Anda di halaman 1dari 24

Telaahan

PERENCANAAN SARANA PRASARANA PERSEMAIAN MODERN


UPTD - BALAI PERBENIHAN TANAMAN HUTAN

DI KAWASAN PERKANTORAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI


KALIMANTAN SELATAN, BANJARBARU

PROGRAM PEMANFAATAN POTENSI SUMBER DAYA HUTAN


Tahun Anggaran 2020
DINAS KEHUTANAN
PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

Pelaksana :
CV. DAYAKARSA MADYA CONSULTANT
Banjarmasin
2020
1

LATAR BELAKANG
Kondisi kawasan hutan dan lahan di Kalimantan Selatan telah mengalami
eksploitasi secara besar-besaran tetapi tidak diikuti penanaman kembali secara
benar. Selanjutnya kejadian kebakaran hutan saat musim kemarau dan kebanjiran
saat musim hujan mengakibatkan penurunan kualitas lahan. Hal ini akan
menjadikan areal lahan kritis yang semakin meluas dari tahun ke tahun. Upaya
serius untuk mengimbangi laju kerusakan melalui kegiatan rehabililtasi lahan
berkesinambungan sangat diperlukan, meskipun mengembalikan lahan kritis untuk
melestarikan hutan kembali menjadi kondisi semula bukan pekerjaan mudah.
Jumlah lahan dengan katagori potensial kritis, agak kritis, kritis dan sangat kritis di
Provinsi Kalimantan Selatan berdasarkan data BPDASHL tahun 2018 adalah seluas
1.408.727 ha di dalam kawasan hutan dan seluas 1.087.944 di luar kawasan hutan
(Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Selatan, 2019).
Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Selatan telah melakukan langkah-
langkah untuk menekan semakin meluasnya lahan kritis, yang salah satunya melalui
Gerakan Revolusi Hijau (GRH). Gerakan ini bertujuan mengurangi lahan kritis dan
meningkatkan nilai Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) dan telah dipayungi
dengan Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan No.7 tahun 2018 tentang
Gerakan Revolusi Hijau. Melalui GRH ini Dinas Kehutanan provinsi Kalimantan
Selatan dan dukungan berbagai pihak telah melakukan penanaman di lahan kritis
seluas 29.694 ha sehingga mampu meningkatkan nilai IKLH pada tahun 2017 dari
tahun sebelumnya sebesar 10,31%. Berdasarkan data tahun 2015 bahwa lahan kritis
dan sangat kritis di Kalimantan Selatan seluas 640.704 ha, selanjutnya pada tahun
2018 berkurang menjadi 511.594 ha (Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Selatan,
2019).
Gerakan Revolusi Hijau akan dilaksanakan selama 10-20 tahun untuk
mempercepat rehabilitasi hutan. Berdasarkan data Rencana induk Revolusi Hijau
tahun 2019-2028, luas lahan kritis masih efektif di areal untuk ditanam kembali dan
2

ditargetkan untuk dilakukan penutupan lahan sekitar 103.980 ha per 10 tahun atau
10,398 ha/tahun yang berada di wilayah Tahura Sultan Adam dan KPH-KPH di
Kalimantan Selatan.
Target luasan rehabilitasi lahan di Kalimantan Selatan akan membutuhkan
sekitar 106.434.575 bibit pohon per 10 tahun atau 10.643.458 bibit
pohon/tahunnya. Sedangkan kemampuan penyediaan bibit pohon dari seluruh KPH
di Kalimantan Selatan yang diestimasi dari total bibit yang mampu disediakan dan
potensi lahan penyediaan bibitnya sekitar 3.245.000 bibit pohon/tahun yang
disediakan Tahura Sultan Adam dan KPH Kayu Tangi (olah data Rencana Induk
Revolusi Hijau tahun 2019-2028). Dari kebutuhan bibit pohon yang ditargetkan
masih membutuhkan sekitar 7.398.458 bibit pohon/tahun. Sementara masih ada
lahan kritis di luar KPH di Kalimantan selatan yang juga ditargetkan untuk
direhabilitasi seluas 9.787 ha yang membutuhkan 611.718 – 1.076.624 bibit pohon
per tahun. Sehingga masih diperlukan usaha untuk mengintensifkan pengelolaan
lahan persemaian bibit yang ada dan dari pihak ketiga untuk memenuhi kebutuhan
bibit pohon yang diperlukan.
Upaya penyediaan bibit pohon untuk perbaikan lingkungan dan penghijauan
kembali lahan-lahan kritis di Kalimantan Selatan, Dinas kehutanan Provinsi
Kalimantan Selatan sejak tahun 2017 membangun persemaian permanen Unit
Pelaksana Teknis Daerah – Balai Pembenihan Tanaman Hutan (UPTD-BPTH) pada
lahan seluas 5 ha di kawasan perkantoran Pemerintah Daerah Kalimantan Selatan
Banjarbaru. Persemaian ini ke depannya ditargetkan mampu menyediakan kurang
lebih 7.000.000 bibit pohon per tahun untuk menjamin GRH
Persemaian pemanen UPTD-BPTH akan dikembangkan menjadi sebuah
persemaian modern. Persemaian tersebut diharapkan akan tidak hanya untuk
menjamin jumlah bibit pohon hutan yang ditargetkan, efisiensi waktu, tenaga
pembibitan, dan input produksi dalam jangka panjang, tetapi juga akan menjamin
perbanyakan bibit yang berkesinambungan dan mutu bibit berkualitas. Sehingga
3

dalam perencanaan pembangunan persemaian modern tersebut akan dilengkapi


dengan fasilitas laboratorium kultur jaringan dan mutu benih.
Perencanaan persemaian modern yang terletak di wilayah perkantoran
Provinsi Kalimantan Selatan ini menjadi sangat strategis tidak hanya berfungsi
sebagai tempat persemaian, tetapi dapat menjadi salah satu sarana edukasi yang
akan dikunjungi oleh masyarakat, khususnya pelajar dan mahasiswa. Persemaian
UPTD-BPTH memiliki areal kandang pemeliharaan ternak hewan kambing. Dalam
perencanaan persemaian modern ke depan ini, usaha peternakan tersebut akan
diintegrasikan dengan kegiatan persemaian sebagai bagian penyedia input biomassa
padat dan cair dan sisa pangkasan dari tanaman akan menjadi rumput pakan ternak,
sehingga akan dibangun instalasi pengelolaan/pemanfaatan limbah untuk
kebutuhan pupuk padat dan cair organik persemaian.
Modernisasi persemaian permanen yang dikembangkan mencakup kesiapan
lahan dari aspek bangunan, penetapan biofisik material yang akan diterapkan dalam
persemaian dan kegiatan pengelolaan yang menggunakan teknologi modern yang
memanfaatkan sistem komputerisasi.

Tujuan
Penelaahan ini bertujuan untuk melihat potensi persemaian permanen yang
dimiliki UPTD Balai Perbenihan Tanaman Hutan dari aspek biofisik mulai dari
penyiapan benih, media tumbuhan persemaian dan target produksi yang akan
dicapai sebagai persemaian modern. Selanjutnya hasil talaahan menjadi sebagai
bahan masukan dalam penyusunan DED persemaian modern. Balai Pebrbenihan
Hutan Provinsi Kalimantan Selatan.
4

TELAAHAN DESAIN PERSEMAIAN MODERN

Rencana persemaian modern UPTD-BPTH Provinsi Kalimantan Selatan


berada di wilayah perkantoran Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Selatan.
Lahan seluas 5,56 ha telah dikembangkan sebagai lahan persemaian permanen
secara konvensional. Persemaian permanen tersebut dibagi menjadi empat petak
besar masing-masing berukuran 1,29; 1,35; 1,58 dan 1,37 ha. Pada saat ini ada dua
petak persemaian beraktivitas menghasilkan bibit tanaman hutan. Ada sekitar 60
jenis tanaman yang telah dibibitkan di persemaian, selain tanaman kehutanan
termasuk juga di antaranya tanaman hutan rimba campuran (seperti tanaman buah-
buahan) yang dikerjakan oleh 22 tenaga pembibitan. Performa bibit dan benih
pohon yang dikelola secara konvensional tersebut tumbuh dengan baik, meskipun
masih ada beberapa kurang baik pertumbuhannya. Hal ini menunjukkan bahwa
secara kemampuan tenaga pembibitan sudah baik, sekaligus juga menjadi wilayah
yang sesuai untuk pembibitan. Kebutuhan bibit hutan yang berkesinambungan
untuk 10-20 tahun ke depan persemaian ini memiliki potensi sebagai penyedia bibit
untuk kebutuhan rehabilitasi hutan khususnya Gerakan Revolusi Hijau.
Berdasarkan potensi lahan dan sumber daya yang dimiliki UPTD-BPTH dan
keperluan bibit yang tinggi untuk kebutuhan rehabilitasi lahan di Kalimantan
Selatan, untuk mengoptimalkan produksi dan mutu benih dan bibit persemaian,
maka persemaian UPTD-BPTH layak dikembangkan menjadi model persemaian
modern. Model persemaian modern akan mengefisienkan tenaga, waktu dan input
dalam jangka waktu panjang. Hal ini karena selain perencanaan persemaian
modern yang dimaksud didukung dengan sistem mekanik berbasis komputerisasi,
penyediaan benih bermutu dan kondisi biofisik-kimia media tanam yang sesuai
untuk setiap bibit pohon.
Model persemaian modern akan dilengkapi sarana prasarana pendukung
persemaian UPTD-BPTH pada sisa lahan eksisting yang cukup luas. Sehingga model
5

persemaian modern ini akan terbagi menjadi tiga zona, yaitu zona persemaian bibit,
zona kebun pangkas dan zona workshop. Lebih rinci dijelaskan sebagai berikut:
A. Zona Persemaian
Zona persemaian yang akan dikelola secara modern menjadi dilengkapi dengan
sarana prasarana utama dari proses pembibitan, yaitu ruang pengolahan media,
rooting area (green house), shading house, open area dan tempat distribusi bibit,
serta reservoir dan ruang pompa..
Ruang pengolahan media. Ruangan ini merupakan suatu tempat penyiapan
media semai dan sapih, di ruang ini akan dilakukan pencampuran bahan tanam
yang telah dihaluskan dan disaring secara mekanis menggunakan mesin
pencampur, baik itu bahan mineral tanah, bahan organik, kapur dan perlakuan
lain yang dibutuhkan pada suatu media tanam. Hidayah dan Irawan (2012)
media yang baik harus memiliki persyaratan antara lain mampu menjaga
kelembaban, memiliki aerasi dan drainase yang baik, tidak memiliki salinitas
yang tinggi serta bebas dari hama dan penyakit. Media yang sudah diketahui
kondisi kesuburan fisik, kimia dan biologinya akan dipergunakan dan di masukan
ke dalam potray/polytube yang selanjutnya dipindahkan ke rooting area (green
house). Pengisian Media dilakukan di atas meja di mana media secara mekanis
bergeser di atas meja kemudian tenaga pengisian media melakukan pengisian
dengan cara duduk berbaris menghadap meja dan saling berhadapan antar
pekerja.
Ruang pengolahan media yang dibangun, seluas 10 m x 18,3 m dapat
menampung 6 tenaga kerja dengan target penyelesaian pengisian media
sebanyak 900 dan 720 potray dalam 1-2 minggu masing-masing untuk tanaman
fast growing dan jenis meranti atau rimba campuran. Potray/polytube yang
telah berisi media semai disusun ke dalam pengangkut Core Electric Forklifts
(jenis Toyota Material Handling) yang selanjutnya diangkut ke tempat
penyemaian dan penyapihan pada green house.
6

Green house. Tempat ini disebut juga rooting area, Ada dua urutan kegiatan
pada green house yaitu kegiatan penyemaian benih dan dilanjutkan penyapihan
bibit dengan tujuan utamanya memanifulasikan sistem perakaran tanaman
untuk memadatkan media pada akhir persemaian. Benih bermutu yang telah
diperlakukan secara mekanis bergerak ke arah bedeng semai dan akan ditabur
secara manual. Selanjutnya akan inkubasi pada suhu cukup tinggi (25–35 oC) dan
kelembaban tinggi (>70%) selama 1-2 minggu sehingga benih menjadi bibit
tanaman (Kurniaty dan Danu, 2012). Green house ini dilengkapi dengan deteksi
iklim mikro (suhu dan kelembaban) secara komputerisasi. Pada kondisi tidak
bersesuaian dengan kesaran suhu dan kelembaban udara akan dilakukan
pengkabutan secara otomatis, dengan cara menyemprotkan air melalui nozel-
nozel yang mempunyai lubang sangat kecil.
Pada tahap selanjutnya bibit (telah memiliki tunas dan akar tersebut akan
bergeser secara otomatis ke rel di mana terdapat potray/polytube yang berisi
media tumbuh untuk melakukan penyapihan. Pemindahan bibit semai yang
sudah memiliki minimal dua daun dengan ketinggian 5-10 cm (biji kecil) 15-20
cm (biji besar) yang diambil tidak mengalami kerusakan pada akar, selanjutnya
menanamkannya ke dalam potray/polytube dan diinkubasi pada green house
selama 4 minggu, baik untuk jenis tanaman hutan fast growing, tanaman sejenis
meranti dan rimba campuran.
Kapasitas produksi dalam satu rotasi dari pada persemaian modern ini
tergantung dari kapasitas dari green house. Kapasitas green house untuk bibit
tanaman hutan fast growing berjumlah 900 potray dengan menggunakan
polytube 81/potray setara dengan 72.900 bibit, sedangkan untuk bibit tanaman
sejenis meranti atau rimba campuran berjumlah 720 potray dengan
menggunakan polytube 45/potray setara dengan 32.400 bibit.
Shading house. Tempat ini berfungsi untuk menyiapkan ketahanan dan adaptasi
bibit tanaman terhadap intensitas sinar matahari sehingga secara perlahan
7

mampu memproduksi makanan/karbohidrat melalui proses fotosintesa. Setelah


4 minggu potray/polytube dari green house bergeser secara otomatis memasuki
shading house, ada perbedaan ukuran bangunan green house dan shading house
yang disiapkan antara bibit tanaman hutan fast growing dengan bibit tanaman
hutan jenis meranti dan rimba campuran. Pada bibit tanaman hutan fast
growing berbanding 1:1 (green house : shading house), maka pada bibit tanaman
hutan sejenis meranti atau tanaman rimba campuran berbanding 1 : 2,5.
Bibit tanaman kehutanan dipelihara di shading house sesuai dengan
kemampuannya beradaptasinya terhadap intensitas penyinaran matahari hingga
tanaman tersebut siap untuk mendapatkan intensitas matahari secara penuh.
Bibit tanaman fast growing akan dipelihara selama 4 minggu pada shading
house, sedangkan bibit tanaman sejenis meranti atau rimba campuran
didiamkan selama 2 minggu pada area intensitas matahari 25%, bergeser 2
minggu pada intensitas matahari 50% dan bergeser lagi selama 2 minggu pada
intensitas matahari 75% pada shading house. Selanjutnya potray/bergeser
secara otomatis memasuki open area (intensitas sinar matahari 100%).
Open area. Tempat ini adalah tempat aklimatisasi bibit tanaman hutan yang agar
dapat beradaptasi dengan lingkungan sebenarnya di lahan hingga batas siap
untuk di tanam ke lahan. Bibit tanaman fast growing akan dipelihara hingga 4
minggu, sedangkan bibit tanaman sejenis meranti atau rimba campuran akan
dipelihara selama 2 minggu. Selanjutnya bibit pohon yang memenuhi kriteria
dapat tumbuh baik di lahan secara otomatis akan bergeser secara otomatis ke
tempat dari rangkaian pembibitan pohon. Pada open area akan dilengkapi juga
alat material handling produk Core Electric Forklifts untuk memudahkan
memindah kan bibit tanam yang siap tanam
Tempat distribusi bibit. Tempat ini adalah tempat terakhir, di mana bibit pohon
siap tanam di packing dan siap didistribusikan. Kondisi media tumbuh tanaman
8

telah mengalami pemadatan sehingga mudah mengeluarkannya dari


potray/polytube untuk digunakan lagi ke tahap pembibitan.
Reservoir dan ruang pompa. Reservoir adalah tempat penampungan air bersih,
pada sistem penyediaan air untuk kebutuhan pembibitan dan keperluan kantor.
Alat ini diperlukan pada suatu sistem penyediaan air bersih yang melayani suatu
kota. Alat ini berfungsi untuk menyeimbangkan antara debit sumber dan debit
pemakaian air. Sering kali untuk waktu yang bersamaan, debit air tidak dapat
selalu sama besarnya dengan debit pemakaian air. Pada saat jumlah sumber air
lebih besar daripada jumlah pemakaian air, kelebihan air tersebut untuk
sementara disimpan dalam reservoir, dan digunakan kembali untuk memenuhi
kekurangan air pada saat jumlah sumber air bersih lebih kecil daripada jumlah
pemakaian air. Ketinggian reservoir air akan membantu tekanan air yang akan
berpengaruh dengan debet air yang diperlukan tanaman. Pompa air berfungsi
untuk menaikkan air ke bak penampung reservoir.
9

B. Zona Kebun Pangkas


Pada zona kebun pangkas akan dilengkapi dengan beberapa fasilitas pendukung
utama area kebun pangkas, Laboratorium kultur jaringan dan penilaian mutu
benih. Pengembangan Fasilitas dua laboratorium ini menjadi sangat penting
untuk ke depannya selain sebagai quality control benih yang dipergunakan di
persemaian, dan dapat menjadi sumber benih yang tersertifikasi untuk
penyediaan benih kehutanan di Kalimantan Selatan khususnya.
Kebun Pangkas. Beberapa jenis tanaman kehutanan tidak mudah untuk
mendapatkan perbanyakannya secara generatif di lapangan, maka alternatif
perbanyakan dilakukan secara vegetatif. Teknologi perbanyakan beberapa

tanaman hutan secara vegetatif sudah dapat dikuasai, seperti stek pucuk. Teknik
ini dilakukan dengan cara mengambil atau memotong bahan stek dari tunas
ortotrop (tegak) dari bagian pucuk anakan ramin. Bahan stek pucuk bisa diambil
dari tanaman induk (stock plant) kebun pangkas, bibit siap tanam kebun pangkas
bergulir (Rusmana dkk, 2010 dalam Ariyani, 2010) dan anakan yang terdapat di
dalam hutan.
Kebun pangkas ialah suatu kebun untuk menanam bibit, sebagai sumber bahan
stek, yaitu berupa tunas-tunas muda orthotrop (tunas yang tumbuh secara
vertikal) (Leppe dan Smits, 1988). Lebih jauh Longman (1993) menjelaskan
bahwa kebun pangkas merupakan kebun yang terdiri dari sekumpulan tanaman
induk yang menghasilkan bahan stek yang diperoleh dengan cara memangkas
tunas atau pucuk yang tumbuh. Kebun pangkas berfungsi untuk menghasilkan
tunas dalam waktu cepat, mendapatkan bahan stek dalam persemaian, dan
untuk menggandakan pohon induk yang unggul. Tempat pertanaman yang
dibangun untuk menghasilkan bahan tunas dan stek untuk produksi bibit.
Lahan seluas 1,49 ha di sebelah Utara rencana persemaian modern akan
dibangun kebun pangkas yang dilengkapi dengan fasilitas utama lainnya,yaitu
10

laboratorium kultur jaringan dan penilaian mutu benih. Penyiapan lahan kebun
pangkas akan berpedoman kepada kesesuaian lahan atau syarat tumbuh
tanaman yang akan di kembangkan.
Laboratorium kultur jaringan dan penilaian mutu benih. Fasilitas laboratorium
diperlukan dalam sebuah persemaian modern untuk menjamin ketersediaan
benih bermutu. Bangunan seluas 24 m x 12 m yang akan dibagi menjadi dua
sub laboratorium, yaitu sub laboratorium kultur jaringan dan sub laboratorium
penilaian mutu benih. Fasilitas pendukung lainnya adalah rumah kaca (green
house) dan unit instalasi pengelolaan air limbah (IPAL). Laboratorium adalah
tempat atau ruangan yang dilengkapi fasilitas untuk penyelidikan dan pengujian
terhadap suatu bahan atau benda. Menurut ISO/IEC Guide 2 1986, laboratorium
adalah instansi/lembaga yang akan melaksanakan kalibrasi dan atau pengujian.
Laboratorium Kultur jaringan dan penilaian mutu benih akan dibangun mengikuti
persyaratan manajemen mutu dari SNI ISO IEC 17025:2017, SNI ISO 9001:2015,
CWA 15793:2008 untuk memenuhi persyaratan persyaratan manajemen dan
persyaratan teknis dan ISO 19011 untuk memenuhi persyaratan pengelolaan
lingkungan. Persyaratan teknis terkait dengan fasilitas sarana/prasarana baik
secara fisik, proses dan jasa pendukung serta lingkungan kerja adalah sebagai
berikut:
1. Kondisi akomodasi merupakan kondisi dari fasilitas bersifat fisik yang ada
dalam suatu pengelolaan yang diperlukan untuk berjalannya proses yang
merupakan tugas utama dari sebuah laboratorium.
a. Fasilitas sarana /prasarana yang bersifat fisik yaitu gedung/bangunan,
ruang pengujian/ruang kerja dan sarana penting terkait lainnya (seperti
furniture).
b. Fasilitas berupa perangkat keras maupun perangkat lunak yaitu
peralatan pengujian atau peralatan produksi, bahan uji atau bahan untuk
11

proses produksi, sistim drainase, alur/mekanisme keluar masuk pekerja,


agen biologic dan lain-lain.
c. Fasilitas jasa pendukung yaitu sarana angkutan, informasi, komunikasi
2. Kondisi Lingkungan yang diperlukan dalam pengujian atau proses produksi
untuk mencapai suatu kesesuaian hasil/tujuan produksi sesuai metode
/mutu yang disyaratkan yang dapat mempengaruhi hasil yang akan dicapai,
seperti debu, ventilasi, kebisingan/tingkat bunyi dan getaran, daya
elektromagnetik, radiasi, kelembaban, daya listrik, suhu, pencahayaan atau
cuaca dan lain-lain. Laboratorium yang akan dibangun memenuhi
persyaratan keamanan dan keselamatan objek yang ditangani terutama agen
patologic atau bahan kimia berbahaya sehingga tidak mencemari atau
mencemari lingkungan, lingkungan internal maupun eksternal. Salah satu
bagian dari laboratorium kultur jaringan dan penilaian mutu benih akan
dibangun instalasi penanganan limbah.
Sub laboratorium kultur jaringan. tata ruang sub laboratorium ini menjadi 4
(empat) ruang utama yaitu ruang persiapan, ruang tanam, ruang kultur, dan
ruang bahan. Penjelasan masing-masing ruangan sebagai berikut:
Ruang persiapan (preperation area). Ruangan ini digunakan untuk segala
aktivitas persiapan pelaksanaan aplikasi teknik kultur jaringan. Kegiatan
diruangan ini diantaranya: Sterilisasi medium dan peralatan (gelas dan alat
tanam) dan Pencucian dan pengeringan alat-alat laboratorium. Sehingga
dilengkapi dengan beberapa fasilitas yaitu wastafel dan tempat menyimpan
peralatan (meja, lemari, rak-rak, dan kulkas).
Ruangan persiapan juga digunakan untuk pembuatan media tanam. Peralatan
yang ditempatkan pada ruangan ini adalah: Autoklaf, pH meter, glassware, dan
botol kultur, tabung gas elpiji dan kompor, Lemari pendingin, Oven, Stok
akuades, stok alkohol, dan larutan stock. Alat-alat dan bahan lain yang
12

berhubungan dengan persiapan pelaksanaan teknis kultur jaringan seperti


plastik wrap, gunting, karet gelang label, dan lainnya.
Ruang tanam (tranfer area). Ruang ini dikenal juga sebagai transfer area adalah
merupakan tempat yang digunakan untuk isolasi, inokulasi dan subkultur
(penjarangan) pada kondisi steril. Di dalam ruangan ini ditempatkan alat utama
yaitu laminar air flow cabinet (LAFC) yang digunakan untuk aktivitas penanaman
dalam media secara aseptik.
Ruang kultur atau pertumbuhan atau inkubasi (growing area). Ruang ini
merupakan tempat pertumbuhan atau inkubasi digunakan untuk menempatkan
botol-botol kultur yang sudah ditanam eksplan di dalamnya. Ruangan ini
dilengkapi AC agar suhu dipertahankan 19-20°C dan dilengkapi dengan rak-rak
untuk menempatkan botol-botol kultur. Ruang kultur harus menghindari
kemungkinan terjadinya kontaminasi terhadap kultur. Botol-botol yang sudah
terkontaminasi harus segera dipisahkan dari ruang kultur.
Ruang bahan/ruang stok. Ruang bahan adalah ruangan yang digunakan sebagai
tempat penyimpan stok medium. Ruangan stok dilengkapi dengan rak-rak untuk
menempatkan stok medium dengan lampu neon yang dihidupkan bila ada
kegiatan, misalnya pada waktu penyimpanan atau pengambilan medium.
Sub laboratorium penilaian mutu benih. Laboratorium Penilaian mutu benih
memiliki sarana yang meliputi peralatan pengujian mutu benih antara lain
germinator, Laminar Air Flow Chamber, oven, conductivity meter, microskope,
grain moisture meter atau oven suhu konstan, grinder, desikator, timbangan
analitik, dan peralatan penting lainnya. Bagan dalam laboratorium dibagi
menjadi tiga ruang utama yang terdiri dari sub laboratorium ruang biologi untuk
melakukan kegiatan pengolahan, perkecambahan dan pengujian viabilitas benih
secara biokimia, sub laboratorium Fisika yang berhubungan dengan pengujian
karakteristik fisik benih, ruang penyimpanan benih untuk mempertahankan
mutu benih, kelembaban ruang penyimpanan antara 50-60%, dan suhu 0-10 oC
13

untuk mempertahankan viabilitas benih, paling tidak untuk jangka waktu


penyimpanan selama 1 tahun. Semakin rendah suhu dan tinggi kelembaban
benih semakin panjang umur waktu penyimpanan. Sub laboratorium ini
dilengkapi dengan sebuah rumah kaca (green house) untuk pengujian vigor yang
berdekatan dengan bangunan laboratorium .
Laboratorium ini berfungsi memastikan bawah benih yang akan dipergunakan
pada kegiatan persemaian memiliki mutu baik yang ditunjukan dengan viabilitas
benih yang konstan selama periode simpan yang lama, sehingga benih ketika
akan dikecambahkan masih mempunyai viabilitas dan vigor yang tidak jauh
berbeda dengan viabilitas awal sebelum benih disimpan.

C. Zona Workshop
Ada beberapa fasilitas pada zona ini yaitu bangunan workshop, kantor teknisi
persemaian, rest area dan kandang kambing.
Workshop. Suatu tempat yang dipergunakan untuk membangun kebersamaan
antara tenaga pembibitan, teknisi persemaian dan pengelola persemaian. Sehingga
tempat ini dapat digunakan juga untuk memfasilitasi penyampaian masalah yang
dihadapi, mendiskusikan dan merumuskan cara-cara untuk mengatasi dan
implementasikannya pada kegiatan. Workshop juga dapat dijadikan tempat
mensosialisasikan sebuah program kegiatan yang akan dilaksanakan pada kegiatan
persemaian, dan tempat pelatihan internal tenaga pembibitan dan teknisi
persemaian.
Kantor teknisi persemaian. Tempat kerja teknisi persemaian untuk menyiapkan
program kerja persemaian, mengevaluasi dan membuat pelaporan hasil kegiatan
persemaian, dan sekaligus juga tempat konsultasi tenaga pembibitan terkait dengan
kegiatan persemaian yang mereka laksanakan, dan tempat kunjungan tamu
persemaian yang ingin mendapatkan informasi kegiatan persemaian.
14

Rest area. Suatu tempat dalam bentuk ruang terbuka yang luas dan nyaman
memiliki fungsi utama sebagai tempat istirahat tenaga pembibitan, teknisi
persemaian, pengelola dan para tamu yang berkunjung saat melihat kegiatan
persemaian. Tempat ini sekaligus dapat digunakan sebagai tempat diskusi kecil
antara pengelola dan teknisi.
Kandang kambing, Kandang kambing merupakan unit peternakan kecil hewan
kambing sudah ada dipersemaian UPTD-BPTH Provinsi Kalimantan Selatan. Unit
peternakan kecil ini pada perencanaan persemaian modern akan menjadi bagian
yang terintegrasi dari kegiatan persemaian sumber organik baik dalam bentuk
padatan (biomassa) maupun cairan dari limbah ternak. Unit peternakan kecil ini
akan dibangun sistem pengelolaan limbah padat dan cairnya dalam bentuk dan
diproses menjadi pupuk padat (kompos atau bokhasi) dan cair (proses fermentasi),
akan menjadi input yang penting dalam pembuatan media semai dan sapih
pembibitan. Sebaliknya hijauan ternak untuk pakan akan diperoleh dari hasil
pangkasan bibit semai.
15

TELAAH MEDIA TANAM PERSEMAIAN MODERN

Persemaian UPTD-BPTH Provinsi Kalimantan Selatan telah melakukan


persemaian sebanyak 60 bibit jenis tanaman hutan seperti pada Tabel 1. Jenis-jenis
tanaman yang ada terdiri dari jenis pohon hutan tumbuh cepat (fast growing),
sejenis meranti dan rimba campuran (buah-buahan dan lain-lain). Performa bibit
tanaman hutan yang dikelola di persemaian permanen sebagian besar menunjukkan
pertumbuhan yang bagus, meski juga ditemukan ada pertumbuhan yang kurang
bagus. Beberapa hal yang dapat mempengaruhi performa tanaman diantaranya
adalah kualitas sumber benih, iklim mikro lingkungan pertanaman (terutama curah
hujan, suhu dan kelembaban) dan kondisi media tumbuh. Adanya pengaturan
secara detail pengelolaan persemaian, mulai dari perbanyakan dan penilaian mutu
benih yang baik hingga mendapatkan bibit pohon dengan pertumbuhan yang baik
dan seragam akan menjadi salah satu target yang dicapai pengembangan
persemaian modern UPTD-BPTH.

Tabel 1. Jenis Tanaman yang dibibitkan di persemaian UPTD-BPTH


No. Tanaman No. Tanaman No. Tanaman
1 Angsana 21 Kedaung 41 Petai
2 Air mata pengantin 22 Kelor 42 Pulai
3 Alpukat 23 Kemiri 43 Ramania
4 Bambu 24 Keruing 44 Rambai
5 Bungur 25 Ketapang 45 Rambutan
6 Cempedak 26 Ketapang Kencana 46 Sawo
7 Duku/Langsat 27 Ketapi 47 Sengon laut
8 Durian 28 Kopi 48 Sengon merah
9 Flamboyan 29 Kuini 49 Sengon wamena
10 Jabon merah 30 Kuranji 50 Sirsak
11 Jambu agung 31 Lengkeng 51 Srikaya
12 Jambu biji 32 Mahoni 52 Sungkai
13 Jambu mete 33 Mangga 53 Tabibuya
14 Jengkol 34 Matoa 54 Tanjung
15 Kaliandra merah 35 Mengkudu 55 Tengkawang
16 Kaliandra putih 36 Merak 56 Trembesi
17 Kapuk Randu 37 Meranti merah 57 Ulin
18 Kasturi 38 Meranti putih 58 Asam jawa
19 Kayu Manis 39 Nam-nam 59 Kembang Merah
20 Kayu Putih 40 Nangka 60 Merawan
16

Perbanyakan dan mutu benih yang baik akan dapat dicapai dengan adanya
laboratorium kultur jaringan dan penilaian mutu benih pada persemaian modern
yang akan dibangun. Selanjutnya penelaahan jauh kondisi media tumbuh yang akan
dipergunakan baik pada saat penyemaian, maupun penyapihan sangat diperlukan.

Kesesuaian Lingkungan Tumbuh


Penelaahan dari media tumbuh benih/bibit tanaman dilakukan berdasarkan
kesesuaian lahan dan syarat tumbuh dari tanaman yang akan dibibitkan di
persemaian. Dari 60 jenis tanaman hutan yang dibibitkan berdasarkan kesesuaian
dan syarat tumbuhnya dari berbagai sumber dapat disimpulkan bahwa karakteristik
lingkungan tanaman dan media yang diinginkan untuk pertumbuhan benih dan bibit
yang baik seperti disajikan pada Tabel 2 berikut ini.

Tabel 2. Kesesuaian lingkungan tumbuh


Sifat Syarat Tumbuh
Iklim
Suhu (oC) 25-35
Curah Hujan (mm/tahun) 1.600-3000
Kelembaban (%) >70
Fisik Bahan Tanah
Tekstur Lempung liat berdebu - Lempung
Gambut* Saprik
Kesuburan Tanah
KTK (me/100g) ≥16
KB (%) 35 – 50
pH 5,5 - 6,8
C-org (BO) (%) ≥1,5 (2,6)
N total (%) 0,21 - 0,5
P total (ppm P2O5) 21 – 40
K totat (mg K2O/100g) 21 – 40
Keterangan : * untuk empat jenis tanaman

Kondisi Iklim untuk benih dan bibit pohon


Kondisi iklim yang bersesuaian agar benih dan bibit tanaman dapat tumbuh
dengan baik dengan kondisi suhu udara berkisar 25-35 oC, curah hujan 1.600-3.000
mm/tahun dengan kelembaban > 70% (dari data kesesuaian lahan dan syarat
tumbuh tanaman). Berdasarkan data stasiun BMKG Banjarbaru yang terdekat
17

dengan persemaian, Kondisi iklim di daerah persemaian tercatat bahwa rata-rata


suhu udara 26,1 -27,8 oC, rata-rata curah hujan 1.979 – 2.002 mm/tahun dan rata-
rata kelembaban udara 76-88%. Dari perbandingan kedua data tersebut beberapa
tanaman terlihat bahwa adanya kesesuaian suhu, curah hujan dan kelembaban
udara yang bersesuaian untuk persemaian bibit pohon hutan. Read (1990)
mengemukakan bahwa kisaran suhu udara untuk pertubuhan yaitu 20°C–27°C.
Sedangkan Santoso dan Nursandi (2003) menyatakan temperatur yang dibutuhkan
untuk dapat terjadi pertumbuhan yang optimum yaitu berkisar 20°C–30°C.
Kelembaban udara harus tetap dipertahankan mendekati 100% (Yasman dan Smits
1988).
Pengumpulan data iklim mikro di lingkungan pertumbuhan pembibitan untuk
mengetahui perubahan kondisi iklim mikro untuk memastikan yang sesuai dengan
pertumbuhan bibit tanaman. Model pencatatan data iklim mikro berbasis
komputerisasi dipergunakan untuk mengetahui iklim mikro tersebut tersebut.
Model ini dipergunakan pada saat bibit tanaman di green dan shading house. Pada
saat kondisi iklim tidak sesuai untuk persyaratan pertumbuhan bibit, maka secara
otomatis akan diatur mekanis untuk melakukan pengkabutan air pada green dan
shading house.
Kesesuaian untuk media semai
Media untuk penyemaian dilakukan secara khusus dalam tahap awal mulai
pembibitan. Pada prinsipnya kondisi yang baik adalah menggunakan bahan mineral
tanah lempung berpasir dicampurkan dengan bahan organik minimal 50%
(Pradjadinata dan Masano, 1996). sehingga tidak mudah tergenang air (porous),
tidak mengganggu pertumbuhan perakaran, dan memudahkan pemindah bibit ke
potray/polytube saat penyapihan. Sehingga dibutuhkan alat pencampuran hingga
merata, dan UPTD-BPTH sudah memiliki mesin pencampur bahan media tersebut.
Alternatif media yang baik dapat menggunakan cocopeat (Hidayah dan Irawan,
2012) atau gambut yang di tambahkan dengan pupuk kandang dan sekam dengan
18

prinsip yang sama dengan media campuran bahan mineral dan bahan organik
(Mindawati dan Susilo, 2005). Bahan-bahan untuk media tersebut juga dalam
keadaan steril (bebas dari hama dan penyakit), secara sederhana dapat dilakukan
penjemuran bahan yang akan digunakan.
Karakteristik media tumbuh yang baik untuk benih yang berukuran
halus/kecil adalah: a) memiliki aerasi bagus yang memungkinkan pasokan cukup
oksigen untuk sistem perakaran; b) media memiliki tekstur yang halus di mana ruang
antara partikel-partikel media tidak terlalu lebar sehingga dapat memfasilitasi
kontak antara benih yang berukuran kecil dengan media tumbuh; c) media memiliki
resistensi fisik yang kecil, sehingga kemunculan kecambah tidak terhambat dan
penetrasi akar ke dalam tanah cukup mudah; d) memiliki kemampuan infiltrasi yang
menjamin aliran air ke dalam media berlangsung baik dan permukaan media tidak
mengeras; dan e) terbebas dari cendawan, hama, gulma, dan bibit penyakit. Untuk
itu, sterilisasi media tabur sebelum digunakan merupakan hal yang penting untuk
dilakukan (Pramono et al., 2016)
Kesesuaian kondisi fisik media sapih
Media pertumbuhan memegang peranan penting dalam menjaga tanaman
agar tetap tegak, menyediakan nutrisi bagi tanaman, menyediakan oksigen, dan
menyediakan air selama proses pertumbuhan. Hartman dan Kester (1989)
menjelaskan bahwa seleksi media ditentukan oleh peranannya dalam memudahkan
pertumbuhan tanaman dan mempertahankan kelembaban, drainase dan aerasi
yang baik. Kondisi fisik media sapih bibit tanaman hutan akan disesuaikan
dengan lingkungan tumbuhnya pada tanah berbahan mineral dan berbahan organik
(untuk beberapa tanaman yang dapat tumbuh di lahan gambut). Kondisi fisik untuk
media sapih dapat diprediksi setidaknya dari data kesesuaian sifat yang penting bagi
kedua bahan tanah tersebut, yaitu tekstur tanah mineral pada kisaran kelas bahan
mineral Lempung liat berdebu hingga Lempung dan tingkat kematangan gambut
pada kelas saprik. Kedua sifat ini akan berperan dalam menentukan kadar air yang
19

diperlukan serta debet dan lama air yang disiramkan pada saat bibit tanaman mulai
disapih hingga akan diaklimatisasikan di open area.
Media tumbuh yang telah dicampur sebelumnya ditentukan kadar air tersedia untuk
mendapatkan jumlah air yang dibutuhkan tanaman. Perhitungan kadar air tersedia
dapat disetarakan dengan 60% kadar air kapasitas lapang. Untuk mengetahui kadar
air tersedia membutuhkan beberapa peralatan pada laboratorium yang akan
dikembangkan di persemaian UPTD-BPTH Banjarbaru. Kebutuhan air tersedia untuk
tanaman pada perencanaan persemaian modern ini menggunakan sistem irigasi
tabur (sprinkle irrigation) di persemaian. Sebagai gambaran efisiensi penggunaan air
sistem irigasi tabur sebesar 80-90% dengan keseragaman curahan yang terukur pada
tekanan operasi 1,5 bar yaitu sebesar 55,36% dan rata-rata debit curahan yaitu
sebesar 0,15 L/detik (Syaifudin, 2016). Sehingga dapat ditentukan berapa lama
harus dilakukan penyiraman setiap harinya dalam dua kali penyiraman (pagi dan
sore hari).
Kesesuaian kesuburan media sapih
Kesuburan media sapih yang bersesuaian dengan bibit pohon tanaman hutan
di persemaian ditentukan beberapa sifat kimia tanahnya, yaitu kapasitas tukar
kation (KTK) ≥ 16 me/100g; Kejenuhan basa (KB) 35-50 %; pH tanah 5,5 – 6,8; kadar
bahan organik ≥ 1,5 %C (2,6 % bahan organik), N total tanah 0,21-0,5 %N, P total
tanah 21-40 ppm P2O5 dan K total tanah 21-40 mg K 2O/100g. Bahan media terutama
mulai pada saat penyapihan hingga di open area sudah tentu harus menyesuaikan
pada kondisi sifat kimia tersebut, setelah pencampuran bahan mineral, bahan
organik minimal 2,6%, pengapuran dan pemupukan serta alternatif lain
pengelolaannya. Quality control setiap penggantian stock media tumbuh, terutama
ketika karena penggunaan sumber bahan media tumbuh yang berbeda akan
berbeda status kesuburan media sapih yang dipergunakan. Kegiatan quality control
dilaksanakan setelah media tumbuh dicampurkan dengan mesin pencampur.
20

KAPASITAS DAN TARGET PRODUKSI BIBIT POHON PERTAHUN


Persemaian permanen UPTD-BPTH setiap tahun mampu menyediakan bibit
tanaman kehutanan sebanyak 2.000.000 bibit per tahun dari kurang lebih 2 (dua)
hektar lahan persemaian yang dikelola. Data DLHK DI Yogyakarta tahun 2015-2019
kapasitas sebuah persemaian permanen konvensional 1.000.000 bibit tanaman
hutan per ha namun demikian produksi aktual yang diperoleh berkisar antara 30-70
persen dari kapasitas produksinya, sedang data Tahura Sultan Adam mencapai 76%
dari kapasitas produksi 1.000.000 bibit tanaman hutan per ha (Pengolahan data
Dishut tahun 2019). Persemaian modern UPTD-BPTH dirancang untuk memenuhi
kebutuhan bibit pohon kehutanan setiap tahunnya sebanyak 7.000.000 bibit
tanaman hutan. Pembibitan skala sangat besar yang menyediakan bibit dalam
jumlah lebih dari 500.000 bibit per tahun menggunakan lahan di atas 2 ha dengan
menggunakan teknologi persemaian yang maju dalam operasionalnya (Pramono et
al., 2016).
Kapasitas dan target produksi bibit tanaman hutan per tahun ditentukan
oleh jumlah polytube yang mampu ditampung dalam satu blok dan pengaturan
rotasi/tahapan budidaya tanaman hutan. Perhitungan jumlah polytube dalam satu
blok ditentukan oleh ukuran atau jumlah polytube dalam satu potray dan jumlah
potray dalam satu blok persemaian. Pengaturan jarak tanam antara kelompok bibit
tanaman hutan fast growing berbeda dengan bibit tanaman sejenis meranti dan
tanaman rimba campuran. Bibit tanaman fast growing menggunakan polytube
berukuran 3 cm x 3 cm di dalam satu potray berukuran 30 cm x 50 cm berisi 81 buah
polytube, sedangkan jarak tanam kelompok bibit tanaman sejenis meranti atau
tanaman rimba campuran dengan jarak tanam 5 cm x 5 cm menggunakan potray 30
cm x 50 cm berisi 45 buah polytube. Panjang jalur persemaian sepanjang 160 buah
potray (80 m) dengan lebar jalur 3 buah potray (1 m). Pada satu green house atau
shading house terdapat 6 (enam) jalur dan dalam satu blok persemaian terdapat 7
(tujuh) green house atau shading house. Sehingga terdapat 17.388 potray per blok
21

persemaian. Pada persemaian bibit tanaman hutan fast growing berjumlah


1.632.960 polytube dan pada persemaian tanaman hutan sejenis meranti atau rimba
campuran berjumlah 907.200 polytube.
Kapasitas Produksi Persemaian
Persemaian modern di lahan seluas 5,59 telah dibagi menjadi 4 blok besar,
yang diperuntukan 2 (dua) blok untuk bibit tanaman fast growing dan 2 (dua) blok
lainnya masing-masing untuk bibit tanaman sejenis meranti dan bibit tanaman
rimba campuran setiap bloknya. Kapasitas produksi persemaian modern tersebut
tergantung dari berapa banyak benih yang dapat disapih pada green house atau
sama dengan jumlah benih jumlah polytube pada green house tersebut. Kapasitas
produksi untuk tanaman hutan fast growing sebanyak 510.300 bibit per rotasi
tanam, dan untuk tanaman hutan sejenis meranti atau rimba campuran sebanyak
226.800 bibit per rotasi.
Target Produksi Bibit Per Tahun
Target produksi 7.000.000 bibit per tahun terdiri dari bibit tanaman fast
growing 5.000.0000 bibit/tahun dan masing-masing 1.000.000 bibit/tahun untuk
bibit tanaman sejenis meranti dan rimba campuran masing-masing. Kapasitas
produksi untuk tanaman hutan fast growing sebanyak 510.300 bibit per rotasi
tanam, dan untuk tanaman hutan sejenis meranti atau rimba campuran sebanyak
226.800 bibit per rotasi. Berdasarkan rotasi dan lama pembibitan, untuk
mendapatkan bibit tanaman hutan sesuai dengan target produksi per tahun maka
cara pembibitan dilakukan dengan cara bertahap (berkesinambungan), dapat dilihat
pada Tabel 3. Produksi bibit tanaman fast growing berjumlah 5.103.000 bibit per 2
blok.tahun dan bibit tanaman sejenis meranti dan rimba campuran masing-masing
1.134.000 per blok.tahun.
22

Tabel 3. Target produksi bibit tanaman hutan per blok. Tahun

Jumlah Potray Jumlah jumlah Tahapan


Jumlah polytube
Jenis Tanaman per green green house polytube penanaman
per blok.tahun
house per blok per potray per tahun

Fast Growing 900 7 81 5 2.551.500


Sejenis Meranti 720 7 45 5 1.134.000
Rimba campuran 720 7 45 5 1.134.000
Keterangan: Jumlah polytube = jumlah bibit tanaman

Tahapan proses pesemaian hingga mendapatkan target produksi dalam


setahun dapat dilihat pada Tabel 4 dibawah ini

Tabel 4. Tahapan pembibitan pada rencana persemaian modern


Bulan
Jenis Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Persiapan **   **   **   **   **      
Fast growing

Penyemaian **   **   **   **   **      
Penyapihan   ****   ****   ****   ****   ****    
Pemeliharaan   ****   ****   ****   ****   ****  
Aklimatisasi       ****   ****   ****   ****   ****
Persiapan **   **   **   **   **      
Sejenis Meranti /
rimba campuran

Penyemaian **   **   **   **   **      
Penyapihan   ****   ****   ****   ****   ****    
Pemeliharaan   **** ** **** ** **** ** **** ** **** **
Aklimatisasi       **   **   **   **   **
Keterangan: * = 1 minggu
23

DAFTAR PUSTAKA
Adinugraha, H.A. 2011. Teknik Pembibitan Tanaman Kehutanan. Informasi
Tanaman Kehutanan. Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan
Tanaman Kehutanan.
Adinugraha, H.A. 2012. Pengaruh cara penyemaian dan pemupukan NPK terhadap
Pertumbuhan bibit mahoni daun lebar di pesemaian. Jurnal Pemuliaan
Tanaman Hutan. Vol 6, No 1.
Ariyani, R. 2010. Pembangunan dan pemeliharaan kebun pangkas ramin 01 KHOTK
Tumbangnusa. Kalteng.
Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Selatan. 2019. Rencana Induk Revolusi Hujau
Tahun 2019-2018. Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan.
Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan. 2019. Modul penangan dan perkecambahan
benih. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Hartman dan Kester. 1983. Plant Propagation Principle and Practice Prentice Hall
International Inc Engelwoods Clifs. New Jersy.
Kurniaty, R. Dan Danu. 2012. Teknik Persemaian. Balai Penelitian Teknologi
Perbenihan Tanaman Hutan. Bogor.
Mindawati, N., dan E.Y. Susilo. 2005. Pengaruh macam media terhadap
pertumbuhan semai Acacia mangium Willd. Jurnal Penelitian Hutan &
Konservasi Alam. Vol.2 No.1 hal 53-59.
Pradjadinata, S dan Masano, 1996. Teknik Penanaman Sengon (Paraserianthes
falcataria). Informasi Teknis No.1.
Pramono, A.A., D.J. Sudradjat, Nurhasby, Danu. 2016. Prinsip-prinsip Cerdas Usaha
Pembibitan Tanaman Hutan. Penebar Swadaya. Jakarta.
Syaifudin, I., 2016. Uji kinerja sistem irigasi sprinkler semi permanen. Fakultas
Pertanian Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Sumarno, E. _______. Kesesuaian lahan untuk tanaman kehutanan. Masterplan
Pembangunan Kehutanan Kabupaten Kaimana.
Setiadi, Y. ________. Pembangunan Nurseri untuk Perbanyakan Bibit. Fakultas
Kehutanan. IPB. Bogor.

Anda mungkin juga menyukai