Anda di halaman 1dari 17

Shalat Idul Adha di Masa Pandemi Covid-19

Kementerian Agama menerbitkan edaran tentang penerapan protokol


kesehatan dalam penyelenggaraan Salat Idul Adha 1442 H/2021 M dan
pelaksanaan kurban di masa pandemi Covid-19. Hal itu tertuang dalam
Surat Edaran Menteri Agama, SE. 17 Tahun 2021.

Isinya surat edaran tersebut sebagai panduan untuk memberikan rasa


aman kepada umat Islam di tengah pandemi Covid-19. Hingga kini pandemi
belum juga teratasi, terlebih dengan munculnya varian baru, perlu
dilakukan penerapan protokol kesehatan secara ketat dalam
penyelenggaraan Salat Idul Adha dan pelaksanaan qurban 1442 H.

Pada sisi lain, Majelis Ulama Indonesia (MUI) menetapkan Fatwa MUI No 14
Tahun 2020 tentang Penyelenggaran Ibadah dalam Situasi Terjadi Wabah
Covid-19. Terlebih dalam masa PPKM Darurat, panduan untuk
melaksanakan ibadah Idul Adha dan takbiran sebaiknya dilaksanakan dari
rumah saja. Pasalnya, pandemi belum juga berakhir.

Sementara itu, terkait pelaksanaan shalat Idul Adha di rumah, Syekh


Syauqi Ibrahim Alam, Mufti Dar Ifta Mesir mengatakan dalam keadaan
Pandemi Covid-19— di larang berkerumun—, maka dianjurkan shalat Idul
Adha di dalam rumah. Ia berkata:

ّ‫؛ّفإنهّ يُ ْش َرعّل َم ْنّكانّهذاّحالهّ فِ ْعل‬-‫كوباءٍ ّأوّغيرهّيمنعّاجتماعّالناسّللصالة‬-ّ ‫رتّإقامةّصالةّالعيدّلمانع‬


ٍ َّ‫وكذاّإذاّ ت َعذ‬
.‫صالةّالعيدّفيّالبيت‬
dan demikian apabila ada uzur melaksanakan shalat Ied (di masjid atau
tanah lapang),—seperti ada wabah atau selainnya yang melarang manusia
berkumpul/berkerumun untuk shalat—, maka dalam keadaan seperti ini
dianjurkan shalat Id di rumah.

Lebih lanjut, Mufti Lembaga Fatwa Mesir ini menyebutkan bahwa ibadah
shalat Id yang dikerjakan di rumah saat ini (karena ada wabah), setara
dengan pahala ibadah di masjid, bahkan bisa melebihi pahala ibadah di

Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam


Kementerian Agama RI
masjid. Terlebih dengan merebaknya wabah mematikan yang telah
merenggut nyawa ribuan (saat ini sudah jutaan) orang dan telah menyebar
di puluhan negara.

َّ
ّ‫اّعلىّالعبادةّفيّالمسجد؛ّوذلكّألن‬‫ّبلّقدّتزيدّأجر‬،‫يّهذاّالوقتّتوازيّفيّاألجرّالعبادةّفيّالمسجد‬
ً ‫والعبادةّفيّالبيتّف‬
ّ‫ّوهو‬،‫ّوانتشرّفيّعشراتّالبلدان‬،‫َهّآالفّالبشر‬
ُ ‫هذاّهوّواجبّالوقتّاآلنّالّسيماّمعّتَفَشِيّالوباءّالقاتلّالذيّذهبّضحيت‬
ّ،)19-‫فيروسّ(كوفيد‬

Di samping itu juga Syekh Syauqi Ibrahim Alam mengatakan shalat Idul
Adha boleh dilaksanakan secara sendirian (munfarid). Pasalnya,
melaksanakannya dalam keadaan berjamaah, bukan menjadi syarat sah
shalat Idul Adha. Jamaah hukumnya sunah. Sebagaimana dikatakan oleh
Imam Nawawi dalam kitab al Majmu’ Syarah al Muhadzab:

ّ‫ّفلوّصالهاّالمنفرد؛ّفالمذهبّصحتها‬،‫ّوهذاّمجمعّعليه؛ّلألحاديثّالصحيحةّالمشهورة‬،‫تسنّصالةّالعيدّجماعة‬
Sunah hukumnya melaksanakan shalat Id (Adha dan Fitri) secara
berjamaah, ini pendapat mayoritas, terdapat dalam hadis yang shahih yang
cukup populer. Jikalau shalat Id seseorang dalam keadaan sendirian, maka
shalatnya tetap sah.

Oleh karena itu, shalat Idul Adha di rumah boleh dilakukan secara
sendirian, atau berjemaah dengan anggota keluarga yang memang benar-
benar sehat.

Bagaimana dengan Hukum Khutbah Idul Adha?


Menimbang hukum kesunahan melaksanakan shalat Idul Adha ini, maka
dalam situasi pandemi covid-19, seyogianya kita melaksanakan Idul Adha
dari rumah saja. Dan kita menunaikannya dengan jalan mengambil
hukum-hukum pokoknya.

Bagaimana dengan hukum khutbah Idul Adha? Imam Nawawi seorang


ulama fikih dari kalangan Mazhab Syafi’i mengatakan bahwa hukum
melaksanakan khutbah Idul Fitri atau Idul Adha itu adalah sunah. Pun

Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam


Kementerian Agama RI
mendengarkan khutbah hukumnya sunah. Artinya, shalat Idul Fitri atau
Idul Adha tetap sah, meskipun tak mengikuti khutbah Idul Adha hingga
selesai atau tanpa memakai khutbah (shalat saja).

Hal itu termaktub dalam kitab al-Majmu’ Syarh al-Muhadzdzab. Imam


Nawawi menyebutkan hukum meninggalkan khutbah shalat Id adalah
makruh saja, tak mempengaruhi sah shalat Id. Dan tak perlu mengulangi
shalatnya.

ّ‫ّلوّتركّاستماع‬:‫ّلكنّقالّالشافعي‬،‫ّوليستّالخطبةّوالّاستماعهاّشرطاّلصحةّصالةّالعيد‬،‫ويستحبّللناسّاستماعّالخطبة‬
ّ‫ّانتهى‬.‫ّوالّإّعادةّعليه‬،‫خطبةّالعيدّأوّالكسوفّأوّاالستسقاءّأوّخطبّالحجّأوّتكلمّفيهاّأوّانصرفّوتركهاّكرهته‬
Hukumnya sunah mendengar khutbah bagi jamaah shalat Id. Khutbah dan
mendengarkan khutbah bukanlah menjadi syarat untuk sah shalat Id.
Namun, Imam Syafi’i pernah berkata; jikalau meninggalkan khutbah shalat
Id, shalat Gerhana, atau shalat Istisqa (minta hujan), atau Khutbah Hari Idul
Adha, atau berbicara di tengah khutbah atau berpaling dari khutbah—
shalatnya tetap sah—, tetapi hukum meninggalkan khutbah adalah makruh.
Dan tak ada ada keharusan mengulang shalatnya.

Sementara itu, Abdur Rahim bin Zain Al Iraqi dalam kitab At Tharhu at
Tasrib fi Syarhi at Taqrib, hukum mendengar khutbah Id dan
melaksanakannya adalah sunah. Pasalnya, Khutbah shalat Id itu berbeda
dengan khutbah Jumat. Pada khutbah Jumat mendengar dan
melaksanakan khutbah Jumat itu hukumnya wajib. Berikut pendapat
Abdur Rahim bin Zain Al Iraqi dalam kitab At Tharhu at Tasrib fi Syarhi at
Taqrib:

ّ‫ّوالّيحرم‬،‫تقييدّالخطبةّبكونهاّيومّالجمعةّيخرجّخطبةّغيرّالجمعةّكالعيدّوالكسوف ّواالستسقاءّفالّيجبّاإلنصاتّلها‬
‫ّواستماعهاّمستحبّفقطّألنهاّغيرّواجبةّوقدّصرحّبذلكّأصحابناّوغيرهم‬،‫الكالمّواإلمامّفيها‬
Kaitan khutbah karena melaksanakan shalat Jumat, maka dikecualikan
khutbah selain Jumat, misalnya seperti khutbah Idul Fitri dan Adha, khutbah
Gerhana, Istisqa, maka tak wajib untuk diam pada khutbah ini.ّّTak haram
juga untuk bercakap-cakap, meskipun khatib sedang berkhutbah. Hukum

Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam


Kementerian Agama RI
mendengarkan khutbah shalat sunah (baca; shalat Id, Istisqa, dan Gerhana)
adalah sunah saja, itu tak wajib. Keterangan ini telah menyampaikannya
beberapa ulama dari sahabat kami. Pendapat ini pun didukung oleh ulama
lain.

Alhasil, karena dua khutbah Id bukan merupakan syarat dan rukun dari
shalat id, maka shalat Idul Fitri atau Idul Adha pada dasarnya sah tanpa
melaksanakan khutbah. Dengan demikian, bila ada seseorang yang
melakukan shalat Idul Adha di rumah sendirian, maka ia tidak perlu
berkhutbah. Pun ketika shalat berjamaah, bisa tidak memakai khutbah.
Pasalnya, itu hanya sunnah, tak berpengaruh pada sahnya shalat Idul
Adha itu.

Tata cara shalat Idul Adha


Shalat Idul Adha terdiri atas dua rakat. Setiap rakaat disunahkan
mengucapkan takbir. Pada rakaat pertama 7 kali takbir. Sedangkan pada
rakaat kedua, 5 kali takbir. Selama pandemi Covid-19 dianjurkan
melaksanakan shalat Idul Adha di rumah saja. Berikut ini tata cara shalat
Idul Adha lengkap.

Pertama, Niat Shalat Idul Adha bagi Imam/Makmum


ِ ِ ‫ ِإ َما ًم‬/‫سنَّةًّل ِع ْي ِّداالضحيّّ َر ْك َعتَي ِْنّ( َمأْ ُم ْو ًما‬
‫ا)ّلِلّت َ َعــــالَى‬ َ ُ‫أ‬
ُ ّ‫صلِي‬
Aku berniat shalat sunnah Idul Adha dua rakaat (makmum/imam) karena
Allah SWT

Kedua, Takbiratul Ihram


Imam mengucapkan takbir— Allahu akbar—, terlebih dahulu, kemudian
disusul oleh makmum mengucapkan takbiratul ihram.

Ketiga, membaca doa iftitah


Ada pun bacaan doa iftitah sebagai berikut:
َ ً ‫ضُ َحنِيْفاًُ هم ْسلِما‬
ُ‫ُو َما‬، َ ‫ُِو ْاْل َ ْر‬
َ ‫س َم َوات‬ َ َ‫يُف‬
َّ ‫ط َُرُال‬ ْ ‫يُ ِللَّ ِذ‬ َ ‫ُو َّج ْهته‬،
َ ‫ُو ْج ِه‬ َ ‫صي ًًْل‬ ِ َ ‫ُوأ‬
َ ً ‫س ْب َحانَ ُللاُِبه ْك َرة‬ َ ‫للاهُُأ َ ْكبَ هرُ َكبِي ًْر‬
َ ‫اُوال َح ْمد ِهُلِلُِ َكثِي ًْر‬
‫اُو ه‬
َُ‫ُال هم ْسلِمِ يْن‬ َ ‫هُو ِبذَلِكَ ُأهمِ ْرته‬
ْ َ‫ُوأَنَاُمِ ن‬، َ ‫َُلُش َِريْكَ ُلَه‬،
َ َ‫ُال َعالَمِ يْن‬ ْ ‫ب‬ِ ‫ُِر‬
َ ‫ُلِل‬ َّ ِ ‫ُو َم َماتُِ ْي‬َ ‫اي‬
َ َ‫ُو َم ْحي‬ َ ‫س ِك ْي‬‫ُونه ه‬ ْ َ‫أَنَاُمِ ن‬
َ ُ‫ُ ِإ َّن‬، َ‫ُال هم ْش ِر ِكيْن‬
َ ‫ص ًَلتِ ْي‬

Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam


Kementerian Agama RI
Allāhu akbaru kabīrā, walhamdu lillāhi katsīrā, wa subhānallāhi bukratan
wa ashīlā, wajjahtu wajhiya lilladzī fatharas samāwāti wal ardha hanīfan
musliman, wa mā ana minal musyrikīn, inna shalātī wa nusukī wa mahyāya
wa mamātī lillāhi rabbil ālamīn, lā syarīka lahū wa bi dzālika umirtu, wa ana
minal muslimīn.

Keempat, membaca takbir sebanyak 7 kali pada rakaat pertama


Setelah Imam membaca doa iftitah pada rakaat pertama, kemudian
membaca takbir sebanyak tujuh kali. Pada saat mengucapkan takbir,
sambil mengangkat kedua tangan layaknya takbiratul ihram dan diiringi
bacaan allahu akbar setiap kali mengangkat. Setelah takbir, baca zikir
berikut ini:
ُ‫ُوللاهُأ َ ْكبَ هر‬
َ ‫ُِو ََلُإِلَهَُإِ ََّلُللاه‬
َ ‫ُِوال َح ْمد ِهُلِل‬
َ ‫س ْب َحانَ ُللا‬
‫ه‬
Subhânallâh, walhamdulillâh, walâ ilâha illallâh, wallâhu akbar

Kelima membaca Surah Al-Fatihah


َ ‫َاُالص َرا‬
ُ‫ط‬ ِ ‫هُوإِيَّاكَ ُنَ ْستَعِي هنُُا ْه ِدن‬
َ ‫ِينُُإِيَّاكَ ُنَ ْعبهد‬
ِ ‫ُالرحِ ِيمُ َمالِكِ ُيَ ْو ِمُالد‬ َّ َ‫بُ ْالعَالَمِ ين‬
َّ ‫ُُالر ْح َُم ِن‬ ِ ‫ُِر‬
َ ‫هُلِل‬ ْ ‫ُالرحِ ِيم‬
َّ ِ ‫ُُال َح ْمد‬ َّ ‫ُِالر ْح َم ِن‬
َّ ‫َُّللا‬
َّ ‫بِس ِْم‬
َ ‫علَ ْي ِه ْم‬
. َُ‫ُو ََلُالضَّالِين‬ ْ ‫غي ِْر‬
ِ ‫ُال َم ْغضهو‬
َ ُ‫ب‬ َ ُ َ‫طُالَّذِينَ ُأ َ ْنعَمْت‬
َ ُ‫علَ ْي ِه ْم‬ َ ‫ُص َرا‬ َ ‫ْال هم ْستَق‬
ِ ‫ِيم‬

Keenam membaca ayat atau surah dari Al-Qur’an. Misalnya membaca


surah Al-A’la.
‫ُفَ َج َعلَههُ ه‬,‫عى‬
ُ‫غثَا ًء‬ ْ ‫ُ َوالَّذِيُأ َ ْخ َر َج‬,‫ُ َوالَّذِيُقَد ََّرُفَ َه َدى‬,‫س َّوى‬
َ ‫ُال َم ْر‬ َ َ‫ُُالَّذِيُ َخلَقَ ُف‬,‫ُاْل َ ْعلَى‬
ْ َ‫ُربِك‬
َ ‫حُاس َْم‬
ِ ِ‫سب‬
َ ُ‫ُالرحِ ي ِْم‬
َّ ‫ُِالر ْح َم ِن‬
َّ ‫بِس ِْمُللا‬
ُ‫س َيذَّ َّك هر‬ ِ ‫ ُفَذَك ِْرُ ِإ ْنُ نَفَ َعت‬,‫ ُ َونه َيس هِركَ ُ ل ِْليهس َْرى‬,‫ُو َماُ َي ْخفَى‬
َ ُ ,‫ُِالذ ْك َرى‬ ْ ‫َُّللاُ ِإنَّههُ َي ْعلَ هم‬
َ ‫ُال َج ْه َر‬ َ ‫سنه ْق ِرئهكَ ُ فَُ ًَلُ ت َ ْن‬
ُ‫ ُ ِإ ََّلُ َُماُ شَا َء َّه‬,‫سى‬ َ َ‫أ‬
َ ُ ُ,‫حْوى‬
َ ‫ ُ َوذَك ََرُاس َْم‬,‫ ُُقَ ْد ُأَ ْفلَ َحُ َم ْنُ تَزَ َّكى‬,‫اُو ََلُ يَ ْحيَى‬
ُ‫ُربِ ِه‬ َ ‫َُلُ يَ هموته ُ فُِي َه‬ ْ ‫ار‬
َ ‫ ُث ه َّم‬,‫ُال هكب َْرى‬ ْ َ‫ ُالَّذِيُ ي‬,‫اُاْل َ ْشقَى‬
َ َّ‫صلَىُالن‬ ْ ‫ َويَت َ َجنَّبه َه‬, ‫َم ْنُ يَ ْخشَى‬
‫سى‬
َ ‫ُو همو‬
َ ‫ِيم‬ ‫ُ ه‬,‫ُاْلهولَى‬
َ ‫صحهفِ ُإِب َْراه‬ ُّ ‫ُإِ َّنُ َهذَاُلَفِيُال‬,‫ُوأَ ْبقَى‬
ْ ِ‫صحهف‬ ْ َ‫ُبَ ْلُتهؤْ ث هِرون‬,ُ‫صلَّى‬
َ ‫ُ َو ْاْلخِ َرةهُ َخي ٌْر‬,‫ُال َحيَاة َُال ُّد ْنيَا‬ َ َ‫ف‬

Ketujuh, Rukuk
ّ‫ّوبِ َح ّْم ِد ِه‬ ْ ‫ي‬
َ ‫ّالعَظِ ي ِْم‬ َ ِّ‫ّرب‬
َ َ‫س ْب َحان‬
ُ
Subhana rabbiyal ‘azhimi wa bi hamdih (3x)

Kedelapan, I’tidal (bangkit dari ruku’)


ّ‫سمِ َعّهللاُّ ِل َم ْنّ َحمِ دَ ْه‬
َ

Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam


Kementerian Agama RI
Sami‘allahu li man hamidah

Sembilan, Bacaan Doa I’tidal


Membaca doa berikut:
َ ّ‫ّومِ ْل ُءّ َماّ ِشئْتَّّمِ ْن‬
ُّ‫ش ْيءٍ ّ َب ْعد‬ َ ‫ض‬ِ ‫ّاأل َ ْر‬
ّ ْ ‫ِّومِ ْل ُء‬ ْ َ‫َربَّنَاّلَك‬
َّّ ‫ّال َح ْمدُّمِ ْل ُءّال‬
َ ‫س َم َوات‬
Rabbana lakal hamdu mil-us samawati wa mil-ul ardhi wa mil-u ma syi’ta
min syai-in ba’du

Sepuluh melakukan Sujud Pertama


Saat sujud membaca doa berikut:
ّ‫ح ْم ِد ْه‬
َّ ِ‫ّوب‬ َ ‫ّاألَع‬
َ ‫ْلى‬ ْ ‫ي‬ َ ِ‫ّرب‬
َ َ‫س ْب َحان‬
ُ
Subhana rabbiyal a’la wa bi hamdih (3x)

Sebelas, Duduk di Antara Dua Sujud


Baca doa berikut:
‫ي‬
ّ ِ‫عن‬
َ ّ‫ْف‬
ُ ‫ِيّواع‬
َ ‫عافِن‬
َ ‫ّو‬ َ ‫ار ُز ْقن‬
َ ِ ‫ِيّوا ْهدِني‬ َ ‫ارفَ ْعن‬
ْ ‫ِيّو‬ ْ ‫ِيّو‬
َ ‫ِيّوا ْجب ُْرن‬
َ ‫ار َح ْمن‬ َ ‫بّا ْغف ِْرل‬
ْ ‫ِيّو‬ ِ ‫َر‬
Rabbighfirli warhamni wajburni warfa’ni warzuqni wahdini wa’afini wa’fu
‘anni

Dua belas, Sujud untuk Kedua


Sembari membaca:
َ َ‫ّاأل َ ْعل‬
ّ‫ىّوبِ َح ْم ِد ْه‬ ْ ‫ي‬ َ ِ‫ّرب‬
َ َ‫س ْب َحان‬
ُ
Subhana rabbiyal a’la wa bi hamdih (3x)

Ketiga belas, takbir intiqal berdiri kembali dan membaca takbir seperti
rakaat pertama

Empat belas, melaksanakan Rakaat kedua. Ada pun pada rakaat kedua,
imam kemudian melakukan takbir lagi seperti takbir pada rakaat pertama
sebanyak 5 kali. Sedangkan makmum di belakang imam pun mengikuti
bacaan takbir imam. Ini bacaan takbir rakaat kedua:
ُ‫ُوللاهُأ َ ْكبَ هر‬
َ ‫ُُو ََلُإِلَهَُإِ ََّلُللاه‬
ِ ِ ‫ُِوال َح ْمد‬
َ ‫هُلِل‬ َ ‫س ْب َحانَ ُللا‬
‫ه‬
Subhânallâh, walhamdulillâh, walâ ilâha illallâh, wallâhu akbar

Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam


Kementerian Agama RI
Setelah usai membaca takbir sebanyak 5 kali, Imam melaksanakan gerakan
dan bacaan shalat seperti pada rakaat pertama. Dan setelah membaca Al
Fatihah, Imam membaca ayat dari Al-Quran.

Setelah sujud kedua pada rakaat kedua sama dengan tata cara pada rakaat
pertama, Imam melanjutkan dengan tahiyat akhir. Berikut bacaan Tahiyat
akhir:

ِ َّ ُِ‫علَىُ ِعبَاد‬
ُ‫َّللا‬ َ ‫علَ ْينَاُ َو‬ َّ ‫َّللاُِ َوبَ َركَاتهههُ ال‬
َ ُ‫سًلَ هم‬ ُّ ِ‫علَيْكَ ُُأَيُّ َهاُ النَّب‬
َّ ُ‫ىُ َو َر ْح َمةه‬ َ ُ‫سًلَ هم‬ َّ ‫صلَ َُواته ُ ال‬
َُِّ ِ ُ ‫طيِبَاته‬
َّ ‫لِلُ ال‬ َ َ‫التَّحِ يَّاته ُ ْال همب‬
َّ ‫اركَاته ُ ال‬
َ ُ َ‫صلَّيْت‬
ُ‫علَى‬ َ ُ‫ُ َك َما‬،ُ‫علَىُآ ِلُ هم َح َّمد‬ َ ُ‫علَىُ هم َح َّمد‬
َ ‫ُو‬، َ ُ‫سولهههُاللَّ هه َُّم‬
َ ُ‫ص ِل‬ ‫ُو َر ه‬ َ ُ‫ُوأ َ ْش َهدهُأ َ َّنُ هم َح َّمدًا‬
َ ‫ع ْب هدهه‬ ‫صالِحِ ينَ ُُأ َ ْش َهدهُأ َ ْنَُلَُ ِإلَهَُ ِإَلَّ َّ ه‬
َ ‫َُّللا‬ َّ ‫ال‬
َ ‫علَىُآ ِلُ ِإب َْراه‬
ٌُ‫ُ ِإنَّكَ ُ َحمِ يد‬،‫ِيم‬ َ ‫ُو‬، َ ‫علَىُ ِإب َْراه‬
َُ ‫ِيم‬ َ ُ َ‫ار ْكت‬
َ ‫ُ َك َماُ َب‬،‫علَىُآ ِلُ هم َح َّمد‬ َ ‫علَىُ هم َح َّمد‬
َ ‫ُو‬، َ ُ‫ار ْك‬ َ ‫علَىُآ ِلُ ِإب َْراه‬
ِ ‫ُو َب‬،‫ِيم‬ َ ‫ُو‬
َ ‫ِيم‬
َ ‫ِإب َْراه‬
ُ‫َم ِجي ٌد‬
At-tahiyyātul mubārakātus shalawātut thayyibātu lillāh. As-salāmu ‘alaika
ayyuhan nabiyyu wa rahmatullāhi wa barakātuh, as-salāmu ‘alaynā wa ‘alā
‘ibādillahis shālihīn. Asyhadu an lā ilāha illallāh, wa asyhadu anna
Muhammadan rasūlullāh. Allāhumma shalli ‘alā sayyidinā Muhammad wa
‘alā āli sayyidinā Muhammad, kamā shallayta ‘alā sayyidinā Ibrāhīm wa
‘alā āli sayyidinā Ibrāhīm; wa bārik ‘alā sayyidinā Muhammad wa ‘alā āli
sayyidinā Muhammad, kamā bārakta ‘alā sayyidinā Ibrāhīm wa ‘alā āli
sayyidinā Ibrāhīm. Fil ‘ālamīna innaka hamīdun majīd.

Lima belas, mengucapkan salam sambal menoleh ke kanan dan ke kiri


‫ُو َرحْ َمةهُللا‬
َ ‫علَ ْي هك ْم‬
َ ُ‫الس ًََّل هم‬
As-salāmu ‘alaikum wa rahmatullāh.

Enam belas, setelah mengucapkan salam, Imam kemudian melanjutkan


dengan Khutbah Idul Adha. Bila shalat sendirian tak perlu ada khutbah.
Pasalnya, hukum khutbah menurut ulama itu sunnah.

Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam


Kementerian Agama RI
Khutbah Iduladha 1442H
MENGHADAPI WABAH COVID 19
DENGAN IMPLEMENTASI KESABARAN NABI ISMAIL

ُّ‫ّ هللا‬،‫ّ هللاُ ّأ َ ْكبَ ُر‬،‫هللاُّ أ َ ْكبَ ُر‬


ّ ّ،‫ّ هللاُّ أ َ ْكبَ ُر‬،‫ّ هللاُّ أ َ ْكبَ ُر‬،‫هللاُّ أ َ ْكبَ ُر‬
ّ ّ،‫ّ هللاُّ أ َ ْكبَ ُر‬،‫ّ هللاُّ أ َ ْكبَ ُر‬،‫هللاُّ أ َ ْكبَ ُر‬
ّ
ْ ِ‫ّو ِ َّلِل‬
‫ـ‬،ُ‫ّال َح ْمد‬ َ ‫ّهللاُّأ َ ْكبَ ُر‬،‫َّللاُّأ َ ْكبَ ُر‬
َّ ‫ّو‬ َ ‫أ َ ْكبَ ُر‬
َّ ‫ّالّإِلَهَّإِ َّال‬،
َ ُ‫َّّللا‬
ّ‫ّوِّب َّك َر ِم ِّهّتُق َب ُّل‬،
َّ ُّ‫س ِيّئ َات‬ ُّ ُ‫ّوِّب َعّْف ِو ِّهّت ُ ّْغفَ ُّرّال ّذُّّن‬،‫ات‬
َّّ ‫وبّوال‬ َّ ‫ح‬ َّّ ‫ُّلِلّاّلَّ ِّذيِّّبِّن ّْع َّمِّت ِّهّّت َِّت ُّمّال‬
َّ ‫صاِّل‬ ّ ِ ‫ال َحمد‬
ّ،‫اتّ َّوّأ َحَّّْيا‬
َ ‫ّ ال َح ّْمدُّ ِلِلِّّّاّلَّ ِّذيّ ّأ َ َّم‬،ُّ‫الَّت‬ َّ ّ‫ُوب‬
ّ ‫والز‬ ّْ ُ‫ّ َّوِّبل‬،‫طاَّياّّوالقُ ُّر َبات‬
ّْ ُ ‫ط ِف ِّهّّت‬
ُّ ‫ست َُّرّّالعُي‬ َّ ‫ّاْل َع‬
.‫ّوّأ َّْب َّكى‬ ّْ َ ‫ّوّأ‬،‫ى‬
َّ ‫ض َح َك‬ َّ َ‫ّو َّه ّد‬ َ ‫ّوّأ َ ّْر‬،‫ى‬
َّ َ‫شد‬ َّ ‫ط‬ ّْ َ ‫َّو َّمنَ َّعّ َّوّأ‬
َ ‫ع‬
ُّ‫س ْولُه‬
ُ ‫ّو َر‬ َ ّ‫ّوأ َ ْش َهدُّ أ َ َّن‬،
َ ّ‫سيِدَنَاّ ُم َح َّمدًا‬
َ ُ‫ع ْبدُه‬ َ ُ‫ّالّ ش َِري َْكّ لَ ّه‬
َ ُ‫ّوحْ دَه‬
َ ُ‫ال ّهللا‬ َّ ‫ّ َوأ َ ْش َهدُّ أ َ ْن‬
ّ َّ ‫ّالّإلهَّ ِإ‬
ّ،‫صحْ بِ ِه‬ َ ‫ّو‬ َ ‫علَىّآ ِل ِه‬ َ ‫سيِ ِدنَاّ ُم َح َّمد‬
َ ‫ّو‬،ٍ َ ّ‫علَى‬ َ ّ‫س ِل ْم‬ َ ‫ّو‬ َ ‫ص ِل‬ َ ّ‫ّاللهم‬،‫ّاألَب َْر ِار‬ ْ ُ ‫ّوقُ ْد َوة‬ ْ ‫إِ َما ُم‬
َ َ‫ّال ُمت َّ ِقيْن‬
ِ ‫اإلس َْال ِمّ أ ُ ْو‬
ّ‫ص ْي ُك ْمّ َونَ ْف ِس ْي‬ ِ ْ َّ ‫ّ فَ َياّ ِإ ْخ َوة‬،ُ‫ّ أ َ َّماّ َب ْع ّد‬.‫ار‬
ُ ‫اللَّ ْيلُّ َوالنَّ َه‬
ّ ّ‫ب‬َ َ‫الةًّ دَا ِئ َمةًّ َّماّ ت َ َعاق‬َّ ‫ص‬
َ
َ َ‫ّ ف‬،‫َاكّ ْال َك ْوث َ َر‬
ّ‫ص ِلّ ِل َر ِب َك‬ َ ‫ّ ِإنَّاّ أ َ ْع‬:‫ع َّزّ َو َج َّلّ ْالقَائِ ِلّ فِيّ ُمحْ َك ِمّ ِكت َا ِب ِه‬
َ ‫ط ْين‬ َ ِّ‫ِبت َ ْق َوىّ هللا‬
ُّ ‫ّاأل َ ْبت‬
‫َـر‬ ْ ‫شانِئ َ َكّ ُه َو‬
َّ ّ‫ّ ِإ َّن‬،‫َوا ْن َح ْر‬
Di pagi hari yang sakral dan penuh khidmat ini, seiring gema takbir, tahlil, dan tahmid
berkumandang sepanjang malam hingga pagi hari ini yang menggugah dan membangkitkan
hati terhadap kebesaran Allah SWT. Untuk itu, marilah kita menyucikan hati guna
memanjatkan puji dan syukur kepada Allah SWT atas limpahan anugerah dan nikmat-Nya,
karena Dia Dzat bergelar Al Razzaaq, Dzat Pelimpah rezeki tanpa menuntut balas budi, Dzat
Yang paling pandai menghargai kinerja hamba-hamba-Nya. Marilah kita tingkatkan kualitas
dan kuantitas iman dan taqwa kepada Allah SWT, dengan satu harapan semoga Dia
senantiasa memberikan limpahan anugerah dan maghfirah-Nya kepada kita semua.

Saudara-saudara kaum muslimin muslimat yang berbahagia,


Dengan ungkapan syukur kepada Allah SWT, hari ini kita dapat merayakan Idul Adha,
dinamakan pula ‘Idul Qurban, ‘Idun Nahr, dan ‘Idul Akbar. Sebuah hari raya yang
menekankan semangat sosial dan berkorban. Dalam kajian bahasa, kata Qurban dalam
bahasa Arab merupakan bentuk mashdar dari kata qarraba yuqarribu qurbaanan yang

Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam


Kementerian Agama RI
artinya dekat dengan sempurna, karena setiap kata yang diakhir dengan alif dan nun
menunjukkan arti kesempurnaan dan ketelitian. Makna kesempurnaan ibadah kurban
diwujudkan dalam kesempurnaan aspek dan nilai ibadah ibadah kurban. Jika kita perhatikan
tipologi ibadah dalam Islam, ada yang bersifat I’tiqadiyah wa ruhaniyah (aspek keyakinan
dan spiritual), atau jismaniyah wa ruhaniyah (aspek fisik dan spiritual), maaliiyah wa
ijtim’iyah (aspek finansial dan sosial), dan I’tiqadiyah wa jismaniyah (aspek keyakinan dan
fisik). Sedangkan ibadah kurban mengandung tipologi yang kompleks dan sempurna yang
meliputi aspek keyakinan, spiritual, finansial, dan sosial. Sehingga ibadah qurban merupakan
cerminan kedewasaan keimanan seseorang dalam menciptakan harmonisasi hubungan dengan
sang khaliq dan sesama manusia. Kesadaran beragama dan kesadaran sosial inilah yang
menjadi cerminan takwa serta target ibadah kurban. Sebagaimana firman Allah SWT dalam
Qs. Al Hajj:37.

ّ‫س َّخ َرهَاّلَ ُك ْمّ ِلت ُ َك ِب ُروا‬ ِ ‫َاّو ٰل ِك ْنّيَّنَالُهُّالت َّ ْق ٰو‬


َ ّ‫ىّم ْن ُك ْۗ ْمّ َك ٰذ ِل َك‬ َ ‫اّو َالّ ِد َم ۤا ُؤه‬
َ ‫َّّللاَّلُ ُح ْو ُم َه‬
‫لَ ْنّيَّنَا َل ه‬
ْ ‫ّْۗوبَش ِِر‬
ّ َّ‫ّال ُمحْ ِسنِيْن‬ َ ّ‫ع ٰلىّ َماّ َه ٰدى ُك ْم‬
َ َّ‫َّللا‬
‫ه‬
Daging (hewan kurban) dan darahnya itu sekali-kali tidak akan sampai kepada Allah, tetapi
yang sampai kepada-Nya adalah ketakwaan kamu. Demikianlah Dia menundukkannya
untukmu agar kamu mengagungkan Allah atas petunjuk yang Dia berikan kepadamu. Dan
sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik.

Allâhu akbar, Allâhu Akbar, Allâhu Akbar wa lillahilhamdu


Jamaah shalat Idul Adha yang berbahagia
Dalam Al-Qur’an, perisitiwa berkurban diungkapkan sebanyak 2 kali yaitu masa nabi Adam
AS yang dilakukan oleh kedua putranya Qabil dan Habil, serta Nabi Ibrahim terhadap
putranya Nabi Ismail AS. Di zaman Nabi Adam AS, kurban dijadikan sebagai mediator
perdamaian persengketaan antara Qabil dan Habil serta mediator ungkapan syukur terhadap
karunia yang Allah berikan kepada Qabil sebagai petani sukses dan Habil sebagai peternak
sukses. Sehingga keduanya diperintahkan untuk berkurban, dan pada akhirnya Allah SWT
menerima kurban Habil yang menghadirkan seekor Kibas terbaik, sehat, gemuk, dan didasari
oleh nilai ketaqwaan sebagaimana dalam pernyataannnya:

Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam


Kementerian Agama RI
ِ ‫اّولَ ْمّيُتَقَب َّْل‬
ّ َ‫ّمن‬ َ ‫ّم ْنّا َ َح ِد ِه َم‬ ِ ِّۘ ‫علَّْي ِه ْمّنَبَاَّا ْبنَ ْي ّٰادَ َمّبِ ْال َح‬
ِ ‫قّاِ ْذّقَ َّربَاّقُ ْربَانًاّفَتُقُبِ َل‬ َ ُّ‫۞ّواتْل‬
َ
ْ َ‫ّمن‬
ّ َّ‫ّال ُمت َّ ِقيْن‬ ْٰ
‫االخ ْۗ َِرّقَا َل َّالَ ْقتُلَنَّ َكّّْۗقَا َلّاِنَّ َماّيَتَقَبَّل ه‬
ِ ُ‫َُّّللا‬
Dan ceritakanlah (Muhammad) yang sebenarnya kepada mereka tentang kisah
kedua putra Adam, ketika keduanya mempersembahkan kurban, maka (kurban)
salah seorang dari mereka berdua (Habil) diterima dan dari yang lain (Qabil) tidak
diterima. Dia (Qabil) berkata, “Sungguh, aku pasti membunuhmu!” Dia (Habil)
berkata, “Sesungguhnya Allah hanya menerima (amal) dari orang yang bertakwa.”
(Qs. Al Ma’idah: 27)

Adapun prosesi penyembelihan Nabi Ibrahim terhadap putranya Nabi Ismail


merupakan pengorbanan terbesar dalam perabadaban Islam. Sebuah pengorbanan
penuh ujian, pengorbanan melebihi pertimbangan akal, pengorbanan yang
menunjukkan kepasrahan diri secara totalitas terhadap titah Allah SWT. Betapa
banyak makna dan pesan-pesan ilahiyah dalam kisah ini yang dapat dijadikan acuan
dalam menjalani kehidupan. Salah satunya adalah ungkapan indah Nabi Ismail AS:

ُ ‫يّا َ ْذبَ ُح َكّفَا ْن‬


ّ‫ظ ْرّ َماذَاّت َٰر ْۗىّّقَا َل‬ ْ ِ‫يّا َ ٰرىّف‬
ْْٓ ِ‫ىّال َمن َِامّاَن‬ َّ َ‫يّقَا َل ّٰيبُن‬
ْْٓ ِ‫يّاِن‬ َ ‫س ْع‬ َّ ‫فَلَ َّماّبَلَغَّ َمعَهُّال‬
ّ َّّ‫ص ِب ِريْن‬ ‫ّمنَ ّال ه‬ ‫يّا ِْنّش َۤا َء ه‬
ِ ُ‫َّّللا‬ َ ّ‫ٰ ْٓيا َ َبتِّا ْف َع ْلّ َماّتُؤْ َم ُۖ ُر‬
ْْٓ ‫ست َِجدُ ِن‬
Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim)
berkata, “Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu.
Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!” Dia (Ismail) menjawab, “Wahai ayahku!
Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insya Allah engkau akan
mendapatiku termasuk orang yang sabar.”

Perhatikan keindahan jawaban Nabi Ismail AS. Beliau tidak berkata “Sembelih aku”,
tetapi ia berkata: Lakukanlah apa yang diperintahkan Allah kepadamu”. Jawaban ini
mengisyaratkan kepatuhan totalitas, bagaimanapun bentuk, cara, dan isi perintah,
maka sepenuhnya ia pasrah. Jawaban Ismail bertambah indah ketika ditambahkan
ungkapan: “insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.”

Allâhu akbar, Allâhu Akbar, Allâhu Akbar wa lillahilhamdu


Jamaah shalat Idul Adha yang berbahagia,

Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam


Kementerian Agama RI
Pelajaran yang dipetik dari pernyataan Nabi Ismail adalah kesabaran dan
pengorbanan dalam menjalankan segala perintah Allah SWT. Demikian pula,
kesabaran dan pengorbanan dibutuhkan dalam menjauhi segala larangan Allah
SWT, serta menghadapi segala musibah dan ujian dari Allah SWT. Salah satu
bentuk ujian dari Allah SWT adalah ketakutan,

ّ‫ّوبَش ِِر‬
َ ‫ت‬ِ ْۗ ‫ّوالث َّ َم ٰر‬ ّ ْ ‫ّو‬
َ ‫االَ ْنفُ ِس‬ ّ ْ َ‫ّمن‬
َ ‫ّاالَ ْم َوا ِل‬ ِ ‫ص‬ َ ِ‫ّو ْال ُج ْوع‬
ٍ ‫ّونَ ْق‬ َ ‫ف‬ ْ َ‫ّمن‬
ِ ‫ّالخ َْو‬ َ ِ‫َولَنَ ْبلُ َونَّ ُك ْمّ ب‬
ِ ٍ‫ش ْيء‬
ّ َّ‫صبِ ِريْن‬
‫ال ه‬
Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan,
kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada
orang-orang yang sabar.

Salah satu bentuk ketakutan saat ini adalah ketakutan dari wabah pandemi Covid-
19. Wabah penyakit ini harus dihadapi dengan penuh kesabaran yang tidak hanya
melakukan ikhtiar secara fisik, namun juga yang kuat ikhtiar batin. Karena Covid-19
tak lain hanyalah alat uji untuk mengukur tingkat kewaspadaan, kapasitas
pengetahuan di bidang kesehatan, serta menguji kualitas kesabaran, ketawakkalan,
dan taqarrub kepada Allah SWT.

Seseorang yang memahami ilmu agama dengan baik, musibah yang menimpanya
tidak akan menambahkan kepadanya kecuali sabar dan peningkatkan ibadah
kepada Allah. Bahkan para wali Allah, kegembiraan mereka atas bala dan musibah
yang menimpa mereka lebih besar daripada kegembiraan mereka atas kelapangan
ّْ َ‫ت ّّأ‬
hidup dan keluasan rezeki. Oleh karena itu kaum sufi mengatakan: ُّ‫عيَّا ّد‬ ِّ ‫ُّو ُّر ّْو ّدُّالفَّاقَّا‬
ّّ‫ّاْل ُّم ِّرّْي ِّدين‬ artinya datangnya berbagai musibah adalah hari raya para pencari
kebahagiaan akhirat.

Dalam menyikapi wabah ini, Al-Qur’an memberikan solusi alternatif yang harus
dilakukan seorang muslim secara seimbang yaitu sabar dan shalat sebagaimana
firman Allah SWT:

ّ َّ‫ص ِب ِريْن‬ ‫ص ٰلوةِّّْۗا َِّن ه‬


‫َّّللاَّ َم َعّال ه‬ َّ ‫ّوال‬ َّ ‫ٰيْٓاَيُّ َهاّالَّ ِذيْنَ ّٰا َمنُواّا ْست َ ِع ْينُ ْواّ ِبال‬
َ ‫صب ِْر‬

Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam


Kementerian Agama RI
Wahai orang-orang yang beriman! Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan
sabar dan shalat. Sungguh, Allah beserta orang-orang yang sabar. (Qs. Al-Baqarah:
153)

Kata “sabar” merupakan representasi dari ikhtiar fisik yang harus dilakukan dalam
mencegah penyebaran virus Covid-19 yang dikenal dengan istilah 5 M, yaitu:
mencuci tangan, memakai masker, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, dan
mengurangi mobilitas. Demikian pula, sabar dalam arti menjalankan aktivitas ibadah
di rumah. Dalam kondisi pandemi Covid-19, konsep pelaksanaan ibadah memiliki
tujuan tambahan yaitu memutus penyebaran Covid-19 dengan menghindari kontak
fisik dan kerumunan massa. Oleh karena itu, pelaksanaan ibadah di tengah pandemi Covid-
19 dipusatkan di rumah demi menjaga keselamatan jiwa diri sendiri dan orang lain, karena
menolak mafsadat lebih didahulukan daripada meraih manfaat. Umar bin Al-Khaththab
pernah berkata:

‫صالَةُّال َم ْر ِءّ ِفىّ َب ْي ِت ِهّنُ ْو ٌرّفَنَ ِو ُر ْواّبُي ُْوت َ ُك ّْم‬


َ
“Shalat seseorang di rumahnya adalah cahaya, maka hiasilah rumah kalian dengannya.”
(Syarh Al-Bukhari, Ibnu Baththal)

Kata “shalat” menunjukkan ikhtiar batin yang juga wajib dijalankan sebagai bentuk
kepasrahan diri secara totalitas terhadap segala ketentuan Allah SWT. Di masa pandemi ini,
perbanyaklah ibadah di rumah, bersedekahlah, dan perbanyaklah berdoa karena tidak ada
yang dapat menolak qadha yang buruk kecuali doa. Dalam kondisi wabah, umat Islam
beribadah di rumah meski menyadari pentingnya beribadah di masjid. Bukan saja ibadah
sunnah, shalat wajibpun dilakukan di rumah dengan niat menjalankan sunnah di saat wabah.
Demikian pula, metode dakwah atau pengajian pun dari tatap muka di majelis-majelis taklim,
masjid, maupun mushalla berpindah ke rumah melalui sarana teleconference/video
conference. Hikmah dari wabah Covid-19 ini adalah menguatkan ketahanan keluarga dan
kekuatan ibadah dari rumah. Inilah momentum untuk kita sama-sama berperang melawan
Covid-19 dengan beribadah dan bermunajat kepada Allah SWT dari rumah.

Allâhu akbar, Allâhu Akbar, Allâhu Akbar wa lillahilhamdu


Jamaah shalat Idul Adha yang berbahagia,

Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam


Kementerian Agama RI
‫‪Akhirnya kita memohon kepada Allah SWT agar bangsa Indonesia segera terbebaskan dari‬‬
‫‪virus Covid-19 dan wabah penyakit lainnya, serta Allah turunkan keberkahan dan rahmat-‬‬
‫‪Nya kepada kita semua.‬‬

‫ّولَ ُك ْم‪ّ،‬فَا ْست َ ْغ ِف ُر ْوهُ‪ِ ّ،‬إنَّهُّ ُه َو ْ‬


‫ّالغَفُ ْو ُر َّ‬
‫ّالر ِحّْي ُمّ‬ ‫اّوأ َ ْست َ ْغ ِف ُرّهللاَّ ِل ْي َ‬ ‫أَقُ ْولُّقَ ْو ِل ْي ٰ‬
‫ّهذَ َ‬

‫‪Khutbah Kedua‬‬

‫لِل ْ‬
‫ّال َح ْمدُ‪،‬‬ ‫‪َّّ،‬للاُّأ َ ْك َب ُر َ‬
‫ّو ِ َّ ِ‬ ‫َّّللاُّأ َ ْك َب ُر َّ‬
‫َّّللاُّأ َ ْك َب ُر َّ‬
‫‪َّّ،‬للاُّأ َ ْك َب ُر َّ‬
‫َّّللاُّأ َ ْك َب ُر َّ‬
‫َّّللاُّأ َ ْك َب ُر َّ‬
‫َّللاُّأ َ ْك َب ُر َّ‬
‫َّ‬
‫لِلّ ّالَّ ِّذيّ‬ ‫س ُر ْو ِّر‪ّّ،‬ا َّْل َّ‬
‫ح ّْم ّدَّ ِ َِّّ‬ ‫ّوال ُّ‬ ‫صدَراًّ ِل ْل َهن ِ‬
‫َاء َ‬ ‫الحمدُّهللّالَّذِيّ َج َع َلّاأل َ ْعيَادَّفِيّاْ ِإلس َْال ِمّ َم ْ‬
‫ش ُكورّ ّ‪،‬‬ ‫عّلَىّ ُّك ِلّ َّ‬
‫عّْبدٍّ َ‬ ‫امّ ّْال َّع ّْ‬
‫ش ِّرّ َّ‬ ‫لّفِّيّ َّه ِّذِّهّاألّيَّ ِّ‬ ‫ّت َفَّ َّّ‬
‫ض َّ‬
‫عّْبد َّ ِ‬
‫َُّّللاّ‬ ‫َاّونَبِيَّنَاّ ُم َح َّمدًاّ َ‬ ‫ُ‪ّ،‬وأ َ ْش َهدُّأ َ َّنّ َ‬
‫سيِدَن َ‬ ‫يكّلَه َ‬
‫ّوحْ دَهُ َّالّش َِر َ‬ ‫ّ َوأ َ ْش َهدُّأ َ ْن َّالّإِلَهَّإِ َّال َّ‬
‫َّّللاُ َ‬
‫سولُهُ‪ّ،‬‬
‫َو َر ُ‬
‫‪ّ،‬والتَّا ِب ِعينَ ّ‬ ‫ّوأ َ ْ‬
‫ص َحا ِب ِّهّ َ‬ ‫علَىّآ ِل ِه َ‬
‫ٍ‪ّ،‬و َ‬
‫َاّونَ ِب ِينَاّ ُم َح َّمد َ‬ ‫علَىّ َ‬
‫س ِي ِدن َ‬ ‫ار ْكّ َ‬
‫ّو َب ِ‬
‫س ِل ْم َ‬
‫ّو َ‬ ‫اللَّ ُه َّمّ َّ‬
‫ص ِل َ‬
‫ينّأ َ َّماّبَ ْع ّدُ‬
‫انّ ِإلَىّيَ ْو ِمّال ِد ِ‬
‫س ٍ‬ ‫لَ ُه ْمّ ِبإِحْ َ‬
‫اّاليَ ْو ِم ْ‬
‫ّالعَ ِظ ِيم‪ّ،‬‬ ‫واَّّللاَّتَعَالَىّفِّيّ َهذَ ْ‬
‫ّواتَّقُ َّ‬ ‫ع َّز َ‬
‫ّو َج َّل َ‬ ‫ّونَ ْفسِيّبِت َ ْق َو َّ ِ‬
‫ىَّّللاّ َ‬ ‫‪ّ،‬فَأ ُ ْو ِ‬
‫ص ْي ُك ْم َ‬
‫علَىّنَ ِب ِي ِه ْ‬
‫ّال َك ِري ِْمّفَقَا َل‪ّ:‬‬ ‫س َال ِمّ َ‬ ‫ع ِظي ٍْم‪ّ،‬أ َ َم َر ُك ْمّ ِبال َّ‬
‫ص َال ِة َ‬
‫ّوال َّ‬ ‫َوا ْعلَ ُم ْواّأ َ َّنّهللاَّأ َ َم َر ُك ْمّ ِبأ َ ْم ٍرّ َ‬
‫س ِل ُمواّت َ ْس ِلي ًما‪ّ ّ،‬‬
‫ّو َ‬ ‫صلُّ ّْواّ َ‬
‫علَ ْي ِه َ‬ ‫علَىّالنَّ ِبي ِ‪َ ّ،‬ياّأَيُّ َهاّالَّذِينَ ّآ َمنُ ْواّ َ‬
‫صلُّونَ ّ َ‬
‫ّو َم َالئِ َكتَهُّيُ َ‬ ‫ِإ َّن َّّ‬
‫َّّللاَ َ‬
‫صحْ ِب ِه َّ‬
‫ّالط ِي ِبيْنَ ‪ّ،‬‬ ‫علَىّآ ِل ِه َ‬
‫ّو َ‬ ‫ٍّو َ‬
‫َاّونَ ِب ِينَاّ ُم َح َّمد َ‬ ‫علَىّ َ‬
‫س ِي ِدن َ‬ ‫ار ْكّ َ‬
‫ّوبَ ِ‬
‫س ِل ْم َ‬
‫ّو َ‬ ‫اللَّ ُه َّمّ َ‬
‫ص ِل َ‬
‫ع ْنّ َ‬
‫سائِ ِرّ‬ ‫‪ّ،‬و َّ‬
‫ع ِلي ٍ َ‬ ‫عثْ َمانَ َ‬
‫ّو َ‬ ‫ّو ُ‬
‫ع َم َر َ‬ ‫ّالرا ِشدِينَ ‪ّ،‬أَبِيّبَ ْك ٍر َ‬
‫ّو ُ‬ ‫اء َّ‬ ‫ع ِن ْ‬
‫ّال ُخلَفَ ِ‬ ‫ّاللَّ ُه َّمّ َ‬
‫ض ّ‬ ‫ار َ‬
‫َو ْ‬
‫صالحينَ ‪ّ،‬‬
‫ص َحا َب ِةّال َّ‬
‫ال َّ‬
‫ّو ْاأل َ ْم َوا ِ‬
‫ت ّ‪ّ،‬‬ ‫ّم ْن ُه ْم َ‬ ‫ّو ْال ُمؤْ ِمنَات ْ‬
‫ِ‪ّ،‬األَحْ َي ِ‬
‫اء ِ‬ ‫ِ‪ّ،‬و ْال ُمؤْ ِمنِينَ َ‬
‫ّو ْال ُم ْس ِل َمات َ‬
‫ّاللَّ ُه َّمّا ْغ ِف ْرّ ِل ْل ُم ْس ِل ِمينَ َ‬
‫س َّرةًّ‬ ‫ّوتَالَ ُح ًم َ‬
‫ا‪ّ،‬و َم َ‬ ‫ع َواتِ‪ّ،‬اللَّ ُه َّمّاجْ َع ْلّ ِعيدَنَاّ َهذَاّ َ‬
‫س َعادَة ً َّ‬ ‫يبّالدَّ َ‬ ‫س ِمي ٌعّقَ ِر ٌ‬
‫يبّ ُم ِج ُ‬ ‫ِإّنَّ َكّ َ‬

‫‪Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam‬‬


‫‪Kementerian Agama RI‬‬
‫ت‪ّ ،‬‬
‫الر َح َما ِّ‬ ‫علَ ْينَاّبِ ْال َخي ِْر َ‬
‫ّو َّ‬ ‫‪ّ،‬وأ َ ِع ْدهُّ َ‬
‫ّو َم َحبَّةً َ‬
‫‪ّ،‬و َهنَا ًء َ‬ ‫ط َمأْنِينَةً َ‬
‫ّوأ ُ ْلفَةً َ‬ ‫ا‪ّ،‬و ِز ْدنَاّفِي ِهّ ُ‬
‫َوت ََرا ُح ًم َ‬
‫ّوا ْلبَ َر َكاتِ‪ّ ّ،‬‬
‫َو ْالي ُْم ِن َ‬
‫ّم ْن َه َ‬
‫اّو َماّ‬ ‫الم َحنَ ّ َماّ َ‬
‫ظ َه َر ِ‬ ‫ّو ِ‬‫ّوال ِفتَنَ َ‬ ‫ّوال َّ‬
‫شدَائِّدَ َ‬ ‫ّواْ َلو َبا َء َ‬
‫ّوالفَحْ شَا َء َ‬ ‫اللَّ ُه َّمّا ْدفَ ْعّ َ‬
‫عنَّاّاْل َبالَ َء َ‬
‫اربَّ ّال َعالَ ِميْنَ ‪ّ ،‬‬ ‫سائِ ِرّب ُْلدَ ِ‬
‫انّيَ َ‬ ‫صةً َ‬
‫ّو َ‬ ‫ع ْنّبَلَ ِدنَاّاِ ْندُونِ ْي ِسيَّاّخآ َّ‬ ‫بَ َ‬
‫طنَ ّ َ‬
‫‪ّ،‬وأ َ ْد ِخ ْلن ّْ‬
‫َاّال َجنَّةَّ َم َعّ‬ ‫ار َ‬ ‫عذَ َ‬
‫ابّالنَّ ِ‬ ‫‪ّ،‬وقِنَاّ َ‬ ‫سنَةً َ‬ ‫‪ّ،‬وفِ ْ‬
‫يّاآل ِخ َرةِّ َح َ‬ ‫سنَةً َ‬
‫‪ّ،‬ربَّنَاّآتِنَاّفِيّالدُّ ْنيَاّ َح َ‬
‫َ‬
‫‪ّ،‬وإِ ْيت َِاءّذِيّ‬
‫ان َ‬ ‫س ِ‬ ‫‪ّ،‬إنّهللاَّيَأ ْ ُم ُرّبِ ْالعَ ْد ِل َ‬
‫ّو ْاإلحْ َ‬ ‫غفَّ ُ‬
‫ار‪ِ ّ.‬عبَادَّهللاِ َّ‬ ‫يزّيَاّ َ‬ ‫ع ِز ُ‬‫ْاألَب َْر ِار‪ّ،‬يَاّ َ‬
‫ظ ُك ْمّلَ َعلَّ ُك ْمّتَذَ َّك ُر ْونَّ ‪.‬‬ ‫َاءّ َو ْال ُم ْن َك ِر َ‬
‫ّوال َب ْغيِ‪َ ّ،‬ي ِع ُ‬ ‫ْالقُ ْر َبىّو َي ْن َهىّ َ‬
‫ع ِنّالفَحْ ش ِّ‬
‫ّ‬

‫‪Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam‬‬


‫‪Kementerian Agama RI‬‬

Anda mungkin juga menyukai