATION Wil17 \l 1033 ]
DAFTAR PUSTAKA

Burke dkk. (2017). Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Eliminasi. jakarta: EGC.
Hawks, Black &. (2014). Keperawatan Medikal Bedah. Singapura: Elsevier.
Madjid & Suharyanto. (2013). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem
Perkemihan. Jakarta: TIM.
PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta selatan: Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Prabowo & Pranata. (2014). Asuhan Keperawatan Sistem Perkemihan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Sutjahjo. (2015, hal 99). Dasar-dasar Ilmu Penyakit Dalam . Surabaya: Airlangga University.
Wilkinson. (2017). Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai