Anda di halaman 1dari 2

semenjak era Orde Baru perluasan areal penanaman digalakkan, dipadukan dengan sistem PIR

Perkebunan. Perluasan areal perkebunan kelapa sawit terus berlanjut akibat meningkatnya harga
minyak bumi sehingga peran minyak nabati meningkat sebagai energi alternatif.

sejak tahun 1980, telah berhasil mengantarkan Indonesia menjadi produsen terbesar minyak sawit di
dunia. Gelar tersebut diraih Indonesia sejak tahun 2006 lalu, setelah berhasil menggeser Malaysia.
Sekitar 53 persen minyak sawit dunia dihasilkan dari Indonesia. Pada saat yang bersamaan, minyak sawit
juga berhasil menggeser minyak kedelai yang sebelumnya menjadi minyak utama nabati dunia. Kini
Indonesia terkenal diseluruh dunia bukan hanya sebagai rajanya minyak sawit tetapi sekaligus juga
menjadi rajanya minyak nabati dunia.

Buah sawit yang sudah menjadi Minyak sawit digunakan di seluruh dunia untuk bahan pangan,
sabun/deterjen, shampo, produk kosmetika/toiletries, pelumas, bahan bakar (biodiesel) dan lain lain.
Hampir semua produk pangan yang dikonsumsi sehari-hari oleh masyarakat dunia menggunakan minyak
sawit. Dimana saja, kapan saja, siapa saja, sudah menggunakan minyak sawit. Tidak hanya itu, di masa
yang akan datang, masyarakat dunia harus mengurangi konsumsi minyak bumi yang dinilai sebagai
penyebab utama pemanasan global (global warming) beserta perubahan iklim dunia (global climate
change). Sebagai gantinya biodiesel dari sawit yang terbukti ramah lingkungan akan menjadi energi
masa depan. Demikian juga pelumas yang digunakan pada mesin-mesin termasuk mobil dan sepeda
motor, akan diganti dengan biopelumas dari sawit. Bahkan cg sedang dikembangkan bioavtur atau
bahan bakar pesawat dari minyak sawit.

Kelapa sawit tidak hanya telah menjelma menjadi penyumbang paling penting devisa negara dari nilai
ekspor yang terus meningkat, namun juga menjadi penggerak perkenomian wilayah, menyerap tenaga
kerja dan mengentaskan kemiskinan di pedesaan. Kelapa sawit telah berkembang dari luas 300 ribu ha
di tahun 1980 menjadi saat ini 16,1 juta ha (menurut data GAPKI), dengan produksi CPO sebesar 40 juta
ton. Perlu disampaikan bahwa pangsa perkebunan rakyat terus meningkat, dan saat ini telah menjadi 52
persen dari seluruh luas kebun. Luas total perkebunan rakyat diduga telah mencapai 9 juta ha, bukan
lagi 6 juta ha sebagaimana sering diberitakan. Sementara, luas kebun kelapa sawit BUMN relatif sedikit
yakni hanya 515 ha.

Keseluruhan kebun sawit tersebut telah mampu menyerap 4,2 juta orang tenaga kerja untuk sawit
rakyat, namun secara keseluruhan adalah 8,2 juta orang. Sawit juga menjadi sumber penghidupan bagi
1,5 juta keluarga petani kecil. Secara ekonomi, sawit telah berperan sebagai kontributor ekonomi utama
wilayah, dalam setidaknya 31 kabupaten dan kota di Indonesia. Banyak wilayah dan kota berkembang
karena sawit terutama di Provinsi Riau, serta sebagian wilayah di pulau Kalimantan dan Sulawesi.

Dalam aspek sosial budaya juga dapat dilihat dari pengurangan kemiskinan serta peranannya dalam
pembangunan pedesaan. Dalam aspek ekologis menurut beberapa penelitian bahwa perkebunan kelapa
sawit dapat merestorasi degraded land, konservasi tanah dan air, peningkatan biomas dan karbon stok
lahan, bahkan mengurangi emisi gas rumah kaca dan restorasi lahan gambut. Juga mencakup pelestarian
oksigen dan karbon dioksida, yakni menyerap karbon dioksida dari atmosfer bumi yang dikeluarkan
(sebagai polusi) oleh masyarakat dunia dan kegiatannya (BBM fosil) melalui proses fotosintesis dan
menghasilkan oksigen ke atmosfer bumi, maka semakin luas perkebunan kelapa sawit juga dapat
menyerap karbon dioksida secara lebih luas lagi.

Multiguna perkebunan kelapa sawit tersebut tidak hanya dapat dinikmati oleh masyarakat Indonesia,
melainkan juga oleh masyarakat dunia baik yang terlibat langsung maupun tidak langsung dalam industri
minyak sawit. Melalui perdagangan internasional, produk-produk oleopangan dan oleokimia yang
melibatkan hampir seluruh negara dunia menikmati manfaat ekonomi/konsumsi produk tersebut.
Sebagai satu ekosistem global, masyarakat internasional juga menikmati (gratis) jasa kelestarian siklus
karbon dioksida, oksigen dan air, yang dihasilkan dari perkebunan kelapa sawit.

Lalu bagimana tanggapan alam, iklim dan hewan serta manusia terhadap kelapa sawit yang semakin
bertumbuh banyak untuk memenuhi kebutuhan manusia? Bagaimana keadaan Indonesia di tengah
pandemi ini? Apakah sawit dapat membantu?

Jangan bangga dulu dengan minyak sawit. Sebab, produksi minyak sawit terbukti memberikan efek
buruk bagi lingkungan, satwa dan masyarakat. Apa saja bahayanya?

LmpDi Indonesia, meningkatnya permintaan minyak sawit dan kayu mendorong pembukaan hutan
hujan di taman nasional di Indonesia. Menurut laporan UNEP tahun 2007, sekitar 98 persen hutan
Indonesia akan lenyap pada tahun 2022 akibat pembalakan legal dan ilegal, kebakaran hutan, dan
pengembangan perkebunan kelapa sawit. Perkebunan kelapa sawit dikritik karena:

Anda mungkin juga menyukai